Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

DI SMP NEGERI SEMANGUS

OLEH

SUDARSIH
NPM. 4017027

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI LUBUKLINGGAU)
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PPL


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

DI SMP NEGERI SEMANGUS

OLEH
SUDARSIH
NPM.4017027

Desa Semangus, Febuari 2021

Kepala SMP Negri Semangus Dosen Pembimbing

KOMIAH, M.Pd AHMAD AMIN, M.Si


NIDN. 197211282006042008 0212126901

i
RINGKASAN

Dalam penerapan perangkat pembelajaran di SMP Negeri Semangus


khususnya kelas IX D yang menerapkan K13 dilaksanakan dengan semaksimal
mungkin. Penerapan Perangkat Pembelajaran di SMP Negeri Semangus yang
dimulai sejak 11 Januari 2021 sampai tanggal 20 Febuari 2021. Penulis
melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kelas IX yang terdiri dari empat kelas,
namun penulis hanya mengajar di kelas IX D Ruang 1 dan Ruang 2 dengan materi
pelajaran matematika tentang kekongruenan dan kesebangunan. Adapun rumusan
masalah dalam laporan ini adalah apakah penggunaaan model discovery learning
pada materi kekongruenan dan kesebangunan di SMP Negeri Semangus dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan tujuan Untuk mengetahui
pengaruh model discovery learning di SMP Negeri Semangus dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Serta dapat memberikan manfaat
pelaksanaan kegiatan PPL ini bagi siswa, guru, sekolah, mahasiswa dan STKIP
PGRI Lubuklinggau. Dalam proses awal pembelajaran banyak siswa yang merasa
bosan, kurang minat belajar, tidak konsentrasi dan waktu pelajaran yang terbatas.
Untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut penulis
menggunakan beberapa cara seperti penggunaan Model pembelajaran discovery
learning. Kemudian penulis juga menggunakan bantuan media visual, untuk
meningkatkan pemahaman siswa, menarik minat dan menumbuhkan rasa
keingintahuan dalam diri siswa sehingga siswa menjadi antusias dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Penulis juga berusaha memanajemen waktu dengan baik,
sehingga materi pelajaran yang telah disiapkan dalam satu kali pertemuan dapat
terselesaikan sesuai dengan rencana yang telah disiapkan. Dengan cara-cara
tersebut penulis merasa ada perubahan yang diperoleh dan pembelajaran dengan
model, metode dan media tersebut dapat dikatakan berhasil dan terbukti dengan
nilai penilaian harian siswa kelas IX D Ruang 1 dan Ruang 2 yang memuaskan.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) tahun akademik 2020/2021 yang dilaksanakan pada tanggal 11
Januari 2021 hingga 20 Febuari 2021 di SMP Negeri Semangus.
Dalam penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Rudi Erwandi, M.Pd selaku Ketua STKIP-PGRI Lubuklinggau
2. Bapak Ahmad Amin, M.Si selaku dosesn pembimbinging PPL
3. Komiah, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri Semangus
4. Ibu ANITA, M.Pd selaku Guru Pamon PPL
5. Staf dan Dewan Guru SMP Negeri Semangus
6. Rekan-rekan Mahasiswa PPL di SMP Negeri Semangus
7. Orang Tua dan Keluarga Besar
8. Siswa dan siswi SMP Negeri Semangus
Dalam penulisan laporan individu PPL ini mungkin masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sangat diharapkan agar dikemudian hari bisa menjadi lebih baik lagi
dan bisa digunakan oleh orang banyak. Semoga laporan individu PPL ini dapat
bermanfaat untuk semuanya, Aamiin. Terima kasih.

Lubuklinggau, Febuari 2021


Mahasiswa PPL,

SUDARSIH
NPM. 4017027

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................i
RINGKASAN...................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Ruang Lingkup Pelaksanaan PPL...........................................................................4
D. Tujuan Pelaksanaan................................................................................................5
E. Manfaat Pelaksanaan PPL.......................................................................................5
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran......................................................................7
2. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning.....................................7
3. Tahapan Model Pembelajaran Discovery Learning.........................................8
4. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovry Learning.........10
B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran.................................................................12
2. Metode Yang Digunakan..............................................................................12
C. Materi Pendukung (Kekongruenan dan Kesebangunan).....................................14
BAB III : METODE PELAKSANAAN
A. Waktu Pelaksanaan..............................................................................................18
B. Kelas Yang Digunakan........................................................................................18
C. Langkah-Langkah Persiapan ...............................................................................18
D. Langkah-Langkah Pelaksanaan Moodel Pembelajaran.......................................18
BAB IV : HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBEHASAN
A. Hasil Pelaksanaan................................................................................................21
B. Pembahasan.........................................................................................................22

iv
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................26
B. Saran....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................28

