Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS

SEKOLAH

MANAJEMEN STRATEGI SEKOLAH


MENGHADAPI PERSAINGAN MUTU

MURNI DAENG THAYB


(Nim: 1369722017)

ANDRI IGNASIUS DEO


(Nim: 1369722013)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan dengan tema
“MANAJEMEN STRATEGI SEKOLAH MENGHADAPI PERSAINGAN MUTU”
Terima kasih yang mendalam kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Atas bantuan dan kerja sama tersebut kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami berharap, semoga melalui makalah ini teman-teman sekalian yang membacanya
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman.
Kami menyadari penuh bahwa karena keterbatasan pengetahuan dan pengalama
sehingga masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman semua demi
mengurangi kekurangan yang ada dalam makalah ini.

Ambon, Oktober 2022

Penulis

Daftar Isi

2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
1. Arti Dan Makna Manajemen Berbasis Sekolah..........................................................................6
a. Tujuan Penerapan Model Manajemen Berbasis Sekolah.............................................................8
b. Prinsip dan Esensi MBS............................................................................................................10
c. Karakteristik Manjemen Berabasis Sekolah...............................................................................11
d. Visi DAN Misi...........................................................................................................................11
e. Otonomi Manajemen Sekolah....................................................................................................12
2. Paradigma Manajemen Berbasis Sekolah.................................................................................13
3. Efektifitas Model Penyelenggaraan Manajemen Berbasis Sekolah.........................................15
BAB II.......................................................................................................................................................17
PENUTUP.................................................................................................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................................................................17
Dafatar Pustaka......................................................................................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

3
Pendidikan menjadi unsur yang sangat penting dalam keberlangsungan hibup setiap
manusia. Pendidikan melekat dalam kehidupan setiap orang sejak masih berada dalam Rahim
seorang ibu. Disadari sungguh bahwa pentingnya peran pendidikan, maka perlu adanya
perhatian yang lebih, sehingg dapat terlihat kualitas dari suatu sistem pendidikan yang
digunakan.
Pendidikan diharapkan mampu untuk membantu setiap manusia dalam
mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Pendidikan juga diharapkan dapat memfasilitasi
setiap pribadi untuk mengembangkan potensi ada baik dari segi koqnit, afektif dan
psikomotoerik. Setiap Negara tentunya menggunakan berbagai macam cara untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dinegara tersebut. Salah satunya di Indonesia, berbagai
macam regulasi yang kemudian menjadi dasar dan standarisasi dalam pengembangan kualitas
sistem pendidikan.
Dalam rangka menigkatkan kualitas sistem pendidikan, maka merujuk pada Undang-
Undang No 32. Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, penyelenggaraan pendidikan
merupakan suatu keharusan yang menjadi wewenang pemerintah kabupaten/kota.
Pemberian Otonomi pendidikan yang luas kepada lembaga pendidikan di Indonesia,
merupakan bentuk kepedulian Negara terhadap pendidikan. Dengan pemberian otonomi
pendidikan kepada lembaga pendidikan adalah usaha untuk memberikan kebebasan kepadan,
sehingga ada kemandirian dan pemberdayaan dalam mengelolah lembaga pendidikan agar
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dalam menjawab berbagai tuntutan
masyarakat.
Berdasarkan fakta yang ada dalam uraian diatas penulis merasa penting untuk melihata
lebih dalam tentang sistem pendidikan yang berkembang dan bagaimana sistem ini dapat
dijlankan, maka dari itu penulis memberikan judul pada makalah ini adalah “Manajemen
Pendidikan Berbasi Sekolah”

B. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang diatan maka muncul pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah arti dan makna manajemen pendidikan berbasis sekolah?
2. Apakah manajemen pendidikan sekolah dapat dikatakan sebagai paradigma baru?

4
3. Bagaimana efektifitas manajemen pendidikan berbasis sekolah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah “bagaimana efektiftas
penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah?”.

