Kelompok 1
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah atas segala karunia yang diberikan Allah SWT kepada
penulis sehingga karya tulis ini yang berjudul “Analisis Kurikulum di SMA N 1
CIBINONG” dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan penulisan karya tulis ini
untuk memenuhi tugas dari Bapak Dhani Harda Setiaji M.Pd yang diharapkan
dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi pembaca maupun bagi penulis itu
sendiri. Penulis sangat berterima kasih kepada Bapak. Dhani Harda Setiaji M.Pd.
pada kuliah Kurikulum pendidikan, yang telah mempercayai tugas ini kepada
penulis, sehingga dapat membantu penulis untuk menguasai pengetahuan pada
bidang studi yang ditekuni. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi
pengetahuan kepada penulis dan membantu penulis dalam bentuk dukungan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan tepat waktu. Tidak
ada yang sempurna di dunia ini. Begitupun dengan karya tulis ini yang masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan dari karya tulis ini.
2
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
A.Tujuan Pendidikan............................................................................................................
1. Pendidikan Formal........................................................................................................
2. Pendidikan Non Formal................................................................................................
3. Pendidikan Informal.....................................................................................................
B.Visi sekolah.......................................................................................................................
C. Misi sekolah.....................................................................................................................
D. Strategi Sekolah...............................................................................................................
BAB IV PENUTUP................................................................................................................
A.Simpulan...........................................................................................................................
B. Saran................................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Selain itu, juga adanya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan yang
memacu keberhasilan pendidikan nasional agar dapat bersaing dengan hasil
pendidikan negara-negara maju. Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi lingkungan sekolah dan
daerah, perlu segera dilaksanakan. Bukti nyata dari desentralisasi pengelolaan
pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil
keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan
kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di sekolah.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
4
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
daftertentu. Tujuan tertentu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta
didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan (KTSP) untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah.
5
2. Mekanisme Penyusunan KTSP.
a. Pembentukan Tim penyusun Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA,
dan SMK, terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota. Di dalam kegiatan ini penyusun melibatkan komite
sekolah dan narasumber serta pihak lain yang terkait. Supervisi dilakukan
oleh dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tingkat
kabupaten/kota untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA dan
SMK.
b. Kegiatan Penyusunan Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan
perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja
dan/atau loka karya sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka
waktu sebelum tahun pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan KTSP
secara garis besar meliputi penyiapan dan penyusunan draf, review, serta
finalisasi, pemantapan dan penilaian. (Sanjaya 2010)
c. Pemberlakuan Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK,
dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat pertimbangan
dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan untuk SD dan SMP dan
tingkat provinsi untuk SMA dan SMK. (Sanjaya 2010)
6
B.Rumusan Masalah
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat
signifikan, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan
gedung atau rumah yang tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat,
maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan yang kencang, bangunan
tersebut akan mudah roboh. Demikian pula dengan halnya kurikulum, apabila
tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum terebut akan mudah
terombang-ambing dan yang menjadi taruhannya adalah manusia sebagai peserta
didik yang dihasilkan oleh pendidik itu sendiri.
7
empat landasan tersebut dapat dijadikan landasan utama dalam pengembangn
kurikulum yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis, budaya, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan landasan organisatoris.
Landasan-landasan Kurikulum:
8
Mengapa kurikulum harus berlandaskan kepada landasan sosiologis?
Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapat pendidikan baik informal,
formal, maupun nonformal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan
agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan
masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi
landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut. Sosiologi
dalam pembahasannya mencakup secara garis besar akan perkembagan
masyarakat dan budaya yang ada pada setiap ragam masyarakat yang da di
Indonesia ini. Karena beraneka ragamnya budaya masyarakat yang ada di
negeri ini, sehingga kurikulum dalam perumusannya juga harus
menyesuaikan pada budaya masyarakat yanga akan menjadi objek
pendidikan dan penerima dari hasil pendidikan tersebut. Tidak bisa kita
menggunakan kurikulum pendidikan untuk orang – orang pedalaman
untuk diajarkan kepada orang-orang maju seperti di kota dan pendidikan
luar wilayah tersebut yang lebih maju.
