Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA (KTSP,


2013, MBKM)

BY

REYNANDI SALNIAWAN
Reg. Num : 2020203888203027

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Language Curriculum Development

ENGLISH EDUCATION PROGRAM


FACULTY TARBIYAH
STATE ISLAMIC INSTITUTE
PAREPARE

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Perkembangan Kurikulum Di Indonesia (KTSP, 2013, MBKM) ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Language Curriculum Development.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Curriculum bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Munawir, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Language Curriculum Development yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 16 Oktober 2022


Penulis,

Reynandi Salniawan
NIM. 2020203888203027
DAFTAR ISI

CONTENTS

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah........................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................4

C. Tujuan Makalah....................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................6

A. Pengertian Kurikulum 2006 (KTSP).....................................................6

B. Pengertian Kurikulum 2013..................................................................8

C. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar.............................................10

D. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum KTSP...................................11

E. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum K-13....................................17

F. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar..................21

BAB III PENUTUP...............................................................................................23

Kesimpulan...................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang

diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan

pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode

jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan

keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan

pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan

yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus

memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan

nasional. Persekolahan sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum

dituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan penuh

kesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya

dilihat dari hal tersebut. Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkali


menimbulkan persoalan baru, sehingga pada tahap awal implementasinya

memiliki kendala teknis. Sehingga sekolah sebagai penyelenggara proses

pendidikan formal sedikit banyaknya pada tahap awal ini membutuhkan energi

yang besar hanya untuk mengetahui dan memahami isi dan tujuan kurikulum

baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit terkendala disebabkan perlu

adaptasi terhadap perubahan atas kurikulum terdahulu yang sudah biasa

diterapkannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kurikulum KTSP, K-13, dan kurikulum merdeka belajar?


2. Apa perbedaan ketiga kurikulum tersebut?
3. Apa kelebihan dan kekurangan ketiga kurikulum tersebut?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum KTSP, K-13 dan Merdeka


Belajar.

2. Untuk mengetahui perbedaan kurikulum KTSP, K-13 dan Merdeka


Belajar.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kurikulum KTSP, K-13 dan


Merdeka Belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum 2006 (KTSP)

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan

bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta

kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BNSP).

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai

berikut:

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar

nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan

dengan prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi

daerah dan peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

1. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,

potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat

setempat dan peserta didik.

2. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat

satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar

kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas


pendidikan kabupaten/kota dan departemen agama yang

bertanggungjawab di bidang pendidikan.

3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di

perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing

perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

4. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP

merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi

luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan pendidikan

masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di

sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah

memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana,

sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas

kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan

pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan

pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan

otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah

terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas,

efisien dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi

pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan

untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan dan kebutuhan

masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran

merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf

sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait dan


meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya

kurikulum.

Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility”

dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan

tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan

prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan

sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.

Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah,

serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang

ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi

pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan

daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik dan

tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah

berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku. Selanjutnya

komite sekolah perlu menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah dengan berbagai

implikasinya terhadap program- program kegiatan operasional untuk mencapai

tujuan sekolah.

B. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang terintegrasi, yaitu

sebuah kurikulum yang mengintegrasikan Skill, Theme, Concepts, And Topic

baik dalam bentuk Within Sigle disciplines, Acrous several disciplines and Within

and Acrous Learners. dengan kata lain bahwa kurikulum 2013 ialah kurikulum

yang terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai sebuah sistem atau

pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk

memberikan pengalaman yang bermakna dan luas kepada peserta didik.


Dalam sejarah, kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali

perubahan yang dilakukan pengembangan, revisi dan penyempurnaan. Kurikulum

2013 telah berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik

pendidikan, seperti yang disampaikan oleh Mulyasa (2014:55) yang mengatakan

bahwa ada tiga konsep tentang perkembangan Kurikulum 2013, yaitu :

1. Kurikulum sebagai suatu substansi kegiatan pembelajaran yang berisi

rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal

dan evaluasi pembelajaran.

2. Kurikulum 2013 sebagai suatu sistem dari sekolah, pendidikan bahkan

masyarakat.

3. Kurikulum sebagai suatu bidang studi untuk mendalami dan

mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum

tersebut”. Kurikulum 2013 menghadirkan pembelajaran yang

mengacu pada tiga ranah kompetensi yaitu, sikap, pengetahuan dan

keterampilan.

Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat

dipindakan secara utuh dari guru kepada siswa, melainkan membutuhkan proses

pembelajaran secara langsung/ilmiah untuk menyampaikan informasi sehingga

dapat memberikan makna dalam belajar. Siswa adalah subjek yang memiliki

kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan

menggunakan pengetahuan.