BAB II

PEMBAHASAN
1. Arti Dan Makna Manajemen Berbasis Sekolah
5
Konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) pertama sekali muncul di Amerika
serikat. Latar belakangnya ketika itu masyarakat mempertanyakan tentang relevansi dan
korelasi pendidikan yang diselenggarakan di sekolah degan tuntutan kebutuhan masyarakat.
Kinerja sekolah pada saat itu dianggap tidak sesuai dengan tuntutan peserta didik untuk
terjun ke dunia usaha dan sekolah dianggap tidak mampu memberikan hasil dalam konteks
kehidupan ekonomi kompetitif secara global. Fenomena tersebut segera diantisipasi dengan
melakukan upaya perubahan manajemen sekolah. Masyarakt dan pemerintah sepakat
melakukan reformasi terhadap manajemen sekolah. Bertitik tolah dari kondisi tersebut,
dipandang perlu membangun suatu sistem persekolahan yang mampu memberikan kemapuan
dasar (Basec Skil) bagi peserta didik. Munculah penataan sekolah melalui konsep MBS yang
diartikan sebagai wujud dari reformasi pendidikan yang meredesain dan mamodivikasi
struktru permeintah ke sekolah dengan pemberdayaan sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan nasional (Sagala, 2004).
Manajemen berbasis sekolah diartikan sebgai model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif
yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (Guru, peserta didik, kepala sekolah,
karyawan, orang tua peserta didi, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah),
sehingga rasa memiliki warga sekolah dapat meningkat yang mengakibatkan peningkatan
rasa tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah.
Pada prinsipnya dengan menggunkan model manajemen berbasis sekolah ini, sekolah
lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan sesuai kondisi dan tuntutan
lingkungan masyaraktnya. Hal ini memberi gambaran bahwa, desentralisasi atau otonomi
pengelolaan sekolah memindakan otoritas pengambilan keputusan manajemen sekolah oleh
pemerintah daerah (Local Stakeholders) kepada sekolah yang diatur melalui peraturan yang
memungkinkan. Dengan demikan sekolah-sekolah lebih mandiri, lebih profesional, dapat
menyusun dan menentukan strategi penyelenggaraan program sekolah dan mampu
menentukan arah pembangunan pendidikan di sekolah yang sesuai dengan tuntutan
masyarkat akan kualitas layanan belajar disekolah.
Gagasan MBS ini semakin mengemuka setelah dikeluarkanya UU No 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah dengan prinsip desentralisasi pemerintahan dan PP No. 25
tentang kewenangan pemerintah dan provinsi sebagai daerah ototonom yang memberi isyarat

6
terjadinya perubahan kewenangan dalam pengelolaan pendidikan di daerah provinsi dan
kabupaten/kota maupun disekolah yang melahirkan wacana akuntabilitas sekolah.
Manajemen berbasis sekolah diselenggarakan melalui beberapa model yaitu;
1. Peningkatan peranana guru .
2. Peningkatan wawasan pengelolaan pengajaran melalui study penelitian dan kajian
pustaka.
3. Penyamaan visi semua pihak dalam proses perubahan untuk memfokuskan arah
baru merealisasikan penyelenggaraan program dengan sistem manajemen berbasis
sekolah.
Manajemen berbasis sekolah menurut pandangan Eric Digest (1999) merupakan
gagasan yang menenpatkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu keutuhan entitas
sistem yang didalamnya terkandung adanya desentralisasi kewenangan yang diberikan
kepada sekolah untuk membuat keputusan. Sekolah sebagai suatu institusi sosial,
kewenangan pengambilan keputusan hendanya dilihat dalam prespektif peran sekolah yang
sesunggunya, yaitu melayani anak didik agar mereka memperoleh layanan belajar sebaik-
baiknya. Gagasan penggunaan model MBS sering dipertimbangkan sebagai upaya
memposisikan kembali peran sekolah yang sesungguhnya (Back to Basic), yaitu peran
sekolah untuk memberikan pelayanan primanya (Businesscore) dalam penyelenggaraan
belajar mengajar. Dalam memenuhi layanan belajar yang memuaskan, aspirasi masyarakat
melalui suatu wadah seperti komite sekolah diakomodasikan dalam berbagai kepentingan
yang ditunjukan pada peningkatan kinerja sekolah, antara lain direfleksikan pada rumusan
visi, misi, tujuan dan program-program prioritas sekolah.
Uraian di atas menegaskan bahwa konsep manajemen berbasis sekolah adalah
gagasan yang menetapkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu keutuhan entitas
seistem untuk membuat keputusan. Sekolah sebagai institusi sosial memiliki kewenangan
mengambil keputusan dalam prespektif peran sekolah yang sesungguhnya, dengan
memposisikan peran sekolah yang sesungguhnya. Bentuknya mengakomodasikan aspirasi
berbagai pihak yang berkepentingan dirifleksikan dalam rumusan visi, misi, tujuan, dan
program-program prioritas sekolah yang dapat menjamin adanya peningkatan mutu. Setiap
sekolah tentu akan memiliki ciri khasnya. Karakteristik sekolah dengan menggunakan model
MBS ini dicerminkan oleh visi, misi, tujuan, program prioritas, sasaran-sasaran yang akan