9
harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang
meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik,
serta bagaimana peserta didik belajar. Atas dasar itu terdapat dua cabang
psikologi yang sangat penting diperhatikan dan besar kaitannya dalam
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar.
C.Tujuan
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar di negara kita saat ini. Kurikulum 2013 bertujuan memberikan
ilmu pengetahuan secara utuh kepada siswa dan tidak terpecah-pecah. Kurikulum
ini menekankan pada keaktifan siswa untuk menemukan konsep pelajaran dengan
guru berperan sebagai fasilitator.
10
peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah
kompetensi dan karakter tertentu, sebagai prasarat untuk melanjutkan ke tingkat
penguasaan kompetensi dan karakter berikutnya.
11
dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia dan
menciptakan kualitas penerus bangsa yang bermutu. Tujuan dan alasan utama
pengembangan kurikulum 2013 oleh pemerintah adalah sebagai berikut.
12
potensi peserta didik. KTSP disusun bersama-sama oleh guru, komite sekolah /
pengurus yayasan, konselor (BK) dan narasumber yang disupervisi oleh dinas
pendidikan. KTSP ditandatangani oleh kepala sekolah, komite sekolah, dan kepala
dinas pendidikan. KTSP disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada
standar isi atau SI dan standar kelulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP. Penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain
yang menyangkut kurikulum dalam Undang-undang No. 20/2003 dan PP 19/2005.
13
BAB II
PEMBAHASAN
A.Tujuan Pendidikan
Setelah memahami tujuan dan fungsi pendidikan, selanjutknya kita akan
membahas tentang jenis-jenis pendidikan. Berikut ini adalah penjejelasan tiga
jenis pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan
informal:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang sudah terstruktur karena
berada dibawah tanggung jawab kementrian. Pendidikan formal umumnya
memiliki jenjang pendidikan dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Pendidikan Dasar (SD), Pendidikan Menengah (SMP), Pendidikan
Menengah (SMA) dan Pendidikan Tinggi (Universitas).
14
memiliki kesetaraan dengan hasil program pendidikan formal melalui
proses penilaian dari pihak yang berwenang. Contohnya seperti, Lembaga
Kursus, Pondok Pesantren, Majelis Taklim, Kelompok Bermain, Sanggar
dan lainnya.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berasal dari keluarga dan
lingkungan. Pendidikan informasi memiliki tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara lebih mandiri. Bentuk pendidikan informal yang sering kita
temukan seperti agama, budi pekerti, etika, sopan santun, moral dan
sosialisasi
B.Visi sekolah
“Berprestasi dilandasi Iman, Taqwa dan Berbudaya Lingkungan serta
Berwawasan Global”
C. Misi sekolah
1. Mewujudkan pendidikan untuk menghasilkan prestasi dan lulusa
berkwalitas tinggi yang peduli dengan lingkungan hidup
2. Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, produktif, kreatif,
inofatif dan efektif
3. Mewujudkan pengembangan inovasi pembelajaran sesuai tuntutan
4. Mewujudkan sumber daya manusia yang peduli dalam mencegahan
pencemaran mencegahan kerusakan lingkungan dan melestarikan
lingkungan hidup
5. Mewujudkan sarana prasarana reprensentatif dan up to date
6. Mewujudkan pengelolaan pendidikan yang professional
7. Mewujudkan sistim penilaian yang berafiliasi
8. Mewujudkan budaya yang berkualifikasi
9. Mewujudkan Sekolah yang bersih,hijau dan meminimalis hasil sampah
yang tidak bermanfaat
15
10. Mewujudkan manusia Indonesia yang mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dalam peradaban dunia
11. Mewujudkan generasi emas, sehat tanpa narkoba
D. Strategi Sekolah
1. Tercapainya pendidikan untuk menghasilkan prestasi dan lulusa
berkwalitas tinggi yang peduli dengan lingkungan hidup
2. Tercapainya sumber daya manusia yang beriman, produktif, kreatif,
inofatif dan efektif
3. Tercapainya pengembangan inovasi pembelajaran sesuai tuntutan
4. Tercapainya sumber daya manusia yang peduli dalam mencegahan
pencemaran, mencegahan kerusakan lingkungan dan melestarikan
lingkungan hidup
5. Tercapainya sarana prasarana reprensentatif dan up to date
6. Tercapainya pengelolaan pendidikan yang professional
7. Tercapainya sistim penilaian yang berafiliasi
8. Tercapainya budaya yang berkualifikasi
9. Tercapainya Sekolah yang bersih,hijau dan meminimalis hasil sampah
yang tidak bermanfaat
10. Tercapainya manusia Indonesia yang mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dalam peradaban dunia
11. Tercapainya generasi emas, sehat tanpa narkoba
16
BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN
A. MATA PELAJARAN
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana
membuat mata pelajaran sejarah menjadi tidak wajib dipelajari siswa SMA N 1
