Anda di halaman 1dari 41

CRITICAL JURNAL REVIEW

MK.KEPEMIMPINAN

PRODI SI PSPK-FMIPA

Skor Nilai:

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA

MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA GURU PADA SDN

018 BALIKPAPAN

(Vivi Rusmawati)

Nama Mahasiswa :

1. Evalina Br Simanjuntak (4213131069)


2. Nestin Sundayan Zai (4213331003)
3. Nur Fadillah (4213131059)

Dosen Pengampu : Haqqi Annazili Nasution S.PD.,M.Pd

Mata Kuliah : Kepemimpinan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan hasil

laporan Critical journal Report tentang Peran Kepemimpinan kepala sekolah

dalam upaya meningkatkan disiplin kerja guru pada SDN 018 BALIKPAPAN ini

dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya

berterima kasih kepada Bapak Haqqi Annazili Nasution S.Pd, M. Pd, yang telah

memberikan tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap hasil laporan ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Peran Kepemimpinan.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih sangat

banyak kekurangan.

Semoga hasil laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan katakata yang

kurang berkenan. Saya juga berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan hasil laporan yang telah saya buat di masa yang akan datang,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan, November 2021

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I ............................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 4


1.2. Tujuan CJR ....................................................................................................... 6
1.3. Manfaat CJR ..................................................................................................... 6
BAB II ............................................................................................................................. 7

JURNAL UTAMA......................................................................................................... 7

2.1. Latar Belakang Teori dan Tujuan Penelitian............................................... 7


2.2. Metode ............................................................................................................ 10
2.3. Pembahasan ................................................................................................... 11
2.4. Lampiran ........................................................................................................ 11
BAB III .......................................................................................................................... 24

JURNAL PEMBANDING ......................................................................................... 24

3.1. Latar Belakang Teori dan Tujuan Penelitian............................................. 24


3.2. Metode ............................................................................................................ 26
3.3. Hasil dan Pembahasan ................................................................................. 27
3.4. Lampiran ........................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 41
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu

kelompok yang di organisasi, menuju kepada penentuan/pencapaian tujuan

(Stogdill). Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting sebagai

pemimpin dalam menggerakkan kehidupan sekolah untuk mencapai tujuan.

Fungsi kepala sekolah adalah menanamkan pengaruh kepada guru agar mereka

melakukan tugasnya dengan sepenuh hati dan antusias. Keberadaan guru

mempunyai peranan penting di dalam menentukan keefektifan proses belajar

mengajar dan pencapaian tujuan sekolah, sehingga guru dituntut untuk dapat

menampilkan kinerjanya secara optimal. Tinggi rendahnya pencapaian kinerja

guru tersebut tidak terlepas dari pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang

mendorong sekolah untuk mencapai tujuan secara aktif dan efisien. Oleh karena

itu, dituntut keefektifan kepemimpinan, baik perempuan maupun laki-laki

sebagai seorang kepala sekolah yang dapat dilihat dari tugas dan tanggung

jawab kepala sekolahnya. Salah satu upaya Kepala Sekolah dalam memajukan

sekolah agar berkinerja baik yaitu dengan melakukan pembinaan kepada guru.

Kinerja guru-guru dalam suatu wujud pelaksanaan tugas mendidik dan

mengajar perserta didiknya, sangat banyak juga di tentukan atau dipengaruhi

oleh adanya motivasi kerja mereka. Pembinaan tersebut dilakukan agar guru

melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, efektif, dan efisien.

Peran kepala sekolah sebagai pemimpin mencerminkan tanggugjawab

kepala sekolah untuk menggerakan seluruh sumberdaya yang ada di sekolah,


sehingga lahir etos kerja dan produltivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan.

Fungsi kepemimpinan ini sangat penting sebab di samping sebagai penggerak

juga berperan untuk melakukan kontrol segala aktifitas guru (dalam rangka

meningkatkan profesiaonal mengajar) staf dan siswa dan sekaligus untuk

meneliti persoalan-persoalan yang timbul di lingkunan sekolah. Baik atau

buruknya suatu sekolah dan tinggi rendahnya mutu sekolah tidak hanya

ditentukan oleh jumlah guru dan kecakapanya, tetapi lebih banyak di tentukan

oleh cara kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Abd. Karim Masaong (2004)

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara semangat

kerja guru dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah. Perilaku

kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap semangat kerja

guru sebesar 67,65%.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang di percaya

masyarakat dan negara untuk menyediakan sumber daya manusia yang di

butuhkan dalam perkembangan bangsa. untuk itu di butuhkan seorang

pemimpin yang di dasarkan pada jati diri bangsa yang hakiki, bersumber nilai-

nilai budaya dan agama serta mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi di

dunia pendidikan.
1.2. Tujuan CJR

Tujuan penulis dalam mengadakan Critical Jurnal Review ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan.

2. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang Kepemimpinan.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari jurnal yang dikritisi.

1.3. Manfaat CJR

Manfaat yang dapat diperoleh dari critical jurnal review ini adalah:
1. Bagi akademik sebagai kepentingan ilmiah, yaitu untuk menambah

wawasan mahasiswa terkaitKepemimpinan.

2. Melatih mahasiswa untuk berpikir logis dan sistematis.

3. Mengembangkan kreativitas mahasiswa melalui Critical Jurnal Review.


BAB II
JURNAL UTAMA

2.1. Latar Belakang Teori dan Tujuan Penelitian

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam peranan Kepala sekolah, yaitu:

Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sosial yang menjadi kekuatan

penggerak kehidupan sekolah dan Kepala sekolah harus memahami tugas dan

fungsi mereka (guru) demi keberhasilan sekolah serta memiliki kepedulian

kepada staf dan siswanya. Di sisi lain, Kepala sekolah juga sebagai pejabat

formal, manager, pemimpin, pendidik dan seorang Kepala sekolah juga

berperan sebagai staf.

