Disusun sebagai salah satu tugas yang diwajibkan dalam perkuliahan Inovasi
Pendidikan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah Inovasi Pendidikan ini dengan tepat waktu. Shalawat berangkai
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah SWT karena ats rahmat, hidayah dan
kenikmatan dari Nya penulis dapat menyampaikan isi dari makalh ini dalam kegiatan
presentasi pada mata kuliah Inovasi Pendidikan dengan materi Inovasi Pendidikan dalam
Bidang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Penulis menyadari dalam penyusunan makalh ini jauh dari kata sempurna, penulis
mengharapkan kritik dan masukan yang membangun dari pembaca untuk laporan makalah
Inovasi Pendidikan ini. Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat banyak kesalahan, semoga dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Demikianlah, terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
KELOMPOK 12
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Sejarah Munculnya Manajemen Berbasis Sekolah..................................................5
2.2 Ruang Lingkup Manajemen Berbasis Sekolah.........................................................6
2.3 Analisis Manajemen Berbasis Sekolah......................................................................7
2.4 Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah............................................................8
2.5 Prinsip dan Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah........................................9
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................11
4.2 Saran...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah mengetahui berbagai
sub materi yang terdapat pada rumusan masalah di atas.
4
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM PRAKTEK MENGAJAR
5
Pada akhir tahun 1980-an berbagai bentuk MBS segera menjadi topik sentral dan
menjadi strategi-strategi dalam reformasi pendidikan di berbagai belahan dunia. Ciri MBS
adalah adanya kerja sama secara partisipatif dalam mengambil keputusan sekolah secara
bersama-sama antara sekolah dan masyarakat. Di Kanada, kemunculan MBS yang
menggunakan istilah School-Site Decision Making didasari adanya kelemahan manajemen
dari pendekatan fungsional yang mengontrol dan membatasi partisipasi bawahan. Bawahan
disepelekan kekuatannya sehingga terjadi ketidakseimbangan kekuasaan. Agar kekuatan
bawahan menjadi suatu kekuatan nyata maka perlu dilembagakan, yaitu dalam bentuk
MBS. Saat itu sekolah-sekolah sebagai penyelenggara pendidikan tidak diikutkan dalam
setiap pengambilan keputusan sekolah, apalagi masyarakat sebagai pengguna jasa layanan
pendidikan jauh dari keterlibatan pengambilan keputusan sekolah. Setiap keputusan yang
menyangkut sekolah ditentukan oleh birokrasi di atasnya, yaitu pemerintah pusat atau
pemerintah daerah. Dari sinilah terjadinya ketimpangan dalam penyediaan layanan
pendidikan karena semuanya ditentukan dari atas.
Di Amerika Serikat kemunculan MBS dilatar belakangi karena masyarakat mulai
mempertanyakan relevansi dan korelasi hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat. Saat itu kinerja sekolah-sekolah di negeri panam sam dianggap tidak sesuai
dengan tuntutan yang diperlukan siswa untuk terjun ke dunia kerja. Sekolah dianggap tidak
mampu memberikan hasil maksimal dalam konteks kehidupan kompetitif secara global.
Salah satu indikasinya adalah prestasi siswa untuk mata pelajaran matematika dan IPA
tidak memuaskan. Selanjutnya, langkah yang ditempuh adalah mengubah manajemen
sekolah melalui konsep MBS sehingga menghasilkan kinerja sekolah yang baik. Hal itu
terjadi setelah masyarakat dan pemerintah menyadari pentingnya pendidikan untuk masa
depan.
Di Indonesia, latar belakang munculnya MBS tidak jauh berbeda dengan negara -
negara maju yang terlebih dulu menerapkannya. Perbedaan yang mencolok adalah
lambatnya kesadaran para pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia. Indonesia baru
dimulai 30 tahun kemudian. Hal ini tidak terlepas dari sistem pemerintahan otoriter selama
orde baru. Semua diatur dari pusat, yaitu di Jakarta baik dalam penentuan kurikulum
sekolah, anggaran pendidikan, pengangkatan guru, metode pembelajaran, buku pelajaran,
alat peraga hingga jam sekolah maupun jenis upacara yang harus dilaksanakan sekolah
(Haeran, dkk. 2020).