7
dicapai, sarana dan prasarana, mutu sumber daya manusia, dukungan biaya bagi
pengembangan sekolah, dan dukungan stakeholder. Realisasi gagasan penerapan model MBS
akan melahirkan sikap kepemimpinan (ownership) para stakeholder terhadap sekolah. Sikap
kepemimpinan ini akan mendukung pengembangan keunggulan kompetitif dan kompratif
masing-masing sekolah.

a. Tujuan Penerapan Model Manajemen Berbasis Sekolah.

Manajemen berbasis sekolah (School based management) menurut Chapman (1990)


adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan meredesain pengelolaan sekolah dengan
meberikan kekuasaan dan peningkatan partisipasi sekolah dan masyarakat dalam upaya
perbaikan kinerja sekolah. Tujuan MBS mewujudkan tata kerja yang lebih baik dalam empat
hal yakni;

1. Meningkatnya efesiensi penggunaan sumber daya dan penugasan staf.


2. Meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan di sekolah.
3. Munculnya gagasan-gagasan baru dalam implementasi kurikulum, penggunaan
teknologi pembelajaran, dan pemanfaatan suber-sumber belajar.
4. Meningkatnya mutu partisipasi masyarakat dan stakeholder.

Desain pengelolaan menggunakan model MBS ini bertujuan memberikan kekuasaan


dan meningkatkan partisipasi sekolah memperbaiki kinerja sekolah mencakup kepemimpinan
sekolah. Profesionalisme guru, layanan belajar peserta didik bermutu, manajemen sekolah,
profesionalisme guru, layanan belajar peserta didik yang bermutu, manajemen sekolah yang
bermutu, partisipasi orang tua peserta didik dan masyarakat. Penerapan model MBS
bertujuan agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat mempunyai keterlibatan yang
tinggi sehingga setiap unsur dapat berperan dalam meningkatkan kualitas sekolah, efisiensi
dan efektifitas manajemen sekolah dalam memodifikasi stuktur pengambilan keputusan dari
pemerintah pusat ke daerah dan seterusnya ke sekolah yang mendorong pemberdayaan
sekolah.

Setelah otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan, penerapan


model MBS tersebut, menurut Satori (2005:5) bertujuan (1) meningkatkan mutu pendidikan

8
melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber
daya dan potensi yang tersedia; (2) meningkatkan kepedulian warga sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama; (3) meningkatkan
tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan pemerintah tentang mutu sekolah;
dan (4) menigkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk mencapai mutu pendidikan
yang diharapatkan.

Manfaat menggunakan model manajemen berbasis sekolah sebagi mana


dikemukakan Stori (2001;6) yakni;
1. Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya, karena bisa lebih mengetahui peta kekuatan, kelemahan, peluang
da ancama, yang mungkin dihadapi.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembanganya, khususnya input dan
output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik dan
masyrakat luas.
3. Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat lebih memenuhi
kebutuhan sekolah, karena sekolah lebih tau apa yang terbaik bagi
penyelenggaraan program sekolahnya.
4. Penggunaan sumber daya pendidikan lebib efisin dan efektif apabila
masyarakat turtu serta mengawasi dan membantu memenuhi kebutuhan
sekolah.
5. Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah meciptakan
transparansi dan demokrasi yang sehat.
6. Sekolah bertanggung hawab terhadap mutu pendidikan di sekolahnya kepada
pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat.
7. Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
8. Sekolah dapat meresapi aspirasi masyarakat yang senantiasa berubah dengan
pendekatan yang tepat dan cepat. Namun demikian sekolah juga harus berhati-
hati kepada pihak-pihak atau orang-orang yang hanya ingin mengambil
keuntungan pribadi melalui program sekolah, karena orang seperti ini malah
mengganggu program sekolah.

