SEKOLAH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan dengan tema
“MANAJEMEN STRATEGI SEKOLAH MENGHADAPI PERSAINGAN MUTU”
Terima kasih yang mendalam kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Atas bantuan dan kerja sama tersebut kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami berharap, semoga melalui makalah ini teman-teman sekalian yang membacanya
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman.
Kami menyadari penuh bahwa karena keterbatasan pengetahuan dan pengalama
sehingga masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman semua demi
mengurangi kekurangan yang ada dalam makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
1. Arti Dan Makna Manajemen Berbasis Sekolah..........................................................................6
a. Tujuan Penerapan Model Manajemen Berbasis Sekolah.............................................................8
b. Prinsip dan Esensi MBS............................................................................................................10
c. Karakteristik Manjemen Berabasis Sekolah...............................................................................11
d. Visi DAN Misi...........................................................................................................................11
e. Otonomi Manajemen Sekolah....................................................................................................12
2. Paradigma Manajemen Berbasis Sekolah.................................................................................13
3. Efektifitas Model Penyelenggaraan Manajemen Berbasis Sekolah.........................................15
BAB II.......................................................................................................................................................17
PENUTUP.................................................................................................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................................................................17
Dafatar Pustaka......................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Pendidikan menjadi unsur yang sangat penting dalam keberlangsungan hibup setiap
manusia. Pendidikan melekat dalam kehidupan setiap orang sejak masih berada dalam Rahim
seorang ibu. Disadari sungguh bahwa pentingnya peran pendidikan, maka perlu adanya
perhatian yang lebih, sehingg dapat terlihat kualitas dari suatu sistem pendidikan yang
digunakan.
Pendidikan diharapkan mampu untuk membantu setiap manusia dalam
mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Pendidikan juga diharapkan dapat memfasilitasi
setiap pribadi untuk mengembangkan potensi ada baik dari segi koqnit, afektif dan
psikomotoerik. Setiap Negara tentunya menggunakan berbagai macam cara untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dinegara tersebut. Salah satunya di Indonesia, berbagai
macam regulasi yang kemudian menjadi dasar dan standarisasi dalam pengembangan kualitas
sistem pendidikan.
Dalam rangka menigkatkan kualitas sistem pendidikan, maka merujuk pada Undang-
Undang No 32. Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, penyelenggaraan pendidikan
merupakan suatu keharusan yang menjadi wewenang pemerintah kabupaten/kota.
Pemberian Otonomi pendidikan yang luas kepada lembaga pendidikan di Indonesia,
merupakan bentuk kepedulian Negara terhadap pendidikan. Dengan pemberian otonomi
pendidikan kepada lembaga pendidikan adalah usaha untuk memberikan kebebasan kepadan,
sehingga ada kemandirian dan pemberdayaan dalam mengelolah lembaga pendidikan agar
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dalam menjawab berbagai tuntutan
masyarakat.
Berdasarkan fakta yang ada dalam uraian diatas penulis merasa penting untuk melihata
lebih dalam tentang sistem pendidikan yang berkembang dan bagaimana sistem ini dapat
dijlankan, maka dari itu penulis memberikan judul pada makalah ini adalah “Manajemen
Pendidikan Berbasi Sekolah”
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang diatan maka muncul pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah arti dan makna manajemen pendidikan berbasis sekolah?
2. Apakah manajemen pendidikan sekolah dapat dikatakan sebagai paradigma baru?
4
3. Bagaimana efektifitas manajemen pendidikan berbasis sekolah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah “bagaimana efektiftas
penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah?”.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Arti Dan Makna Manajemen Berbasis Sekolah
5
Konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) pertama sekali muncul di Amerika
serikat. Latar belakangnya ketika itu masyarakat mempertanyakan tentang relevansi dan
korelasi pendidikan yang diselenggarakan di sekolah degan tuntutan kebutuhan masyarakat.
Kinerja sekolah pada saat itu dianggap tidak sesuai dengan tuntutan peserta didik untuk
terjun ke dunia usaha dan sekolah dianggap tidak mampu memberikan hasil dalam konteks
kehidupan ekonomi kompetitif secara global. Fenomena tersebut segera diantisipasi dengan
melakukan upaya perubahan manajemen sekolah. Masyarakt dan pemerintah sepakat
melakukan reformasi terhadap manajemen sekolah. Bertitik tolah dari kondisi tersebut,
dipandang perlu membangun suatu sistem persekolahan yang mampu memberikan kemapuan
dasar (Basec Skil) bagi peserta didik. Munculah penataan sekolah melalui konsep MBS yang
diartikan sebagai wujud dari reformasi pendidikan yang meredesain dan mamodivikasi
struktru permeintah ke sekolah dengan pemberdayaan sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan nasional (Sagala, 2004).