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting untuk membekali
siswa menghadapi masa depan. Untuk itu proses pembelajaran yang bermakna
sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Siswa perlu
mendapat bimbingan, dorongan, dan peluang yang memadai untuk belajar dan
mempelajari hal-hal yang akan diperlukan dalam kehidupannya.
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah
wajib tempuh untuk melatih mahasiswa untuk menetapakan pengetahuan dan
kemampuan yang telah dimiliki dalam suatu proses pembelajaran sesuai bidang
studinya masing-masing sehingga mahasiswa mendapatkan pengalaman faktual
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan diri sebagai calon
guru/pendidik atau tenaga kependidikan. Dalam pelaksanaannya mahasiswa
PPL dibimbing oleh guru pamong dan dosen pembimbing. Adapun tujuan dari
PPL ini adalah melatih mahasiswa dalam rangka menerapkan pengetahuan dan
kemampuannya serta mempraktikan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan dalam proses pembelajaran sesuai bidang studinya, sehingga
mahasiswa memperoleh bekal berupa pengalaman faktual untuk
mengembangkan diri sebagai tenaga pendidik yang profesional dan
bertanggung jawab.
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu program
pendidikan prajabatan guru untuk mengintegrasi berbagai kemampuan
keguruan secara utuh dan terpadu dalam situasi yang nyata di sekolah yang
dibimbing oleh guru pamong dan dosen pembimbing. Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) dalam hal ini diadakan oleh STKIP-PGRI Lubuklinggau yang
diikuti dan dilaksanakan oleh mahasiswa semester VII dengan bobot 4 sks
selama delapan minggu di berbagai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas, baik disekolah Negeri maupun sekolah
Swasta dalam beberapa kecamatan di Kabupaten Musi Rawas, salah satunya di

1
2

SMP Negeri Semangus yang pelaksanaannya dimulai tanggal 11 Januari 2021


sampai dengan 20 Febuari 2021.
Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber belajar yang
paling benar. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan
keahlian di depan kelas. Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan
untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan
pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis model
pembelajaran. Selain itu mahasiswa sebagai calon guru juga diharapkan untuk
menjadi guru yang mampu mengatasi semua permasalahan yang dihadapi
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sebelum praktik mengajar dikelas,
mahasiswa yang melakukan penerapan perangkat pembelajaran harus terlebih
dahulu membuat perangkat pembelajaran yang yang menjadi dasar untuk
kegiatan pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi:
rincian minggu efektif, program tahunan, program semester, rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan silabus.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting
dalam keberhasilan program pendidikan, karena matematika sebagai bagian
dari pendidikan akademis dan merupakan ilmu dasar bagi disiplin ilmu yang
lain, sekaligus sebagai sarana bagi siswa agar mampu berpikir logis, kritis dan
sistematis. Oleh karena peranan matematika yang begitu penting, maka siswa
dituntut untuk dapat menguasai konsep matematika sedini mungkin secara
tuntas. Menurut Irmawati M, dkk (2019) Belajar matematika tidak cukup
mengenal konsep, namun dapat mempergunakan konsep tersebut untuk
menyelesaikan masalah, baik masalah yang berhubungan dengan matematika
ataupun masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Namun pelajaran matematika bagi sebagian besar murid dianggap
sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami, sebab matematika selalu
dihubungkan dengan angka dan rumus. Dengan demikian dapat mengakibatkan
tujuan pembelajaran yang diharapkan menjadi sulit tercapai. Salah satunya
siswa sulit dalam pemecahan masalah. Menurut Syaiful (2012) salah satu
faktor penyebab kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu faktor
kebiasaan belajar, 3 siswa hanya terbiasa belajar dengan cara menghafal, cara
3

ini tidak melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang


merupakan akibat dari model pembelajaran konvensional. Dalam proses
pembelajaran matematika di kelas guru lebih dominan dari pada siswa. Hal
tersebut menyebabkan banyak siswa yang pasif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Mereka lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru dan
tidak banyak tanya apabila belum mengerti, sehingga siswa sulit dalam
memecahkan masalah saat diberika soal-soal matematika.
Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan sebuah model
pembelajaran yang aktif, inovatif dan dapat membantu siswa berlatih dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa
berlatih dalam pemecahan masalah adalah discovery learning. Menurut Cahyo
(2012) metode discovery learning adalah pembelajaran yang dirancang
sedikian rupa agar murid dapat menemukan suatu konsep dalam
memecahkan suatu masalah sehingga mengarahkan keaktifan murid,
mencari, mengolah dan meyelesaikan masalah.
Hosnan (2014) mengemukakan beberapa kelebihan dari model discovery
learning yakni sebagai berikut. (1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. (2)
Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer. (3) Dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah. (4) Membantu siswa
memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lain. (5) Mendorong keterlibatan keaktifan siswa. (6) Mendorong
siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. (7) Melatih siswa
belajar mandiri. (8) Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia
berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penyusun memilih metode dan
model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas IX D SMP Negeri Semangus Tahun Pelajaran 2020/2021
yaitu model pembelajaran Discovery Learning.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan ini yaitu; Apakah penggunaan model pembelajaran Dicovery
Learning pada materi kekongruenan dan kesebangunan pada kelas IX D SMP
Negeri Semangus dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa?

