Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

MAMPU MENGIMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DOSEN PENGAMPU:NOVITA INDAH HASIBUAN S.Pd,.M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

HANDIKA NATANAEL AS SIMAMORA


VERY FEBRIAN
SARTIKA
NADIA INDAH LESTARI
SENDARI FELIDA NABABAN
ANISA ARYANI

PRODI S1 PENDIDIKAN BISNIS-A


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
30 OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah tentang "Mampu mengimplementasi
manajemen berbasis sekolah".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam Makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ini.

Kami berharap semoga Makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Medan, Oktober 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................4
1.2 TUJUAN.............................................................................................................................5
1.3 MANFAAT.........................................................................................................................5

BAB II ISI.................................................................................................................................6
2.1 STRATEGI.........................................................................................................................7
2.2 IMPLEMENTASI MBS......................................................................................................8
2.3 MODEL MBS......................................................................................................................8
2.4 (MODEL AUSTRALIA) PROSPEK GAJI GURU DALAM MBS.....................................10

BAB III PENUTUP....................................................................................................................11


3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................11
3.2 SARAN.................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan merupakan suatu cara untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia menjadi lebih baik. Dalam peningkatan sumber daya manusia ini,
pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan
kualitas tersebut karena peningkatan sumber daya manusia tidak bisa
dipisahkan dengan proses peningkatan mutu pendidikan. Dewasa ini, sekolah-
sekolah berlomba-lomba untuk menampilkan citra bahwa sekolahnya itu
merupakan sekolah favorit yang memiliki mutu pembelajaran yang berkualitas.
Namun pada kenyataannya, mutu pembelajaran tidaklah berbeda dengan
sekolah-sekolah lainnya selama pengelolaan sekolah tersebut belum baik dan
benar. Memang dalam hal ini, sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan
yang memiliki tatanan sistem yang cukup rumit sehingga memerlukan
pengelolaan, pengaturan, penataan dan pemberdayaan yang baik dan benar
sehingga sekolah dapat menghasilkan produk yang optimal. Untuk
mewujudkan itu, tentunya sekolah harus memiliki perangkat dan unsur yang
saling berkaitan, diantaranya perangkat guru, murid dan kurikulum. Selain itu
sekolah juga harus memiliki hubungan dengan instansi lain seperti hubungan
dengan orangtua siswa, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Sehingga
diharapkan akan memberikan hasil yang optimal sesuai kebutuhan dan tuntutan
(Fattah, 2002: 2).
Kenyataan dilapangan dewasa ini, pengelolaan sistem manajemen
pendidikan masih banyak yang menggunakan sistem sentralistik. Sehingga
mengakibatkan hilangnya otonomi kepala sekolah dan guru dalam usaha
pengembangan sekolah dan anak didiknya. Untuk itu, maka muncullah sistem
baru yaitu sistem Manajemen Berbasis Sekolah. Konsep Manajemen Berbasis
sekolah (MBS) ini pertama kali muncul di Amerika Serikat. Latar belakangnya
ketika itu masyarakat mempertanyakan tentang relevansi dan korelasi
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat. Bertitik tolak dari kondisi tersebut, dipandang perlu membangun
suatu sistem persekolahan yang mampu memberikan kemampuan dasar bagi
peserta didik. Muncullah penataan sekolah melalui konsep MBS yang diartikan
sebagai wujud dari reformasi pendidikan yang meredesain dan memodifikasi
struktur pemerintah ke sekolah dengan pemberdayaan sekolah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan nasional. (Sagala, 2004: 17).
Sistem Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu sistem yang
menunutut agar sekolah dapat secara mandiri menggali, mengalokasikan,
menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggung jawabkan
pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.
(Mulyasa, 2006: 24)
Pembelajaran berbasis kompetensi menekankan pembelajaran ke arah
penciptaan dan peningkatan serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar
bisa mengantisipasi tantangan aneka kehidupannya. Sehingga orientasi
pembelajaran yang selama ini lebih ditekankan pada aspek ”pengetahuan” dantarget
”materi” yang cenderung verbalistis berubah menjadi lebih ditekankan
pada aspek ”kompetensi” dan target ”keterampilan” (Masnur Muslich, 2008 :
16). Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan
mutu pembelajaran merupakan suatu proses sistematis yang dilakukan secara
terus menerus dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan pembelajaran, dengan tujuan agar menjadi
target sekolah dapat tercapai.