9
b. Prinsip dan Esensi MBS
Model MBS pada prinsipnya sekolah memperoleh delegasi kewenangan yang
bertumpu dari birokrasi yang sentralistik. Kemudian menjadikan sekolah memperoleh
kewajiban terhadap setiap pihak yang berkepentingan. Peningkatan kenerja sekolah secarah
unggul akan berhasil apabila memberdayakan sekolah untuk mengenal perubahan dan
memiliki kekuasaan dalam optimalisasi sumber daya sehingga sekolah mampu meningkatkan
kualitas terhadap pelayanan belajar peserta didik.
Sejalan dengan prinsip tersebut, sekolah memiliki kewenangan menetapkan sumber
belajar, fasilitas dan alat pelajaran yang diperlukan seperti buku sumber atau text-book mata
pelajaran yang akan dipakai, alat peraga dan media pendidikan, bahan-bahan yang digunakan
di laboratorium dan bengkel kerja, dan melakukan pertumbuhan jabatan guru maupun
tenagan kependidikan guna menigkatkan kinerje sekolah. Pada prinsipnya model manajemen
berbasis sekolah adalah reformasi manajemen sekolah dilakukan untuk memperoleh
kewajiban (responsibility), wewenang (authority), meningkatkan kinerja sekolah.
Prinsip umum yang patutu menjadi pedoman dalam melaksanakan model manajemen
berbasis sekolah menurut Satori (2001:7) adalah (1) memiliki visi, dan strategi kearah
pencapaian mutu pendidikan, khususnya mutu pesserta didik sesuai dengan jenjang sekolah
masing-masing; (2) berpijak pada “power sharing” (berbagai kewenangan), pengelolaan
pendidikan sepatutnya berlandaskan pada keinginan saling mengisi, saling membantu dan
menerima berbagai kekuasaan/kewenangan sesuai fungsi dan peran masing-masing; (3)
adanya profesionalisme semua bidang dan berbagai komponen baik para praktisi pendidikan,
pengelola, dan manajer pendidikan lainnya termasuk profesionalisme Dewan Pendidikan di
kabupaten/kota meupun Komite Sekolah di satuan pendidikan; (4) meningkatkan partisipasi
masyarakat yang kuat termasuk orang tua peserta didik; (5) komite sekolah sebagai institusi
dapat menopang keberhasilan visi dan misi sekolah; dan (6) adanya transparansi dan
akuntabislitas manajemen sekolah baik dilihat dari akuntabilitas manajemen maupun
akuntabilitas finansial.
Esensi manajemene berbasis sekolah adalah otonomi sekolah dan pengambilan
keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah yang kompetitif sebagaimana
ditargetkan. Penegasan ini menggambarkan bahwa prinsip dan esensi MBS adalah

10
memperoleh delegasi kewenangan yang bertumpu pada sekolah dan disertakan masyarakat
dengan mengakomodasi aspirasinya, dengan sendirinya akan kuat dari semua unsur yang
terkait dengan sekolah seperti personil sekolah, birokrasi pemerintah melalui peraturan
menjauhkan diri dari penerapan intimidasi terhadap sekolah, instasnsi yang berkaitan dengan
sekolah, orang tua, peserta didik, peserta didik dan masyarakat luas dalam mengambil
keputusan-keputusan.

c. Karakteristik Manjemen Berabasis Sekolah


Dapat ditegaskan bahwa karakteristi MBS adalah (1) prestasi pembelajaran
manajemen sekolah yang efektif; (2) kepemimpinan sekolah yang visioner dan berjiwa
entrepeneurship; (3) menempatkan kewenangan yang bertumpu pada sekolah dan
masyarakat; (4) senantiasa melakukan perubahan kea arah yang lebih baik; (5) melakukan
analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, dan evaluasi kinerja sesuai visi dan misi
untuk mencapai tujuan dan target sekolah; (6) kesejahteraan personal sekolah yang cukup;
(7) pengelolaan dan penggunaan anggaran yang tepat sasaran dan dapat
dipertanggungjawabkan.

