Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

“PENGELOLAAN ANGGARAN PEMERINTAH DI ERA


DESENTRALISASI”

“ DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. WIWIN SEPTIANA : 20226013065


2. TIARA NURBAITI : 20226013066
3. DENI RESTU NINGSIH : 20226013073
4. SRI AMBARWATI : 20226013074
5. TITIN ANGGRAINI : 20226013120

KELAS : PALEMBANG 1
MATA KULIAH : ADMINISTRASI DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : Dr. H. Edi Harapan, M.Pd.

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa makalah ini dengan baik dan tanpa
suatu kendala berarti. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Administrasi dan
Pembiayaan Pendidikan Dr. H. Edi Harapan, M.Pd. yang telah membimbing dan memberi arahan dalam
penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberi masukan
dan pandangan kepada kami selama menyelesaikan makalah ini.
Makalah berjudul “ Pengelolaan Anggaran Pemerintah Di Era Desentralisasi Dan Dana Alokasi
Khusus Bidang Pendidikan” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 1. Kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karenanya, kami menerima
kritik serta saran yang membangun dari pembaca agar kami dapat menulis makalah secara lebih baik
pada kesempatan berikutnya.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak besar sehingga dapat
menambah ilmu serta memberi inspirasi bagi para pembaca.

Palembang, Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ 1


KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 6
1.3 TUJUAN ...................................................................................................... 6
BAB 11. KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 8
PENGELOLAAN ANGGARAN PEMERINTAH DI ERA DESENTRALISASI
A. DAMPAK PENERAPAN DESENTRALISASI ............................................ 8
B. KERANGKA KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO ....................................... 8
C. KERANGKA TEORI KEUANGAN NEGARA ............................................ 9
D. KONSEP SISTEM KEUANGAN NEGARA ................................................ 11
E. TINJAUAN DAN TEORI PENGANGGARAN ............................................ 14
F. PENERAPAN DUAL BUDGETING SYSTEM............................................ 18
G. PENYUSUNAN ANGGARAN TERPADU .................................................. 19
H. ALUR PEMBAGIAN ANGGRAN DARI PUSAT KE DAERAH ................ 20
I. DANA PERIMBANGAN PUSAT DAN DAERAH ...................................... 21
J. PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DAN PUSAT ........................ 23
DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN
A. JENIS-JENIS PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ............................................. 23
B. SUMBER DAYA ALOKASI KHUSUS PENDIDIKAN ............................... 25
C. PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI DAK ........................ 28
D. KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN ......... 30
E. PENYERAPAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN ..... 30
F. PENINGKATAN DANA ALOKASI KHUSUS............................................ 31
G. POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DENGAN DAERAH .............. 32
H. DAERAH PENERIMA DANA ALOKASI KHUSUS PENDIDIKAN .......... 32
I. JENIS-JENIS DANA ALOKASI .................................................................. 33
J. REGULASI PENGATURAN DANA ALOKASI KHUSUS ......................... 34
K. PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS ........................................... 35
L. MEKANISME ALIRAN DANA DARI PUSAT KE DAERAH .................... 35
BAB 3. PENUTUP ................................................................................................... 37
A. KESIMPULAN ............................................................................................. 37
B. SARAN ........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 39

3
BAB. 1 PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

A. PENGELOLAAN ANGGARAN PEMERINTAHAN DI ERA DESENTRALISASI


Desentralisasi menjadi salah satu alternatif sistem pemerintahan di berbagai belahan
dunia pada saat ini. menurut rondinelli ada tiga pendorong dibutuhkannya di sentralisasi yaitu:
Adanya kegagalan perencanaan sentralisasi, adanya kebutuhan pengembangan dan pengelolaan
program dan proyek pembangunan yang cepat dan inovatif, dan perkembangan kompleksitas
masyarakat di daerah yang berdampak pada kegiatan pemerintahan yang semakin membengkak.
Maka, penerapan sistem ini pun diterapkan di beberapa negara dalam sistem pemerintahannya.
Selain itu, penerapan desentralisasi dianggap dapat memberikan keuntungan dan
manfaat bagi pelaksanaan pemerintahan yang baik. menurut hulme merujuk pendapat
Smith, ada dua manfaat dan Keuntungan utama dari desentralisasi yaitu: pertama secara politik
memberi manfaat antara lain, pendidikan politik bagi masyarakat, adanya keadilan politik
karena distribusi kekuasaan, tingginya akuntabilitas karena akses bagi masyarakat luas semakin
tinggi dan daya tanggap pemerintah semakin baik karena keterwakilan dan partisipasi semakin
tinggi. kedua, dari sisi administrasi dan manajemen manfaatnya adalah Perencanaan lokal
dapat dibangun semakin baik, koordinasi antara organisasi di tingkat lokal dapat terwujud
semakin nyata tumbuhnya Inovasi dan tentu beban kerja pemerintah pusat berkurang.
Setelah adanya desentralisasi, maka pembagian anggaran pembangunan dari
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah semakin jelas. desentralisasi bukan saja
menyangkut tentang pembagian anggaran saja, tetapi juga menyangkut beberapa aspek penting
dalam sistem penyelenggaraan negara, termasuk juga pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
Pelaksanaan pendidikan sebelum era reformasi, sepenuhnya berada di bawah tanggung
jawab pemerintah pusat. setelah desentralisasi, ada pembagian tanggung jawab antara
pemerintah pusat dan daerah, sesuai dengan kementerian yang mengelolanya. lahirnya
desentralisasi ini berdampak kepada pembagian anggaran pendidikan yaitu: anggaran
pendidikan pemerintah pusat anggaran pendidikan pemerintah provinsi dan anggaran
pendidikan pemerintahan kabupaten atau kota.
B. DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan gejala semesta (fenomena universal) dan berlangsung sepanjang
hayat manusia, dimanapun manusia berada. Dimana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada
pendidikan. (Driyakara dalam Dwi Siswoyo, 2007:1). Pendidikan sebagai usaha sadar bagi
pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu.

4
Manusia merupakan pilar dari kemajuan suatu bangsa melalui pendidikan yang ada. Salah satu
indikator kemajuan pembangunan bangsa adalah tingkat capaian Sumberdaya Manusia (SDM).
2 Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Edisi 1 Tahun 2017 Pendidikan menjadi domain
utama bagi setiap negara yang ingin maju dan menguasai teknologi. Setiap negara mempunyai
kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa terkecuali.
Penyelenggaraan pendidikan mempunyai tujuan umum yang berlaku bagi semua
lembaga dan kegiatan pendidikan di Indonesia. Menurut Pasal 3 Undang-Undang No.20 Tahun
2003 tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Program wajib belajar 12 tahun menurut Pasal 6 ayat (1) Undang – Undang Sistim
Pendidikan Nasional di rasa dapat dilaksanakan karena berdasarkan dari pertimbangan
konstitusi dan perkembangan sosial dan budaya serta anggaran. Anggaran yang diberikan
pemerintah untuk bidang pendidikan sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) pada tahun 2013. Jumlah tersebut
lebih banyak dari pada tahun sebelumnya.
Penambahan jumlah dana yang di alokasikan dalam bidang pendidikan ini dilaksanakan
karena kurangnya pencapaian standar mutu pendidikan. Ada beberapa program yang dibuat oleh
pemerintah untuk menunjang berhasilnya Pendidikan Menengah Universal (PMU) 12 tahun,
salah satunya dengan memberikan dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan kepada
sekolah yang masuk dalam kriteria khusus dari penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang
pendidikan. DAK diberikan untuk Pengelolaan Dana Alokasi... (Eva Wafda Hidayati dan
Abdullah Taman, M. Si.))3 memperbaiki atau menambah fasilitas sekolah guna mendukung
pencapaian standar pendidikan sesuai prioritas nasional melalui proses kegiatan belajar
mengajar yang terjadi di sekolah. Proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
apabila dilengkapi oleh fasilitas yang memadai. Fasilitas mendukung berhasilnya proses transfer
nilai dari guru kepada siswa, tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk
menjalankan kegiatan pembelajaran. Fasilitas ini meliputi fasilitas fisik dan non fisik. Failitas
fisik adalah fasilitas yang berbentuk fisik seperti ruang kelas yang layak, dan nyaman, adanya
laboratorium yang menunjang, dan gedung sekolah yang layak. Sedangkan fasilitas non fisik
merupakan faktor yang mendukung proses pembelajaran supaya berhasi dalam meningkatkan
mutu pendidikan siswa. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah mendapat bantuan dari
pemerintah berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

5
Dari bantuan tersebut sekolah dapat membangun maupun mengembangkan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran di sekolah tanpa memungut biaya dari
wali murid. Sekolah perlu 4 Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Edisi 1 Tahun 2017
melakukan pembuatan rancangan anggaran sekolah supaya mengetahui rencana pengeluaran
untuk meningkatkan mutu pendidikan terlebih lagi mengenai fasilitas yang diperlukan oleh
sekolah dalam mengembangkan mutu pendidikan.

2. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1) Apakah dampak penerapan desentralisasi?
2) Apakah kerangka kebijakan ekonomi makro?
3) Apakah kerangka teori keuangan negara?
4) Apakah konsep sistem keuangan negara?
5) Apakah tinjauan dan teori penganggaran?
6) Apakah penerapan dual budgenting system?
7) Bagaimanakah penyususnan anggrana terpadu?
8) Bagaimanakah alur pembagian anggaran dari pusat ke daerah?
9) Bagaimanakah dana perimbangan pusat ke daerah?
10) Bagaimanakah pengeluaran pemerintah daerah ke pusat?
11) Apakah jenis-jenis pembiayaan pendidikan?
12) Apakah Sumber daya alokasi khusus pendidikan?
13) Bagaimankah Pelaksanaan monitoring dan evaluasi DAK?
14) Apakah kebijakan dana alokaasi khusus bidang penididkan?
15) Bagaimanakah penyerapan dana alokasi khusus bidang pendidikan?
16) Apakah peningkatan dana alokasi khusus?
17) Bagaimanakah pola hubungan keuangan pusat dengan daerah?
18) Bagaimanakah penerima dana alokasi khusus pendidikan?
19) Apakah jenis-jenis dana alokasi?
20) Bagaimanakah regulasi penganturan dana alokasi khusus?
21) Bagaimanakah pelaksanaan dana alokasi khusus?
22) Bagaimakah mekaanisme aliran dana dari pusat ke daerah?

3. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui dampak penerapan desentralisasi

6
2) Mengetahui kerangka kebijakan ekonomi makro
3) Mengetahui kerangka teori keuangan negara
4) Mengetahui konsep sistem keuangan negara
5) Mengetahui tinjauan dan teori penganggaran
6) Mengetahui penerapan dual budgenting system
7) Mengetahui penyususnan anggrana terpadu
8) Mengetahui alur pembagian anggaran dari pusat ke daerah
9) Mengetahui dana perimbangan pusat ke daerah
10) Mengetahui pengeluaran pemerintah daerah ke pusat
11) Mengetahui jenis-jenis pembiayaan pendidikan
12) Mengetahui Sumber daya alokasi khusus pendidikan
13) Mengetahui Pelaksanaan monitoring dan evaluasi DAK
14) Mengetahui kebijakan dana alokaasi khusus bidang penididkan
15) Mengetahui penyerapan dana alokasi khusus bidang pendidikan
16) Mengetahui peningkatan dana alokasi khusus
17) Mengetahui pola hubungan keuangan pusat dengan daerah
18) Mengetahui penerima dana alokasi khusus pendidikan
19) Mengetahui jenis-jenis dana alokasi
20) Mengetahui regulasi penganturan dana alokasi khusus
21) Mengetahui pelaksanaan dana alokasi khusus
22) Mengetahui mekaanisme aliran dana dari pusat ke daerah

7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 10 PENGELOLAAN ANGGARAN PEMERINTAH DI ERA DESENTRALISASI

A. DAMPAK PENERAPAN DESENTRALISASI


Implikasi dari penerapan desentralisasi adalah beralihnya sebagian tugas dan
tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah pemerintah daerah dibentuk
guna menjalankan prinsip otonomi daerah menurut Kaho, secara umum kemampuan
pelaksanaan otonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor manusia sebagai
pelaksanaan, faktor keuangan, faktor peralatan dan faktor organisasi serta manajemen. para
pakar lain seperti rondinelli dan chema, smit dan hosein seringkali juga mengatakan bahwa
faktor keuangan menjadi penentu keberhasilan kebijakan desentralisasi.
adanya desentralisasi mengakibatkan timbulnya pembagian urusan antara pusat dan
daerah. hal ini melahirkan dua pemahaman dalam keuangan di pusat maupun di daerah.
pemahaman pertama melihat perlu adanya pertimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah karena merupakan upaya mencari perimbangan akibat fungsi dan kewenangan
yang diemban daerah dengan sumber keuangan yang dimiliki dan diraihnya sedangkan
pemahaman kedua melihat adanya hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah didasari
oleh kenyataan multi level pemerintahan sehingga mau tidak mau ada pola hubungan yang
tercipta yang harus diatur. pada dasarnya pembagian urusan keuangan adalah implikasi dari
penerapan desentralisasi

B. KERANGKA KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO


anggaran ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan anggaran pada dasarnya
merupakan sebuah acuan sekaligus landasan bagi pemerintah pusat dalam menyusun rencana
anggaran pendapatan dan belanjaan negara (RAPBN). Selain itu kebijakan ekonomi makro
dan pokok-pokok kebijakan anggaran disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dari pemerintah kepada Rakyat, sebagaimana diatur dalam pasal 13 ayat
1 undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara dan pasal 157 ayat 2
undang-undang nomor 27 tahun 2009 tentang MPR MPR-RI RI, DPR DPR-RI RI,DPD d
DAN dan DPRD.
1. Desentralisasi Anggaran
Pada era setelah perlakuan otonomi daerah pelaksanaan desentralisasi anggaran
di Indonesia meningkat secara signifikan. bagian pengeluaran pemerintah daerah pada
8
tahun anggaran 2001 meningkat hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya menjadi
sekitar 30% dari total pengeluaran pemerintah pusat dan daerah (Brodjonegoro dan
Martinez-Vazquez, 2002, Rochana, 2010). dalam kaitan ini, Bank Dunia memberikan
istilah the Indonesia’s 2001 Big Bang desentralization karena hanya dalam semalam
Indonesia berubah dari negara yang sangat sentralistik menjadi negara yang sangat
desentralistik ( Bank Dunia, 2003). Kebijakan ini merupakan keputusan yang sangat
cepat dalam merubah pola sistem keuangan negara
2. Alasan Desentralisasi Anggaran
Secara teoretis alasan desentralisasi anggaran adalah meningkatkan efisiensi
penyediaan barang publik sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Oates,
1972: Martinez-Vazquez dan McNab, 2003, Brueckner, 2006). Berbeda dengan barang
privat, barang publik memiliki karakteristik non ekskludable dan non Rival yang
menyebabkan mekanisme pasar gagal mencapai kondisi pareto efisien. Untuk efisiensi
alokasi barang publik teori ekonomi menawarkan desentralisasi. kebijakan anggaran
merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu
negara melalui pengeluaran dan pendapatan berupa pajak pemerintah kebijakan anggaran
berbeda dengan kebijakan moneter yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan
cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. instrumen utama
kebijakan anggaran adalah pengeluaran dan pajak. perubahan tingkat dan komposisi
pajak dan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi variabel-variabel yang lain.

C. KERANGKA TEORI KEUANGAN NEGARA


Undang-undang keuangan negara pada dasarnya mengatur prinsip-prinsip umum
keuangan negara. hal-hal baru dan perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan negara
yang diatur dalam undang-undang nomor 17 tahun 2023 meliputi:
1) Penetapan pengertian dan ruang lingkup keuangan negara
2) penegasan kedudukan presiden sebagai pemegang kekuasaan umum keuangan negara
3) pengaturan wewenang pengelolaan anggaran kepada Menteri Keuangan dan menteri atau
Pimpinan lembaga
4) penegasan kedudukan Gubernur Bank Sentral selaku pengelola kebijakan moneter dan
pengaturan hubungan otoritas anggaran dan otoritas moneter
5) penegasan asas desentralisasi dalam bidang keuangan negara
6) penyusunan secara strategis Nasional oleh dewan perencanaan nasional yang
beranggotakan pemerintah dan masyarakat
7) penetapan struktur anggaran

9
8) penetapan solusi dalam hal RAPBN dan tidak disetujui DPR RI
9) penetapan prinsip-prinsip umum pengelolaan anggaran negara dan daerah
10) penetapan keharusan pemerintah menyajikan neraca pemerintah dan laporan keuangan
perusahaan negara dalam pertanggungjawaban tahunan keuangan negara
1. Pengaturan Keuangan Negara
Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara memuat berbagai
perubahan mendasar dalam pendekatan anggaran. reformasi pengelolaan
keuangan negara meliputi aspek-aspek penerapan pendekatan penganggaran
dengan perspektif jangka menengah, penerapan anggaran secara terpadu dan
penerapan anggaran berdasarkan kinerja.
2. Reformasi Kruangan Negara
Munculnya undang-undang nomor 17 tahun 2003 menggantikan undang-undang
yang lama merupakan upaya reformasi di bidang keuangan negara untuk
meningkatkan efisiensi akuntabilitas dan profesionalitas. perubahan tersebut
dilakukan karena dalam proses penganggaran yang selama ini berlaku dinilai
mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
a) kurang kurang terkaitnya antara kebijakan, perencanaan, penganggaran Dan
pelaksanaannya.
b) penganggaran yang ber Horizon 1 tahun
c) penganggaran yang berdasarkan masukan atau input
d) terpisahnya penyusunan anggaran rutin dan anggaran pembangunan
Di lain pihak, perencanaan dan proses penetapan anggaran pendapatan dan belanja
negara ( APBN) yang baru tersebut dalam pelaksanaannya masih mengandung beberapa
permasalahan dan kekurangan dari beberapa pihak yaitu jajaran pemerintah persetujuan DPR
RI atas APBN, pihak eksekutif.
1) Jajaran pemerintah
khususnya Kementerian Keuangan yang terlibat dan panitia anggaran DPR RI praktis
bekerja hampir sepanjang tahun, mulai Maret hingga Oktober, untuk membahas dan
mengesahkan APBN mekanisme birokrasi kepemerintahan di tingkat eksekutif dan jadwal
serta tata tertib persidangan di DPR-RI sering tidak sejalan.
2) Persetujuan DPR-RI atas APBN
Persetujuan DPR RI atas APBN sampai ke jenis belanja organisasi dan fungsi memang
bertujuan baik dan ideal untuk disiplin anggaran. namun, seringkali menyulitkan kedua
belah pihak karena kedalaman materi dan waktu yang mendesak sering kali memerlukan
kompromi kompromi. ketergantungan eksekutif sebagai perencanaan dan pelaksanaan

10
anggaran dengan legislatif Sebagai pemegang kendali budget menjadi sangat tinggi sehingga
mengurangi fleksibilitas eksekutif dalam kebijakan anggaran.
3) Pihak Esekutif
di pihak eksekutif, khususnya kementerian dan lembaga pengguna anggaran yang sangat
ini belum terbiasa dengan disiplin anggaran cenderung Resistance dengan sistem yang
mengharuskan akuntabilitas tinggi. akibatnya keterlambatan pencairan terjadi dan program
pembangunan terkorbankan.
Adapun UBS ( penganggaran terpadu) adalah penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara integrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan
kegiatan pemerintahan dengan prinsip efisiensi alokasi dana. selain perubahan dalam siklus
perencanaan reformasi di bidang keuangan negara juga berdampak positif terhadap siklus
ketiga dari APBN yaitu pelaksanaan anggaran. menteri/ Pimpinan lembaga/ kepala satker/
perangkat daerah selaku pengguna anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi
keuangan aset, utang dan ekuitas dana termasuk transaksi pendapatan dan belanja yang
berada dalam tanggung jawabnya.