1.2 TUJUAN

1. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru, unsur komite/majelis


madrasah dalam aspek manajemen berbasis sekolah untuk peningkatan mutu sekolah.

2. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru, unsur komite/majelis


madrasah dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, baik di
lingkungan sekolah maupun di masyarakat setempat.

3. Mengembangkan peran serta masyarakat yang lebih aktif dalam masalah umum
persekolahan dari unsur komite sekolah dalam membantu peningkatan mutu sekolah.

1.3 MANFAAT

Memberi keuntungan dalam aspek ekonomi, professional, politis, administrasi yang efektif,
keuntungan finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, dan efektivitas sekolah.Pertama,
keuntungan ekonomi diperoleh sekolah ketika memahami logika berikut: MBS mempercayai
sekolah sebagai pengambil keputusan. Sekolah seharusnya menjadi pihak yang paling
memahami situasi dan kondisi, kebutuhan, dan langkah taktis lembaganya, karena mereka
memiliki data lengkap. Keputusan yang harus diambil terkati dengan pengembangan sekolah
dan bagaimana siswa akan diarahkan. Mereka yang paling bisa mengambil keputusan yang
paling mengena. Keputusan yang berbasis sekolah makin mampu melayani dan makin bisa
menangkap aspirasi siswa dan guru. Keputusan itu seharusnya efektif dan efisien sehingga
berbiaya murah dan memberi dampak signifikan. Itulah keuntungan ekonomi yang didapat.
BAB II ISI

2.1 STRATEGI

Strategi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah(MBS)

Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila

didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana
yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana prasarana
memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan masyarakat (orang tua)
yang tinggi. Krisis ekonomi telah memperlemah kemampuan bersekolah dan telah
menimbulkan dampak negatif, yakni menurunnya jumlah peserta didik mulai dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi (kesempatan belajar di SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi
tertinggal dibandingkan dengan Negara lain), menurunnya partisipasi masyarakat karena
kerusuhan terjadi dimana-mana, angka partisipasi pendidikan sama dengan yang telah
dicapai negara-negara ASEAN lainnya 15- 20 tahun yang lalu. Multi krisis telah
memperburuk kondisi pendidikan, memperburuk fasilitas pembelajaran, serta menurunkan
kondisi kesehatan dan kualitas pendidikan.

Kondisi sekolah di Indonesia pada saat krisis sekarang ini sangat bervariasi dilihat dari segi
kualitas, lokasi sekolah, dan partisipasi masyarakat (orang tua). Kualifikasi sekolah bervaiasi
dari sekolah yang sangat maju sampai sekolah yang sangat tertinggal, sedangkan lokasi
sekolah sangat bervariasi dari sekolah yang terletak diperkotaan sampai sekolah yang
letaknya di daerah terpencil. Demikian pula partisipasi orang tua, bervariasi dari yang
partisipasinya tinggi sampai yang kurang bahkan tidak berpartisipasi sama sekali. Kondisi-
kondisi tersebut, tampaknya akan menjadi permasalah yang rumit dan harus

diprioritaskan penanganannya pasca krisis. Oleh karena itu, agar MBS dapat
diimplementasikan secara optimal, baik di era krisis maupun pasca krisis dimasa mendatang,
perlu adanya pengelompokan sekolah berdasarkan tingkat kemampuan manajemen masing-
masing. Pengelompokan ini di maksudkan untuk mempermudah pihak-pihak terkait dalam
memberikan dukungan.

Pengelompokan sekolah Dalam rangka mengimplementasikan MBS, perlu dilakukan


pengelompokan sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan
kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya akan ditemui tiga kategori
sekolah, yaitu baik, sedang, kurang, yang tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan
ketinggalan. Kelompok-kelompok sekolah tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah. pada
table tersebut setiap kelompok sekolah, menggambarkan juga tingkat kemampuan
manajemen.
2.2 IMPLEMENTASI MBS

Implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah pendekatan yang memberikan


lebih banyak otonomi kepada sekolah dalam pengambilan keputusan dan manajemen
operasional mereka. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam implementasi MBS.