d. Visi DAN Misi


Setiap sekolah harus memiliki visi yaitu wawasan atau pandangan jauh kedepan
kemana sekolah akan dibawa yang menjadi sumber arah bagi sekolah dan digunakan untuk
memandu perumusan misi sekolah. Visi adalah gambaran masa depan sekolah yang
diinginkan agar kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah dapat terjamin. Visi sekolah
berfungsi sebagai arah atau pedoman dalam menetapkan kebijakan dan mengambil keputusan
penting sebagai muara setiap kebutuhan sekolah.
Sedangkan misi adalah tindakan mewujudkan atau merealisasikan visi tersebut yaitu
memenuhi kepentingan maisng-maisng kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah
dalam bentuk layanan memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai
indicator. Misi pada hakikatnya suatu tindakan atau keinginan yang akan dilakukan untuk
merealisasikan visi.
Setiap sekolah harus merumuskan misinya dengan baik dan untuk menjawab
mengapa sekolah itu ada dan apa program yang dapat disediakan untuk memberi pelayanan

11
belajar pada peserta didiknya. Oleh karena itu ditetapkan tujuan yang merupakan tahapan
menuju visi yang telah direncanakan. Tujuan adalah adanya ksepakatan umum mengenai
misi organisasi dan merupakan sumber legitimasi yang membenarkan setiap kegiatan
organisasi, serta eksistensi organisasi itu sendiri. Selain itu, tujuan berfungsi sebagai patokan
yang dapat digunakan anggota organisasi maupun kalangan luar untuk menilai keberhasilan
organisasi. Misalnya mengenai efektivitas maupun efisiensi. Tujuan organisasi juga
berfungsi sebagai tolak ukur bagi para ilmuwan bidang organisasi guna mengetahui
bagaimanakah suatu organisai belajar secara baik sebagai jawbaran misi berupa pertanyaan
spesifik.

e. Otonomi Manajemen Sekolah


Otonomi (swakelolo) dapat diartikan sebagai kewenangan atau kemandirian dalam
mengatur dan mengurus dirinya sendiri secara independen menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi warga sekolah.
Otonomi sekolah menyangkut segala kebijakan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
wewenang tersebut, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pendanaan dan evaluasi. Strategi
administrative dalam konsep otonomi sekolah berupa kebijakan operasional yang bersifat
implementatif untuk melaksanakan suatu fungsi pendidikan. Dalam model desentralisasi ini,
pemerintah khususnya pemerintah daerah yaitu sekolah itu berada masih memegang
kekuasaan tertingi dala menentukan kebijakan makro daerah khususnya berkaitan dengan
sumber-sumber dana dan fungsi implementasi kebijakan lainnya.
Konsep otonomi sekolah merupakan tindakan desentralisasi yang dilakukan oleh
lembaga tinggi (pemerintah) sampai ke tingkat sekolah (guru kelas) yang menuntut kesiapan
mengelolah berbagai level untuk melakukan peran sesuai dengan kewajiban, lewenangan dan
tanggung jawab. Otonomi sekolah dilaksanakan dalam konteks manajemen berbasis sekolah
dengan mengikutsertakan masyarakat bertanggung jawab atas kelancaran pengelolaan
sekolah. Sedangkan SDM yang menjadi output pendidikan adalah semua lulusan
persekolahan pada semua jenjang dan jenis sekolah. Keefektifan MBS akan terwujud jika
pengelolaan pendidikan mampu memberdayakan sumber daya sekolah dan stakeholder
dalam menentukan kebijakan, pengadministrasian dan inovasi kurikulum yang dilakukan
sekolah.

12
2. Paradigma Manajemen Berbasis Sekolah

Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam manajemen sekolah meliputi guru, peserta


didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat dengan memodifikasi struktur pengambilan
keputusan. Dengan model manajemen berbasis sekolah ini, sekolah lebih mandiri atau
otonom dan mampu menentukan arah pengembangan visi dan misi sesuai kondisi dan
tuntutan lingkungan masyarakat. Pengelolaan pendidikan tingkat pusat yang berperan
melayanai kebutuhan standar sekolah. Sedangkan pemerintah daerah berperan memfasilitasi
dan melayani kebutuhan sumber daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana, serta
anggaran sekolah.