Manajemen berbasis sekolah diartikan sebgai model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif
yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (Guru, peserta didik, kepala sekolah,
karyawan, orang tua peserta didi, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah),
sehingga rasa memiliki warga sekolah dapat meningkat yang mengakibatkan peningkatan
rasa tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah.
Pada prinsipnya dengan menggunkan model manajemen berbasis sekolah ini, sekolah
lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan sesuai kondisi dan tuntutan
lingkungan masyaraktnya. Hal ini memberi gambaran bahwa, desentralisasi atau otonomi
pengelolaan sekolah memindakan otoritas pengambilan keputusan manajemen sekolah oleh
pemerintah daerah (Local Stakeholders) kepada sekolah yang diatur melalui peraturan yang
memungkinkan. Dengan demikan sekolah-sekolah lebih mandiri, lebih profesional, dapat
menyusun dan menentukan strategi penyelenggaraan program sekolah dan mampu
menentukan arah pembangunan pendidikan di sekolah yang sesuai dengan tuntutan
masyarkat akan kualitas layanan belajar disekolah.
Gagasan MBS ini semakin mengemuka setelah dikeluarkanya UU No 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah dengan prinsip desentralisasi pemerintahan dan PP No. 25
tentang kewenangan pemerintah dan provinsi sebagai daerah ototonom yang memberi isyarat
6
terjadinya perubahan kewenangan dalam pengelolaan pendidikan di daerah provinsi dan
kabupaten/kota maupun disekolah yang melahirkan wacana akuntabilitas sekolah.
Manajemen berbasis sekolah diselenggarakan melalui beberapa model yaitu;
1. Peningkatan peranana guru .
2. Peningkatan wawasan pengelolaan pengajaran melalui study penelitian dan kajian
pustaka.
3. Penyamaan visi semua pihak dalam proses perubahan untuk memfokuskan arah
baru merealisasikan penyelenggaraan program dengan sistem manajemen berbasis
sekolah.
Manajemen berbasis sekolah menurut pandangan Eric Digest (1999) merupakan
gagasan yang menenpatkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu keutuhan entitas
sistem yang didalamnya terkandung adanya desentralisasi kewenangan yang diberikan
kepada sekolah untuk membuat keputusan. Sekolah sebagai suatu institusi sosial,
kewenangan pengambilan keputusan hendanya dilihat dalam prespektif peran sekolah yang
sesunggunya, yaitu melayani anak didik agar mereka memperoleh layanan belajar sebaik-
baiknya. Gagasan penggunaan model MBS sering dipertimbangkan sebagai upaya
memposisikan kembali peran sekolah yang sesungguhnya (Back to Basic), yaitu peran
sekolah untuk memberikan pelayanan primanya (Businesscore) dalam penyelenggaraan
belajar mengajar. Dalam memenuhi layanan belajar yang memuaskan, aspirasi masyarakat
melalui suatu wadah seperti komite sekolah diakomodasikan dalam berbagai kepentingan
yang ditunjukan pada peningkatan kinerja sekolah, antara lain direfleksikan pada rumusan
visi, misi, tujuan dan program-program prioritas sekolah.
Uraian di atas menegaskan bahwa konsep manajemen berbasis sekolah adalah
gagasan yang menetapkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu keutuhan entitas
seistem untuk membuat keputusan. Sekolah sebagai institusi sosial memiliki kewenangan
mengambil keputusan dalam prespektif peran sekolah yang sesungguhnya, dengan
memposisikan peran sekolah yang sesungguhnya. Bentuknya mengakomodasikan aspirasi
berbagai pihak yang berkepentingan dirifleksikan dalam rumusan visi, misi, tujuan, dan
program-program prioritas sekolah yang dapat menjamin adanya peningkatan mutu. Setiap
sekolah tentu akan memiliki ciri khasnya. Karakteristik sekolah dengan menggunakan model
MBS ini dicerminkan oleh visi, misi, tujuan, program prioritas, sasaran-sasaran yang akan
7
dicapai, sarana dan prasarana, mutu sumber daya manusia, dukungan biaya bagi
pengembangan sekolah, dan dukungan stakeholder. Realisasi gagasan penerapan model MBS
akan melahirkan sikap kepemimpinan (ownership) para stakeholder terhadap sekolah. Sikap
kepemimpinan ini akan mendukung pengembangan keunggulan kompetitif dan kompratif
masing-masing sekolah.
8
melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber
daya dan potensi yang tersedia; (2) meningkatkan kepedulian warga sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama; (3) meningkatkan
tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan pemerintah tentang mutu sekolah;
dan (4) menigkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk mencapai mutu pendidikan
yang diharapatkan.