CIBINONG dan sederajat. Di kelas 10, sejarah digabung dengan mata pelajaran
ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sementara Bagi kelas 11 dan 12 mata pelajaran
sejarah hanya masuk dalam kelompok peminatan yang tak bersifat wajib. Hal itu
tertuang dalam rencana penyederhanaan kurikulum yang akan diterapkan Maret
2021. CNNIndonesia.com memperoleh file sosialisasi Kemendikbud tentang
penyederhanaan kurikulum dan asesmen nasional. Dalam file tersebut dijelaskan
bahwa mata pelajaran sejarah Indonesia tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib
bagi siswa SMA/sederajat kelas 10. Melainkan digabung di mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Padahal, dalam kurikulum 2013 yang diterapkan
selama ini, mata pelajaran Sejarah Indonesia harus dipelajari dan terpisah dari
mata pelajaran lainnya.
Berikut mata pelajaran wajib bagi siswa SMA (Wikipedia, n.d.) (Mengenal
Perbedaan KTSP dan K13 sebagai Kurikulum Pendidikan Formal, 6 Oktober
2022) kelas 10 dalam kurikulum yang disederhanakan.
17
3. Bahasa Indonesia 8. Seni dan Prakarya
4. Matematika 9. Pendidikan Jasmani
5. IPA 10. Informatika
6. IPS 11. Program Pengembangan
7. Bahasa Inggris Karakter
Mata pelajaran sejarah bisa dipelajari siswa kelompok peminatan IPA, IPS,
bahasa dan vokasi. Namun, tidak bersifat wajib.
B. MUATAN LOKAL
UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menuntut
pelaksanaan Otonomi Daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan
pendidikan. Hal ini berpengaruh pada sistem pendidikan nasional dari sentralisasi
ke desentralisasi. Desentralisasi penyelenggaraan pendidikan ini terwujud dalam
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu substansi
yang didesentralisasi adalah kurikulum, dimana kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah
dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi
18
serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Untuk itu, sekolah
dan komite sekolah harus mempersiapkannya, karena sebagian besar kebijakan
yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilaksanakan
oleh sekolah dan komite sekolah.
Berdasarkan pernyataan di atas, sekolah dan komite sekolah memiliki
kewenangan yang luas untuk mengembangkan dan menyelenggarakan pendidikan
sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan
daerah.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang
terdapat pada Standar Isi didalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Keberadaan mata pelajaran muatan penyelenggaraan pendidikan di masing-
masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan
daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu
pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung
dan melengkapi kurikulum nasional.
Mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka
memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
Secara khusus bertujuan agar peserta didik:
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budayanya,
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya,
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan
yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-
nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan
nasional
19
Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani
oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara
profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan
demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan
nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal
memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab
pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.
Berkenaan dengan itu, Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku
bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara,
bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang
memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu
keanekaragaman tersebut harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan
tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya
pendidikan.
20
diharapkan salah satu upaya pelestarian budaya yang merupakan ciri khas yang
ada di sekitar sekolah. Sedangkan kebijakan yang berkaitan dengan
dimasukkannya program muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup tersebut
dilandasi atas adanya pengenalan keadaan lingkungan kepada peserta didik
sehingga memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan
lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan
diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada
akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Standar
kompetensi dan kompetensi dasar muatan lokal yang dilaksanakan di SMA
NEGERI 1 CIBINONG dikembangkan oleh sekolah. Adapun isi dari standar
kompetensi dan kompetensi dasar muatan lokal tersebut terlampir dalam dokumen
2 yang berisikan silabus dan RPP.