6
MBS memiliki ruang lingkup yang luas meliputi berbagai aspek:
1. MBS merupakan otonomi satuan pendidikan dalam mengelola pendidikan di satuan
pendidikan yang bersangkutan. Dalam hal ini, kepala sekolah dan guru dibantu komite
sekolah dalam mengelola pendidikan.
2. Kewenangan kepala sekolah untuk menentukan secara mandiri untuk satuan pendidikan
yang dikelolanya dalam bidang manajemen, yang meliputi rencana strategis dan
operasional, struktur organisasi dan tata kerja, sistem audit dan pengawasan internal;
dan sistem penjaminan mutu internal.
Hal - hal tersebut merupakan ruang lingkup MBS di mana setiap satuan pendidikan
memiliki kewenangan untuk mengelola kegiatan pendidikan di satuan pendidikan. Manajemen
sekolah yang semestinya dapat melakukan berbagai hal secara mandiri, mereka tidak bisa
melakukannya karena perlu dukungan aturan sebagai langkah melakukan kebijakan di sekolah.
Hal demikian menyebabkan MBS tidak optimal. Seolah sekolah itu dikendalikan secara
"autopilot " oleh pemerintah selaku pengelola pendidikan di satu wilayah. Selain itu, MBS itu
juga kerap diinterpretasikan secara beragam sehingga belum ditemukan model yang paling
sesuai dengan kondisi nyata setiap sekolah di se- tiap kondisi yang sesuai dengan konteks
lokalnya. Oleh karena itu perlu sebuah naskah tentang MBS yang disusun secara konseptual
dan relevan sesuai dengan kondisi nyata di sekolah.
Ada tujuh ruang lingkup MBS yang harus dikelola dengan baik yakni pada pelaksanaan
manajemen kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, keuangan, kesiswaan,
sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta
manajemen layanan khusus lembaga pendidikan. Manajemen berbasis sekolah pada hakikatnya
mempunyai pengertian yang hampir sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan
kajian manajemen sekolah juga merupakan ruang lingkup manajemen pendidikan, namun
demikian manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas dari manajemen
sekolah. Hal yang paling penting dalam implementasi MBS adalah manajemen terhadap
komponen - komponen sekolah itu sendiri (Widyastuti, 2020).
7
bila kebutuhan - kebutuhan serta tujuan - tujuan dari setiap orang itu mendapat perhatian yang
tepat, maka semakin terarah dan kegiatannya akan menjadi efektif dan efisien. Begitupun
sebaliknya apabila organisasi dipenuhi dengan racun (toxid) didalamnya maka bisa jadi
organisasi tersebut akan pasif bahkan tidak bisa bangkit kembali. Demi merealisasikan apa
yang menjadi tujuan organisasi secara keseluruhan maka Dalam suatu organisasi diperlukan
keahlian dari seorang pemimpin dalam memotivasi bawahannya karena dialah sebagai motor
penggerak SDM organisasi, alat - alat (tools), sumber keuangan dan materi. Maka dalam
menggerakkan atau memotivasi bawahannya hanya seorang pemimpin harus selalu berusaha
supaya bawahannya bersedia dan giat bekerja dengan penuh semangat dan ikhlas tanpa adanya
perasaan terpaksa dalam menjalankan pekerjaanya.
Membahas masalah budaya itu sendiri merupakan hal yang esensial bagi suatu oranisasi
atau perusahaan, karena akan selalu berhubungan dengan kehidupan yang ada dalam
perusahaan. Budaya organisasi merupakan falsafah, idiologi, nilai - nilai, anggapan, keyakinan,
harapan, sikap dan norma- norma yang di miliki secara bersama serta mengikat dalam suatu
komunikasi tertentu. Secara spesifik budaya dalam organisasi akan di tentukan oleh kondisi
team work, lesders dan characteristic of organization serta administration procces yang berlaku
(Nurkolis, ___).