Dalam segi pengawasan pemimpin kurang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan pengawasan dan kurangnya pemberian sangsi yang tegas terhadap

guru yang melanggar peraturan, sehingga membuat semua perihal indisipliner

jadi merebak berkelanjutan, seperti ditemukan bahwa ketidakdisiplinan dalam

waktu, seperti keterlambatan dalam kehadiran dan meninggalkan sekolah

sebelum waktu usai.

Mereka terkadang meninggalkan sekolah bila jam belajar mengajar mereka

telah usai yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah yang telah ditetapakn

sekolah, seperti hadir di sekolah 15 menit, sebelum pelajaran dimulai dan pulang

setelah pelajaran selesai, tidak meninggalkan sekolah, tanpa izin kepala sekolah.
Tidak hanya itu guru juga sering meminta bantuan kepada petugas tata

usaha untuk memeriksa dan menilai setiap tugas, pekerjaan dan latihan yang

diberikan kepada siswa yang seharusnya harus dilakukan guru bersangkutan,

sehingga kurangnya efektifitas dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah

secara tepat.

Berangkat dari pemikiran di atas dan betapa pentingnya peranan

kepemimpinan seseorang dalam keberhasilan suatu organisasi, maka dengan itu

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Peranan

kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan disiplin kerja guru

pada SDN 018 Balikpapan”.

Kerangka Dasar Teori

a. Peran Kepemimpinan

Peran kepemimpinan dapat diartikan “sebagai seperangkat perilaku yang

diharapkan dilakukan oleh seorang sesuai dengan kedudukannya sebagai

pemimpin”. diinginkan yang berjalan dengan perilaku. Fakta bahwa

organisasi mengidentifikasi pekerjaan yang harus dilakukan dan perilaku

peran yang diinginkan yang berjalan dengan seiring pekerjaan tersebut, juga

mengandung arti bahwa harapan mengenai peran penting dalam mengatur

perilaku bawahan.

b. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi pendidikan. Kepala

Sekolah merupakan pemimpin pendidikkan di sekolah. Sebagai pemimpin

pendidikan, kepala sekolah memilikisejumlah tugas dan tanggung jawab

yang cukup berat. Untuk bias menjalankan fungsinya secara optimal, kepala

sekolah perlu menerapkan gaya kepimimpinan yang tepat.


Wahjosumidjo (2002) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah

seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu

sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat

dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid

yang menerima pelajaran.” Berkaitan dengan kepemimpinan kepala

sekolah Rusyan (2000) kepemimpinan kepala sekolah memberikan

motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar

siswa.

Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab kepala sekolah sangat

penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, juga

produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam

arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan kegairahan

kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya

untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah

digariskan sehingga disiplin, produktivitas kerja dan kinerja guru tinggi

dan hasil belajar siswa meningkat.” Ada banyak teori gaya kepemimpinan

yang biasa diterapkan kepala sekolah. Bila ditelaah dari perkembangan

teori, ada banyak teori kepemimpinan yang bisa ditelaah untuk mengkaji

masalah kepemimpinan.

Menurut Mulyasa (2009 : 90) disampaikan bahwa seorang kepala

sekolah harus melakukan perannya sebagai pimpinan dengan

menjalankan fungsi:

i. Kepala Sekolah Sebagai Edukator

Menurut Mulyasa (2009 : 98) Sebagai edukator, kepala sekolah harus

senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang

dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat
mempengaruhi propesionalisme kepala sekolah, terutama dalam

terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanakan

tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala

sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat

mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan

pekerjannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah

diikutinya.

1. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

2. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

3. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

4. Kepala Sekolah Sebagai Leader

5. Kepala Sekolah Sebagai Inovator

6. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

2.2. Metode

a. Visi

i. Menjadikan peserta didik cerdas, unggul, berkualitas, kompetitif dan

berwawasan lingkungan.

ii. Meningkatkan lulusan sekolah dasar dengan mutu yang baik.

iii. Menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang Produktif, Inovatif,

Kreatif.

b. Misi

i. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kepada mutu baik

moral maupun keilmuan, sehingga siswa berkembang dengan

optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.


ii. Menyiapkan SDM yang terdidik, mandiri, unggul dan berprestasidi

segala bidang.

iii. Siap merebut dan mengisi SLTP favorit.

2.3. Pembahasan

Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDN 018 Balikpapan

menunjukkan bahwa iklim sekolah yang kondusif itu adalah

lingkungan sekolah yang nyaman, tertib, dan adanya toleransi antara

kepala sekolah, guru, pegawai, dan para siswa. Yang berarti bahwa untuk

menciptakan iklim sekolah yang kondusif diperlukan kerjasama atau

hubungan yang harmonis antara seluruh warga sekolah dan tidak hanya

menjadi tanggung jawab kepala sekolah semata.

b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisior

e. Kepala Sekolah Sekolah Sebagai Leader

f. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

2.4. Lampiran
1. Judul Peran Kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya

meningkatkan disiplin kerja guru pada SDN 018

BALIKPAPAN

2. Jurnal eJournal Administrasi Negara

3. Download ejournal.ap.fisip-unmul.ac.id

4. Volume dan Halaman Volume 1, Nomor 2, 2013: 395-409

5. Tahun 2013

6. Penulis Vivi Rusmawati

7. Reviewer Nur Fadillah, Evalina Br. Simanjuntak, Nestin

Sundayan

Zai

8. Tanggal 18 November 2021

9. Abstrak Penelitian

-TujuanPenelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Peran

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya

Meningkatkan Disiplin Kerja Guru Pada SDN 018

Balikpapan.

-Subjek Penelitian Kepala Sekolah SDN 018 Balikpapan dan informan

adalah Bagian sistem informasi kegiatan, Guru, staf

TU dan Siswa-siswi SDN 018 Balikpapan.

-Kata Kunci Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Disiplin Kerja

10. Pendahuluan
-Latar Belakang dan Untuk mengembangkan proses belajar mengajar

Teori maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu para

guru, pengajar atau tenaga kependidikan dengan

menyekolahkan mereka kejenjang lebih tinggi.