MBS memiliki potensi dalam menciptakan kepala sekolah, guru dan pengelolah
sistem pendidikan menjadi professional. Pola hubungan menuntut komitmen semua unsur
terkait seperti legislative, eksekutif, pimpinan pendidikan, personil sekolah, orang tua peserta
didik dan masyarakat yang lebih luas dalam mengambil keputusan-keputusan tentang
pendidikan di sekolahnya yang menunjukan peranan salinng melengkapi di antara mereka
untuk memenuhi tuntutan kualitas sekolah. Keefektifan MBS akan terwujud jika pengelola
pendidikan mampu memberdayakan stakeholder dalam mementukan kebijakan,
pengadministrasian dan inovasi kurikulum yang dilakukan sekolah.

Jika manajemen berbasis disekolah dapat dipandang sebagai konsep paradigma baru
dalam pelaksanaannya, maka perlu berbagai tahap yang sistematis. Karena merupakan
paradigm baru, implementasi tentu perlu memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dilihat
dari aspek negative maupun positif bagi sekolah untuk mau mengapdosinya.

Secar garis besar pentahapan strategi MBS tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu
tahap: sosialisasi, ujicoba dan desiminasi.

Sosialisasi adalah mempersiapak SDM dengan pelatihan pertumbuhan jabatan guru


dan pengalokasian dana secara langsung ke sekolah dengan memperhatikan berbagai aspek
seperti partisipasi masyarakat, ketenagaan, kepala sekolah dan guru, anggaan yang
mencakup sumber dan peruntukannya, kurikulum, materi dan penilaian, alat dan sarana
pendidikan. Dalam implementasi MBS menyesuaikan diri dengan kondisi objektif yang ada

13
disekolah dan stakeholders. Strategi manajemen sekolah menggunakan strategi MBS perlu
menetapkan penahapan yang jelas terkait dengan SDM. Strategi yang digunakanan,
ketersediaan sarana prasarana, ketersediaann, anggaran dan fasilitas belajar, dukungan
stakeholders dan masyarakat luat dan dukungan pemerintah. Penerapannya, dengan
mempertimbangkan prioritas waktu jangka pendek, menengah dan panjang yang
ditampakkan pada penyusunan perencanaan, implementasi dan evaluasi penyelenggaraan
program sekolah. Uji coba yang efektif terhadap manajemen sekolah memerlukan
persyaratan dasar yaitu akseptibilitas yang dapat diterima oleh masyarakat, akuntabilitas
yaitu dapat dipertanggungjawabkan, replikabilitas yaitu dapat dilaksanakan ditempat lain dan
sustainabilitas yaitu dapat terus berkembang.

Uji coba suatu model berhenti setelah uji coba dilakukan adalah pemborosan dana
dan waktu. Tentu uji coba seperti ini harus dihindari dan harus dibuat rencana yang baik
terhadap suatu uji coba. Dari hasil uji coba tersebut dilakukan review untuk mengetahui
apakah prinsip-prinsip model MBS tersebut memang dapat diterapkan dan dapat pula
diterima warga sekolah maupun masyarakat sekitar sekolah. Jika strategi sekolah
menggunakan model MBS dinyatakan sesuai dan dapat diterapkan di sekolah tersebut,
setelah mengidentifikasi hal-hal yang mengunitungkan dan dapat dilakukan, kemudian hal-
hal yang merugikan dapat dihindari, maka keluarga besar sekolah tersebut bersama
masyarakat yang mendukungnnya siap melaksanakan model MBS denga segala resiko dan
konsekuensi yang akan diterimanya.

