OTONOMI DAERAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan
Di Susun Oleh :
Kelompok 9
Elvi Azizah 0307202010
Muhammad Irgi Maulana Nst 0307202016
Putri Febby Aulia 0307201103
Dosen Pengampu
Dr. Ahmad Mukhlasin, M.Pd
MPI 1
Semester VII
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kebijakan Desentralisasi Pendidikan Di Era Otonomi Daerah” ini dengan lancar.
Sholawat dan salam semoga tercurah limpahan kepada baginda Muhammad
Shallallahu„Alaihi Wasallam yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama Islam yang sempurna dengan bahasa yang sangat indah.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
Bapak Dr. Ahmad Mukhlasin, M.Pd. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data
sekunder yang penulis peroleh, dari buku panduan yang berkaitan dengan materi pembelajaran
serta informasi dari media masa yang berhubungan dengan materi.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Mukhlasin, M.Pd
atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
kita mengenai “Kebijakan Desentralisasi Pendidikan Di Era Otonomi Daerah” khususnya bagi
penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini memang masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian direvisi menjadi Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir menjadi Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bermakna pengakuan adanya
daerah otonom dan sekaligus pengakuan/penyerahan wewenang, hak, dan kewajiban untuk
mengelola urusan pemerintahan di bidang tertentu dari Pemerintah kepada Daerah.1
Termasuk pula di dalamnya berbagai kemungkinan pengelolaan dan pengembangan bidang
pendidikan, dimana terdapat perubahan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat
sentralistik kepada yang lebih bersifat desentralistik.
1
Novendra Hidayat, ‘OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN: (Studi Pada
Jenjang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Sawahlunto)’, Society, 4.1 (2016), 35–50
<https://doi.org/10.33019/society.v4i1.34>.
2
Supriyanta, ‘Desentralisasi Pendidikan Di Era Otonomi Daerah’, Cakrawala, 2.1 (2018), 50–68
<https://doi.org/10.32781/cakrawala.v2i1.85>.
1
terlihat masih jauh dari kata menggembirakan. Manajemen pendidikan yang dilaksanakan
saat ini masih menunjukkan beberapa kelemahan yang signifikan dan perlu diperbaiki.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari desentralisasi pendidikan ?
2. Apa tujuan dan manfaat desentralisas pendidikan ?
3. Bagaimana permasalahan yang ada dalam pelaksanaan kebijakan desentralisai
pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari desentralisasi pendidikan
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat desentralisas pendidikan
3. Untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam pelaksanaan kebijakan
desentralisai pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Otonomi Sekolah
3
Rondinelli, D. A. (2018). Government decentralization in comparative perspective: Theory and practice in developing
countries. International Review of Administrative Sciences, 47(2), 133-145.
3
setempat. Misalnya, mereka dapat menyesuaikan kurikulum atau mengembangkan
program pendidikan khusus sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
3. Partisipasi Masyarakat
Pemerintah daerah atau lembaga pendidikan setempat memiliki tanggung jawab untuk
mengelola sumber daya yang mereka miliki, termasuk anggaran, fasilitas, dan personel. Ini
menciptakan kesempatan untuk lebih efisien dalam alokasi dan pemanfaatan sumber daya.4
4
Bray, M. (2009). The Challenge of Going to Scale: Experiences with Community Schools in Africa and Asia.
Comparative Education, 45(2), 213–229.
4
Di negara-negara yang proses pendidikannya didesentralisasikan, pendidikan bukan
sepenuhnya berada di bawah kekuasaan pemerintah pusat, namun berada dibawah kendali
dari pemerintah daerah, campur tangan dari pemerintah pusat hanya terbatas kedalam
kewajiban-kewajiban tertentu saja. Kemudian pemerintah daerah membagikan
kekuasaannya ke daerahdaerah yang lebih kecil lagi. Seperti kabupaten, kecamatan, desa,
dan sejenisnya. Setiap daerah yang lebih kecil diberi otonomi yang sangat luas seperti
menentukan anggaran biaya, rencana-rencana kegiatan, termasuk rencana pendidikan dan
lain sebagainya.5
Menurut Riyaas Rasyid yang dikutip oleh Darma Setyawan Salam keuntungan yang
dapat diraih dari kebijakan desentralisasi adalah:
1. Lebih mendekatkan pengambilan keputusan dengan masyarakat yang menjadi
sasarannya sehingga operasionalisasi keputusan dapat lebih realistik, efektif dan
efisien.