Kebijakan dan langkah langkah pemerintah tersebut

diambil agar kualitas generasi penerus atau sumber

daya manusia meningkat sehingga menghasilkan

manusia-manusia yang cerdas, handal, demokratis

dan berkemampuan tinggi untuk menghadapi

tantangan atau masalah yang lebih kompleks di era

globalisasi. Berdasarkan hal tersebut diatas,

menunjukkan

betapa penting peranan Kepala sekolah dalam

menggerakkan sekolah untuk mencapai tujuan. Ada

dua hal yang perlu diperhatikan dalam peranan

Kepala sekolah, yaitu: (a) Kepala sekolah berperan

sebagai kekuatan sosial yang menjadi kekuatan

penggerak kehidupan sekolah dan (b) Kepala sekolah

harus memahami tugas dan fungsi mereka (guru)

demi keberhasilan sekolah serta memiliki kepedulian

kepada staf dan siswanya. Di sisi lain, Kepala sekolah

juga sebagai pejabat formal, manager, pemimpin,

pendidik dan seorang Kepala sekolah juga berperan

sebagai staf.

11. Metode Penelitian


-Langkah Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh

data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik sampling yaitu Purposive Sampling sehingga

yang menjadi key informan adalah Kepala Sekolah

SDN 018 Balikpapan dan informan adalah Bagian

sistem informasi kegiatan, Guru, staf TU dan Siswa-

siswi SDN 018 Balikpapan. Pada bulan Januari hingga

selesai.

Dalam suatu penelitian diperlukan teknik

pengumpulan data untuk mendapatkan data-data

yang akurat, teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (library research)

2. Penelitian lapangan (Field Work Research) yaitu

Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

akan digunakan dengan metode kualitatif yaitu

dengan mendeskripsikan serta menganalisis data

yang diperoleh yang selanjutnya dijabarkan dalam

bentuk penjelasan yang sebenarnya. Untuk mengolah

dan menganalisis data, penulis menggunakan data

model interaktif yang meliputi empat komponen,

yaitu: a. Pengumpulan data

b. Reduksi Data

c. Penyajian Data

d. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi


-Hasil Penelitian Menapak tilas sejarah berdirinya SDN 018 Balikpapan

Barat, maka dapat diceritakan bahwa sebelum

berubah nama menjadi SDN 018 Balikpapan Barat,

telah mengalami dua kali pergantian nama akibat

adanya regroping. Dari SDN 033 Balikpapan Barat,

menjadi SDN

026 Balikpapan Barat, dan sekarang menjadi SDN 018

Balikpapan Barat.

Visi dan misi Sekolah Dasar Negeri 018 Balikpapan

yaitu : a. Visi

1. Menjadikan peserta didik cerdas, unggul,

berkualitas, kompetitif dan berwawasan lingkungan.

2. Meningkatkan lulusan sekolah dasar dengan

mutu yang baik.

3. Menyiapkan peserta didik menjadi manusia

yang

Produktif, Inovatif, Kreatif

b. Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan yang

berorientasi kepada mutu baik moral maupun

keilmuan, sehingga siswa berkembang dengan

optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2. Menyiapkan SDM yang terdidik, mandiri,

unggul dan berprestasidi segala bidang.

3. Siap merebut dan mengisi SLTP favorit.


-Diskusi Penelitian Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Kepala Sekolah Sebagai Edukator

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDN 018

Balikpapan menunjukkan bahwa iklim sekolah yang

kondusif itu adalah lingkungan sekolah yang

nyaman, tertib, dan adanya toleransi antara kepala

sekolah, guru, pegawai, dan para siswa.

2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala

sekolah SDN 018 Balikpapan mampu bekerjasama

dengan wakilnya maupun dengan para guru dan

pegawai di sekolah. Terlihat dari kekompakan dan

kebersamaan yang terjalin di sekolah serta selalu

memusyawarahkan hal-hal yang memang harus

dikerjakan bersama. Bekerjasama tidak selalu berarti

harus melakukan setiap kegiatan secara bersama-

sama. Namun melakukan kegiatan sesuai dengan

tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan

bersama yang telah disepakati juga merupakan

bentuk kerjasama. 3. Kepala Sekolah Sebagai

Administrator

Administrator adalah seseorang yang melaksanakan

tugas administrasi dalam pencapaian suatu tujuan.

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki

hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas

pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

penyusunan, dan pendokumenan seluruh program

sekolah.
4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisior

Kepala sekolah sebagai supervisor dimaksudkan

untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian

terhadap guru-guru dan personel lain untuk

meningkatkan kinerja mereka. Kepala sekolah sebagai

supervisor bertugas mengatur seluruh aspek

kurikulum

5. Sekolah Sekolah Sebagai Leader


Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis,

Kepala Sekolah

SDN 018 Balikpapan selalu berusaha untuk

memberikan bantuan kepada guru dengan

memberikan petunjukpetunjuk yang diharapkan

akan mampu menyelesaikan masalah yang dialami,

seperti berikut :

1. Guru yang bekerja kurang disiplin. Cara

mengatasinya Kepala Sekolah SDN 018 Balikpapan

biasanya melakukan percakapan pribadi dalam

memberikan petunjuk kepada guru yang

bersangkutan agar mereka dapat lebih mengenal diri

sendiri.

2. Guru yang mempunyai kelemahan pribadi.

Hal-hal seperti ini juga perlu diberikan petunjuk agar

kedepannya tidak menjadi kelemahan dalam

mengajar. 3. Guru yang kurang rajin. Kepala Sekolah

SDN 018 biasanya memberikan bantuan atau

petunjuk dengan halhal yang bersifat membangun

seperti mengikutsertakan mereka dalam panitia kerja,

atau memberikan tanggung jawab kepada guru yang

bersangkutan. 6. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Kepala sekolah sebagai motivator harus dapat

memberikan motivasi kepada para guru dan

pegawainya.
-Daftar Pustaka -Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan.