a. Otonomi
Merupakan kewenangan sekolah dalam mengatur dan mengurus kepentingan sekolah
dalam mencapai tujuan sekolah untuk menciptakan mutu pendidikan yang baik.
b. Kemandirian
Merupakan langkah dalam pengambilan keputusan. Dalam mengelola sumber daya
yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan metode dalam memecahkan
persoalan tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik sehingga mampu
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dapat memanfaatkan peluang-peluang
yang ada.
c. Demokratif
8
Merupakan keseluruhan elemen-elemen sekolah yang dilibatkan dalam menetapkan,
menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk mencapai tujuan
sekolah demi terciptanya mutu pendidikan yang akan memungkinkan tercapainya
pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari seluruh elemen-elemen sekolah
(Mulyasa, 2002).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami Konsep Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) diantaranya adalah:
1. Kemandirian
Sekolah yang mandiri dapat diartikan sebagai sekolah yang mampu menyelesaikan
segala permasalahan tanpa terlalu mengandalkan campur tangan dari pemerintah pusat.
Sekolah diharapkan dapat berupaya menciptakan dan meningkatkan situasi, kondisi, dan
budaya kemandirian melalui berbagai cara seperti mengembangkan unit-unit usaha sekolah,
membangun kerja sama dengan pihak lain dalam bidang komersial, dan upaya-upaya lain
untuk meningkatkan pemasukan pendanaan dan peningkatan program sekolah.
2. Kemitraan
9
Prinsip kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama antara sekolah dengan para
pemangku kepentingan. Esensi kemitraan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan
keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dari masyarakat baik berupa dukungan moral,
pemikiran, tenaga, material, maupun finansial. Bentuk kemitraan yang dapat dilakukan
dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah sesuai kategori sekolah. Pastikan
kemitraan yang terjalin saling menguntungkan dan bersifat sejajar.
3. Partisipan
4. Keterbukaan
5. Akuntabilitas
10
kinerja satuan pendidikan, menyusun rencana pengembangan sekolah, memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan dan pengaduan publik (Mulyasa, 2004).
11
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
MBS adalah salah satu basis manajemen pengelolaan sekolah yang memberikan
otonomi lebih besar dan mendorong pengambilan keputusan Bersama secara partisipatif dari
semua warga sekolah dan masyarakat disekitarnya dalam upaya mengembangkan dan
meningkatkan mutu Pendidikan. Di Indonesia, latar belakang munculnya MBS tidak jauh
berbeda dengan negara - negara maju yang terlebih dulu menerapkannya. Perbedaan yang
mencolok adalah lambatnya kesadaran para pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia.
Indonesia baru dimulai 30 tahun kemudian. Ada tujuh ruang lingkup MBS yang harus dikelola
dengan baik yakni pada pelaksanaan manajemen kurikulum dan program pengajaran, tenaga
kependidikan, keuangan, kesiswaan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan
sekolah dan masyarakat, serta manajemen layanan khusus lembaga pendidikan. Manajemen
berbasis sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang hampir sama dengan
manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan kajian manajemen sekolah juga merupakan ruang
lingkup manajemen pendidikan, namun demikian manajemen pendidikan mempunyai
jangkauan yang lebih luas dari manajemen sekolah. Hal yang paling penting dalam
implementasi MBS adalah manajemen terhadap komponen - komponen sekolah itu sendiri.
4.2 Saran
Dengan penyusunan makalah Inovasi Pendidikan ini penulis berharap kita semua dapat
memahami materi dengan baik dan tentunya dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Dengan senang hati penulis menerima seluruh saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca terkait makalah yang telah penulis buat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Haeran, dkk. (2020). Gagasan Konsep Inovasi Pendidikan. Tasikmalaya: Edu Publisher.
Mulyasa. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah: konsep, strategi dan implementasi.
Nurkolis. (___). Manajemen Berbasis Sekolah. Grasindo: ____.
Pratiwi, S. N. (2016). Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Sekolah.
EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial.
Widyastuti, Ana. Dkk. (2020). Manajemen Berbasis Sekolah. Yayasan Kita Menulis: ____.
13