Kurikulum 2013 dihadirkan untuk membangun siswa yang siap

mengahadapi perkembangan zaman di masa mendatang. Dimana dibutuhkan

keterampilan-keterampilan yang mendasar untuk dimiliki, diantaranya adalah

keterampilan dalam berpikir kritis. Dalam teori Greenstein dalam Machanal

(2012) yang menyatakan bahwa bentuk keterampilan abad 21 adalah berpikir


kritis, keterampilan menyelesaikan permasalahan, keterampilan berpikir yang

kreatif, metakognisi, keterampilan dalam berkomunikasi, keterampilan

berkolaborasi, keterampilan berliterasi serta keterampilan untuk memahami

kehidupan dan pekerjaan. Berpikir kritis menjadi dasar bagi keterampilan lainnya

dikarenakan berhubungan dengan kemampuan individu dalam mengembangkan

pola pikirnya. Dengan pemahaman tersebut, Kurikulum 2013 diharapkan mampu

mengaplikasikan keterampilan-keterampilan untuk membekali siswa di masa

mendatang.

C. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar

Merdeka Belajar adalah suatu program inovatif untuk dunia pendidikan

Indonesia dari Kemendikbud di bawah Menteri Nadiem yang berlandaskan dua

hal, yaitu; pertama pemberian kebebasan kepada siswa, guru dan sekolah untuk

berinovasi dan melakukan kegiatan pembelajaran yang mandiri dan kreatif.

Selanjutnya yang kedua adalah reformasi menyeluruh yang bukan hanya melulu

mengenai kurikulum, namun menginisiasi sebuah gerakan di masing-masing

sekolah melalui guru penggerak.

Melalui kebijakan ini, pemerintah bercita-cita menghadirkan pendidikan

bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia, yang dicirikan oleh angka partisipasi

yang tinggi diseluruh jenjang pendidikan, hasil pembelajaran berkualitas, dan

mutu pendidikan yang merata baik secara geografis maupun status sosial

ekonomi. Transformasi yang diusung dalam kebijakan Merdeka Belajar akan

terjadi pada kategori ekosistem pendidikan, guru, pedagogi, kurikulum, dan

sistem penilaian. Ekosistem pendidikan diharapkan menjadi ekosistem yang

diwarnai oleh suasana sekolah yang menyenangkan, keterbukaan untuk

melakukan kolaborasi, dan keterlibatan aktif dari orang tua dan masyarakat.
Kemudian, guru tidak semata sebagai penyampai informasi, melainkan sebagai

fasilitator kegiatan belajar.

Dalam hal pedagogi, pendidikan akan meninggalkan pendekatan

standardisasi menuju pendekatan heterogen. Kurikulum akan bersifat fleksibel,

berdasarkan kompetensi, berfokus pada pengembangan karakter, dan akomodatif.

Lalu, sistem penilaian akan bersifat formatif untuk mendukung perbaikan dan

kemajuan hasil pembelajaran.

Di pendidikan tinggi sendiri, kebijakan Merdeka Belajar akan mencakup

pada pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi,

perguruan tinggi berbadan hukum, dan hak belajar tiga semester di luar program

studi. Beberapa program pokok yang terkait kebijakan ini adalah kegiatan Ujian

Sekolah Berstandar Nasional (USBN), perubahan Ujian Nasional menjadi

Asesmen Nasional dan Survei Karakter, fleksibilitas dalam pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), fleksibitas dalam Penerimaan Peserta Didik

Baru (PPDB), dan Kampus Merdeka.

D. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum KTSP

Kelebihan Kurikulum KTSP ;

1. Mendorong terwujudnya otonomi luas kepada sekolah dan satuan

pendidikan

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan

kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh

Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang

menghargai potensi keunggulan lokal. Dengan adanya penyeragaman ini,

sekolah di kota sama dengan sekolah di daerah pinggiran maupun di

daerah pedesaan. Penyeragaman kurikulum ini juga berimplikasi pada

beberapa kenyataan bahwa sekolah di daerah pertanian sama dengan


sekolah yang daerah pesisir pantai, sekolah di daerah industri sama dengan

di wilayah pariwisata. Oleh karenanya, kurikulum tersebut menjadi kurang

operasional, sehingga tidak memberikan kompetensi yang cukup bagi

peserta didik untuk mengembangkan diri dan keunggulan khas yang ada di

daerahnya.