Jakarta: Rajawali

-Mardiatmadja, B.S. 1988. Disiplin, Jakarta : Kompas

-Rivai, Veithzal, Prof.Dr.M.B.A, 2007. Kepemimpinan

dan Prilaku Organisasi, Jakarta: PT. Raja Gravindo

-Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif

dan R&B. Bandung: Alfabeta

-Winardi, 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen.

Jakarta: PT Rineka Cipta

12. Analisis Jurnal

-Kekuatan Penelitian Abstak pada jurnal ini jelas, sehingga dengan

membaca abstrak jurnal ini pembaca dapat

mengetahui isi dari jurnal. Penulisan jurnal juga

sangat jelas sehingga mempermudah pembaca dalam

membaca data yang disajikan. Dan jurnal ini bagus

karena terdapat saran yang membuat para pembaca

dapat memperbaiki

-Kelemahan Penelitian

13. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah penulis


kemukakan pada babbab sebelumnya, maka berikut

ini penulis akan menyimpulkan uraian-uraian

tersebut dibawah ini :

1. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah SDN 018

Balikpapan

a. Kepala sekolah berperan sebagai edukator

beliau tidak hanya lantang dalam berpidato di depan

warga sekolah namun juga langsung turun tangan

dalam setiap kegiatan di sekolah. Terutama dalam hal

penggunaan waktu belajar secara efektif. Beliau selalu

berpesan kepada guru untuk selalu menggunakan

waktu belajar secara efektif di sekolah, yaitu dengan

memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu

yang telah ditentukan serta memanfaatkannya secara

efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.

b. Kepala sekolah berperan sebagai manajer

dengan memberdayakan tenaga kependidikan

melalui kerja sama, memberikan kesempatan kepada

seluruh tenaga kependidikan untuk meningkatkan

profesinya, dan mendorong keterlibatan mereka

dalam setiap kegiatan sekolah.

c. Kepala sekolah sebagai administrator memiliki

hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas

pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

penyusunan, dan pendokumenan seluruh program

sekolah. Sebagai seorang administrator, kepala

sekolah harus memiliki kemampuan untuk


memperbaiki dan mengembangkan semua fasilitas

sekolah baik sarana maupun prasarana pendidikan.

d. Kepala sekolah berperan sebagai supervisor

dengan melakukan pengawasan dan pengendalian,

serta menyusun dan melaksanakan program

supervisi pendidikan.

e. Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin

dengan
memberikan petunjuk dan pengawasan,

meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, dan

membuka komunikasi dua arah.

f. Kepala sekolah berperan sebagai motivator dengan

memberikan motivasi kepada guru dan pegawai,

serta mengatur lingkungan fisik dan suasana kerja.

14. Saran Berdasarkan observasi dan hasil penelitian yang di

lakukan penulis mengenai peran kepemimpinan

kepala sekolah dalam upaya meningkatkan displin

kerja guru pada SDN 018 Balikpapan, maka penulis

mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah agar memahami kondisi guru

dengan baik, memiliki kemampuan mengambil

keputusan yang partisipatif, dan memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik sehingga

terjalin kerjasama yang harmonis antara kepala

sekolah dan guru.

2. Kepala Sekolah hendaknya memiliki ketegasan

dalam pemberian sanksi yang dilakukan oleh guru

apabila ada yang melanggar peraturan sekolah yang

telah ditetapkan bersama, seperti dalam hal terlambat

dalam kehadiran yang tidak sesuai tata tertib yang

ditentukan.

3. Kepala Sekolah, hendaknya dapat memberikan

motivasi kepada guru sehingga terdorong untuk

meningkatkan kinerja. dalam bentuk penghargaan

baik berupa pujian atau reward, seperti pemilihan

guru teladan.
4. Kepala sekolah hendaknya memiliki strategi

dalam mengembangkan model pembelajaran yang

inovatif seperti moving class, dan program akselerasi.

15. Referensi Vivi Rusmawati. (2013). Peran Kepemimpinan kepala

sekolah dalam upaya meningkatkan disiplin kerja

guru pada SDN 018 BALIKPAPAN. eJournal

Administrasi Negara, Volume 1, Nomor 2, 2013: 395-

409.
BAB III
JURNAL PEMBANDING

3.1. Latar Belakang Teori dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini berawal dari wacana awal bahwa “tenaga administrasi

sekolah (tenaga kependidikan) hendaklah bersikap seperti pegawai swasta

(pelayanan pegawai bank)” (Perkuliahan Kepemimpinan Pendidikan Islam di

IAIN Batusangkar dengan Dr. M. Kristiawan, tanggal 9 April 2016). Penulis

mengartikan bersikap seperti pegawai swasta di sini adalah dengan memberikan

pelayanan prima kepada setiap costumer yang ada di sekolah.

Kemampuan memberikan pelayanan prima tersebut harus dimiliki oleh

tenaga administrasi sekolah. Hal ini sesuai dalam Permendiknas No. 24 tahun

2008 mengenai Standar Tenaga Administrasi sekolah harus memiliki

kemampuan atau kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

kompetensi teknis, dan kompetensi manajerial (khusus Kepala Tenaga

Administrasi Sekolah). Pelayanan prima di sini adalah salah satu bagian dari

komptensi sosial yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah di

samping kompetensi-kompetensi lainnya. Kegiatan pelayanan ini identik

dengan sikap dan perilaku dari tenaga administrasi sekolah dalam

melaksanakan tugasnya. Tenaga administrasi sekolah memiliki tugas melayani

secara prima membantu pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya dan

dilakukan dengan cara yang terbaik sehingga pelanggan merasa sangat puas

(Kemendiknas, 2010). Pasolong (2007) mendefinisikan pelayanan sebagai

aktivitas seseorang, sekelompok atau organisasi baik langsung maupun tidak

langsung untuk memenuhi kebutuhan.