21
a. Bidang Olah Raga meliputi:
1. Bola Volley
2. Bola Kaki
3. Bola Basket
4. Bola Futsal
5. Tae Kwon Do
6. Karate
7. Paskibra
1. Seni Lukis
2. Kaligrafi
3. Paduan Suara
4. Drama Teater
5. Vokal Grup
6. Dance
7. Modelling
22
3. Menyalurkan hewan Qurban
4. Memberikan Santunan anak Yatim
D.KETUNTASAN BELAJAR
23
merupakan satu pendekatan pembelajaran yang difokuskan pada penguasaan
siswa dalam sesuatu hal yang dipelajari. Selanjutnya, Anderson & Block (1975)
mengungkapkan bahwa pembelajaran tuntas pada dasarnya merupakan
seperangkat gagasan dan tindakan pembelajaran secara individu yang dapat
membantu siswa untuk belajar secara konsisten. Gagasan dan tindakan ini
menghasilkan proses pembelajaran yang sistematik, membantu siswa yang
menghadapi masalah pembelajaran, serta membutuhkan waktu yang cukup bagi
siswa untuk mencapai ketuntasan berdasarkan kriteria ketuntasan yang jelas.
24
School Learning”. Esensi dalam model tersebut adalah:” … the learner will
succeed in learning a given task to the extent that he spends the amount of time
that he needs to learn the task”. Pernyataan tersebut mengasumsikan bahwa usaha
siswa atau waktu yang mereka habiskan untuk belajar memegang peranan sangat
penting dalam mencapai keberhasilan belajar. Dalam teori yang dikemukakan
oleh Carroll tersebut dinyatakan pula bahwa siswa akan mencapai tujuan
pendidikan yang relatif sama meskipun mereka akan 8 membutuhkan waktu yang
berbeda-beda. Model Carroll ini menyatakan bahwa tingkat penguasaan belajar
(degree of learning) ditentukan oleh fungsi atau perbandingan antara jumlah
waktu yang sebenarnya digunakan (time actually spent) dalam belajar dengan
waktu yang diperlukan untuk belajar (time needed). Hal tersebut dinyatakan
dalam simbol berikut. Simbol di atas menggambarkan bahwa jika setiap siswa
diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat
penguasaan dan jika siswa itu menghabiskan waktu yang dibutuhkan, maka besar
kemungkinan siswa tersebut akan mencapai tingkat penguasaan itu. Sebaliknya,
jika seorang siswa tidak diberi cukup waktu atau ia tidak menggunakan waktu
yang diperlukan, maka siswa tersebut bisa dipastikan tidak akan mencapai tingkat
penguasaan belajar. Walaupun waktu merupakan faktor esensial dalam belajar,
namun Carroll tetap mengingatkan bahwa sebenarnya proses belajar itu sendiri
dipengaruhi oleh banyak variabel, dan waktu merupakan bagian dari banyak
variabel itu. Dalam teorinya, Carroll bahkan tidak berpretensi bahwa variabel
waktu ini menjadi faktor terpenting dalam proses belajar siswa. Menurutnya
waktu bukan satu- satunya faktor terpenting yang mempengaruhi proses belajar,
meskipun beberapa variabel dari teori ini dinyatakan dalam waktu, namun apa
yang sebenarnya terjadi dalam rentang waktu itulah yang terpenting. Waktu jelas
diperlukan dalam belajar, tapi waktu saja belum memadai. Masih ada tiga variabel
utama dan dua variabel tambahan dalam teori Carroll. Variabel pertama disebut
aptitude (bakat), yaitu jumlah waktu ideal yang dimiliki siswa untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan. Variabel kedua disebut perseverance (ketekunan), yaitu
jumlah waktu yang benar-benar dipakai siswa untuk belajar. Variabel ketiga
disebut opportunity to learn (kesempatan untuk belajar), yaitu jumlah waktu yang
25
dialokasikan atau disediakan. Dua komponen lain yang juga berpengaruh terhadap
proses belajar
26
sama? Jawaban pertanyaan retoris semacam ini sebenamya sudah jelas bahwa
yang diinginkan adalah semua siswa mencapai taraf pendidikan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, diharapkan agar semua siswa memperoleh
pendidikan dalam porsi yang relatif sama. Jika tidak, tentu tidak ada perlunya
dibuat rencana pembelajaran dan menentukan berbagai kompetensi dasar.