Sebagai implikasi dari penyeragaman ini akibatnya para lulusan tidak

memiliki daya kompetitif di dunia kerja dan berimplikasi pula terhadap

meningkatnya angka pengangguran. Untuk itulah kehadiran KTSP

diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia

pendidikan di Indonesia.

Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah

dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah. Sebagai sesuatu yang

baru, sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam penyusunan KTSP.

Oleh karena itu, jika diperlukan, sekolah dapat berkonsultasi baik secara

vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal, sekolah dapat

berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten atau Kota,

Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)

Provinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan secara

horizontal, sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan dalam

merumuskan KTSP. Misalnya, dunia industri, kerajinan, pariwisata,

petani, nelayan, organisasi profesi, dan sebagainya agar kurikulum yang

dibuat oleh sekolah benar-benar mampu menjawab kebutuhan di daerah di

mana sekolah tersebut berada.


2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah

untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan

program-program pendidikan

Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar

dan menengah yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan untuk

merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum

sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang

bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa mengembangkan standar

yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.

Dengan demikian dapat terjadi persaingan yang cukup sehat diantara

sekolah-sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Keberadaan suatu

sekolah pun, pencitraan sekolah, kualitas lulusan yang dihasilkan pada

akhirnya menjadi tolak ukur masyarakat dalam penilaian kinerja sekolah.

Hal ini dapat menyebabkan seleksi alam, bahwa hanya sekolah bermutulah

yang akan bertahan dan diminati masyarakat, sedangkan sekolah dengan

kinerja yang kurang baik akan ter-eleminasi. Mau tak mau sekolah harus

meningkatkan kualitasnya untuk mempertahankan eksistensinya.

3. Memberikan kesempatan bagi masyarakat dan orangtua untuk

berpartisipasi dalam menentukan arah kebijakan pendidikan di

sekolah

Sebagaimana diketahui, prinsip pengembangan KTSP adalah:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan


peserta didik dan lingkungannya;

2) Beragam dan terpadu;


3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni;
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan;
5) Menyeluruh dan berkesinambungan;
6) Belajar sepanjang hayat;
7) Dan seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan
daerah.

Berdasarkan prinsip-prinsip ini, KTSP sangat relevan dengan konsep

desentralisasi pendidikan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan

konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) yang mencakup otonomi

sekolah di dalamnya. Pemerintah daerah dapat lebih leluasa berimprovisasi

dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di samping itu, sekolah bersama

komite sekolah diberi otonomi menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan

kebutuhan di lapangan.

4. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk

menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang

akseptabel bagi kebutuhan siswa

Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang

dalam Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI)

dan Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), sekolah diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu memungkinkan sekolah

menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling

dibutuhkan siswanya.

5. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan

memberatkan kurang lebih 20%.

KTSP dapat mengurangi beban belajar sebanyak 20% karena materi dalam

KTSP disusun lebih sederhana. Di samping jam pelajaran akan dikurangi


antara 100-200 jam per tahun, bahan ajar yang dianggap memberatkan

siswa pun akan dikurangi. Meskipun terdapat pengurangan jam pelajaran

dan bahan ajar, KTSP tetap memberikan tekanan pada pengembangan

kompetensi siswa.

6. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah

plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan.

Pola kurikulum baru (KTSP) akan memberi angin segar pada sekolah-

sekolah yang menyebut dirinya nasional plus. Sekolah-sekolah swasta

yang kini marak bermunculan itu sejak beberapa tahun terakhir telah

mengembangkan variasi atas kurikulum yang ditetapkan pemerintah.

Sehingga ketika pemerintah kemudian justru mewajibkan adanya

pengayaan dari masing-masing sekolah, sekolah-sekolah plus itu jelas

akan menyambut gembira.

Kekurangan Kurikulum KTSP ;

1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada

kebanyakan satuan pendidikan yang ada.

Pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru dan

sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan

kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan

kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas. Selain

disebabkan oleh rendahnya kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum

lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan

Depdiknas pada tahun 2004, bahwa dari 2,7 juta guru menunjukkan bahwa

ketidaksesuaian ijasah yang mengajar di jenjang pendidikan dasar dan


menengah menunjukkan kecenderungan yang kurang mengembirakan, jika

mengacu pada persyaratan yang ada. Guru SD tercatat 66,11% yang tidak

memiliki ijasah sesuai ketentuan, guru SMP 39,99% , dan guru SMA

sebanyak 34,08%.

2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai

kelengkapan dari pelaksanaan KTSP

Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif

merupakan salah satu syarat yang paling urgen bagi pelaksanaan KTSP.