Pelayanan yang ditemukan di sekolah saat ini cenderung masih lamban,

tidak tepat waktu, kurang ramah, kurang komunikatif, dan bahkan masih ada

juga memakai bahasa yang tidak enak didengar. Fenomena senada juga

dikemukakan dalam penelitian Rodiyah (2014) yang mengatakan bahwa ketika

pengguna jasa membutuhkan pelayanan dengan cepat dari petugas namun

petugas justru kurang tanggap dan birokrasi yang rumit dan tidak semuanya

dimengerti oleh semua pengguna jasa. Umumnya pengguna jasa baru

mengetahui syaratsyarat yang harus dipenuhi dan apa yang harus dilakukan

setelah mendatangi instansi dan biasanya waktu penyelesaiannya tidak jelas

tergantung pada pelayanan yang dituju, walaupun UPTD Dinas Pendidikan

Kecamatan Porong telah membuat kebijakan waktu pelayanan prima sesuai

dengan Standar Pelayanan Publik (SPP).

Fenomena lain yang terlihat diblapangan adalah kurangnya kemampuan

atau kompetensi yang dimiliki petugas tenaga administrasi dalam

melaksanakan tugasnya isa dikatakan tergolong masih rendah terutama dalam

bidang pelayanan prima kepada siswa, orang tua dan masyarakat yang tampak

masih kurang ramah. Hal senada juga diungkapkan oleh (Joko, 2007) dalam

(Baehaki, Zahro, 2013) bahwa “kompetensi tenaga administasi sekolah masih

rendah, masih banyak tenaga admistrasi yang belum mempunyai kemampuan

dan keterampilan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja,

disiplin, loyalitas dan tanggung jawab tenaga administrasi sekolah masih

rendah. Pelayanan prima kepada siswa, orang tua dan masyarakat masih belum

tampak”. Hal-hal seperti ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan setiap

orang yang ingin berinteraksi dengan tanaga administrasi sekolah menjadi tidak

puas dan memberikan kesan jengkel pada pelanggan. Pelayanan yang sering

menunda-nunda kepentingan pelanggan juga sering kita temui pada sekolah-

sekolah saat ini.


Untuk melaksankan konsep pelayanan prima tersebut juga tidak terlepas

dari pembinaan kepala sekolah yang selalu memberikan perhatian kepada

bawahannya. Dalam usaha mencapai tujuan tersebut perlu seorang pemimpin

untuk melakukan supervisi untuk menjaga apakah langkah- langkah yang

diambil telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Di mana Terry

mengungkapkan bahwa supervisi adalah usaha mencapai hasil yang diinginkan

dengan cara mendayagunakan bakat atau kemampuan alami manusia dan

sumbersumber yang memfasilitasi, yang ditekankan pada pemberian tantangan

dan perhatian yang sebesar-besarnya terhadap bakat atau kemampuan alami

manusia. Dari definisi kepemimpinan tersebut di atas dapat diartikan bahwa

kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini

pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk

menstruktur aktivitas serta hubunganhubungan di dalam sebuah kelompok

atau organisasi. Pemimpin memiliki pengaruh dan memberikan pembinaan

kepada tenaga administrasi sekolah. Dari data tersebut, dapat ditarik

permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini yaitu bagaimana peran Kepala

Sekolah dalam membina kemampuan sosial (pelayanan prima) Tenaga

Administrasi Sekolah.

3.2. Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus (case study).

Case Study didefinisikan sebagai suatu metode untuk memahami individu yang

dilakukan secara integratif dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang

mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan

tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri

yang baik (Raharjo & Gudnanto, 2011).


Pengambilan data dilakukan dengan kepala sekolah dan beberapa tenaga

administrasi sekolah dalam melaksanakan tugasnya saat memberikan

pelayanan. Instrumen penelitian yang digunakan wawancara dan observasi.

Interviewee pada penelitian kualitatif adalah informan yang daripadanya

pengetahuan dan pemahaman diperoleh. Observasi bertujuan untuk melihat

keadaan pelayanan yang diberikan oleh tenaga administrasi sekolah yang

sedang berjalan. Berdasarkan dari teori di atas, informan dalam penelitian ini

adalah tenaga administrasi sekolah. Peneliti memilih sendiri informan dalam

wawancara ini dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah salah

satu jenis pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif.

Teknik pengambilan data pada penelitian ini dengan menggunakan

metode observasi dan wawancara. Peneliti menggunakan telepon genggam dan

tape recorder untuk mendapatkan reaksi atau jawaban dari pertanyaan yang

diberikan peneliti kepada informan dan sekaligus menjadi bahan atau alat

pendukung dalam melakukan penelitian ini. Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Miles & Huberman (1994) yaitu (1) reduksi data; (2)

penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi (Emzir, 2011).

3.3. Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini menggambarkan hasil tentang peran kepemimpinan

kepala sekolah dalam membina kompetensi sosial (pelayanan prima) tenaga

administrasi sekolah. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan

wawancara kepada beberapa orang informan yang berprofesi sebagai tenaga

administrasi sekolah yang melakukan pelayanan kepada pelanggan.


Berdasarkan dari deskripsi data, maka ada beberapa komponen dari Peran

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam membina kompetensi sosial (pelayanan

prima) Tenaga Administrasi Sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah

berhubungan dengan bagaimana strategi pembinaan yang dilakukan oleh

kepala sekolah kepada tenaga administrasi dalam melaksanakan tugas tersebut.

Disi lain juga dilihat pelaksanaan dari kemampuan sosial (pelayanan prima)

yang dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah tersebut. Peneliti mengartikan

hasil wawancara pada informan pertama, ia telah menyadari permen yang

mengatur sikap kerja, sehingga ia dapat bekerja sesuai dengan aturan yang

berlaku. Namun pada informan kedua, ia kurang mengetahui adanya permen

yang mengatur tentang tata cara memberikan pelayanan prima tetapi ia tetap

melaksanakan dengan sebaik mungkin dan memberikan sikap yang tidak

menyinggung orang lain.