9
b. Prinsip dan Esensi MBS
Model MBS pada prinsipnya sekolah memperoleh delegasi kewenangan yang
bertumpu dari birokrasi yang sentralistik. Kemudian menjadikan sekolah memperoleh
kewajiban terhadap setiap pihak yang berkepentingan. Peningkatan kenerja sekolah secarah
unggul akan berhasil apabila memberdayakan sekolah untuk mengenal perubahan dan
memiliki kekuasaan dalam optimalisasi sumber daya sehingga sekolah mampu meningkatkan
kualitas terhadap pelayanan belajar peserta didik.
Sejalan dengan prinsip tersebut, sekolah memiliki kewenangan menetapkan sumber
belajar, fasilitas dan alat pelajaran yang diperlukan seperti buku sumber atau text-book mata
pelajaran yang akan dipakai, alat peraga dan media pendidikan, bahan-bahan yang digunakan
di laboratorium dan bengkel kerja, dan melakukan pertumbuhan jabatan guru maupun
tenagan kependidikan guna menigkatkan kinerje sekolah. Pada prinsipnya model manajemen
berbasis sekolah adalah reformasi manajemen sekolah dilakukan untuk memperoleh
kewajiban (responsibility), wewenang (authority), meningkatkan kinerja sekolah.
Prinsip umum yang patutu menjadi pedoman dalam melaksanakan model manajemen
berbasis sekolah menurut Satori (2001:7) adalah (1) memiliki visi, dan strategi kearah
pencapaian mutu pendidikan, khususnya mutu pesserta didik sesuai dengan jenjang sekolah
masing-masing; (2) berpijak pada “power sharing” (berbagai kewenangan), pengelolaan
pendidikan sepatutnya berlandaskan pada keinginan saling mengisi, saling membantu dan
menerima berbagai kekuasaan/kewenangan sesuai fungsi dan peran masing-masing; (3)
adanya profesionalisme semua bidang dan berbagai komponen baik para praktisi pendidikan,
pengelola, dan manajer pendidikan lainnya termasuk profesionalisme Dewan Pendidikan di
kabupaten/kota meupun Komite Sekolah di satuan pendidikan; (4) meningkatkan partisipasi
masyarakat yang kuat termasuk orang tua peserta didik; (5) komite sekolah sebagai institusi
dapat menopang keberhasilan visi dan misi sekolah; dan (6) adanya transparansi dan
akuntabislitas manajemen sekolah baik dilihat dari akuntabilitas manajemen maupun
akuntabilitas finansial.
Esensi manajemene berbasis sekolah adalah otonomi sekolah dan pengambilan
keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah yang kompetitif sebagaimana
ditargetkan. Penegasan ini menggambarkan bahwa prinsip dan esensi MBS adalah
10
memperoleh delegasi kewenangan yang bertumpu pada sekolah dan disertakan masyarakat
dengan mengakomodasi aspirasinya, dengan sendirinya akan kuat dari semua unsur yang
terkait dengan sekolah seperti personil sekolah, birokrasi pemerintah melalui peraturan
menjauhkan diri dari penerapan intimidasi terhadap sekolah, instasnsi yang berkaitan dengan
sekolah, orang tua, peserta didik, peserta didik dan masyarakat luas dalam mengambil
keputusan-keputusan.
11
belajar pada peserta didiknya. Oleh karena itu ditetapkan tujuan yang merupakan tahapan
menuju visi yang telah direncanakan. Tujuan adalah adanya ksepakatan umum mengenai
misi organisasi dan merupakan sumber legitimasi yang membenarkan setiap kegiatan
organisasi, serta eksistensi organisasi itu sendiri. Selain itu, tujuan berfungsi sebagai patokan
yang dapat digunakan anggota organisasi maupun kalangan luar untuk menilai keberhasilan
organisasi. Misalnya mengenai efektivitas maupun efisiensi. Tujuan organisasi juga
berfungsi sebagai tolak ukur bagi para ilmuwan bidang organisasi guna mengetahui
bagaimanakah suatu organisai belajar secara baik sebagai jawbaran misi berupa pertanyaan
spesifik.
12
2. Paradigma Manajemen Berbasis Sekolah
MBS memiliki potensi dalam menciptakan kepala sekolah, guru dan pengelolah
sistem pendidikan menjadi professional. Pola hubungan menuntut komitmen semua unsur
terkait seperti legislative, eksekutif, pimpinan pendidikan, personil sekolah, orang tua peserta
didik dan masyarakat yang lebih luas dalam mengambil keputusan-keputusan tentang
pendidikan di sekolahnya yang menunjukan peranan salinng melengkapi di antara mereka
untuk memenuhi tuntutan kualitas sekolah. Keefektifan MBS akan terwujud jika pengelola
pendidikan mampu memberdayakan stakeholder dalam mementukan kebijakan,
pengadministrasian dan inovasi kurikulum yang dilakukan sekolah.