D. KONSEP SISTEM KEUANGAN NEGARA


1. Definifi Keuangan Negara
Definisi lebih lanjut tentang keuangan negara tersebut dimuat dalam tambahan
lembaran negara nomor 2776 keuangan negara tidak hanya termasuk uang negara, tetapi
seluruh kekayaan negara, termasuk di dalamnya segala ha serta kewajiban yang timbul
karenanya baik kekayaan itu berada dalam penguasaan dan pengurusan pada pejabat-
pejabat dan/ atau lembaga-lembaga yang termasuk pemerintahan umum maupun berada
dalam penguasaan dan pengurusan bank-bank pemerintah, Yayasan pemerintah, dengan
status hukum publik maupun privat usaha di mana pemerintah mempunyai kepentingan
khusus serta dalam penguasaan dan perjanjian dengan penyertaan pemerintah ataupun.
2. Kategori Keuangan Negara
Dalam prakteknya keuangan negara dapat mempunyai arti yang luas, sehingga
perlu adanya klasifikasi yang jelas dalam pembagian mana yang termasuk dalam
pendapatan dan pembelanjaan dalam negara. secara singkat keuangan negara termasuk:
a) semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan baik di pusat maupun di daerah
b) semua kekayaan negara yang ada pada Kementerian kementerian dan lembaga
lembaga negara serta lembaga-lembaga pemerintah non kementerian
termasuk instansi vertikalnya
c) semua kekayaan daerah beserta instansi vertikalnya

11
d) semua kekayaan negara yang dipisahkan
e) semua kekayaan dari badan baik dari badan hukum publik maupun privat yang
dibiayai atau di subsidi oleh negara ataupun di mana negara mempunyai
kepentingan keuangan
Pada dasarnya konsep keuangan negara masih belum mempunyai bentuk final, sehingga
masih sering terjadi perdebatan. setidaknya ada dua Hal mendasar mengenai tanggung jawab
keuangan negara seperti dalam pasal 23 ayat 5 UUD 1945 mengenai tanggung jawab tentang
pelaksanaan APBN, ketentuan pasal 2 ayat 1, 2 dan 3 undang-undang nomor 5 tahun 1973
adalah ruang lingkup pemeriksaan yang harus dilaksanakan oleh badan pemeriksaan
keuangan. kedua hal ini saling terkait atau saling menjelaskan.
3. Sistem Keuangan neagara
Hal yang menjadi krusial adalah sistem keuangan negara itu sendiri masih merujuk
pada Indische compatilibility Wet stbl 1925 4 44 ditambah terakhir undang-undang
nomor 9 tahun 1968 atau dikenal dengan ICW. dengan kata lain pengelolaan APBN
mendatang masih merujuk pada ICW. lebih lanjut tentang tugas Badan pemeriksaan
keuangan ( BPK) yang terdapat dalam pasal 2 undang-undang Nomor 5 tahun 1973 masih
menyangkut ruang lingkup yang luas. hal ini diterangkan dalam penjelasan undang-
undang tersebut bahwa pertanggungjawaban keuangan negara termasuk antara lain
APBN, APBD serta anggaran perusahaan milik negara hakikatnya seluruh kekayaan
negara. dalam pengertian lain terdapat batasan yang tidak jelas Apa yang dimaksud
dengan keuangan negara.
4. Kekayaan Negara
Di samping itu pasal 33 ayat 3 UUD 1945 menetapkan bahwa bumi dan air dari
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat, Berarti semua kekayaan negara yang
termasuk dalam ruang lingkup keuangan negara. Sehingga ruang lingkup keuangan
negara mencakup APBN, APBD, anggaran BUMN/ BUMD, bumi, Air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya pada hakekatnya adalah kekayaan negara.
5. Kepengurusan Kekayaan Negara
Pengurusan kekayaan negara di Indonesia dibagi dalam dua macam yaitu:
a) pengurusan umum atau pengurusan administratif
b) pengurusan khusus atau pengurusan bendaharawan
Dalam hal ini persamaannya adalah bahwa baik pada pengurusan umum maupun
pada pengurusan khusus,, kedua-duanya mengandung unsur pengurusan dan unsur

12
pertanggungjawaban. sedangkan perbedaannya adalah pengurusan umum bersifat lebih
luas dan pengurusan khusus bersifat lebih sempit.
Pengurusan umum mengandung unsur penguasaan sedangkan pengurusan khusus
mengandung unsur kewajiban. menurut sumosudirdjo ( 1983) segala perintah,
Pengaturan dan petunjuk dibuat oleh pengurusan umum, sedangkan pengurusan khusus
berkewajiban melaksanakan perintah, peraturan dan petunjuk dari pengurusan tersebut.
pengurusan umum berhubungan erat dengan penyelenggaraan tugas negara di
segala bidang yang akan membawa akibat kepada pengeluaran keuangan negara serta
mendatangkan penerimaan atau pendapatan untuk dapat menutupi pengeluaran atau
belanja negara. mengingat pelaksanaan tugas negara yang sangat luas dan bermacam
ragam jenisnya dengan kemungkinan pembiayaannya yang terbatas, maka perlu sekali
disusun rencana keuangan yang akan dijalankan untuk masa mendatang yang biasanya
dibuat untuk satu tahun.
6. RAPBN Sebagai Pelaksanaan Amanat UUD
RAPBN yang disusun setiap tahun bertujuan untuk menjalankan tugas-tugas
negara dan melanjutkan roda pemerintahan. pemerintah negara Indonesia seperti yang
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 bertugas melindungi segenap bangsa
Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
7. Menteri Keuangan Sebagai Pelaksanaan Keuangan Negara
Presiden sebagai penguasa sekunder dalam praktek sehari harinya dilaksanakan oleh
Menteri Keuangan. dalam hal ini para menteri lainnya apabila mengambil tindakan-
tindakan yang akan membawa akibat pengeluaran keuangan negara senantiasa
memerlukan persetujuan dari materi keuangan sebagai pejabat ordonatur ordo Nature
adalah pejabat yang memberi wewenang untuk:
a) memeriksa semua tagihan kepada negara
b) membebankan pengeluaran negara
c) menerbitkan Surat Perintah membayar (SPM)
d) Terbitkan surat penagihan (SPN)
8. Bendaharawan Negara
Menteri keuangan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ordo Nature
mempunyai aparat yang berada dalam jajaran Direktorat Jenderal anggaran. sedangkan
yang ditunjuk untuk menjalankan pengurusan khusus sejak dulu dikenal dengan sebutan
comptable dan sekarang dikenal dengan bendaharawan. ketentuan tentang bendaharawan

13
terdapat pada pasal 77 ayat 1 ICW yang menetapkan, bendaharawan adalah orang orang
dan badan-badan yang karena negara ditugaskan untuk menerima menyimpan,
membayar dan mengeluarkan atau menyerahkan uang atau kertas-kertas berharga dan
barang-barang di dalam gudang gudang atau tempat-tempat penyimpanan yang lain
sebagai dimaksud dengan pasal 55 ICW dan selaku demikian diwajibkan memberikan
perhitungan dan pertanggungjawaban tentang hal pengurusannya kepada BPK.
9. Kewenangan badan Pemeriksa Keuangan
Sedangkan yang diatur dalam pasal 55 ICW pengurusan barang-barang dalam
gudang gudang negara dan tempat-tempat penyimpanan lainnya berada dalam
pengawasan BPK berdasarkan dan dengan cara yang ditentukan dengan peraturan umum.
sedangkan bendaharawan Diberi wewenang untuk mengurus:
a) hanya uang negara atau uang milik pihak lain yang dikuasai negara dan berada pada
kas negara. dalam pengertian ini termasuk kertas kertas berharga.
b) Hanya barang-barang milik negara atau barang-barang milik pihak lain yang dikuasai
negara dan berada dalam gudang atau tempat penyimpanan yang lain.
c) mengurus uang dan barang milik negara
Pada dasarnya bendaharawan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan atau
Pimpinan lembaga yang mengangkatnya. dalam karakter akhir bendaharawan
dihadapkan pada BPK yang berwenang memberi peradilan yaitu mengadakan tuntutan
ganti rugi terhadapnya, jika bendaharawan melakukan perbuatan tercela atau
mengabaikan tugasnya sehingga negara dirugikan. adapun yang dimaksud dengan negara
dirugikan Apabila ada bagian dari kekayaan negara yang hilang atau tidak sesuai dengan
peruntukannya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

E. TINJAUAN DAN TEORI PENGANGGARAN


a. Pengertian Anggaran Negara
Terdapat beberapa definisi mengenai anggaran yang pada intinya mengandung makna
yang sama, hanya cara pengungkapannya saja yang berbeda.
1) Menurut Mulyadi (2001:515) “Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang
dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standard dan satuan
ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun”.
2) Menurut Indra Bastian (2008:59) “Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai kumpulan
pernyataan mengenai perkiraan atas penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan
terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang”.

14
3) Menurut Catur Sasongko (2011:2) “Anggaran adalah rencana kegiatan yang akan
dijalankan oleh manajemen dalam suatu periode yang tertuang secara kuantitatif”.
4) Menurut M. Nafarin (2000;9) “Anggaran (budget) merupakan rencanan tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya
dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu”.
b. Manfaat dan Fungsi Anggaran
Menurut Hansen and Mowen (2009:424) “Sebuah sistem penggaraan memberikan
beberapa manfaat untuk suatu organisasi. Anggaran memaksa manajemen untuk
merencanakan masa depan. Anggaran mendorong para manajer untuk mengembangkan
arah organisasi secara menyeluruh, mengantisipasi masalah, dan mengembangkan
kebijakan untuk masa depan. Anggaran juga membantu komunikasi dan koordinasi.
Secara formal, anggaran mengomunikasikan rencana organisasi pada tiap karyawan. Jadi,
semua karyawan dapat menyadari perannya dalam perencanaan tujuan tersebut.
Penyusunan anggaran mengharuskan kerja sama antara berbagai area dan aktivitas dalam
organisasi sehingga koordinasi sangat dianjurkan agar anggaran sesuai dengan tujuan
organisasi.”
“Untuk mencapai tujuannya, organisasi perusahaan memiliki berbagai fungsi yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan. Anggaran memiliki fungsi yang terkait
erat dengan keempat fungsi manajemen yaitu planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), Actuating (menggerakkan) dan Controlling (pengendalian). Keempat
fungsi tersebut merupakan suatu kesatuan fungsi yang saling terkait satu dengan yang
lainnya dan tidak terpisahkan. Anggaran memiliki dua fungsi utama, yaitu :
a) Alat Perencanaan , Sebagai bagian dari fungsi perencanaan (planning), anggaran
merupakan rencana kerja yang menjadi pedoman bagi anggota organisasi dalam
bertindak. Anggaran merupakan rencana yang diupayakan untuk direalisasikan.
Anggaran memberikan sasaran, dan arah yang harus dicapai oleh setiap bagian
organisasi di dalam suatu periode waktu tertentu.
b) Alat Pengendalian, Sebagai bagian dari fungsi pengendalian (controlling), anggaran
berguna sebagai alat penilai apakah aktivitas setiap bagian organisasi telah seusai
dengan rencana atau tidak. Dalam hal ini anggaran berfungsi sebagai suatu standar atau
tolak ukur manajemen. Sebagai suatu standar, anggaran merupakan untuk menilai
kegiatan yang dilaksanakan setiap manajemen telah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan atau tidak. Jika realisasi pelaksanaansetiap bagian manajemen lebih baik
dari anggaran, maka dapat dinilai bahwa bagian tersebut telah berhasil mencapai
rencana yang telah ditetapkan.” Rudianto (2009:4)

