Anda di halaman 1dari 4

LOGIKA INDUKTIF DAN LOGIKA DEDUKTIF

ISMANAJI NUGRAHA
07/256976/TK/33446
TUGAS FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA KETEKNIKAN

1. Bisakah logika induktif menjadi reliable?


Ditinjau dari segi asal kata, maka kata ‘logika’ adalah dari kata ‘logos’ yang
berarti ‘pengertian atau pemikiran atau ilmu’. Sedangkan ditinjau dari makna
esensialnya, maka logika adalah ‘cabang dari filsafat ilmu pengetahuan dan logika juga
merupakan bagian yang sangat mendasar dalam kerangka berfikir filsafat’. Berdasarkan
pengertian tersebut maka logika merupakan bagian yang sangat penting atau mendasar
dalam studi filsafat ilmu pengetahuan (Oesman, A. 1978; Copi, I.M. 1978).
Logika induktif adalah ‘sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip
penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum
yang bersifat boleh jadi’
Pemakaian logika induktif ini berbahaya karena bisa terjadi terlalu cepat
mengambil kesimpulan yang berlaku umum, sementara jumlah kasus yang digunakan
dalam premis kurang memadai. Selain itu pula, kemungkinan premis yang digunakan
kurang memenuhi kaedah-kaedah ilmiah.
Ciri-ciri logika induktif antara lain:
a. Sintesis
Kesimpulan ditarik dengan mensintesakan kasus-kasus yang digunakan dalam
premis-premis.
b. General
Kesimpulan yang ditarik selalu meliputi jumlah kasus yang lebih banyak
c. Aposteriori
Kasus-kasus yang dijadikan landasan argumen merupakan hasil pengamatan inderawi
d. Kesimpulan tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak (ada aspek
probabilitas)

1
LOGIKA INDUKTIF DAN LOGIKA DEDUKTIF

Secara umum, logika induktif sulit untuk dibuktikan kebenaran/ke-reliable-annya


dilihat dari ciri-cirinya.
Sebagai contoh:
Strong Inductive/Induktif kuat
- Besi (logam) apabila dipanaskan memuai
- Perunggu (logam) apabila dipanaskan memuai
- Perak (logam) apabila dipanaskan akan memuai
- Jadi, logam (besi, perunggu, perak) apabila dipanaskan akan memuai.
Buktinya sangat kuat. Hampir semua logam bila dipanaskan akan memuai.

Weak Inductive/Induktif lemah


- Apel di Toko A rasanya manis
- Apel di Toko B rasanya manis
- Apel di Toko C rasanya manis
- Jadi, semua apel rasanya manis.
Buktinya lemah. Tidak semua apel rasanya manis, karena ada juga apel yang
rasanya masam.

Dari contoh di atas antara Strong Inductive dan Weak Inductive, bisa diambil
kesimpulan bahwa logika induktif bisa menjadi reliable ketika kebanyakan orang sudah
pernah mengalaminya sendiri atau menurut pendapat kebanyakan orang secara global.