Tahapan diseminasi oleh pemerintah memerlukan pentahapan disebabkan luasnya


wilayah, jumlah sekolah yang cukup besar, dan daya variabilits yang beraga eektifitasnya
akan sangat ditentukan oleh nanggaran yang cukup memadai, fasilitas dan dukunga lainnya
dari pemerintah terutama bagi daerah dan sekolah yang kurang mampu. Manajemen sekolah
perlu menyesuaikan diri terhadap perbuhahan pola hubungan sub-ordinasi sekaligus
membawa perubahan sikap dan perilaku baik pimpinan jajarab birokrasi pendidikan di
pemerintah, sekolah maupun masyarakat, deregulasi aturan, transparansi dan akuntabilitas.
Persyaratan dan kualifikasi yag haru dipenuhi dalam strategi penerakan MBS antra lain
menempatkan kepala sekolah dan guru atas dasar professional sebagai pemangku jabatan,
mengakomodasikan aspirasi orang tua peserta didik dan stakeholder, dukungan dari orang tua

14
peserta didik, mengalokasikan dan menggunakan anggaran secara tepat atas dasar kebutuhan
pembelajaran, pelayanan belajar yang berkualitas, kesejahteraan guru dan personal sekolah
yang memadai.

Persyarakat manajemen berbasi sekolah menurut Moharman (1993) adalah adanya


kebutuhan untuk berubah dari sebelumnya kea rah yang lebih baik, adanya redesain
organisasi pendidikan dan perubahan sebagai proses belajar serta berorientasi pada pelibatan
actor sekolah secarah lebih luas memperbaiki kinerja sekolah. Persyarakat ini ditampakan
dalam istem pemilihan kepala sekolah dan guru mengacu pada kualigikasi dan
profesionalisme baik dari latar belakang pendidikan maupun pengalaman kerjanya, bentuk
partisipasi masyaraka, dukungan lingkungan dan kemampuan dasar orang tua, kemampuan
mengadakan dan mengelola dana dan perolehan hasil belajar yang tinggi diukur dari nilai
kelulusan peserta didik atau standar evaluasi lainnya.

3. Efektifitas Model Penyelenggaraan Manajemen Berbasis Sekolah

Patrick Whitaks (1991) mengemukakan bahwa tujuan yang efektif diperlukan


kejelasan tujuan baik menyangkut proses maupun melibatkan lingkungan eksternal.
Penyelenggaraan model MBS yang efektif menurut Wahlstetter dan Smeyr (1994)
memvalidasi paradigm model untuk pengembangan yaitu dengna memberikan kekuasaan
kepada sekolah untuk menetapkan keputusan, kebijakan dan arah pengorganisasian sekolah
yang bertumpuh pada kekuatan anggaran, sara dan personal pengelolaannya.

Model MBS yang efektif dapat diukur dari keserasian dan optimalisasi fungsi tugas
semua unsur yang terkait dengan manajemen sekolah, penampilan guru dan personal sekolah
yang professional, lingkungan dengan perencanaan yang semultan dan senantiasa
memperbaiki sitem pengajaran sebagai upaya memberi pelayanan belajar yang bermutu serta
kessamaan dalam mencapai tujuan sekolah.

Kefektifan akan terwujud jika pengelola pendidikan mampu memberdayakn


stakeholder dalam menentukan kebijakan pengaministrasian dan inovasi kurikulum yang
dilakukan sekolah baik pendekatan maupun penyusunan bahan ajar.

15
Roger Scott (1994), MBS memberikan peluang kepada kepala sekolah dan guru
menjadi lebih efektif kareana adnya partisipasi rasa kepemilikan dan keterlibatan yang tinggi
dalam membuat keputasan dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk
mengoptimalkan hasil kerja.

BAB II

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan memeriliki peran yang sangat penting dalam membantu setiap
manusia untuk menjawab tuntutan kehidupan ditengah masyarakat. Sekolah yang
merupakan lembaga formal penyelenggara pendidikan, memiliki suatu kewajaiban untuk
16
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas yang dapat bersaing dan menjawab
berbagai persoalan dan tantangan yang akan dihadapi.
Dalam sistem manajemen pendidikan berbasis sekolah, setiap lembaga
pendidikan diberikan kekuasaan dan kebebasan untuk menentukan arah dan tujuan
sekolah tersebut. Diharapkan setiap lembaga pendidikan mampu untuk meberdaya
gunakan semua unsur yang ada. Setiap lembaga pendidikan memiliki hak penuh dalam
mengambil sebua keputusan.
Keefektifan MBS akan terwujud jika pengelolaan pendidikan mampu
memberdayakan sumber daya sekolah dan stakeholder dalam menentukan kebijakan,
pengadministrasian dan inovasi kurikulum yang dilakukan sekolah.

Dafatar Pustaka

17

Anda mungkin juga menyukai