Implementasi menajemen berbasis sekolah

Manfaat Penulisan Teks Laporan Default (GPT-3.5) User

Manfaat penulisan teks laporan ChatGPT Penulisan teks laporan memiliki beberapa manfaat
penting, antara lain:

Komunikasi Informasi: Teks laporan digunakan untuk menyampaikan informasi yang jelas
dan terstruktur kepada pembaca. Ini membantu orang lain memahami suatu situasi, masalah,
atau hasil penelitian.

Dokumentasi: Laporan bertindak sebagai dokumen resmi yang mencatat kejadian, keputusan,
atau peristiwa. Ini penting untuk tujuan pengarsipan dan referensi di masa depan.

Pemantauan dan Evaluasi: Laporan sering digunakan dalam bisnis dan organisasi untuk
memantau kinerja, mengukur pencapaian tujuan, dan mengevaluasi hasil. Hal ini membantu
dalam perencanaan strategis.

Pengambilan Keputusan: Laporan dapat memberikan data dan analisis yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan yang baik. Keputusan yang didukung oleh informasi yang akurat
cenderung lebih efektif.

Akuntabilitas: Laporan juga digunakan untuk memverifikasi tindakan atau keputusan


tertentu. Ini menciptakan akuntabilitas dan transparansi dalam organisasi.

Pendokumentasian Penelitian: Dalam dunia penelitian, laporan adalah cara untuk


mendokumentasikan hasil penelitian sehingga peneliti lain dapat memahami, mengulang,
atau membangun pada temuan tersebut.

Pengembangan Kemampuan Menulis: Menulis laporan merupakan keterampilan penting


yang dapat membantu dalam pengembangan kemampuan komunikasi tertulis.

Pengukuran Kemajuan: Dalam proyek atau program, laporan berkala membantu mengukur
kemajuan terhadap tujuan yang telah ditetapkan.

Penting untuk diingat bahwa format dan gaya penulisan laporan dapat berbeda tergantung
pada konteksnya, seperti laporan bisnis, ilmiah, atau teknis.
Evaluasi hasil akhir dari upaya peningkatan mutu sekolah.

Tinjau kembali tujuan dan melihat apakah telah tercapai.

Perbaikan Berkelanjutan:

Proses perencanaan mutu sekolah adalah siklus berkelanjutan.

Gunakan hasil evaluasi untuk perbaikan lebih lanjut dalam periode berikutnya.

Pelaporan dan Transparansi:

Sampaikan informasi mengenai kemajuan dan hasil kepada seluruh pemangku kepentingan.

Perencanaan mutu sekolah merupakan upaya berkelanjutan yang mendorong perbaikan


secara berkesinambungan dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

2.3 MODEL MBS

Model MBS adalah singkatan dari Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu suatu model pengelolaan
pendidikan yang memberikan otonomi dan fleksibilitas kepada sekolah sekaligus mendorong
partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional dan peraturan undang-undang yang berlaku. Model MBS
memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

- Sekolah memiliki kewenangan untuk menentukan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan
program pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi sekolah serta tuntutan lingkungan.

- Sekolah memiliki kewenangan untuk mengelola sumber daya manusia, keuangan, sarana dan
prasarana, kurikulum, dan proses pembelajaran secara mandiri dan bertanggung jawab.

- Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan evaluasi dan akuntabilitas terhadap kinerja
sekolah secara transparan dan kredibel.

- Sekolah memiliki kewenangan untuk menjalin kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait
dengan pendidikan, seperti pemerintah, swasta, masyarakat, organisasi profesi, lembaga
penelitian, dan media massa.

- Sekolah memiliki kewenangan untuk mengembangkan budaya sekolah yang demokratis,


profesional, inovatif, kreatif, dan berorientasi pada mutu.
Model MBS dapat diterapkan di berbagai negara dengan variasi yang disesuaikan dengan
konteks dan kondisi setempat. Beberapa contoh negara yang menerapkan model MBS adalah
Hongkong, Kanada, Amerika Serikat, dan Indonesia. Model MBS di masing-masing negara
memiliki ciri-ciri dan prinsip-prinsip tersendiri yang mencerminkan karakteristik dan tujuan dari
model tersebut.