2
LOGIKA INDUKTIF DAN LOGIKA DEDUKTIF

2. Bagaimanakan logika deduksi yang berbahaya?


Pengertian logika deduktif adalah ‘sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip
penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya (form) serta kesimpulan yang dihasilkan
sebagai kemestian yang diturunkan dari pangkal pikiran yang jernih atau sehat’. Atau
logika deduktif adalah ‘suatu ilmu yang mempelajari asas-asas atau hokum-hukum dalam
berfikirm hokum-hukum tersebut harus ditaati supaya pola berfikirnya benar dan
mencapai kebenaran’ (Sudiarja, dkk., 2006; Copi, I.M. 1978).
Dalam kajian logika deduktif, secara umum macam-macam definisi dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a. Definisi nominalis, yaitu ‘definisi yang menjelaskan sebuah istilah’. Definisi
nominalis dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) definisi sinonim, yaitu penjelasan dengan
memberi arti persamaan dari istilah yang didefinisikan. Contoh: Valid adalah ‘sahih’;
Sawah-ladang adalah ‘lahan pertanian terbuka’, Universitas adalah lembaga
pendidikan tinggi tempat mendidik mahasiswa menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi; dan sebagainya; (2) definisi simbolik, yaitu penjelasan dengan memberikan
persamaan dari istilah berbentuk simbol-simbol. Contoh, ( p => q ) = df – ( p Λ – q ),
di baca, Jika p maka q, didefinisikan non (p dan non q); dan (3) definisi etimologis,
yaitu penjelasan istilah dengan memberikan uraian asal usul istilah atau kata tersebut.
Contoh. pengertian kata ‘filsafat’ berasal dari bahwa Yunani terdiri dari kata ‘philein’
yang berarti cinta dan ‘sophia’ yang berarti kebijaksanaan, dan sebagainya.
b. Definisi realis, yaitu ‘penjelasan tentang sesuatu atau hal yang ditandai oleh suatu
istilah’. Definisi realis dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) definisi essensial, yaitu
penjelasan dengan cara menguraikan bagian penting atau mendasar tentang sesuatu
hal yang didefinisikan. Contoh, definisi ‘manusia’, adalah makhluk yang mempunyai
unsur jasad, jiwa dan ruh; Definisi ‘nilai’, adalah sesuatu yang diagungkan atau
dijadikan pedoman hidup; (2) definisi deskriptif, yaitu penjelasan dengan cara
menunjukkan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki oleh sesuatu yang didefinisikan.
Contoh, Bangsa Indonesia adalah ‘bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai:
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan’, dan sebagainya.
c. Definisi praktis, yaitu ‘penjelasan tentang sesuatu istilah atau kata dari segi manfaat
dan tujuan yang hendak dicapai’. Contoh: (1) ‘filsafat’ adalah ‘pemikiran secara kritis,
sistematis, rasional, logis, mendalam dan menyeluruh untuk mencari hakikat
kebenaran’; (2) ‘Universitas atau Institut’ adalah lembaga pendidikan tinggi untuk

3
LOGIKA INDUKTIF DAN LOGIKA DEDUKTIF

mendidik dan mencetak sarjana yang berkualitas yang berguna bagi masyarakat’
(Mundiri, 1994; Maram.R.R. 2007).
Ciri-ciri dari logika deduktif adalah:
a. Analitis
Kesimpulan daya tarik hanya dengan menganalisa proposisi-proposisi atau premis-
premis yang sudah ada
b. Tautologies
Kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara tersirat sudah terkandung dalam
premis-premisnya
c. Apirori
Kesimpulan ditarik tanpa pengamatan indrawi atau operasi kampus.
d. Argument deduktif selalu dapat nilai sahih atau tidaknya.

Penyimpulan deduktif, yaitu pengambilan kesimpulan dari prinsip atau dalil atau
kaidah atau hukum menuju contoh-contoh (kesimpulan dari umum ke khusus). Contoh:
(a) – Setiap agama mengakui adanya Tuhan; – Budiman pemeluk agama Islam; – Jadi,
Budiman mengakui (beriman) kepada Tuhan Yang Esa; (b) – Universitas Gadjah Mada
mempunyai beberapa fakultas dan program studi; – Ani mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik; – Jadi, Ani mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
Logika deduktif bisa berbahaya apabila salah dalam mengambil/menyusun
kesimpulan. Sebagai contoh:
- Pasir adalah material dasar sungai (premis major)
- Lempung adalah material dasar sungai (premis minor)
- Lempung adalah pasir (kesimpulan)

- Semua karyawan di PT. Anaconda mempunyai IQ tinggi (premis major)


- Komar bukan karyawan di PT. Anaconda (premis minor)
- Komar tidak ber-IQ tinggi (kesimpulan)
Kesalahan ini sering terjadi karena menganggap kata “adalah” selalu berarti “sama
dengan”. Perlu diingat bahwa kata “adalah” tidak selalu berarti “sama dengan”.

Anda mungkin juga menyukai