BAB IV
PENUTUP
A.Simpulan
27
pembelajaran yang tepat, media pembelajaran dan sarana prasarana uang
belum memadai.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian SMA NEGERI 1 CIBINONG
(CIBINONG, 2013) ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru yang sudah paham menerapkan kurikulum 2013, sebaiknya lebih
memberikan informasi, bertukar pikiran, berbagi pengalaman kepada guru
yang belum paham mengenai kurikulum 2013 dan juga kepada guru yang
belum menerapkan kurikulum 2013.
2. Kepada para guru mata pelajaran biologi agar memaksimalkan kegiatan
diskusi dan kerjasama MGMP dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, pemahaman kurikulum 2013 dan penerapannya.
3. Bagi pemerintah terutama Dinas Pendidikan agar melaksanakan pelatihan
kurikulum 2013 secara berkesinambungan dan merata kepada semua guru
diseluruh Indonesia agar para guru dapat menerapkan kurikulum 2013 dengan
baik.
4. Mengingat keterbatasan penelitian ini, maka disarankan bagi peneliti lainnya
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut guna menemukan faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan kesiapan guru biologi dalam implementasi
kurikulum 2013.
5. Penelitian ini hanya meneliti pada pertanyaan umum mengenai kurikulum
2013 untuk itu diharapkan kelak bagi para peneliti bisa meneliti faktorfaktor
lainnya yang berhubungan dengan guru biologi dalam menerapkan kurikulum
2013.
28
DAFTAR PUSTAKA
CIBINONG, S. 1. (2013, April). .siap-sekolah. Retrieved from SIAP Web Sekolah SMA
1 CIBINONG: http://20200885.siap-sekolah.com/sekolah-profil/
Mengenal Perbedaan KTSP dan K13 sebagai Kurikulum Pendidikan Formal. (6 Oktober
2022).
29
LAMPIRAN
A. Kurikulum
Kegiatan Kurikulum
TP. 2014-2015
X XI XII
30
1 PEND AGAMA & 3 3 2 2
BUDI PEKERTI
2 PPKN 2 2 2 2
3 BAHASA 4 4 4 4
INDONESIA
4 BAHASA INGGRIS 2 2 4 4
5 MATEMATIKA 4 3 4 3 4 4
6 FISIKA 3 3 4
7 KIMIA 3 3 4
8 BIOLOGI 3 3 4
9 SEJARAH 2 3 2 3 1 3
10 SOSIOLOGI 3 3 4
11 EKONOMI 3 3 4
12 GEOGRAFI 3 3 3
31
13 SENI BUDAYA 2 2 2 2
14 PENJASKES 3 3 2 2
15 TIK 2 2
16 KETERAMPILAN 2 2
BAHASA
17 PRAKARYA DAN 2 2
KEWIRAUSAHAAN
18 BAHASA DAN 2 2
SASTRA SUNDA*
19 Mulok Komputer* 2 2 2 2 2 2
JUMLAH 26 14 14 26 14 14 41 42
B. Dokumentasi Sekolah
32
Gambar 1.1 foto dokumentasi SMA Negeri 1 Cibinong
33
ANALISIS SWOT
NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
34
1 ANALISIS a) pengembangan kurikulum
SWOT 2013 untuk menghasilkan
insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif,
afektif; melalui penguatan
sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang
terintegrasi.
b) Adanya pelajaran muatan
lokal Bahasa Sunda dan
Pendidikan Lingkungan
Kekuatan Hidup sebagai upaya
upaya pelestarian budaya
(strengths) c) program pengembangan
diri dengan kegiatan
intrakurikule dan
ekstrakurikuler
d) Pembelajaran tuntas untuk
memastikan bahwa semua
siswa menguasai hasil
pembelajaran
Kelemahan a) Terdapat pendidik yang
(weaknesses) belum sertifikasi.
2
a) Pendidik yang handal
dalam bidangnya
b) Seluruh guru terlibat untuk
membina Program
Peluang
Pembiasaan yang telah
3 (opportunity) ditetapkan oleh sekolah
a) Lembaga pendidikan
Ancaman
sederajat lebih uggul
4 (threats) disekitarnya
35