Peneliti menyimpulkan bahwa tenaga administrasi telah memenuhi aspek

1 dan 2 dalam pelayanan prima yaitu memberikan kemudahan kepada

pelanggan dan melaksanakan sesuai dengan standar. Hal ini dikarenakan

mereka menjalankan tugas pelayanan yang memberikan kemudahan kepada

pelanggan dan mengerjakannya sesuai dengan standar kerja tenaga administasi

dan sistem yang ada yang dilihat dari hasil jawaban aspek 2.

Menurut hasil wawancara dan pengamatan peneliti, kehandalan petugas

pelayanan pembuatan izin pendirian lembaga baru, pembuatan rekomendasi,

pengajuan NISN/NPSN, pembuatan surat keterangan, legalisir ijasah dan lain-

lain, ternyata belum dijumpai keluhan mengenai ketelitian petugas dalam

melayani pengguna jasa. Hal ini sesuai dengan penuturan As selaku pimpinan

“Kepala UPTD Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Porong menjamin bahwa

petugas dalam menjalankan tugasnya dilakukan secara teliti dan saksama

sebagaimana tenaga yang terlatih, sehingga terjamin keandalan para petugas


pada bagian pelayanan” (Hasil wawancara, 15 Mei 2014). Ini menunjukkan

bahwa tenaga administrasi dalam melaksanakan tugas dengan penuh keandalan

agar dapat memberikan pelayanan yang beriorientasi pada pemberian

kemudahan kepada pelanggan karena bekerja sesuai dengan standar dengan

penuh ketelitian dan terlatih.

Dapat disimpulkan bahwa tenaga administrasi belum dapat sepenuhnya

memenuhi kriteria 3 dan 6 yaitu bersikap empati, ramah dan sopan. terbukti

adanya rasa empati, ramah dan sopan dari tenaga administrasi dalam

melaksanakan tugas memberikan pelayanan prima. Namun di sisi lain

meskipun malas melayani orang tua yang sedikit kurang etika namun ia masih

melayani dengan rasa empati. Menurut Zoll dan Enz (2012) empati dapat

diartikan sebagai kemampuan dan kecenderungan seseorang (observer) untuk

memahami apa yang orang lain (target) pikirkan dan rasakan pada situasi

tertentu. Wawancara ini memperlihatkan rasa empati yang diberikan pada saat

melakukan pelayanan sudah terlihat dengan baik. Berkaitan dengan simpati

merupakan cara untuk mengungkapkan rasa iba atau prihatin terhadap suatu

musibah atau peristiwa buruk yang menimpa orang lain.

Empati merupakan salah satu bentuk emosi kesadaran diri, selain rasa

malu, rasa cemburu, rasa bangga dan rasa bersalah. Menurut Darwin, emosi-

emosi tersebut berawal dari perkembangan kesadaran diri dan melibatkan

penguasaan peraturan dan standar.

Dari jawaban tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tenaga

administrasi telah memenuhi kriteria permen pada aspek 4, 5, 7, dan 8 yang

mengatur tentang berpenampilan prima, menempati janji, mudah dihubungi

dan komunikatif seperti memiliki komitmen dalam bekerja seperti yang

dikatakan informan 1 dan didukung oleh jawaban informan 2 yang menyatakan

ia berusaha komunikatif dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.


Senada dengan hasil penelitian Rodiyah & Kholipatun (2014) Wujud fisik

(tangibility), yakni menampilkan kemampuan sarana dan prasarana yang

bersifat fisik. Pada kenyataannya di UPTD Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan

Porong tidak ada petugas yang tidak menggunakan seragam yang telah

ditetapkan. Hal ini telah menunjukkan secara keseluruhan bahwa petugas telah

bersikap disiplin dan ditunutut untuk berpenampilan rapi ketika memberikan

pelayanan. Selain itu kebersihan toilet masih perlu diperhatikan, karena terdapat

dinding toilet yang sudah rapuh. Fakta di atas, menunjukkan terdapat faktor

yang sudah sesuai dan tidak sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh

Lovelock, sehingga perlu diadakan pembenahan lebih lanjut. Hal tersebut

dibenarkan Su, Kasubag Tata Usaha bahwa “pihak pimpinan tidak henti-

hentinya menginstruksikan kepada bawahan tentang Perlunya tampil rapi dan

enerjik serta petugas kebersihan selalu diperingatkan untuk

merawat/memelihara kebersihan gedung dan sarana prasarananya misalnya

untuk konstruksi gedung, perlengkapan kantor bahkan sampai toilet.

Hal ini memberikan data kepada peneliti bahwasanya adanya perhatian

dari Kepala Sekolah selaku pimpinan dalam melaksanakan tugas dengan

memberikan pelatihan kepada tenaga administrasi yang dimilikinya. Perhatian

yang diberikan Kepala Sekolah dapat dilihat dengan memberikan fasilitas

sarana dan prasana yang dapat menunjang kerja optimal dari tenaga

administrasi.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tenaga administrasi sekolah pada

umumnya telah melaksanakan tugas sesuai dengan standar yang mengatur

pelaksanaan tugas mereka dalam Permen no 24 tahun 2008. Dapat dikatakan

sebagian besar tenaga administrasi melaksanakan poin dengan sebaik mungkin

dan Kepala Sekolah memiliki peranan penting dalam membina tenaga


administrasi dengan cara memberikan perhatian, bimbingan dan pelatihan

dalam rangka meningkatkan wawasan tenaga admnistrasi tersebut.

3.4. Lampiran

1. Judul Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Membina

Kompetensi Sosial (Pelayanan Prima) Tenaga

Administrasi Sekolah

2. Jurnal Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi

Pendidikan

3. Download http://dx.doi.org/10.31851/jmksp.v1i2.1013

4. Volume dan Volume 1, No. 2, Halaman 122-132

Halaman

5. Tahun 2016

6. Penulis Tri Yuliani dan Muhammad Kristiawan

7. Reviewer Nur Fadillah, Evalina Br. Simajuntak, Nestin Sundayan Zai

8. Tanggal 18 November 2021

9. Abstrak Penelitian

-Tujuan Penelitian Untuk menggali kompetensi stakeholders di sekolah

dalam kompetensi sosial pembimbing (pelayanan yang

berkualitas).