15
c. Jenis Anggaran
Menurut Rudianto (2009) ”Anggaran yang harus disusun dalam suatu perusahaan terdiri
dari berbagai jenis anggaran. Semua aktivitas yang direncanakan suatu perusahaan pada
periode mendatang harus disusun di dalam suatu anggaran lengkap. Karena tanpa memiliki
anggaran lengkap, maka anggaran tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Kalaupun aktivitas
yang tidak memiliki anggaran tersebut tetap diupayakan untuk dilaksanakan, maka
aktivitas tersebut tidak dapat dinilai hasilnya. Pada dasarnya anggaran perusahaan dapat
dikategorikan kedalam beberapa kelompok anggaran, yaitu :
1) Anggaran Operasional, Anggaran operasional adalah rencana kerja yang mencakup
semua kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh pendapatan di dalam suatu
periode tertentu. Karena itu, anggaran operasional mencakup :
2) Anggaran Pendapatan, Anggaran pendapatan merupakan rencana yang dibuat
perusahaan untuk memperoleh pendapatan pada kurun waktu tertentu. Anggaran
pendapatan dapat disusun berdasarkan jenis produk, wilayah pemasaran, kelompok
konsumen atau kelompok wiraniaga. Di dalam kelompok anggaran ini biasanya
terkandung pula ramalan tentang beberapa kondisi tertentu yang berada di luar kendali
manajemen penjualan, misalnnya keadaan ekonomi nasional dan dunia, perubahan
harga jual pesaing. Sehingga manajer pemasaran tidak dapat dituntut untuk sepenuhnya
bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran yang dianggarkan. Anggaran
penjualan dirancang untuk efektivitas.
3) Anggaran Biaya, Anggaran biaya merupakan rencana biaya yang akan dikeluarkan
perusahaan untuk memperoleh pendapatan yang direncanakan. Anggaran biaya
biasanya disusun berdasarkan jenis biaya yang dikeluarkan. Di dalam kelompok
anggaran ini, dibedakan menjadi anggaran biaya terukur dan anggaran biaya
diskresioner. Anggaran biaya terukur dirancang untuk mengukur efesiensi dan manajer
operasional memikul tanggung jawab penuh atas tercapainya sasaran yang
dianggarkan. Sedangkan anggaran biaya diskresioner tidak dirancang untuk mengukur
efesiensi dan penyusun anggaran bertanggung jawab untuk membelanjakan jumlah
yang ditetapkan. Kelompok anggaran biaya ini dapat dipilih menjadi :
 Anggaran biaya bahan baku adalah rencana besarnya biaya bahan baku yang
dikeluarkan perusahaan di dalam suatu periode tertentu di masa mendatang.
 Anggaran biaya tenaga kerja langsung adalah rencana besarnya biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk membayar biaya tenaga kerja yang terlibat secara
langsung di dalam proses produksi dalam suatu periode tertentu di masa
mendatang.

16
 Anggaran biaya overhead adalah rencana besarnya biaya produksi di luar biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Anggaran ini mencakup anggaran
biaya bahan penolong, anggaran biaya tenaga kerja penolong, dan anggaran biaya
pabrikase.
 Anggaran biaya pemasaran adalah rencana tentang besarnya biaya distribusi yang
akan dikeluarkan perusahaan untuk medistribusikan produknya. Anggaran biaya ini
mencakup anggaran biaya iklan, biaya angkut penjualan, gaji, dan komisi
wiraniaga.
 Anggaran biaya administrasi dan umum adalah biaya yang direncanakan untuk
operasi kantor administrative di dalam suatu periode tertentu di masa mendatang.
Anggaran ini mencakup biaya anggaran listrik, air, telepon, gaji pegawai, dan biaya
bunga.
4) Anggaran Laba, Anggaran laba adalah besarnya laba yang ingin diperoleh perusahaan
di dalam suatu periode tertentu di masa mendatang. Anggaran laba sebenarnya
merupakan gabungan dari anggaran pendapatan dan anggaran biaya. Anggaran laba
merupakan rangkuman dari keseluruhan anggaran pendapataan dan anggaran biaya.
Karena itu anggaran laba dapat digunakan untuk:
 Mengalokasikan sumber daya.
 Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan organisasi.
 Alat pengecek akhir tentang efesiensi biaya yang dianggarkan.
 Membagi tanggung jawab kepada semua manajer atas kinerja keuangan perusahaan
atau divisi.
5) Anggaran Keuangan, Anggaran keuangan adalah anggaran yang berkaitan dengan
rencana pendukung aktivitas operasi perusahaan. Anggaran ini tidak berkaitan secara
langsung dengan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan dan menjual produk
perusahaan. Anggaran ini merupakan pendukung upaya
perusahaan untuk menghasilkan dan menjual produk perusahaan. Anggaran
keuangan mencakup beberapa jenis anggaran, yaitu :
a. Anggaran investasi adalah rencana perusahaan untuk membeli barang-barang
modal atau barang-barang yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk
perusahaan di masa mendatang dalam jangka panjang, seperti pembelian dan
pembangunan gedung kantor, bangunan pabrik, pembelian mesin, dan pembelian
tanah.

17
b. Anggaran kas adalah rencana aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan
di dalam suatu periode tertentu, beserta penjelasan tentang sumber-sumber
penerimaan dan pengeluaran kas tersebut.
c. Proyeksi neraca adalah kondisi keuangan yang diinginkan perusahaan didalam
suatu periode tertentu di masa mendatang. Berarti, dalam proyeksi neraca tersebut
mencakup jumlah harta yang ingin dimiliki perusahaan beserta kewajiban-
kewajiban yang harus diselesaikan perusahaan dimasa mendatang.
d. Prosedur penyusunan anggaran
Menurut Shim dan Siegel (2001:6-7), “Anggaran haruslah menyeluruh dan dapat
dicapai. Dalam anggaran harus terdapat inovasi dan fleksibilitas untuk menghadapi
kejadian-kejadian yang tidak diduga. Angka-angka yang dianggarkan dapat
dinyatakan dalam dolar, unit, jam, dan karyawan. Langkah-langkah yang harus
diikuti dalam penganggaran meliputi:
1) Penetapan tujuan.
2) Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia.
3) Negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka-angka anggaran.
4) Pengkoordinasian dan peninjauan komponen.
5) Persetujuan akhir, dan
6) Pendistribusian anggaran yang disetujui.”

F. PENERAPAN DUAL BUDGETING SYSTEM


Selama lebih dari 32 tahun, pemerintah melaksanakan sistem anggaran yang dikenal
dengan dual budgeting. di mana anggaran belanja negara dipisahkan antara anggaran belanja
rutin dan anggaran pembangunan. pemisahan anggaran rutin dan anggaran bangunan tersebut
semula dimaksudkan untuk menekankan arti pentingnya pembangunan, namun dalam
pelaksanaannya telah banyak menunjukkan kelemahan (Abimanyu, 2004).
1. Duplikasi antara belanja rutin dan belanja pembangunan oleh karena kurang tegasnya
pemisahan antara kegiatan operasional dan satuan kerja, khususnya kegiatan-kegiatan
non fisik.
2. Penggunaan dual budgeting system mendorong dualisme dalam penyusunan daftar
perkiraan mata anggaran keluaran ( MAK) Karena untuk satu jenis belanja, ada MAK
yang diciptakan untuk belanja rutin dan ada MAK lain yang ditetapkan untuk belanja
pembangunan

18
3. Analisis belanja dan biaya program sulit dilakukan karena anggaran belanja rutin tidak
dibatasi pada pengeluaran operasional dan belanja anggaran pembangunan tidak dibatasi
pada pengeluaran untuk investasi
4. Proyek yang menerima anggaran pembangunan diperlakukan sama dengan satker yaitu
sebagai entitas Akuntansi, walaupun proyek hanya bersifat sementara. jika satker sudah
selesai atau dihentikan tidak ada kesinambungan dalam pertanggungjawaban terhadap
aset dan kewajiban yang dimiliki proyek tersebut. hal ini selain menimbulkan
ketidakefeksional dalam pembiayaan kegiatan pemerintahan, juga menyebabkan
ketidakjelasan keterkaitan antara output atau outcome yang dicapai dengan
penganggaran organisasi.

G. PENYUSUNAN ANGGARAN TERPADU


Anggaran terpadu menurut peraturan pemerintahan Nomor 21 Tahun 2004 adalah
penyusunan rencana keuangan tahunan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja yang
didasarkan atas prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. keterpaduan terjadi dengan
memadukan perencanaan dan anggaran dalam Kementerian melalui satu dokumen rencana
kerja atau anggaran serta melalui penyatuan anggaran rutin dan pembangunan. meskipun
undang-undang nomor 17 tahun 2003 tidak mengatur penyusunan Prakiraan maju secara
rinci, tetapi pasal 14 mengamanatkan penyusunan anggaran atau rencana kerja akan diatur
oleh peraturan pemerintah daerah penganggaran berbasis kinerja dan sasaran manajemen dan
penganggaran berbasis kinerja:
1. sasaran secara garis besar adalah meningkatnya akuntabilitas dan manajemen
2. alokasi sumber daya yang lebih baik didukung oleh informasi yang lengkap mengenai
Efisiensi dan efektivitas pengeluaran
3. efektivitas pengeluaran yang lebih baik, sumber daya dialokasikan pada prioritas
prioritas tertinggi, program dikelola sedemikian rupa untuk mencapai tujuan, agar hasil-
hasil yang diterapkan bisa dicapai
4. efisiensi pengeluaran yang lebih baik, biaya satuan keluaran terendah, pengeluaran yang
telah ditetapkan efisien, meminimalkan pengeluaran yang sia-sia atau meningkatkan
dampak
Jenjang organisasi dalam penyusunan anggaran dan penyusunan berawal dari jenjang
terendah, satuan kerja dan kemudian dilanjutkan dengan penggabungan tingkat lebih tinggi:
1. satuan kerja jenjang rendah
2. berbagai eselon dalam kementerian dan organisasi lainnya yang memiliki anggaran
3. seluruh Kementerian atau lembaga

19
4. seluruh pemerintah pusat

H. ALUR PEMBAGIAN ANGGARAN DARI PUSAT KE DAERAH


Pada prinsipnya pembagian sumber keuangan menurut undang-undang nomor 25
tahun 1999 dan undang-undang Nomor 33 tahun 2004 menganut asas pemisahan terkait
terhadap sumber keuangan di mana objek pajak yang dikenakan oleh pemerintah pusat tidak
dapat dikenakan lagi oleh pemerintah daerah sumber-sumber penerimaan atau pendapatan
daerah yaitu pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 29
tahun 2002 pasal 2 ayat 2 dirinci menurut kelompok pendapatan yang meliputi: PAD, dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. setiap kelompok pendapatan di rinci
menurut jenis pendapatan. setiap jenis pendapatan di rinci menurut objek pendapatan.
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah diharapkan menjadi sumber utama pendapatan daerah di
masa depan. pendapatan ini diperoleh dari pajak daerah, penguatan daerah atau retribusi
daerah keuntungan bersih aset daerah dan sumber lega lainnya peningkatan Pendapatan
asli daerah dalam jumlah besar diharapkan dapat mendorong akuntabilitas yang lebih
besar dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Meskipun demikian tingkat
pendapatan asli daerah saat ini masih kurang dari 10% dari total pendapatan daerah
seluruhnya dan perubahannya juga sangat lamban. Paja itu sendiri terdiri dari pajak yang
dikelola oleh pusat dan pajak yang dikelola oleh daerah.
2. Pembagian Pajak Daerah Dan Pajak Pusat
pajak-pajak pusat dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi:
a. pajak penghasilan (PPh)
b. pajak pertambahan nilai (PPN)
c. Pajak penjualan atas barang mewah (PPn BM)
d. bea materai
e. pajak bumi dan pembangunan (PBB)
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah atau
bangunan. PBB merupakan pajak pusat Namun demikian hampir seluruh realisasi
penerimaan PBB diserahkan kepada pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten.
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah atau bangunan seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola
oleh pemerintah pusat namun realisasi penerimaan BPH BPTB seluruhnya diserahkan
kepada pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten sesuai dengan ketentuan.