C. Ruang Lingkup Pelaksanaan PPL


1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri
Semangus Tahun Pelajaran 2020/2021. Populasi dalam penelitian secara
lengkap dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 1.1 Populasi Siswa Kelas IX
SMP Negeri Semangus.
Jenis Kelamin
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 IX A 12 13 25
2 IX B 11 16 27
3 IX C 14 12 26
4 IX D 9 19 28
Sumber: Tata Usaha SMP Negeri Semangus 2020/2021
Tabel 1.2
Sampel Siswa Kelas IX B SMP Negeri Semangus
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
IX B Ruang 1 9 6
IX B Ruang 2 2 10
Sumber: Tata Usaha SMP Negeri Semangus 2020/2021
2. Bahan Ajar
Materi yang di sampaikan pada saat pelaksanaan penerapan perangkat
pembelajaran adalah Kekongruenan dan Kesebangunan.
3. Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan yaitu Discovery Learning dan
menggunakan pendekatan saintifik
Media : Powerpoint, Lembar Penilaian
Alat : Spidol, Papan Tulis, Penghapus, dan Proyektor
D. Tujuan Pelaksanaan
5

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis buat, maka tujuan penulisan


laporan ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa pada materi kekongruenan dan kesebangunan pada kelas IX
D di SMP Negeri Semangus setelah diterapkan model pembelajaran Discovery
Learning.

E. Manfaat Pelaksanaan PPL


Dalam penulisan laporan ini penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi:
1. Untuk Siswa
Siswa dapat meningkatkan keaktifannya dalam pembelajaran, berfikir
kreatif dan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan soal-soal tes,
khususnya soal yang berhubungan dengan proses pembelajaran matematika
dalam permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
2. Untuk Guru
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi guru untuk dapat
menggunakan model-model pembelajaran yang tepat dalam upaya
meningkatkan variasi dalam pembelajaran Matematika dan upaya
meningkatkan hasil pembelajaran yang lebih inovatif.
3. Untuk Sekolah
Sebagai sebuah kerja sama antara pihak universitas dan sekolah serta
laporan individu ini dapat dijadikan sebagai sumbangan positif dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada pelajaran matematika
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Semangus.
4. Untuk Mahasiswa PPL
Untuk memperoleh pengalaman dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dan pembelajaran di kelas, menerapkan perangkat pembelajaran
serta melakukan praktik berdasarkan teori-teori yang didapat selama
perkuliahan.

5. Untuk STKIP PGRI Lubuklinggau


6

Meningkatkan kerja sama dengan sekolah yang bermuara pada


peningkatan mutu dan kualitas pendidikan terutama bagi mahasiswa STKIP
PGRI Lubuklinggau.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014).
Menurut Sukmadinata & Syaodih (2012) Model pembelajaran merupakan
suatu rancangan (desain) yang menggambarkan proses rinci penciptaan
situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran
agar terjadi perubahan atau perkembangan diri peserta didik. Sedamgkan
menurut Lairu dan Arihi (dalam Muliadi, 2017) Penggunaan model
pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa, materi pelajaran,
karakteristik siswa, dan proses pembelajaran pendukung”

2. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning


Menurut Hosnan (2014), pembelajaran Discovery Learning adalah
suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Menurut Kurniasih (2014),
model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pembelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasikan sendiri.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model Discovery
Learning adalah model pembelajaran yang materinya tidak disajikan
oleh gurunya, melainkan siswa dibimbing gurunya untuk melakukan
penemuan sendiri dan mencari informasi sendiri kemudian
mengorganisasikan apa yang siswa ketahui sebagai hasil yang diharapkan,
maka hasil yang diperoleh siswa akan bertahan lama dalam ingatannya.

7
8

Menurut Hosnan (2014), pembelajaran Discovery Learning adalah


suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Menurut Kurniasih (2014),
model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pembelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasikan sendiri. Jadi dapat disimpulkan model Discovery
Learning adalah model pembelajaran yang materinya tidak disajikan
oleh gurunya, melainkan siswa dibimbing gurunya untuk melakukan
penemuan sendiri dan mencari informasi sendiri kemudian
mengorganisasikan apa yang siswa ketahui sebagai hasil yang diharapkan,
maka hasil yang diperoleh siswa akan bertahan lama dalam ingatannya.

3. Tahapan Model Pembelajaran Discovery Learning


Adapun tahapan dalam model pembelajaran discovery learning di
dalam kelas adalah sebagai berikut :
a. Langkah persiapan model pembelajaran Discovery Learning
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar dan sebagainya)
3) Memilih materi pelajaran
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi)
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolis
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
9

b. Prosedur aplikasi model pembelajaran Discovery Learning


Sedangkan menurut Dedikbud (2014) tahapan dalam pembelajaran
yang menerapkan Discovery Learning ada 6, yakni:
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta
didik dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Pada tahap ini, guru memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih
dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah).
c. Data collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan
kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian peserta
didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui
10

wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua


informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
data processing Verifikasi menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning


a. Kelebihan
Menurut Bruner (dalam Darmadi, 2017:111-113) mengatakan
bahwa kelebihan dalam Discovery Learning adalah :
1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
bagaimana cara belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
11