Sementara kondisi di lapangan menunjukkan masih banyak satuan

pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang

yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP. Banyaknya fasilitas

sekolah yang rusak sampai bangunan yang roboh, menambah panjang

daftar kelemahan implementasi KTSP di lapangan.

3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara

komprehensif baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya

di lapangan

Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan

menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih

belum terlaksana secara menyeluruh. Jika tahapan sosialisasi tidak dapat

tercapai secara menyeluruh, maka pemberlakuan KTSP secara nasional

yang targetnya hendak dicapai paling lambat tahun 2009 tidak

memungkinkan untuk dapat dicapai.

4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam

pelajaran akan berdampak berkurang pendapatan para guru

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan menambah

persoalan di dunia pendidikan. Selain menghadapi ketidaksiapan sekolah


berganti kurikulum, KTSP juga mengancam pendapatan para guru.

Sebagaimana diketahui rekomendasi BSNP terkait pemberlakuan KTSP

tersebut berimplikasi pada pengurangan jumlah jam mengajar. Hal ini

berdampak pada berkurangnya jumlah jam mengajar para guru. Akibatnya,

guru terancam tidak memperoleh tunjangan profesi dan fungsional.

5. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang kurang demokratis dan kurang

profesional berdampak pada kurangnya peran serta masyarakat yang

diwakilkan oleh Dewan/Komite sekolah dalam merumuskan KTSP

Masih rendahnya keikutsertaan masyarakat dalam hal ini dewan/komite

sekolah dalam penyusunan KTSP menyebabkan pengembangan kurikulum

di sekolah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan hingga akhirnya

sekolah meng-copy paste saja dokumen KTSP yang sudah jadi. Al hasil,

penerapan KTSP pun tidak maksimal.

6. Kurangnya pembinaan dan sosialisasi KTSP di tingkat kecamatan

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa sosialisasi KTSP yang

kurang serta pembinaan yang kurang serius di tingkat cabang dinas

pendidikan kecamatan, menyebabkan terhambatnya pemahaman guru

dalam implementasi KTSP di sekolah. Bahkan masih banyak sekolah yang

hingga hari ini dokumen KTSP-nya belum disahkan oleh pejabat yang

berwenang di dinas pendidikan kota.

7. Keterlambatan sosialisasi standar penilaian serta keterlambatan

pencetakan buku rapor siswa berdampak pada kesalahan dalam

penulisan laporan pendidikan siswa (rapor)

Ketika pemerintah menurunkan kebijakan untuk melaksanakan KTSP,

timbul keresahan di sana-sini, khususnya para guru. Hal ini disebabkan

karena pedoman penyususnan dan pengembangan KTSP belum


seluruhnya rampung disiapkan oleh pemerintah, salah satunya adalah

standar penilaian. Keterlambatan sosialisasi penilaian ini menyebabkan

beberapa sekolah salah menuliskan nilai pada buku rapor.

E. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum K-13

Kelebihan Kurikulum K-13

1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap
pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan
hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan,

religi, praktek, sikap dan lain-lain.

3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah


diintegrasikan ke dalam semua program studi.

4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan


pendidikan nasional.

5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap,


ketrampilan, dan pengetahuan.

6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti


pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft

skills dan hard skills, kewirausahaan.

7. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap
terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan

sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

8. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi


seperti sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.

9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.


10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi
profesi, pedagogi, sosial dan personal.

12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran (buku induk)

13. Guru berperan sebagai fasilitator


14. Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
15. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku,
dimana buku sudah disiapkan dari pusat

16. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh


koordinasi dan supervise dari daerah

17. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode


pembelajaran yang lebih bervariasi

18. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi


19. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama
dalam kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-

lain.

Kekurangan Kurikulum K-13

1. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013


guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak

mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum
2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada

kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga

membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir

guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar


merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat

memotivasi siswa agar kreatif.

3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific


4. Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
5. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum
sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya

menjadi plagiat dalam kasus ini.

7. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan


kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa

mempunyai kapasitas yang sama.

8. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil


dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.

9. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap
materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang

kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu.

10. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di
sekolah terlalu lama.

11. Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu
KPPI, IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.

12. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional


13. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
14. Guru tidak tiap dengan perubahan
15. Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan
dan pengetahuan secara holistic.

16. Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang


17. Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
18. Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
19. Tingkat keaktifan siswa belum merata
20. KBM umumnya saat ini mash konvensional
21. Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
22. Menambah beban kerja guru.
23. Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan
kurikulum 2013

24. Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka,
sehingga ada unsur keterpaksaan.

F. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar

Kelebihan Kurikulum Merdeka Belajar

1. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai lebih simple dan intens

Kurikulum Merdeka lebih berfokus pada materi yang esensial dan

pengembangan kompetensi siswa, Pada proses pembelajaran diubah

menjadi lebih menyenangkan, mendalam, dan sederhana.

2. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai lebih bebas dan leluasa

Contohnya pada siswa jenjang SMA nantinya tidak akan ada kelas

peminatan IPA, IPS dan Bahasa. Sehingga siswa bebas memilih mata

pelajaran sesuai bakat dan minatnya masing-masing siswa. Selain itu,

sekolah memiliki wewenang menerapkan dan mengelola kurikulum

pembelajaran sesuai dengan bakat dan minat siswa serta guru dapat

mengajar sesuai perkembangan siswa dalam menerima materi pelajaran.

3. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai relevan dan interaktif

Kurikulum Merdeka Belajar menerapkan proses pembelajaran melalui

kegiatan proyek. Diharapkan dengan proses pembelajaran tersebut dapat


memberikan kesempatan lebih luas pada siswa agar aktif dalam

mengeksplorasi isu-isu aktual yang terjadi saat ini dan dapat mendukung

pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar :

1. Kurikulum Merdeka Belajar dinilai kurang matang dalam

persiapannya

Mengingat Kurikulum Merdeka Belajar ini masih seumur jagung usai

diluncurkan oleh Mendikbudristek beberapa bulan lalu, Kurikulum

Merdeka Belajar ini masih perlu dilakukan pengkajian dan evaluasi yang

lebih mendalam agar efektif dan tepat dalam penerapannya.

2. Sistem pendidikan dan pengajaran yang belum terencana dengan

baik

Pada bagian prosedur pelaksanaan pendidikan dan pengajaran pada

Kurikulum Merdeka Belajar belum membahas tentang upaya peningkatan

kualitas pendidikan di Indonesia sehingga bisa disimpulkan bahwa

Kurikulum Merdeka Belajar belum menuju kepada sistem pendidikan dan

pengajaran yang terencana dengan baik.

3. Kurangnya SDM dan sistem belum terstruktur

Karena Kurikulum Merdeka Belajar ini masih baru pastinya harus

melakukan sosialisasi terlebih dahulu dan memerlukan persiapan yang

matang agar mempunyai sistem yang terstruktur dan sistematis. Selain itu

juga perlu mempersiapkan SDM ( guru/pengajar ) sebagai pelaksana

kurikulum tersebut. 
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Meskipun banyak definisi kurikulum yang satu dengan yang lain saling

berbeda, dikarenakan dasar filsafat yang dianut oleh para penulis berbeda-

beda. Walaupun demikian ada kesamaan satu fungsi, yaitu bahwa

kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum

mengandung sekian banyak unsur konstruktif supaya pembelajaran

berjalan dengan optimal. Sejumlah pakar kurikulum berpendapat bahwa

jantung pendidikan berada pada kurikulum. Baik dan buruknya hasil

pendidikan ditentukan oleh kurikulum, apakah mampu membangun

kesadaran kritis terhadap peserta didik ataukah tidak. Dengan demikian,

kurikulum memegang peran penting bagi keberhasilan sebuah pendidikan

dan bagi peserta didik.

Sesuai dengan perkembangan dan ilmu pengetahuan sebaiknya kurikulum

disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kurikulum perlu

dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang

terjadi di masyarakat. Perubahan kurikulum harus mengacu pada sumber

hukum yaitu pancasila dan Undang-undang dasar 1945.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, J. (2017, April 26). JUMAL AHMAD Islamic Character Development.

Retrieved from ahmadbinhambal.com:

https://ahmadbinhanbal.com/tentang-ktsp-permasalahan-kelebihan-

kekurangan-dan-tantangannya/

Ansyari, I. (2017, Februari 1). Learnmine. Retrieved from

Learnmine.blogspot.com:

https://learnmine.blogspot.com/2017/02/makalah-kurikulum-

pendidikan.html

Elisa, E. (2021, June 12). Edu Channel. Retrieved from educhannel.id:

https://educhannel.id/blog/artikel/pengertian-kurikulum-2013.html

Elisa, E. (2021, Juni 8). educhannel.id. Retrieved Oktober 14, 2022, from

https://educhannel.id/blog/artikel/kurikulum-2006-(ktsp).html

Saputra, B. R. (2022, Juni 5). Kompasiana. Retrieved from

www.kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/bagasryandia/629cab3ddf66a74de87fa772/i

nilah-kelebihan-dan-kekurangan-kurikulum-merdeka-belajar

Anda mungkin juga menyukai