20
3. Pajak Pemerintah Daerah
pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun
kabupaten. pajak provinsi meliputi antara lain:
a. pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
b. bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
c. pajak bahan bakar kendaraan bermotor
d. pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan permukaan.
pajak kabupate meliputi:
a. Pajak hotel
b. pajak restoran
c. pajak hiburan
d. pajak reklame
e. pajak penerangan jalan
f. pajak pengambilan bahan galian golongan C
g. pajak parkir

I. DANA PERIMBANGAN PUSAT DAN DAERAH


Dana perimbangan terdiri dari dana alokasi umum dana, alokasi khusus dan dana bagi
hasil. dana alokasi umum (DAU) merupakan sumber utama pendapatan daerah yang
digunakan baik untuk perimbangan vertikal maupun perimbangan horizontal. pemerintah
Indonesia menyadari bahwa mekanisme penyaluran keuangan merupakan hal yang sangat
penting terhadap suksesnya kebijakan desentralisasi. pemerintah mengacu kepada prinsip
money follow Functions Dan pemerintah berharap untuk membuat cara pengaturan
DAU menjadi lebih baik.
1) Dana Alokasi Umum
DAU adalah hibah yang didasarkan atas formula dimulai pada tahun anggaran
2008 DAU minimal mencapai 26% dari total pendapatan domestik bersih dan
pembagiannya diantara provinsi, kabupaten ditentukan dengan peraturan
pemerintah. variabel pengganti yang dipakai untuk perhitungan kebutuhan keuangan
adalah Jumlah proporsional penduduk, luas daerah, indeks harga bangunan dan kebalikan
dari indeks pengembangan SDM
2) Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus (DAK) merupakan dana alokasi penimbangan untuk membiayai
kegiatan yang terkait dengan prioritas nasional atau kebutuhan khusus yang tidak bisa
dimasukkan ke dalam DAU, misalnya bantuan darurat. DAK diprioritaskan bagi

21
pemerintah Pemerintah Daerah yang mempunyai kapasitas keuangan lebih rendah dari
rata-rata
3) Dasar Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menentukan pendekatan dari bawah ke
atas dan alokasinya didasarkan atas Usulan pemerintah daerah pemerintah pusat belum
mampu menangani mekanisme ini dan belum menggali Bagaimana cara penanganan
mekanisme ini. tidak ada pernyataan kebijakan mendasar pemerintah Indonesia untuk
mengarahkan pajak dan pendapatan bagi hasil kecuali bahwa garis besar hukum yang
sedang dikaji memperlihatkan bahwa program pajak dan pendapatan bagi hasil akan tetap
dilanjutkan di masa depan.
4) Sumber Pendapatan daerah Lainnya
Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah, dapat bersumber dari hibah yang
berasal dari Pemerintah kabupaten atau kota provinsi dan pemerintah Kabupaten atau
kota di luar provinsi pemerintah provinsi atau lainnya, dari perusahaan daerah BUMD
dari perusahaan negara BUMN atau dari masyarakat , Kemudian dapat juga bersumber
dari dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban atau kerusakan
akibat bencana alam, dana bagi hasil dari provinsi kepada Kabupaten dari pemerintah
daerah lainnya, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus.
5) Alasan Pembagian Dana Perimbangan
Beberapa alasan Adanya pembagian dan pengalokasian dana perimbangan daerah yaitu:
 Dari segi keuangan daerah belum siap sepenuhnya untuk menjalankan otonominya,
sehingga perlu adanya campur tangan dari pemerintah dalam pembagian dan
pengalokasian dana perimbangan.
 perbedaan potensi daerah yang dimiliki oleh masing-masing daerah berbeda-beda.
jika sekelompok daerah tertentu tidak memiliki potensi khusus yang dapat
memberikan tambahan penghasilan untuk daerahnya tentu akan menimbulkan
Kesenjangan antara daerah.
 kebutuhan dasar maupun kebutuhan lainnya yang ada di setiap daerah berbeda-beda.
hal ini akan mendorong kesenjangan sosial antar daerah jika tidak ada pengalokasian
dana perimbangan antara pusat dengan daerah.

22
J. PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DAN PUSAT
Pengeluaran daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. belanja
tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga belanja subsidi, belanja hibah
belanja bantuan sosial belanja bagi hasil, belanja keuangan dan belanja tak terduga. belanja
langsung terdiri dari belanja pegawai belanja barang dan jasa serta belanja modal.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib,
urusan pilihan dan urusan yang Penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan. bagi penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam rangka memenuhi kewajiban
daerahnya

BAB. 11 DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN

A. JENIS-JENIS PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

1. Sumber Biaya Pendidikan


Sumber dana pendidikan di setiap negara akan berbeda Mengapa berbeda? karena
masing-masing negara memiliki karakteristik yang tidak sama. untuk pendidikan nasional
sumber-sumber dana pendidikan antara lain berasal dari Anggaran rutin yaitu daftar isian
kegiatan anggaran pembangunan yaitu daftar isian proyek dana penunjang pendidikan, dana
bp3, donatur dari pihak-pihak yang tidak mengikat, dan sumber pendanaan lainnya yang
dianggap sah oleh pihak terkait. sejalan dengan adanya manajemen berbasis sekolah (MBS),
seharusnya setiap sekolah dapat menggali dan mencari sumber-sumber dana dari pihak
masyarakat baik secara perorangan maupun secara kelembagaan, baik sumber dana di dalam
maupun di luar negeri. penggalian dari luar negeri sejalan dengan semangat globalisasi,
dimana pihak asing dapat menyelenggarakan pendidikan asalkan mendapatkan izin dari
pemerintah sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber itu perlu digunakan untuk kepentingan
sekolah, kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. pada sisi lain, orang tua siswa
menanggung biaya-biaya kebutuhan siswa seperti buku, alat tulis, transportasi, akomodasi,
konsumsi dan juga biaya bp3. Pada saat ini bp3 memang sudah dihapus setelah pemerintah
melakukan program wajib belajar 9 tahun, di mana anggaran pendidikan disubsidi oleh

23
pemerintah dengan menganggarkan dana Operasional Sekolah (BOS), baik untuk sekolah
negeri maupun sekolah swasta.
2. Model Alokasi Biaya Pendidikan
Di Indonesia, terdapat tiga model alokasi dana pendidikan yang dipakai oleh
pemerintah yaitu dana dekonsentrasi dan langsung ke kabupaten dan kota dan dana langsung
ke sekolah. penerapan model ini sudah menjadi prosedur tetap di mana alokasi dana
pendidikan dirancang oleh pemerintah pusat dan setelah itu baru didistribusikan kepada
pemerintah daerah setelah beralihnya sebagai tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan
dari kabupaten atau kota ke provinsi maka sistem alokasi dana pendidikan pun mengalami
revisi di mana penyelenggaraan pendidikan jenjang Sekolah Menengah beralih dari
kabupaten atau kota menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi.
Dana dekonsentrasi diberikan oleh pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai Wakil
pemerintah pusat yang ada di daerah dana yang langsung ke kabupaten atau kota disebut
dana alokasi umum. dana alokasi umum merupakan transfer yang bersifat umum untuk
mengatasi masalah ketimpangan horizontal. artinya setiap daerah menerima dana pendidikan
dari pemerintah pusat disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah. tujuan
diberikannya dana dekonsentrasi adalah untuk mencapai keseimbangan kemampuan
keuangan antar daerah( lampiran Keputusan Presiden RI Nomor 1 Tahun 2003). melalui
sistem block grant, pemerintah daerah diberi keleluasaan mengelola dana tersebut dalam hal
besarnya dana yang dialokasikan untuk setiap sektor termasuk sektor pendidikan. hal ini
cenderung mengakibatkan munculnya perbedaan pola dalam penggunaan DAU oleh
kabupaten atau kota tergantung pada anggaran masing-masing yang tersedia.
3. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana alokasi umum merupakan mekanisme primer dalam memanfaatkan
kemampuan meningkatkan pendapatan untuk mendanai kebutuhan daerah. hal ini
merupakan suatu skema bloggreen menggunakan mekanisme pemerataan, dengan 90%
didistribusikan ke pemerintah daerah kabupaten atau kota dengan hanya 10% dana yang
didistribusikan ke provinsi. DAU memiliki tujuan keuangan antar pemerintah yang lebih
luas pada sekedar sektor pendidikan, tetapi melalui mekanisme ini bahwa gaji guru
ditransfer, setidaknya untuk guru PNS.
4. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus menurut undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
PKPD adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. Adapun dana alokasi khusus ini dapat juga