3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa


menyelidiki dan berhasil.
4) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan lainnya.
7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluakan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8) Membantu siswa menghilangkan keragu-raguan karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru.
11) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
14) Situasi proses belajar lebih terangsang
15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan menusia seutuhnya.
16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa
b. Kelemahan
Selain kelebihan, model pembelajaran discovery learning juga
terdapat kelemahannya. Hosnan (2014) mengemukakan beberapa
kekurangan dari model discovery learning yaitu:
1) Menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan
mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi
fasilitator, motivator, dan pembimbing
2) Kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas
12

3) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap
model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan
tersebut dapat diminimalisir agar berjalan secara optimal.

B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Sutikno (2009) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran adalah
cara–cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar
terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai
tujuan. Sedangkan Nana Sudjana (2005) memberikan pengertian metode
pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Dari penertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
cara yang digunakan oleh guru untuk menjalin hubungan dengan peserta
didik saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Metode yang digunakan
a. Metode Diskusi
Diskusi menurut Suryosubroto (2009) adalah percakapan ilmiah
oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling
bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari
pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
Sedangkan menurut Sagala (2011) Diskusi adalah percakapan ilmiah
yang reponsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan
pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian
ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung
dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan
masalahnya dan untuk mencari kebenaran. Dalam diskusi selalu ada
suatu pokok yang dibicarakan semua anggota turut berfikir dan
diperlukan disiplin yang ketat.
Metode diskusi juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari metode diskusi yaitu: Merangsang kreatifitas anak didik
dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan terobosan baru dalam
13

pemecahan masalah, (2) Mengembangkan sikap saling menghargai


pendapat orang lain, (3) Memperluas wawasan, (3) Membina untuk
terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah. Sedangkan
kelemahan metode diskusi yaitu: (1) Membutuhkan waktu yang panjang,
(2) Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar, (3) Peserta
mendapat informasi yang terbatas, (4) Dikuasai orangorang yang suka
berbicara atau ingin menonjolkan diri.
Dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah metode
pembelajaran berbentuk tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-
unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat
pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau
untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah adalah metode pembelajaran dengan
cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,
terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru
(Djamarah dan Zain ,2010). Sedangkan menurut Ibrahim (2020) Metode
tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya
dialok antara guru dan siswa, guru bertanya dan siswa menjawab atau
sebaliknya siswa yang bertanya dan guru yang menjawab . Metode tanya
jawab ini dapat melatih siswa untuk mengemukan pendapat dalam
diskusi sehingga dapat menciptakan kondisi belajar menjadi
menyenangkan. Hal ini juga akan berdampak kepada peningkatan
motivasi belajar siswa juga peningkatan hasil belajar siswa
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada siswa dan dari
siswa kepada siswa yang lainnya. Tujuan dari teknik ini bukanlah untuk
menunjukkan kesarjanaan guru ataupun untuk memperlihatkan betapa
kepandaian guru mampu menunjukkan di mana ketidakpedulian siswa.
14

C. Materi Pendukung ( Kekongruenan dan Kesebangunan)


1. Pengertian Kekongruanan dan Kesebangunan
Kekongruenan merupakan dua buah bangun datar yang di mana kedua
bangunnya sama – sama memiliki bentuk dan juga ukuran yang sama.
Kekongruenan ini biasa dilambangkan dengan pemakaian simbol ≅.
Sedangkan Kesebangunan merupakan sebuah bangun datar di mana sudut-
sudutnya mempuntai kesesuaian yang sama besarnya. Dan juga panjang
sisi–sisi sudutnya juga bersesuai dengan mempunyai sebuah perbandingan
yang sama. Dengan kata lain, kesebangunan merpuakan dua buah bangun
yang memiliki sudut serta panjang sisi yang sama Kesebangunan pada
umumnya dilambangkan dengan menggunakan simbol notasi ≈.

2. Kekongruenan Bangun Data


Kekongruenan Bangun Datar Dua bangun yang mempunyai bentuk
dan ukuran yang sama dinamakan kongruen. yaitu: Dua bangun segi banyak
(polygon) dikatakan kongruen jika memenuhi dua syarat, yaitu:
a. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang

b. Memiliki sudut yang bersesuaian sama besar

A B Sudut-sudut yang bersesuaian:


∠A dan ∠J → m∠A = m∠J
∠B dan ∠K → m∠B = m∠K
∠C dan ∠L → m∠C = m∠L
D C
∠D dan ∠M → m∠D = m∠M
Sisi-sisi yang bersesuaian:
J K
AB dan JK → AB = JK
BC dan KL → BC = KL
CD dan LM → CD = LM
DA dan MJ → DA = MJ
M L

Jika bangun ABCD dan JKLM memenuhi kedua syarat tersebut, maka
bangun ABCD dan JKLM kongruen, dinotasikan dengan ABCD ≅ JKLM.
Jika bangun ABCD dan JKLM tidak memenuhi kedua syarat tersebut maka
15

bangun ABCD dan JKLM tidak kongruen, dinotasikan dengan ABCD ≅


JKLM.
Contoh:

3. kekongruenan dua segitiga


Dua segitiga dikatakan kongruen jika dan hanya jika memenuhi dua
syarat berikut:
a. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang
b. Sudut yang bersesuaian sama panjang
Sifat Dua Segitiga Kongruen :
a. Ketiga pasangan sisi yang bersesuaian sama panjang (s, s, s)
b. Dua sisi yang bersesuaian sama besar dan sudut yang dibentuk oleh sisi-
sisi tersebut sama besar (s, sd, s)
c. Dua sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi yang menghubungkan
sudut itu sama panjang (sd, s, sd)

⦟B dan ⦟ Q adal\ah sudut


yang bersesuaia

B Q

A P R
C

Sisi AC dan PR adalah sisi-sisi


yang bersesuaian
Jika ∆ABC dan ∆DEF memenuhi syarat tersebut, maka ∆ABC dan ∆DEF
kongruen, dinotasikan dengan ∆ABC ≅ ∆DEF. Jika ∆ABC dan ∆DEF tidak
16

memenuhi syarat tersebut maka maka ∆ABC dan ∆DEF tidak kongruen,
dinotasikan dengan ∆ABC ≇ ∆DEF.
4. Kesebangunan Bangun Datar
Dua bangun datar yang mempunyai bentuk yang sama disebut sebangun.
Tidak perlu ukurannya sama, tetapi sisi-sisi yang bersesuaian sebanding
(proportional) dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar. Perubahan
bangun satu menjadi bangun lain yang sebangun melibatkan perbesaran atau
pengecilan. Dengan kata lain dua bangun dikatakan sebangun jika
memenuhi syarat:

a. perbandingan panjang sisi yang bersesuaian senilai


AB BC CD AD
= = =
EF FG GH EH
b. sudut yang bersesuaian besarnya sama
m∠A = m∠E
m∠B = m∠F
m∠C = m∠G
m∠D = m∠H
Jika bangun ABCD dan EFGH memenuhi kedua syarat tersebut, maka
bangun ABCD dan EFGH sebangun, dinotasikan dengan ABCD ∼ EFGH.
Jika bangun ABCD dan EFGH tidak memenuhi kedua syarat tersebut maka
bangun ABCD dan EFGH tidak sebangun, dinotasikan dengan ABCD ≁
EFGH.
5. Kesebangunan Dua Segitiga
17

Dua segitiga dikatakan sebangun jika hanya jika memenuhi syarat berikut
ini.
a. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai.
b. Besar sudut-sudut yang bersesuaian sama.

a. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai


A ' B' B' C ' A ' C'
= = =a
AB BC AC
b. Besar sudut-sudut yang bersesuaian sama
m∠A = m∠ A'
m∠B = m∠ B'
m∠C = m∠C '
Jika ∆ABC dan ∆A'B'C' memenuhi syarat tersebut, maka ∆ABC dan
∆A'B'C' sebangun, dinotasikan dengan ∆ABC ∼ ∆A'B'C'. Jika ∆ABC dan
∆A'B'C' tidak memenuhi syarat, tersebut maka ∆ABC dan ∆A'B'C' tidak
sebangun, dinotasikan dengan ∆ABC ≁ ∆A'B'C'.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu Pelaksanaan
Berdasarkan sampel yang telah ditentukan, kegiatan belajar mengajar
(KBM) dengan materi kekongruenan dan kesebangunan alokasi waktu 3 x 40
menit dilaksanakan pada hari Senin pada tanggal 8 Febuari 2021 di kelas IX B
Ruang 1 dan Senin pada tanggal 15 Febuari 2021 di kelas IX B Ruang 2.
.
B. Kelas yang Digunakan
Kelas yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran materi
kekongruenan dan kesebangunan yaitu kelas IX B ruang 1 dan 2 SMP Negeri
Semangus.

C. Langkah-Langkah Persiapan
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa meliputi kemampuan awal,
minat, gaya belajar dan sebagainya
3. Memilih materi pelajaran
4. Menetukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif dari
contoh generalisasi
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh ilustrasi
tugas dan sebagainya untuk dipelajarai siswa
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke yang kompleks, dari
yang kongkrit ke yang abstak atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai
kesimbolik
7. Melakukan penilaian, proses dan hasil belajar siswa

D. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran


Kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan sintak dari model
pembelajaran yang digunakan yaitu discovery learning. Sintak model discovery
learning sebagai berikut :

18
19

1. Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Guru meminta salah seorang peserta didik untuk memandu doasebelum
belajar.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Guru memberikan Motivasi berupa pertanyaan/stimulan terhadap materi
yang akan dipelajari.
e. Menjelaskan kompetensi dan indikator pembelajaran yang akan dicapai
dan teknik penilaian yang akan dilakukan.
2. Kegiatan Inti
a. Stimulation (Stimulasi/ Pemberian Rangsangan)
1) peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok yang teriri 4/5
orang perkelompok
2) peserta didik mengamati gambar pada materi yang diberikan/dislide
power point