-Subjek Penelitian Staf Administrasi yang memberikan pelayanan yang

berkualitas kepada pelanggan.

-Kata Kunci Kepemimpinan, Kepala sekolah, Pelatihan dan

Pendidikan, Staf Administrasi, Layanan Berkualitas.

10. Pendahuluan
-Latar Belakang Penelitian ini berawal dari wacana awal bahwa

Dan “tenaga administrasi sekolah (tenaga kependidikan)

Teori hendaklah bersikap

seperti pegawai swasta (pelayanan pegawai bank)”

(Perkuliahan Kepemimpinan Pendidikan Islam di IAIN

Batusangkar dengan Dr. M. Kristiawan, tanggal 9 April

2016). Penulis mengartikan bersikap seperti pegawai

swasta di sini adalah dengan memberikan pelayanan

prima kepada setiap costumer yang ada di sekolah.

Kemampuan memberikan pelayanan prima

tersebut harus dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah.

Hal ini sesuai dalam Permendiknas No. 24 tahun 2008

mengenai Standar Tenaga Administrasi sekolah harus

memiliki kemampuan atau kompetensi yaitu kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi teknis, dan

kompetensi manajerial (khusus Kepala Tenaga

Administrasi Sekolah). Pelayanan prima di sini adalah

salah satu bagian dari komptensi sosial yang harus

dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah di samping

kompetensi-kompetensi lainnya. Kegiatan pelayanan ini

identik dengan sikap dan


perilaku dari tenaga administrasi sekolah dalam

melaksanakan tugasnya. Tenaga administrasi sekolah

memiliki tugas melayani secara prima membantu

pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya dan

dilakukan dengan cara yang terbaik sehingga pelanggan

merasa sangat puas (Kemendiknas, 2010). Pasolong (2007)

mendefinisikan pelayanan sebagai aktivitas seseorang,

sekelompok atau organisasi baik langsung maupun tidak

langsung untuk memenuhi kebutuhan.

11. Metode Penelitian

-Langkah Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi

Penelitian kasus (case study). Case Study didefinisikan sebagai suatu

metode untuk memahami individu yang dilakukan secara

integratif dan komprehensif agar diperoleh pemahaman

yang mendalam tentang individu tersebut beserta

masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya

dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri

yang baik (Raharjo & Gudnanto, 2011).

Pengambilan data dilakukan dengan kepala sekolah dan

beberapa tenaga administrasi sekolah dalam

melaksanakan tugasnya saat memberikan pelayanan.

Instrumen penelitian yang digunakan wawancara dan

observasi.

Interviewee pada penelitian kualitatif adalah informan

yang daripadanya pengetahuan dan pemahaman

diperoleh.
Observasi bertujuan untuk melihat keadaan pelayanan

yang diberikan oleh tenaga administrasi sekolah yang

sedang berjalan.

-Hasil Penelitian Peneliti mengartikan hasil wawancara pada

informan pertama, ia telah menyadari permen yang

mengatur sikap kerja, sehingga ia dapat bekerja sesuai

dengan aturan yang berlaku. Namun pada informan

kedua, ia kurang mengetahui adanya permen yang

mengatur tentang tata cara memberikan pelayanan prima

tetapi ia tetap melaksanakan dengan sebaik mungkin dan

memberikan sikap yang tidak menyinggung orang lain.

Peneliti menyimpulkan bahwa tenaga administrasi

telah memenuhi aspek 1 dan 2 dalam pelayanan prima

yaitu memberikan kemudahan kepada pelanggan dan

melaksanakan sesuai dengan standar. Hal ini dikarenakan

mereka menjalankan tugas pelayanan yang memberikan

kemudahan kepada pelanggan dan mengerjakannya

sesuai dengan standar kerja tenaga administasi dan sistem

yang ada yang dilihat dari hasil jawaban aspek 2.

Menurut hasil wawancara dan pengamatan peneliti,

kehandalan petugas pelayanan pembuatan izin pendirian


lembaga baru, pembuatan rekomendasi,

pengajuan

NISN/NPSN, pembuatan surat keterangan, legalisir ijasah

dan lain-lain, ternyata belum dijumpai keluhan mengenai

ketelitian
petugas dalam melayani pengguna jasa. Hal ini sesuai

dengan

penuturan As selaku pimpinan “Kepala UPTD Cabang

Dinas

Pendidikan Kecamatan Porong menjamin bahwa petugas

dalam menjalankan tugasnya dilakukan secara teliti dan

saksama sebagaimana tenaga yang terlatih, sehingga

terjamin keandalan para petugas pada bagian pelayanan”

(Hasil wawancara, 15 Mei 2014). Ini menunjukkan bahwa

tenaga administrasi dalam melaksanakan tugas dengan

penuh keandalan agar dapat memberikan pelayanan yang

beriorientasi pada pemberian kemudahan kepada

pelanggan karena bekerja sesuai dengan standar dengan

penuh ketelitian dan terlatih.

Dapat disimpulkan bahwa tenaga administrasi

belum dapat sepenuhnya memenuhi kriteria 3 dan 6 yaitu

bersikap empati, ramah dan sopan. terbukti adanya rasa

empati, ramah dan sopan dari tenaga administrasi dalam

melaksanakan tugas memberikan pelayanan prima.

Namun di sisi lain meskipun malas melayani orang tua

yang sedikit kurang etika namun ia masih melayani

dengan rasa empati. Menurut Zoll dan Enz (2012) empati

dapat diartikan sebagai kemampuan dan kecenderungan

seseorang (observer) untuk memahami apa yang orang lain

(target) pikirkan dan rasakan pada situasi tertentu.