24
diperuntukkan untuk sektor peningkatan infrastruktur pendidikan. DAK di desain sebagai
program bantuan yang bersifat spesifik. ini juga dimaksudkan untuk merangsang
pembelajaran tambahan pada prioritas nasional. untuk mendapatkan DAK ini maka harus
ada dana pendamping minimal 10% yang disediakan oleh pemerintah daerah. DAK Secara
nominal digunakan untuk proyek modal yang diusulkan Pemerintah Daerah yang mana tidak
tersedia dana dari sumber lain. terdapat suatu proses pengajuan yang mempertimbangkan
baik aspek kemanfaatan proyek dan kebutuhan pembiayaan daerah tersebut.
5. Daftar Isian Proyek (DIP) Pendidikan
Elemen penting lainnya mengenai sistem pembayaran di Indonesia adalah daftar
isian proyek (DIP), ini merupakan pembelajaran proyek untuk pelayanan lokal oleh
Kementerian teknis yang ada di pusat. dana isian proyek dialokasikan oleh masing-masing
Kementerian. diantara sektor pembangunan sebagai hasil dari diskusi lintas Kementerian
dengan DPR RI dan Presiden RI. dalam setiap Kementerian, dana isian proyek kemudian
dialokasikan berdasarkan prioritas sektoral dan pedoman umum lainnya. oleh karena itu
proses alokasi yang bersifat sektoral dan geografis agaknya masih bersifat temporer.
6. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dimulai pada pertengahan tahun 2005, pemerintah Republik Indonesia
mengalokasikan kembali dana subsidi bahan bakar minyak untuk mendukung pendanaan
Operasional Sekolah dana tersebut dialokasikan Kemendikbud dengan memperkenalkan
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan dimaksudkan untuk meningkatkan akses
semua bagi anak-anak Indonesia masuk ke sekolah formal pada jenjang SD,SMP, SMA.
melalui Bos ini diharapkan anak-anak memperoleh pendidikan yang lebih baik termasuk:
a. meningkatkan jumlah siswa wajib belajar 9 tahun
b. memberi kesempatan yang lebih besar pada anak yang kurang memiliki akses ke layanan
pendidikan terutama dari keluarga miskin
c. mencegah siswa dari putus sekolah akibat menurunnya daya beli orang tua semenjak ada
kenaikan harga BBM

B. SUMBER DANA ALOKASI KHUSUS PENDIDIKAN


1. Dana Pendampingan Dari APBD
Daerah penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping sekurang-kurangnya
10% dari nilai DAK yang diterimanya untuk mendanai kegiatan fisik. dan dana
pendamping tersebut wajib dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran berjalan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2010 tentang petunjuk teknis
penggunaan DAK bidang pendidikan Tahun Anggaran 2010 untuk SD/ SDLB pasal 3

25
berbunyi “DAK bidang pendidikan Tahun Anggaran 2010 untuk SD/SDLB diarahkan
untuk: (1) pembangunan ruang atau gedung perpustakaan beserta New Blade
perpustakaan, dan (2) penyediaan sasaran penunjang peningkatan mutu pendidikan
SD/SDLB.
2. Besaran Jumlah Dana DAK
Dalam petunjuk teknis dari kedua peraturan Mendiknas tersebut dikemukakan
bahwa: (1) alokasi DAK bidang pendidikan Tahun Anggaran 2010 untuk SD/SDLB
sebesar Rp. 5.600.929.200.000,- dan untuk SMP sebesar Rp. 3.733.952.800.000,-. (2)
Setiap kabupaten atau kota penerima DAK bidang pendidikan Tahun Anggaran 2010
wajib menyediakan dana pendamping dari APBD minimal 10% dari alokasi dana yang
diterima.
3. Pendekatan DAK Swakelola
Pada tahun 2009 penyaluran DAK menggunakan pendekatan swakelola dan
langsung masuk ke rekening sekolah. mulai 2010 berpatokan pada Peraturan Presiden
nomor 54 tahun 2010 sebagai pengganti Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003
tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa, maka penyaluran DAK
bergeser dari swakelola menjadi mekanisme pelelangan
4. Daerah Penerima DAK
Kebijakan DAK bidang pendidikan dialokasikan untuk menunjang program wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu dan merata titik sasaran program DAK
bidang pendidikan Tahun Anggaran 2010 dialokasikan untuk SD/SDLB dan SMP Negeri
maupun swasta. Adapun jumlah provinsi penerima DAK sebanyak 32 provinsi,
Sedangkan jumlah kabupaten atau kota penerima DAK sebanyak 451 kabupaten atau kota
setiap kabupaten atau kota penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping dan
APBD minimal sebanyak 10% dari alokasi dana yang diterima.
5. Keputusan Kepala Daerah Berkaitan Dengan DAK
Bupati atau walikota menentukan dan menetapkan sekolah-sekolah yang akan
menerima DAK pendidikan, kriterianya terlebih dahulu ditetapkan oleh Kemdiknas.
sebagai contoh DAK 2009, ada tiga kriteria sekolah yang boleh menerima yaitu:
a. Memiliki jumlah murid yang memadai sehingga tidak potensial untuk diregrouping
b. diprioritaskan untuk sekolah yang beralokasi di daerah miskin, terpencil, Tertinggal
dan terbelakang
c. pada tahun anggaran 2009 tidak menerima dana bantuan sejenis baik dari sumber
dana Pusat
Lingkup kegiatan DAK bidang pendidikan tahun 2010 di SMP meliputi:

26
a. pembangunan ruang kelas untuk menampung siswa-siswa SMP yang belum
tertampung dan rasionalisasi jumlah siswa per kelas
b. membangun ruang perpustakaan atau pusat sumber belajar untuk SMP beserta
perabotnya
c. pemenuhan kebutuhan buku referensi pengayaan dan panduan sesuai standar BSNP
d. pemenuhan kebutuhan alat-alat peraga dan pembelajaran bagi sekolah yang belum
mempunyai alat tersebut.
6. Lingkup Kegiatan DAK Pendidikan
Biasanya, penerima DAK pendidikan disosialisasikan pada pertengahan tahun
bahkan bisa sampai bulan September baru diadakan sosialisasi. sosialisasi ini harus
dilakukan karena masuk dalam peraturan sebagai tahapan-tahapannya. SK Bupati
biasanya ditandatangani di bulan Januari atau Februari paling lambat Maret 2010,
walaupun disosialisasikan di pertengahan tahun. SK Bupati ini termasuk lembaran Sakti.
pasalnya bisa digunakan untuk mengkondisikan kepala SD atau MI sebelum sosialisasi
secara formal berkait dengan penggunaan bantuan itu baik soal borong memborong
material, kayu, baja ringan dalam membangun gedung sekolah maupun soal pembelian
sarana prasarana sekolah seperti buku, alat peraga dan komputer.
7. Penunjukan Pejabat Pelaksanaa Teknis Kegiatan
Dinas Pendidikan Kabupaten atau kota ditunjuk sebagai pelaksanaan DAK bidang
pendidikan maka dikeluarkanlah surat keputusan tentang penunjukan pejabat pelaksanaan
teknis kegiatan (PPTK), Pap administrasi dan staf teknik kegiatan di kabupaten atau kota
khusus DAK dilibatkan dinas pekerjaan umum. selanjutnya Dinas Pendidikan Kabupaten
Kota juga mengeluarkan surat keputusan tentang pembentukan tim teknis dan verifikasi
kegiatan DAK. tim penetapan sekolah tim pengawas dan monitoring pelaksanaan
DAK. susunan tim tersebut hanya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. hampir semua
unsur yang terlibat dalam tim tersebut berasal dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kota.
menurut Direktur pembinaan Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal manajemen
pendidikan dasar dan menengah, Kementerian pendidikan nasional, ada 3 kriteria sekolah
penerima DAK.
8. Mekanisme Penyaluran DAK
Mekanisme penyaluran DAK dari pemerintah daerah untuk penyaluran DAK tahun
2009 dilakukan melalui bank dan disalurkan kepada rekening sekolah penerima
DAK secara bertahap yaitu tahap 1 disalurkan 40% DAK, tahap 2 disalurkan 40%
DAK, tahap 3 disalurkan 30% DAK. semua dana disalurkan ke sekolah tidak dipotong

27
pajak. Bank sendiri yang melakukan pemotongan pajak. untuk penyaluran DAK tahun
2010 Ada persyaratan bagi perusahaan yang mengajukan pelelangan, yaitu:
a. adanya surat keterangan kualifikasi
b. perusahaan harus memiliki izin usaha
c. perusahaan harus mempunyai nomor rekening khusus
d. perusahaan harus mempunyai nomor rekening di bank tertentu
e. perusahaan harus punya nomor NPWP
f. perusahaan harus menunjukkan bukti pembayaran pajak tahun sebelumnya

C. PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI DAK


Monitoring dan evaluasi DAK, pada umumnya monev DAK dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Kota Sebagai pelaksana DAK bidang pendidikan sebanyak dua
kali. aspek yang dimonep adalah pelaksanaan rehabilitas kelas atau ruang perpustakaan
atau UKS dan kamar mandi, pemeriksaan administrasi pembukuan terutama keuangan
dan kesesuaian antara gambar yang direhab dengan bahan baku yang dipakai. jika ada
sekolah atau kontraktor melakukan pelanggaran maka Dinas Pendidikan melakukan
sanksi berupa:
a. teguran dengan surat tertulis bagi sekolah yang melakukan pelanggaran dan terlambat
mengirim laporan pelaksanaan DAK
b. Surat Perintah pengambilan uang jika tidak dilaksanakan dengan baik termasuk
berdasarkan temuan audit dari BPK.
1. Audit Lembaga yang Berwenang
Pemeriksaan atau audit pada umumnya pemeriksaan terhadap pengelolaan DAK
dilakukan oleh inspektorat jenderal kemdiknas dan Badas badan pengawas daerah atau
pengawas fungsional intram pemerintah daerah. namun ada daerah kabupaten kota
yang tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik. ada pula daerah yang dapat
menjalankan fungsi pengawasan. Berdasarkan temuan audit tersebut maka Dinas
Pendidikan melakukan perbaikan tersebut mengirim surat kepada sekolah-sekolah
yang harus mengembalikan kelebihan pembayaran. selain pemeriksaan audit yang
dilakukan oleh dua instansi tersebut ada pula pendapat dari berbagai instansi untuk
melakukan pengawasan seperti yang dilakukan oleh DPRD, LSM, bahkan Kejaksaan
sendiri telah merespon dengan adanya masukan dari berbagai pihak.
2. Pelaporan Pelaksanaan DAK
Walaupun format penulisan laporan sudah diberikan dari pusat namun penulisan
laporan pelaksanaan DAK belum seluruhnya dilakukan oleh Dinas Pendidikan