3) Guru memberikan stimulus mengenai ilustri yang diberikan, seperti


“dapatkah kalian mengidentifikasi bangun datar yang kongruen dan
sebangun
4) Ppeserta didik diberitahu mengenai materi yang akan dipelajari
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
1) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menuju ke hipotesis
yang ingin dimunculkan
20

2) Peserta didik menjawab pertanyaan guru dan menuliskan di buku


catatan
3) Menyepakati masalah yang akan diidentifikasi
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
1) Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan dengan cara
berkelompok untuk menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi, dan
mencatatnya dibuku.
2) Guru memberi kesempatan peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan tentang kekongruenan dan kesebangunan bangun datar dan
menjelaskan kekongruenan dan kesebangunan bangun datar yang
tidak paham.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Peserta didik menerapkan informasi yang telah dikumpulkan didalam
kelas untuk menyelesaikan masalah yang telah diidentifikasi (soal
latihan).
e. Verification (Pembuktian)
Peserta didik melakukan verifikasi data dengan jujur melalui studi
literatur (buku, internet, dan lain-lain) dan bertukar pendapat dengan
teman satu kelompok, kelompok lain, dan guru.
f. Generalization (Menarik Kesimpulan/ Generalisasi)
Dari hasil verifikasi data, peserta didik dapat mengambil kesimpulan
dengan jujur tentang materi kesebangunan dan kekongruenan,
Selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan dan presentasi. Selama
kegiatan berlangsung, guru mengamati dan memfasilitasi kebutuhan
peserta didik.

3. Penutup
a. Peserta didik bersama guru menyimpulkan hasil dari proses pembelajara
b. Peserta didik diberikan kesempatan jika ingin bertanya mengenai materi
yang belum jelas.
c. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
d. Guru menutup kegiatan pembelajaran.
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBEHASAN

E. Hasil Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di SMP Negeri Semangus dengan
sampel siswa pada kelas IX (Sembilan). Pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas IX B Ruang 1 dengan jumlah peserta didik 15 terdiri dari
9 orang laki-laki dan 6 orang perempuan, dan IX B Ruang 2 dengan jumlah
peserta didik 12 orang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 10 orang perempuan di
kelas yang diajarkan. Pelaksanaan pembelajaran tersebut dilaksanakan pada
senin pada tanggal 8 Febuari 2021 di kelas IX B Ruang 1 dan Senin pada
tanggal 18 Febuari 2021 Ruang 2 di kelas IX B Ruang 2. Pada proses
pembelajaran tersebut disajikan latihan soal setelah penyampaian materi.
Tujuan dari pembelajaran ini yaitu agar peserta didik dapat menjelaskan
pengertian kekongruenan dan kesebangunan.
Model yang digunakan adalah discovery learning serta metode yang
digunakan adalah metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, sedangkan Media
pembelajaran yang digunakan adalah media pembelajaran visual berupa slide
power point. Kegiatan belajar mengajar ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada bagian pendahuluan, kegiatan
pembelajaran yang dilakukan adalah kegiatan apersepsi, guru mengucapkan
salam, guru menanyakan kabar siswa, guru mengabsensi peserta didik, guru
menjelaskan kembali secara ringkas materi yang sudah disampaikan
sebelumnya kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada saat
pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan inti, guru menggunakan media visual
berupa infokus untuk menyampaikan stimulus dan merangsang siswa untuk
berpikir kritis mengenai materi yang akan diajarkan. Setelah menjelaskan
materi ajar secara singkat, guru membuka sesi tanya jawab antara guru dengan
peserta didik. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan rangsangan kepada
siswa untuk menggali pengetahuan dan aktif dalam proses pembelajaran.
Kemudian siswa diberi lembar kerja untuk mengetahui kemampuan siswa.
Pada kegiatan akhir guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang

21
22

telah dipelajari pada waktu itu dan menginformasikan materi pada pertemuan
berikutnya, memberikan reward kepada kelompok yang aktif serta mengakhiri
kegiatan belajar mengajar dengan mengucap salam.
Model discovery learning dinilai sangat cocok dengan kondisi kelas saat
itu. Siswa yang tadinya pasif banyak bermain pada saat kegiatan belajar
mengajar, setelah digunakan model pembelajaran discovery learning dan
dengan dukungan penyampaian materi menggunakan media visual, siswa yang
tadinya pasif kini menjadi aktif bahkan terlihat santai namun sangat aktif.
Penerapan model discovery learning dengan dukungan media visual dalam
penyampaian materi yang berupa slide power point, dengan demikian dinilai
sangat baik untuk merangsang peserta didik dalam pemahaman konsep karena
melibatkan indera penglihatan. Selain itu juga, peserta didik lebih tertarik
mengikuti pembelajaran karena peserta didik tidak jenuh karena slide power
point dibuat sangat menarik dan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang
memancing peserta didik untuk berlomba-lomba menjawab, sehingga
pembelajaran lebih aktif dengan harapan ketika diberikan latihan soal setelah
penyampaian materi memudahkan peserta didik untuk mengerjakannya,
bahkan pada saat penilaian harian nantinya peserta didik hasilnya di atas KKM
70 pada kompetensi dasar 3.6 dan 4.6.
Berdasarkan dari hasil latihan soal pada kegiatan proses belajar
mengajar, peserta didik kelas IX B Ruang 1 dan Ruang 2 SMP Negeri
Semangus dinyatakan berhasil dengan predikat sangat memuaskan, nilai yang
diperoleh di atas KKM 70 pada kompetensi dasar 3.6 dan 4.6.