2.4( MODEL AUSTRALIA) PROSPEK GAJI GURU DALAM MBS

Model MBS di Australia

Di Australia, lebih dari seratus tahun pengelolaan pendidikan ditangani secara langsung oleh
pemerintah pusat. Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas (primary and
secondary school diadministrasikan oleh masing-masing negara bagian (state) di bawah
pengelolaan yang ketat oleh Departemen Pendidikan pusat. Sebagian besar kurikulum ditentukan
dari pusat yang dikontrol secara ketat oleh inspektorat dan diadakan ujian nasional secara
menyeluruh untuk Sekolah Menengah Atas (secondary school). Sebagian besar dana pendidikan
berasal dari pemerintah pusat dengan pengalokasian sumber daya yang sentralistis. Sedikit sekali
peran sekolah dalam menentukan standar pembiayaan yang digunakan sehingga sekolah tidak
bisa menggali dana dari penyumbang sukarela seperti orang tua dan masyarakat lokal.

Sekitar awal 1970-an telah terjadi perubahan secara dramatis dalam pengelolaan pendidikan di
negara itu. Perubahan yang nyata adalah pemerintah federal mulai memiliki peran yang amat
penting dalam pengelolaan pendidikan melalui Australian Commonwealth & School
Commission yang dibentuk tahun 1973. Oleh karena itu, peran Departemen Pendidikan pusat
semakin kompleks yang akhirnya mendorongnya untuk melimpahkan pengambilan keputusan
pada tingkat sekolah yang berkaitan dengan hal-hal terpenting dalam pengelolaan dana, seperti
yang terjadi di negara bagian Tasmania, 12

Pada awal tahun 1970-an itu juga ditandai adanya desentralisasi administratif Departemen
Pendidikan melalui pembentukan unit-unit regional di beberapa negara bagian. Diawali di negara
bagian Australia Selatan dan Australian Capital Territory mulai memberikan kebebasan dan
otonomi yang lebih besar kepada sekolah. Proses ini terus berlanjut hingga tahun 1980-an di
beberapa negara bagian, seperti di Victoria, Australia Barat (Western Australia). Australia Utara
(Northern Territory). Tasmania, dan Queensland.

Karakteristik MBS di Australia terfokus pada aspek kewenangan sekolah antara lain: pertama,
menyusun dan mengembangkan kurikulum dan pembelajaran untuk meningkat-kan hasil belajar
peserta didik. Kedua, melakukan pengelolaan sekolah yang dapat dipilih di antara tiga
kemungkinan, yaitu Standard Flexibility Option (SO). Enhanced Flexibility Option-

I (EO-1), dan Enhanced Flexibility Option-2 (EO-2). Ketiga, menyusun perencanaan, program
dan mempertanggungjawabkan secara akuntabel. Keempat, menjamin dan memperkuat sumber
daya manusia dan sumber daya keuangan. Kelima, fleksibilitas dan efisiensi dalam penggunaan
sumber daya sekolah 12.
BAB III PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan Pembahasan Penulis dapat menyimpulkan bahwaImplementasi MBS

akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia

yang profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana yang cukup agar sekolah mampu

menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana prasarana memadai untuk mendukung

proses belajar mengajar, serta dukungan masyarakat (orang tua) yang tinggi.

Model MBS di Indonesia disebut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

(MPMBS), dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih

besar kepada sekolah, fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara

langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional sera peraturan perundang-undangan yang

berlaku. MBS di Indonesia difokuskan pada peningkatan mutu, tetapi tidak jelas dalam

hal mutu apa.

Guru merupakan pemeran utama proses pendidikan yang sangat menentukan

tercapai tidaknya tujuan. Dalam menjalankan tugasnya, guru memerlukan kepastian

karir dan insentif sebagai imbalan atas pekerjaannya. Sehubungan dengan itu, dalam

rangka otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, perlu dididentifikasi urusan-

urusan yang harus ditangani oleh pusat dan dilimpahkan ke daerah.


4.2 SARAN

Penulis menyarankan agar dengan makalah ini pembaca khususnya mahasiswa dapat

mengetahui dan memahami Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

https://chat.openai.com/c/f1b0d339-bdb6-4b48-8869-9df0618ec94f

https://media.neliti.com/media/publications/215275-impl

https://www.studocu.com/id/document/universitas-pgri-madiun/metodologi/model-mbs-di-
australia/48437557

https://www.kompasiana.com/noviana-trilestari/550e7427813311842cbc64ed/model-mbs-
dan-karakteristiknya

Anda mungkin juga menyukai