28
Kabupaten kota sebagai tim pengelolaan DAK bidang pendidikan. Adapun laporan
pelaksanaan pengelolaan DAK yang disusun oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kota
menyebutkan permasalahan yang dihadapi kepala sekolah adalah:
a. tidak semua kepala sekolah memahami RAB termasuk teknis pelaksanaan
rehabilitas
b. tidak semua guru yang diberi tugas tambahan sebagai bendahara yang
memiliki keterampilan manajerial keuangan
c. dalam hal pelaksanaan rehabilitasi ruang kelas melalui DAK bidang
pendidikan, masih banyak ruang kelas yang belum tersentuh untuk diperbaiki,
karena jumlah dana yang diterima oleh sekolah yang digunakan untuk
membiayai rehabilitasi masih banyak yang kurang.
3. Pendapatan Daerah Tentang Penyelenggaraan DAK
DAK 2010 secara lelang menyebabkan kualitas pembangunan buruk dan kesalahan
prosedur atau tidak melalui petunjuk teknis pelaksanaan proyek pengadaan buku pada
57 SMP di Kabupaten Pasuruan pada proyek DAK 2010. Dinas Pendidikan Kabupaten
Kota tentang kelebihan dan kekurangan dari penyelenggaraan bantuan
DAK ditemukan sebagai berikut. kelebihan dari cara pengelolaan DAK melalui
swakelola adalah sekolah dapat memperdayakan masyarakat sekitarnya dan dana dapat
digunakan secara luas seperti dana untuk rehat 3 ruang kelas dapat digunakan untuk
merehap 4 ruang kelas. kekurangan dari cara swakelola adalah bahwa tidak semua
kepala sekolah mampu mengelola dana DAK dan Membagi waktu antara tugas
mengelola sekolah dengan mengelola Rehab ruang dan pengadaan barang.
4. Temuan Penelitian Dari Pelaksanaan DAK
Pada umumnya prosedur perencanaan pelaksanaan DAK kabupaten atau kota telah
dilakukan oleh dinas pendidikan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dalam
petunjuk teknis pelaksanaan DAK, mulai dari keluarnya surat keputusan Dinas
Pendidikan tentang tim pelaksanaan kegiatan DAK, Data sekolah dengan kondisi
sarana prasarana yang dimilikinya, sampai dengan cara pelaksanaan swakelola dan
lelang. namun dalam pelaksanaan DAK masih ada ketidak sesuaian dengan petunjuk
teknis DAK antara lain dalam proses lelang terjadi penyimpangan penyeleksian berkas
dokumen dan ketidakjelasan proses tendernya. penyaluran DAK sesuai dengan
prosedur yaitu melalui tiga tahapan untuk pelaksanaan DAK tahun 2009 dan tahun
2010.

29
D. KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN
1. Pengertian Dana Alokasi Khusus Pendidikan
Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus
yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional.
2. Dasar Hukum Pelaksanaa Dana Alokasi Khusus
Agar penggunaan Dana alokasi khusus yang disalurkan oleh pemerintah memiliki
kekuatan hukum maka setiap tahun pemerintah pusat harus mengeluarkan landasan
hukumnya. untuk Penyaluran dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun 2017, Maka
dasar hukum tentang petunjuk teknis dana alokasi fisik diatur dalam peraturan presiden
RI Nomor 123 tahun 2016. sedangkan petunjuk operasional dana alokasi khusus fisik
bidang pendidikan untuk tahun anggaran 2017 diatur dalam Permendikbud Nomor 9
Tahun 2017, kemudian dirubah menjadi Permendikbud nomor 25 tahun 2017.
3. Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Dasar
Bidang pendidikan dasar itu meliputi jenjang pendidikan SD sederajat dan sekolah
SMP sederajat. kegiatan yang tercantum pada dana alokasi khusus bidang pendidikan
dasar jenjang SD atau SDLB diarahkan untuk kedua kegiatan, yaitu:
a. rehabilitasi ruang kelas yang rusak
b. pembangunan perpustakaan sekolah
c. Kegiatan dana alokasi khusus bidang pendidikan dasar jenjang SD, SMP daiarahkan
untuk Penggandaan dan distribusi buku teks pelajaran Sesuai kurikulum 2013
sehingga seluruh peserta didik terpenuhi kebutuhan bukunya
d. rehabilitasi ruang belajar dengan tingkat kerusakan paling rendah rusak sedang
pembangunan ruang kelas baru, pembangunan perpustakaan, pembangunan ruang
belajar lain.
e. pengadaan peralatan pendidikan yang terdiri dari peralatan IPA, IPS masing-masing
laboratorium bahasa Indonesia dan peralatan olahraga.

E. PENYERAPAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN


1. Penyimpangan Penggunaan Alokasi Dana Pendidikan
Sekalian tidak terserap, dana alokasi khusus juga masih rentang dikorup oleh
oknum pejabat Dinas pendidikan, seperti kepala Diknas atau kepala bidang atau seksi
sarana dan prasarana mereka tidak melakukan korupsi secara dana tetapi meminta V
ataupun mengintervensi proses pengadaan di sekolah-sekolah penerima proyek.
begitu yang disampaikan ICW dalam PAR, masih menurut ICW beberapa modus

30
korupsi dana alokasi khusus pendidikan yang terjadi biasanya berkisar pada adanya
penunjukan langsung.
2. Modus Pungutan Liar
Praktik pungutan liar umumnya dialami oleh setiap lembaga pendidikan serta
mereka menerima dana dari pemerintah. modus pungli ini biasanya dilakukan oleh
oknum-oknum yang bertugas di pemerintahan daerah, baik di tingkat pemerintahan
provinsi maupun pemerintahan kabupaten kota. alasan yang digunakan biasanya
sebagai tanda terima kasih sekolah kepada Dinas Pendidikan. tetapi praktik pungli
ini memang susah membuktikan kalau tidak tertangkap tangan karena tidak ada
bukti.
3. Pengaturan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan
Begitu mendengar kalimat dana alokasi khusus bidang pendidikan, pasti
sudah membayangkan dana Dan juknis dana alokasi khusus pendidikan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah. selanjutnya dalam benak kita bahwa
pelaksanaan dana alokasi khusus ini selalu terlambat. dana alokasi khusus merupakan
dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang Pengaturannya di bawah
payung hukum 1 undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2 Peraturan pemerintahan
nomor 55 tahun 2005 tentang dana perimbangan.

F. PENINGKATAN DANA ALOKASI KHUSUS


1. Target Yang Akan Dicapai
Jenjang SD dan SDLB adalah
a. Tersedianya buku teks pelajaran Sesuai kurikulum sehingga seluruh peserta didik
terpenuhi kebutuhan bukunya
b. bertambahnya ruang belajar dalam kondisi layak sebagai tempat terselenggaranya
proses belajar mengajar
c. bertambahnya ruang kelas baru beserta perabotnya
d. bertambahnya sarana pendidikan penunjang peningkatan mutu pendidikan
2. Prioritas Dana Alokasi Khusus Pendidikan Menengah
Penggunaan dana alokasi khusus bidang pendidikan menengah pada tahun 2013
diprioritaskan pada:
a. penggandaan dan distribusi buku teks pelajaran diprioritaskan untuk seluruh peserta
didik 10 tahun pelajaran 2013-2014 sesuai dengan Kurikulum 2013
b. rehabilitasi ruang belajar rusak berat termasuk dengan perabotnya

31
c. pengadaan sarana dan prasarana peningkatan mutu pendidikan terdiri atas pengadaan
peralatan laboratorium, pengadaan buku referensi, pembangunan laboratorium,
pembangunan perpustakaan.

G. POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DENGAN DAERAH


Untuk memudahkan memahami tentang dana alokasi khusus ada baiknya diketahui
lebih dahulu Bagaimana sistem transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam
UU 33 tahun 2004 menyatakan dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang
bersumber dari APBN yang terdiri atas: (1) dana bagi hasil (DBH), (2) dana alokasi
umum (DAU), (3) dana alokasi khusus.
Dana perimbangan dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai
kewenangannya juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan
pemerintah antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan
pemerintahan antar daerah. ketiga komponen dana perimbangan ini merupakan sistem
transfer dana bagi pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh. selain ketiga
jenis transfer tersebut karena pemerintah undang-undang masih terdapat jenis transfer
lainnya: dana otsus dan dana penyesuaian.

H. DAERAH PENERIMA DANA ALOKASI KHUSUS PENDIDIKAN


1. Menentukan Daerah Penerima Dana
Pemerintah menetapkan kriteria daerah yang mendapatkan dana alokasi
khusus. kriteria ditetapkan oleh pemerintah meliputi kriteria umum, kriteria khusus dan
kriteria teknis. kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan daerah dalam APBD. kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan
peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah. kriteria teknis ditetapkan oleh
kementerian negara atau dapartemen teknis.
2. Teknis Pemindahan Dana
Dana alokasi khusus disalurkan dengan cara pemindahan Bukuan transfer dari
rekening kas Umum Negara ke rekening kas umum daerah. daerah penerima dana
alokasi khusus wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan dana alokasi khusus di
dalam APBD. penggunaan dana alokasi khusus dilakukan sesuai dengan petunjuk
teknis penggunaan dana alokasi khusus. dana alokasi khusus dapat digunakan untuk
mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan dan
perjalanan dinas.

32
3. Pendampingan Dana Alokasi Khusus
Dana pendampingan digunakan untuk mendanai kegiatan yang bersifat kegiatan fisik
TTS kegiatan fisik dimaksud adalah kegiatan di luar kegiatan administrasi proyek,
kegiatan penyiapan proyek fisik, kegiatan penelitian, kegiatan pelatihan, dan kegiatan
perjalanan pegawai daerah dan kegiatan umum lainnya yang sejenis. Penyaluran dana
alokasi khusus dapat ditunda apabila daerah tidak menyampaikan laporan titik menteri
teknis menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan dana alokasi khusus setiap akhir
tahun anggaran kepada Menteri Keuangan menteri perencanaan dan pembangunan
nasional, dan Menteri Dalam Negeri. ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penetapan program kegiatan, penyaluran, dan pelaporan diatur dengan peraturan
Menteri Keuangan.

I. JENIS-JENIS DANA ALOKASI


1. Dana Alokasi Khusus Pendidikan
Dana alokasi khusus pendidikan yang diarahkan untuk menunjang pelaksanaan
program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu, diperuntukkan bagi SD
baik negeri maupun swasta, yang diprioritaskan pada Daerah Tertinggal, daerah terkecil,
daerah perbatasan, daerah rawan bencana, dan daerah pesisir dan pulau-pulau kecil..
2. Dana Alokasi Khusus Kesehatan
Dana alokasi khusus kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi meningkatkan pelayanan kesehatan Bagiku bagi keluarga miskin
serta masyarakat di daerah terpencil, Tertinggal, perbatasan dan kepulauan melalui
peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya untuk pengadaan
peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya termasuk
poskesdes dan Rumah Sakit Provinsi Kabupaten untuk pelayanan kesehatan rujukan
serta penyediaan sarana prasarana penunjang pelayanan kesehatan di kabupaten dan
kota.
3. Dana Alokasi Khusus Keluarga Berencana
Dana alokasi khusus Keluarga Berencana yang diarahkan untuk meningkatkan daya
jangkau dan kualitas pelayanan tenaga Lini lapangan program KB sarana dan prasarana
pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dan sarana pengasuh dan pembinaan
tumbuh kembang anak dalam rangka menurunkan angka kelahiran dan laju
pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga.