B. Pembahasan
Pada pertemuan pembelajaran KD 3.6 Menentukan dan menjelaskan
kekonguenan dan kesebanguuan ini guru melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dimana
pembahasan pada pertemuan ini adalah materi tentang ke kokongruenan dan
kesebangunabangun datar dan bangun dua segitiga, tanya jawab dan
praktikum. Pembelajaran di kelas IX B ruang 1pada hari senin tanggal 8
Febuari 2021 dan kelas IX B ruang 2 pada hari senin tanggal 15 Febuari.
23

Adapun pelaksanaan dimulai dari kegiatan pendahuluan dimana proses


pembelajaran dimulai dari guru memberikan salam pembuka pada siswa.
Kemudian siswa berdoa menurut kepercayaan siswa masing-masing,
Kemudian guru mengabsen kehadiran siswa dan dengan mengisi lembar
laporan absensi harian, serta guru menyampaikan tujuan, indikator atau materi
yang akan diajarkan dan menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan termasuk penilaian.
Pada kegiatan inti pembelajaran, pertama dimulai dari guru membagi
siswa menjadi 4 kelompok, setelah terbentuk dan duduk secara berkelompok
dikelompok masing-masing lalu guru memberikan gambar-gambar terkait
materi untuk memberikan stimulasi kepada siswa. Kemudian peserta didik
diminta mengamati gambar tersebut, siswa mengajukan pertanyaan atau
pendapat dari gambar yang diberikan serta siswa berfikir kritis untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain. Kedua guru
memberikan suatu permasalahan yang tersirat didalam sebuah soal (dengan
membagikan latihan soal). Siswa diharapkan kreatif untuk mengidentifikasi
masalah dari soal yang disediakan untuk menyusun hipotesis tentang
penyelesain dari soal kekongrruenan dan kesebangunan) dan menyepakati
masalah yang akan diidentifikasi. Ketiga siswa mengumpulkan informasi yang
relevan dengan cara berkelompok untuk menjawab pertanyan yang telah
diidentifikasi, dan mencatatnya dibuku. Kemudian guru memberi kesempatan
peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang kekongruenan dan
kesebangunan yang tidak paham. Keempat siswa menerapkan informasi yang
telah dikumpulkan didalam kelas untuk menyelesaikan masalah yang telah
diidentifikasi (soal latihan). Kelima siswa melakukan verifikasi data dengan
jujur melalui studi literatur (buku, internet, dan lain-lain) dan bertukar pendapat
dengan teman satu kelompok, kelompok lain, dan guru. Terakhir dari hasil
verifikasi data, siswa dapat mengambil kesimpulan dengan jujur tentang
kesebangunan dan kekongruenan. Selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan
dan presentasi. Selama kegiatan berlangsung, guru mengamati dan
memfasilitasi kebutuhan siswa. Kegiatan penutup, pada kegiatan ini ada
beberapa tahap pertama Peserta didik bersama guru menyimpulkan hasil dari
24

proses pembelajaran Peserta didik diberikan kesempatan jika ingin bertanya


mengenai materi yang belum jelas. Tahap keempat guru menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Terakhir guru menutup
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan
sintak dari model pembelajaran yang digunakan yaitu discovery learning.
Sintak model discovery learning sebagai berikut :
1. Pendahuluan
a. Orientasi
Guru mengucapkan salam dan meminta salah seorang untuk memimpin
doa
b. Apersepsi
Guru mengingatkan materi sebelumnya
c. Motivasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
a. Guru memberi stimulus dengan membaca buku mengenai materi yang
akan diajarkan atau guru menampilkan materi pada slide power point
b. Peserta didik diminta untuk membaca buku, diberi latihan soal untuk
mengidentifikasi masalah
c. Guru memberi kesempatan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak paham dan materi yang ada untuk mencari
dan mengumpulkan informasi
d. Peserta didik menerapkan informasi untuk menyelesaikan masalah soal
latihan dan menolah data
e. Guru meminta peserta didik untuk menyempaikan hasil pekerjaan untuk
memverifikasi
f. Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran
3. Penutup
a. Guru dan siswa merencanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya
b. Guru memberi tugas jika perlu
c. Guru memberikan evaluasi kepada siswa
d. Guru menutup kegiatan pembelajaran
25