2. Meringankan beban organisasi pada level yang lebih tinggi sehingga dapat
menggunakan waktu, energi dan perhatiannya ke sasaran yang lebih strategik.
3. Membina kemampuan bertanggung jawab pada tingkat yang lebih rendah
4. Kebanggaan para pengambil keputusan dan pelaksana keputusan pada tingkat yang
lebih rendah karena merasa dipercaya oleh pemerintah yang lebih tinggi.6
5
Arif Ridha, ‘DESENTRALISASI PENDIDIKAN (SEBAGI UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN)’,
STIT Ahlussunnah Bukittinggi, 2016, 127–48.
6
Hidayat Dayat, ‘Decentralization Policy on Education Sector’, Pusat Kajian Pendidikan Dan Pelatihan
Aparatur I LAN Bandung, 2004, 334–39.
5
C. Permasalahan Yang Ada Dalam Pelaksanaan Kebijakan Desentralisai
Pendidikan
Desentralisasi pendidikan di Indonesia telah menimbulkan berbagai permasalahan yang
perlu dikaji dalam rangka implementasinya. Beberapa permasalahan yang muncul antara
lain adalah:
2. Kemandirian Finansial
Sumber dana BOS bukan proses dari desentralisasi, melainkan dekonsentrasi, sehingga
menimbulkan kebingungan terhadap pemisahan wewenang di bidang pendidikan.
Alasan masyarakat merasa belum siap dengan perubahan sistem desentralisasi ini
dikarenakan SDM yang belum memadai.
7
Sjamsi Pasandaran, ‘Desentralisasi Pendidikan Dan Masalah Pemberdayaan Sekolah’, Jurnal Ilmu
Pendidikan, 11.2 (2016), 124 <http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/92>.
6
Dalam penyelenggaraan desentralisasi pendidikan, masalah-masalah tersebut perlu
diatasi agar desentralisasi pendidikan dapat berjalan dengan efektif dan memberikan
dampak positif bagi pendidikan di Indonesia.
8
Kristian Wicaksono, ‘Problematika Dan Tantangan Desentralisasi Di Indonesia’, Jurnal Bina Praja, 94,
2012, 21–28 <https://doi.org/10.21787/jbp.04.2012.21-28>.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Riyaas Rasyid yang dikutip oleh Darma Setyawan Salam keuntungan yang
dapat diraih dari kebijakan desentralisasi adalah:
5. Lebih mendekatkan pengambilan keputusan dengan masyarakat yang menjadi
sasarannya sehingga operasionalisasi keputusan dapat lebih realistik, efektif dan
efisien.
6. Meringankan beban organisasi pada level yang lebih tinggi sehingga dapat
menggunakan waktu, energi dan perhatiannya ke sasaran yang lebih strategik.
7. Membina kemampuan bertanggung jawab pada tingkat yang lebih rendah
8. Kebanggaan para pengambil keputusan dan pelaksana keputusan pada tingkat yang
lebih rendah karena merasa dipercaya oleh pemerintah yang lebih tinggi.
8
2. Kemandirian Finansial
3. Penyalahgunaan Dana Biaya Operasional Sekolah (BOS)
4. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)
5. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
9
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Dayat, ‘Decentralization Policy on Education Sector’, Pusat Kajian Pendidikan Dan
Pelatihan Aparatur I LAN Bandung, 2004, 334–39
Hidayat, Novendra, ‘OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN:
(Studi Pada Jenjang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Sawahlunto)’,
Society, 4.1 (2016), 35–50 <https://doi.org/10.33019/society.v4i1.34>
Pasandaran, Sjamsi, ‘Desentralisasi Pendidikan Dan Masalah Pemberdayaan Sekolah’, Jurnal
Ilmu Pendidikan, 11.2 (2016), 124
<http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/92>
Ridha, Arif, ‘Dosen Tetap STIT Ahlussunnah Bukittinggi 127’, STIT Ahlussunnah
Bukittinggi, 2016, 127–48
Supriyanta, ‘Desentralisasi Pendidikan Di Era Otonomi Daerah’, Cakrawala, 2.1 (2018), 50–
68 <https://doi.org/10.32781/cakrawala.v2i1.85>
Wicaksono, Kristian, ‘Problematika Dan Tantangan Desentralisasi Di Indonesia’, Jurnal Bina
Praja, 94, 2012, 21–28 <https://doi.org/10.21787/jbp.04.2012.21-28>
10