Jika manajemen berbasis disekolah dapat dipandang sebagai konsep paradigma baru
dalam pelaksanaannya, maka perlu berbagai tahap yang sistematis. Karena merupakan
paradigm baru, implementasi tentu perlu memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dilihat
dari aspek negative maupun positif bagi sekolah untuk mau mengapdosinya.
Secar garis besar pentahapan strategi MBS tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
tahap: sosialisasi, ujicoba dan desiminasi.
13
disekolah dan stakeholders. Strategi manajemen sekolah menggunakan strategi MBS perlu
menetapkan penahapan yang jelas terkait dengan SDM. Strategi yang digunakanan,
ketersediaan sarana prasarana, ketersediaann, anggaran dan fasilitas belajar, dukungan
stakeholders dan masyarakat luat dan dukungan pemerintah. Penerapannya, dengan
mempertimbangkan prioritas waktu jangka pendek, menengah dan panjang yang
ditampakkan pada penyusunan perencanaan, implementasi dan evaluasi penyelenggaraan
program sekolah. Uji coba yang efektif terhadap manajemen sekolah memerlukan
persyaratan dasar yaitu akseptibilitas yang dapat diterima oleh masyarakat, akuntabilitas
yaitu dapat dipertanggungjawabkan, replikabilitas yaitu dapat dilaksanakan ditempat lain dan
sustainabilitas yaitu dapat terus berkembang.
Uji coba suatu model berhenti setelah uji coba dilakukan adalah pemborosan dana
dan waktu. Tentu uji coba seperti ini harus dihindari dan harus dibuat rencana yang baik
terhadap suatu uji coba. Dari hasil uji coba tersebut dilakukan review untuk mengetahui
apakah prinsip-prinsip model MBS tersebut memang dapat diterapkan dan dapat pula
diterima warga sekolah maupun masyarakat sekitar sekolah. Jika strategi sekolah
menggunakan model MBS dinyatakan sesuai dan dapat diterapkan di sekolah tersebut,
setelah mengidentifikasi hal-hal yang mengunitungkan dan dapat dilakukan, kemudian hal-
hal yang merugikan dapat dihindari, maka keluarga besar sekolah tersebut bersama
masyarakat yang mendukungnnya siap melaksanakan model MBS denga segala resiko dan
konsekuensi yang akan diterimanya.
14
peserta didik, mengalokasikan dan menggunakan anggaran secara tepat atas dasar kebutuhan
pembelajaran, pelayanan belajar yang berkualitas, kesejahteraan guru dan personal sekolah
yang memadai.
Model MBS yang efektif dapat diukur dari keserasian dan optimalisasi fungsi tugas
semua unsur yang terkait dengan manajemen sekolah, penampilan guru dan personal sekolah
yang professional, lingkungan dengan perencanaan yang semultan dan senantiasa
memperbaiki sitem pengajaran sebagai upaya memberi pelayanan belajar yang bermutu serta
kessamaan dalam mencapai tujuan sekolah.
15
Roger Scott (1994), MBS memberikan peluang kepada kepala sekolah dan guru
menjadi lebih efektif kareana adnya partisipasi rasa kepemilikan dan keterlibatan yang tinggi
dalam membuat keputasan dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk
mengoptimalkan hasil kerja.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan memeriliki peran yang sangat penting dalam membantu setiap
manusia untuk menjawab tuntutan kehidupan ditengah masyarakat. Sekolah yang
merupakan lembaga formal penyelenggara pendidikan, memiliki suatu kewajaiban untuk
16
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas yang dapat bersaing dan menjawab
berbagai persoalan dan tantangan yang akan dihadapi.
Dalam sistem manajemen pendidikan berbasis sekolah, setiap lembaga
pendidikan diberikan kekuasaan dan kebebasan untuk menentukan arah dan tujuan
sekolah tersebut. Diharapkan setiap lembaga pendidikan mampu untuk meberdaya
gunakan semua unsur yang ada. Setiap lembaga pendidikan memiliki hak penuh dalam
mengambil sebua keputusan.
Keefektifan MBS akan terwujud jika pengelolaan pendidikan mampu
memberdayakan sumber daya sekolah dan stakeholder dalam menentukan kebijakan,
pengadministrasian dan inovasi kurikulum yang dilakukan sekolah.
Dafatar Pustaka
17