Adapun manfaat yang didapatkan oleh penulis dalam mengajarkan


materi Statistika dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning,
yaitu:
1. Pembelajaran lebih menarik dan mudah di pahami oleh peserta didik dengan
menggunakan metode diskusi
2. Siswa lebih mempersiapkan diri secara maksimal untuk mendapat
kesempatan presentasi dalam melaksanakan praktikum.
3. Saling memberikan pengetahuan antar siswa mengenai materi kekongruenan
dan kesebangunan serta menantang siswa untuk berkompetisi secara baik.
Selain manfaat yang di peroleh dari materi yang telah di ajarkan dengan
model pembelajaran discovery learning, terdapat kendala dalam proses
pembelajaran di kelas, yaitu
1. Pada saat diskusi ada siswa yang tidak ikut berpartisipasi.
2. Nilai yang diperoleh tergantung pada individu karena tidak dipengaruhi nilai
teman lain.
3. Masih ada siswa mengobrol saat proses kegiatan belajar mengajar
4. Siswa dengan kemampuan yang rendah kebanyakan bergantung dengan
siswa lain yang terdapat pada kelompok diskusi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan PPL yang dilaksanakan oleh penyusun di SMP Negeri
Semangus secara keseluruhan dapat dikatakan terlaksana dengan baik. Banyak
pengalaman yang diperoleh dalam kegiatan PPL ini yang dapat diambil sebagai
bekal dalam menghadapi dunia kerja kelak. Pengalaman ini diperoleh dari
guru, karyawan, siswa dan rekan-rekan PPL lainnya. Meskipun dalam
pelaksanaan PPL ini terkadang menghadapi kendala namun kendala ini tidak
dijadikan alasan sebagai ketidak suksesan penyusun dalam pelaksanaan PPL.
Kendala tersebut dijadikan pelajaran berharga agar ketika penyusun
menghadapi masalah yang sama bahkan lebih besar penyusun dapat
menghadapinya dengan tenang. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di SMP
Negeri Semangus dengan subjek siswa kelas IX . Adapun hasil pelaksanaan
pembelajaran kelas IX B ruang 2 dan ruang 2 dengan jumlah 27 siswa yang
ddiajarkan dapat yang dinyatakan tuntas, yang telah menvcapai nilai KKN
yaitu 70.

B. Saran
Setiap kegiatan tentunya tidak akan terlepas dari kekurangan meskipun
terdapat banyak manfaat di dalamnya. Begitu pun dengan kegiatan PPL yang
telah dilaksanakan oleh penyusun di SMP Negeri Semangus selama kurang
lebih satu bulan sepuluh hari mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh
karena itu, perkenankan saya sebagai penulis memberikan beberapa saran yang
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penyusun ke depannya:
1. Bagi Penyusun
Adapun saran bagi penyusun ke depannya, antara lain:
a. Sebaiknya penyusun selalu mencari referensi mengenai strategi dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter maupun materi yang
akan diajarkan agar penyampaiannya dapat diterima dan diserap oleh
siswa secara efektif.

26
27

b. Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, penyusun


diharapkan untuk lebih mempersiapkan diri secara maksimal agar
senantiasa dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik.
c. Penyusun harus senantiasa meminta masukan dan koreksi, baik dari Guru
pamong, maupun Dosen pembimbing PPL terhadap penampilan di kelas
maupun terhadap perangkat pembelajaran yang telah dibuat.
d. Penyusun harus mampu bersikap, berpenampilan, dan bertindak
sebagaimana layaknya seorang guru yang professional serta senantiasa
memberikan teladan yang baik bagi siswa di dalam dan di luar kelas.
e. Selalu berinovasi dalam mengembangkan metode pembelajaran yang
dilakukan agar siswa tidak merasa bosan.

2. Bagi Pihak Sekolah


Adapun saran untuk pihak sekolah, penyusun berharap agar kerja
sama yang telah terjalin dapat terus berlangsung.

3. Bagi Pihak STKIP PGRI Lubuklinggau


Saran untuk pihak universitas, penyusun berharap agar meningkatkan
kualitas PPL hingga mencapai keberhasilan yang maksimal dengan cara
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penyusun secara kontinu
baik sebelum pelaksanaan PPL maupun pada saat berlangsungnya PPL.
Memberikan informasi yang terbaru mengenai penyusunan laporan
kelompok maupun laporan individu sehingga penyusun tidak merasa
kebingungan dalam proses pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, A. N. (2012). Teori-teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Press.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Irmawati, M., Rukli, R., & Baharullah, B. (2019). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Discovery Learning
Berbasis GRANDER di Sekolah Dasar. Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, 3(2), 127-139.
Muliadi. (2017). Cooperative Script Learning Model to Improving Student
Listening Skills.IOSR Journal of Research & Method in Education
(IOSR-JRME),7(3)
Saefuddin, A. & Berdiati, I. (2014). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. 2005. Strategi pembelajaran. Jakarta : Yudistira
Sukmadinata, N.S. & Syaodih, E. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama.
Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Sutikno , M Sobry . 2009. Belajar dan Pembelajaran , Bandung: Prospect.

28

Anda mungkin juga menyukai