Wawancara ini memperlihatkan rasa empati yang

diberikan pada saat melakukan pelayanan sudah terlihat

dengan baik. Berkaitan dengan simpati merupakan cara


untuk mengungkapkan rasa iba atau prihatin terhadap

suatu musibah atau peristiwa buruk yang menimpa orang

lain.

Empati merupakan salah satu bentuk emosi

kesadaran diri, selain rasa malu, rasa cemburu, rasa

bangga dan rasa bersalah. Menurut Darwin, emosi-emosi

tersebut berawal dari perkembangan kesadaran diri dan

melibatkan penguasaan peraturan dan standar.

Dari jawaban tersebut, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa tenaga administrasi telah

memenuhi kriteria permen pada aspek 4, 5, 7, dan 8 yang

mengatur tentang berpenampilan prima, menempati janji,

mudah dihubungi dan komunikatif seperti memiliki

komitmen dalam bekerja seperti yang dikatakan informan

1 dan didukung oleh jawaban informan 2 yang

menyatakan ia berusaha komunikatif dan menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti. Senada dengan hasil

penelitian Rodiyah & Kholipatun (2014) Wujud fisik

(tangibility), yakni menampilkan kemampuan sarana dan

prasarana yang bersifat fisik.


-Diskusi Penelitian Pada kenyataannya di UPTD Cabang Dinas

Pendidikan Kecamatan Porong tidak ada petugas yang

tidak menggunakan seragam yang telah ditetapkan. Hal

ini telah menunjukkan secara keseluruhan bahwa petugas

telah bersikap disiplin dan ditunutut untuk

berpenampilan rapi ketika memberikan pelayanan. Selain

itu kebersihan toilet masih perlu diperhatikan, karena

terdapat dinding toilet yang sudah rapuh.

Fakta di atas, menunjukkan terdapat faktor yang sudah

sesuai dan tidak sesuai dengan teori yang telah

dikemukakan oleh Lovelock, sehingga perlu diadakan

pembenahan lebih lanjut. Hal tersebut dibenarkan Su,

Kasubag Tata Usaha bahwa “pihak pimpinan tidak henti-

hentinya menginstruksikan kepada bawahan tentang

perlunya tampil rapi dan enerjik serta petugas kebersihan

selalu diperingatkan untuk merawat/memelihara

kebersihan gedung dan sarana prasarananya misalnya

untuk konstruksi gedung, perlengkapan kantor bahkan

sampai toilet.

Hal ini memberikan data kepada peneliti

bahwasanya adanya perhatian dari Kepala Sekolah selaku

pimpinan dalam melaksanakan tugas dengan

memberikan pelatihan kepada tenaga administrasi yang

dimilikinya. Perhatian yang diberikan Kepala Sekolah

dapat dilihat dengan memberikan fasilitas sarana dan

prasana yang dapat menunjang kerja optimal dari tenaga

administrasi.
Sejalan dengan penelitian (Rinala, Yudana, dan

Natajaya, 2013) yang menyatakan untuk optimalisasi

kegiatan pelayanan diperlukan dimensi assurance

(pengetahuan dan kemampuan untuk memberikan

jaminan dan kepercayaan) juga menunjukkan pengaruh

yang signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Hal ini

mendukung hasil penelitian dari Arief dan Suryadinata

(2010) yang menyatakan jaminan merupakan dimensi

kualitas pelayanan yang kurang signifikan dalam

mengukur kepuasan pelanggan atas pelayanan di

universitas Trunojoyo.

-Daftar Pustaka -Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode dan

Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

-Abdussamad, Yuriko. (2000). Sistem Pelayanan

Administrasi : Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

-Djama”an, Satori & Aan, Komariah, 2011. Metodologi

Penelitian Kualitatif Bandung : Alfabeta.

-Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif &

Kualitatif. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

12. Analisis Jurnal

-Kekuatan Abstak pada jurnal ini jelas, sehingga dengan membaca

Penelitian abstrak jurnal ini pembaca dapat mengetahui isi dari

jurnal. Langkahlangkah penelitian juga sudah sangat jelas.

Penukisan jurnal juga sangat jelas sehingga


mempermudah pembaca dalam membaca data yang

disajikan.

-Kelemahan Hasil penelitian tidak disertai dengan grafik ataupun tabel

Penelitian yang mendukung hasil penelitian sebagai bukti. Di akhir

jurnal tidak diberikan saran baik kepada subjek yang

diteliti maupun peneliti selanjutnya.

13. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tenaga

administrasi sekolah pada umumnya telah melaksanakan

tugas sesuai dengan standar yang mengatur pelaksanaan

tugas mereka dalam Permen no 24 tahun 2008. Dapat

dikatakan sebagian besar tenaga administrasi

melaksanakan poin dengan sebaik mungkin dan Kepala

Sekolah memiliki peranan penting

dalam membina tenaga administrasi dengan cara

memberikan perhatian, bimbingan dan pelatihan dalam

rangka meningkatkan wawasan tenaga admnistrasi

tersebut

14. Saran Penulis jurnal dapat menambahkan saran di akhir jurnal

agar menjadi petunjuk bagi peneliti yang akan meneliti

tema yang sama dengan jurnal ini.

15. Referensi Tri Yuliani dan Muhammad Kristiawan. (2016). Peran

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Membina

Kompetensi

Sosial (Pelayanan Prima) Tenaga Administrasi Sekolah.

Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi

Pendidikan, Volume 1, No. 2, Halaman 122-132.


DAFTAR PUSTAKA
Vivi Rusmawati. (2013). Peran Kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya

meningkatkan disiplin kerja guru pada SDN 018 BALIKPAPAN. EJournal

Administrasi Negara, Volume 1, Nomor 2, 2013: 395-409.

Tri Yuliani dan Muhammad Kristiawan. (2016). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam Membina Kompetensi Sosial (Pelayanan Prima) Tenaga Administrasi

Sekolah.Jurnal Manajemen, Kepemimpinan,dan Supervisi Pendidikan, Volume 1,No. 2,

Halaman 122-132.

Anda mungkin juga menyukai