33
4. Dana Alokasi Khusus Infrastruktur Jalan Dan Jembatan
Dana alokasi khusus infrastruktur jalan dan jembatan yang diarahkan untuk
mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan prasarana Jalan provinsi,
kabupaten dan kota dalam rangka memperlancar distribusi penumpang, barang dan jasa
serta produksi yang diprioritaskan untuk mendukung sektor pertanian, industri dan
pariwisata sehingga dapat memperlancar pertumbuhan ekonomi regional.
5. Dana Alokasi Khusus Infrastruktur Irigasi
Dana alokasi khusus infrastruktur irigasi yang diarahkan untuk mempertahankan dan
meningkatkan tingkat pelayanan prasarana sistem irigasi termasuk jaringan reklamasi
rawan dan jaringan irigasi desa yang menjadi urusan kabupaten kota dan provinsi
khususnya di daerah lumbung pangan nasional dan Daerah Tertinggal dalam rangka
mendukung program peningkatan ketahanan pangan.
6. Dana Alokasi Khusus Infrastruktur Air Minum Dan Sanitasi
Dana alokasi khusus infrastruktur air minum dan sanitasi yang diarahkan untuk
meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan air minum dan meningkatkan ke
cakupan dan kehandalan pelayanan penyehatan lingkungan air limbah sampah dan
drainase untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
7. Dana Alokasi Khusus Pertanian
Dana alokasi khusus pertanian yang diarahkan untuk meningkatkan sarana dan
prasarana pertanian di tingkat usaha tani dalam rangka meningkatkan produksi guna
mendukung ketahanan pangan nasional.
8. Dana Alokasi Khusus Kelautan dan Perikanan
Dana alokasi khusus Kelautan dan Perikanan yang diarahkan untuk meningkatkan
sarana dan prasarana produksi, pengolahan, peningkatan mutu, pemasaran dan
pengawasan serta penyediaan sarana dan prasarana pemberdayaan di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil.

J. REGULASI PENGATURAN DANA ALOKASI KHUSUS


1. Regulasi Khusus Fisik Pendidikan
Dana alokasi khusus keseluruhan merupakan bagian dari dana perimbangan atau
transfer pemerintah pusat ke daerah. regulasi yang mengatur khusus tentang dana
alokasi khusus pendidikan adalah:
a. UU APBN yang ditetapkan tiap tahun mengalokasikan dana alokasi khusus
pendidikan secara nasional

34
b. Peraturan Menteri Keuangan yang ditetapkan tiap tahun mengalokasikan dana
alokasi khusus pendidikan per daerah
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tiap tahun tentang petunjuk teknis
penggunaan dana alokasi khusus
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang pedoman pengelolaan keuangan dana
alokasi khusus di daerah.

2. Dana Hiba Pendidikan


Dana regulasi di atas hal yang menarik adalah bahwa sejak dana alokasi khusus
pendidikan ada pada tahun anggaran 2008 penganggaran dana alokasi khusus
pendidikan selalu ada dalam APBD. Mengapa dalam bentuk hibah? karena Permendagri
nomor 20 tahun 2009 merujuk pada pasal 48 UU nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas
yang menyatakan “ dana pendidikan dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk
satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”. Hal ini tidak sejalan dengan spirit yang ada pada PP Nomor
58 tahun 2005 karena terjadi permasalahan dalam paparan implementasi dan amanah
dari pasal 18 5B UU Nomor 2 Tahun 2010 tentang perubahan UU Nomor 47 tahun 2009
tentang APBN dan tidak sesuai dengan PP Nomor 58 tahun 2005 Permendagri nomor
20 tahun 2009 di revisi menjadi Permendagri Nomor 59 tahun 2010.

K. PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS


1) Pengadaan Buku Pelajaran
2) Rehabilitas ruang kelas
3) pengadaan peralatan belajar
4) proporsi penggunaan dana
5) kegiatan yang tidak dapat dibiayai oleh dana alokasi khusus, yaitu: Administrasi
kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas.

L. MEKANISME ALIRAN DANA DARI PUSAT KE DAERAH


Mekanisme pembiayaan pendidikan sekolah negeri di Indonesia mengalami
perubahan seiring dengan pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah TT saat
ini aliran dana dari pusat ke daerah dilakukan melalui mekanisme dan perimbangan
khususnya melalui dana alokasi umum yang bersifat blok Greens. melalui alokasi ini Pemda
lebih memiliki kepastian tentang waktu dan jumlah dana yang diterimanya. dari sisi
pembelanjaan, Pemda juga mempunyai keleluasaan dalam merencanakan anggarannya

35
sehingga dapat mengalokasikan anggaran sesuai Prioritas pembangunan di daerahnya.
menurut UU Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah, selain DAU, dana perimbangan yang diterima daerah adalah dana bagi hasil dan
dana alokasi khusus.
penerimaan daerah lainnya adalah pendapatan asli daerah, pinjaman daerah dan lain-
lain penerimaan yang sah. semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD.

36
BAB 3. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Desentralisasi bertujuan menciptakan pemerataan kesejahteraan di seluruh pelosok


Indonesia. Namun dalam kenyataannya, pelaksanaan otonomi dan desentralisasi fiskal selama
ini masih belum optimal dalam menciptakan pemerataan pelayanan dasar. Pelayanan kesehatan
dan pendidikan yang berkualitas serta ketersediaan infrastruktur layanan publik lainnya
seharusnya dapat dirasakan secara adil dan merata oleh setiap warga negara dari Sabang sampai
Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote.
Pemerintah menetapkan UU Nomor 1 tahun 2022 tentang HKPD sebagai upaya untuk
mempertajam pelaksanaan desentralisasi fiskal. UU HKPD akan mendorong pemda dalam
melakukan optimalisasi penerimaan daerah dan men-direct pemda dalam meningkatkan
kualitas belanja daerah. Selain itu, pemerintah mencoba memastikan agar seluruh APBD dapat
dilaksanakan menuju arah yang sama dalam mencapai tujuan nasional. Dengan demikian
harapannya semua warga negara dapat merasakan dan menikmati layanan publik yang
berkualitas di seluruh wilayah republik Indonesia. Pertanyaan berikutnya ialah sejauh mana UU
HKPD berimplikasi terhadap akselerasi pemerataan layanan dasar ke setiap sudut dan pinggiran
wilayah kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan Hubungan (Perimbangan) Keuangan antara
Pusat dan daerah yang saat ini dilaksanakan oleh Pemerintah merupakan kebijakan dalam
rangka peningkatan kapasitas, daerah dalam pelayanan masyarakat. Dilain pihak juga
merupakan upaya memberikan hak dan kewajiban sebagai daerah otonom untuk mengelola
keuangan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Kebijakan ini dijalankan seiring dengan
kebijakan penyelenggaraa pemerintahan daerah dengan spirit Money Follows Functions.
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk dalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, digit pengawasan
keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan daerah adalah kepala
daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah. Dengan memberikan hak dan kewajiban pengelolaan keuangan
daerah, pemerintah serta memberikan hak dan kewajiban pengelolaannya kepada daerah, berarti
pemerintah secara konsisten melaksanakan kebijakan desentralisasi. Dengan melihat komposisi
persebaran dana perimbangan keuangan saat ini, menunjukkan ada peningakatan pemerataan
kemampuan fi skal daerah dan berkurangnya kesenjangan fi skal antar daerah. Dengan
37
Penerapan formula yang mempunyai legitimasi dan proses perhitungan Dana Perimbangan ini
secara transparan dan akultabel, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan perimbangan keuangan
pusat dan daerah saat ini membawa dampak pemerataan antar daerah. Perbaikan praktek
penyelenggaraan pemerintahan daerah ini akan membawa perbaikan pada kehidupan demokrasi
di daerah dengan sendirinya berdampak terhadap membaiknya kehidupan demokrasi Indonesia.
Prinsip Value for Money menerapkan prinsip ekonomi, efi siensi dan efektivitas dalam proses
penganggaran. Ekonomi berkaitan degnan pemilikan kualitas tertentu dengan harga yang paling
murah. Efi siensi berarti bahwa dalam penggunaan dana masyarakat (public money) harus
menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna). Selanjutnya efektivitas berarti bahwa
penggunaan anggaran harus mencapai target atau tujuan yang menyangkut kepentingan publik.
Penambahan jumlah dana yang di alokasikan dalam bidang pendidikan ini dilaksanakan
karena kurangnya pencapaian standar mutu pendidikan. Ada beberapa program yang dibuat oleh
pemerintah untuk menunjang berhasilnya Pendidikan Menengah Universal (PMU) 12 tahun,
salah satunya dengan memberikan dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan kepada
sekolah yang masuk dalam kriteria khusus dari penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang
pendidikan. DAK diberikan untuk Pengelolaan Dana Alokasi... (Eva Wafda Hidayati dan
Abdullah Taman, M. Si.))3 memperbaiki atau menambah fasilitas sekolah guna mendukung
pencapaian standar pendidikan sesuai prioritas nasional melalui proses kegiatan belajar
mengajar yang terjadi di sekolah. Proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
apabila dilengkapi oleh fasilitas yang memadai. Fasilitas mendukung berhasilnya proses transfer
nilai dari guru kepada siswa, tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk
menjalankan kegiatan pembelajaran. Fasilitas ini meliputi fasilitas fisik dan non fisik. Failitas
fisik adalah fasilitas yang berbentuk fisik seperti ruang kelas yang layak, dan nyaman, adanya
laboratorium yang menunjang, dan gedung sekolah yang layak. Sedangkan fasilitas non fisik
merupakan faktor yang mendukung proses pembelajaran supaya berhasi dalam meningkatkan
mutu pendidikan siswa. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah mendapat bantuan dari
pemerintah berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

B. SARAN

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memberikan saran agar pengelolaan anggaran
pemerintah di era disentralisasi dan dana alokasi khusus bidang pendidikan kelolah dengan baik
dan digunakan sesuai dengan peraturan yang ada. Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada
makalah ini maka kami mohon kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca
demi kesempurnaan kedepan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Harapan, Edi. 2018.Pembiayaan Pendidikan.Palembang: Noer Fikri Offset

Shahara, Cindai. 2020.Manajemen Keuangan Daerah Dalam Era Otonomi D


aerah.(chromeextension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://himia
.umj.ac.id/wpcontent/uploads/2020/04/MajajemenKeuanganDaerahdalam
EraOtonomiDaerah.pdf , diakses tanggal 18 Mei 2023)

Ari, Taulanu.2021. (chrome-


extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/m
edia/publications/121338-none-a2404280.pdf, diakses tanggal 18 Mei
2023)

Maisah. 2020. Manajemen Pendidikan di Sektor Pendidikan. Ciputat: Referensi.

Eva,Wafda Hidayati.2019. Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Di


Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Batang. (file:///C:/Users/user/Downloads/9643-
21540-1-SM%20(2).pdf, diakses tanggal 18 Mei 2023)

39

Anda mungkin juga menyukai