Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
i
Puji dan Syukur Penyusun panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik yang membangun dari pembaca
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan .................................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemampuan yang dikembangkan (UU No 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1 Ayat 8).
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) (UU No 20 Tahun 2003 Bab I,
Pasal 17 Ayat 1 dan 2). Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan sekolah dasar merupakan lembaga yang dikelola dan diatur oleh
formal berlangsung selama 6 tahun mulai dari kelas 1 samapi kelas 6 untuk anak
sekolah dasar diseluruh Indonesia. Maksud dan tujuannya agar anak Indonesia
1
menjadi seorang individu yang telah diamanatkan atau yang sudah dicita-citakan
sikap dan ketrampilan bagi peserta didik. Pendidikan dasar inilah yang selanjutnya
dikembangkan untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Bahkan orang tua peserta
tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Ketiga aspek ini
merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama karena ketiga aspek
tersebut merupakan hal yang hakiki dalam kehidupan. Ketiganya adalah rangkaian
proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. Sama halnya
dengan sekolah dasar, sekolah dasar islam mempunyai arti yang sama namun sekolah
Di sekolah dasar maupun sekolah dasar islam peserta didik mengalami proses
yang telah berusia tujuh tahun dengan alasan anak usia tersebut mempunyai tingkat
keterampilan bagi peserta didik serta lebih mempunyai nilai religius dalam dirinya.
2
Beranjak dari hal tersebut, Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan
Tinggi Umum (PTU) merupakan kelanjutan dari pengajaran yang diterima oleh
peserta didik mulai dari Tingkat Dasar, Sekolah Menegah Pertama dan Atas. Namun
berbagai persoalan muncul dalam proses pembelajaran PAI. Materi yang diajarkan
boleh dikatakan sama secara nasional. Banyaknya materi ajar dan kurang
adalah mata kuliah “wajib lulus” ini seakan berubah menjadi “wajib diluluskan”
karena kalau tidak lulus akan menjadi hambatan bagi mata kuliah di atasnya. Secara
sederhana bisa juga dikatakanbahwa mahasiswa “wajib lulus” dan sang dosen “wajib
meluluskan”.
Tentu ini menjadi masalah yang cukup serius. Sepanjang yang saya ketahui,
sudah sering dilakukan upaya peningkatan mutu PAI di PTU, baik bagi staf
selalu terkendala dilapangan oleh berbagai faktor, misalnya staf pengajar yang belum
ditetapkan secara nasional sering kali membuat staf pengajar tidak mampu melakukan
pengetahuan, perlu berbagai upaya untuk untuk mengoptimalkan buku IDI (Islam dan
3
Disiplin Ilmu), perlu pengembangan PAI melalui pendekatan ilmu yang ditekuni oleh
Untukmahasiswa Politeknik, hal ini dirasakan masih belum memadai dan perlu
dikembangkan.
sebagai guidance dan dasar para peserta didik agar berpengetahuan keagamaan dan
yang disebut dengan ayat-ayat kauniyah. Ayat-ayat kauniyah itu dalam aktualisasinya
Dalam ayat-ayat kauniyah itu terdapat ketentuan Allah yang berlaku sepenuhnya bagi
alam semesta dan melahirkan ketertiban hubungan antara benda-benda yang ada di
alam raya.
B. Rumusan Masalah
Sekolah Umum?
Perguruan Tinggi?
C. Tujuan Penulisan
4
2. Untuk Mengetahui Pandangan Pemenrintah Terhadap Pendidikan Islam Di
Perguruan Tinggi
5
BAB II
PEMBAHASAN
Umum
mencapai tujuan hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan yang baik seharusnya
beriorentasi kemasa yang akan datang, sebab peserta didik sekarang merupakan
gambaran bangsa yang akan datang. Oleh karena itu pendidikan diharapkan mampu
menjadikan peserta didik siap dan tangguh dalam menghadapi tantangan hidup
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia serta keterampilan yang
pendidikan merupaka suatu proses belajar yang terus menerus terhadap nilai-nilai
pada diri anak didik secara optimal, untuk menjalankan tugas di muka bumi ini
6
bingkai ajaran Islam pada semua aspek kehidupan. Dengan kata lain proses
penyiapan generasi muda atau peserta didik untuk mengisi peranan, memindahkan pe
ngetahuan dan nilai-nilai islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
satu unsur penting dari tujuan pendidikan nasional adalah “untuk berkembangnya
potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia.” Ketentuan ini berarti bahwa secara konseptual, asas
Ketuhanan Yang Maha Esa untuk menciptakan manusia yang beriman harus
menjiwai dan menjadi dasar dalam semua aspek dan kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan di Indonesia.
Isi surat tersebut mengenai penyerahan sebagian kewenangan yang ada pada
Menteri Agama dalam bidang pendidikan agama dan keagamaan kepada Pemerintah
Daerah. Tanggapan atas surat tersebut termasuk internal Depag sendiri beragam, ada
yang ingin penyerahan tersebut dalam rangka dekonsentrasi bukan desentralisasi, ada
yang ingin adanya dinas perguruan agama Islam di tiap Kabupaten/ Kota dan
sebagainya. Tanggapan Pemda kabupaten/ Kota juga beragam; ada yang menerima
namun ada juga yang menolak. Kondisi riil sampai saat ini ternyata madrasah yang
selama ini dikelola oleh Kementerian Agama masih tetap dan setia untuk dikelola dan
7
B. Pandangan Pemenrintah Terhadap Pendidikan Islam Di Perguruan Tinggi
kelanjutan dari pengajaran yang diterima oleh peserta didik mulai dari Tingkat Dasar,
Sekolah Menegah Pertama dan Atas. Namun berbagai persoalan muncul dalam proses
pembelajaran PAI. Materi yang diajarkan boleh dikatakan sama secara nasional.
ditambah lagi dengan alokasi waktu yang kurang memadai, menjadikan peserta didik
muncul di kalangan mahasiswa adalah mata kuliah “wajib lulus” ini seakan berubah
menjadi “wajib diluluskan” karena kalau tidak lulus akan menjadi hambatan bagi
pendidikan agama di sini adalah sebagai suatu program studi yang menanamkan nilai-
nilai agama melaui proses pembelajaran, dikemas dalam bentuk matapelajaran atau
matakuliah, yang diberi nama Pendidikan Agama Sebagai mata pelajaran wajib di
sekolah, pendidikan agama memiliki kurikulum yang dirancang sesuai dengan sistem
pendidikan tinggi, matakuliah pendidikan agama Islam merupakan mata kuliah wajib
diikuti oleh semua mahasiswa yang beragama Islam di seluruh perguruan tinggi
umum, disetiap jurusan, program dan jenjang pendidikan, baik di perguruan tinggi
8
negeri maupun di swasta. Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah memandang
harapan bahwa mahasiswa kelak akan menjadi ilmuwan yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt., mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia.
(PAI) di Perguruan Tinggi Umum (PTU) yang mendidik dan dialogis serta efektif,
sebagai panduan bagi pendidik dalam mengembangkan substansi kajian yang lebih
diantara mata kuliah yang termasuk MPK adalah matakuliah PAI. Pada prinsipnya
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
menentukan isi kurikulum pendidikan agama, pengangkatan guru agama (dulu pernah
agama dan penentuan jumlah jam pelajaran agama disrahkan kepada Depdiknas.
belajar, menyediakan dana operasional dan gaji pegawai, membina pegawai yang ada
mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri dengan/ untuk merespon UU nomor 22
tahun 1999.
Sebagai bagian dari kurikulum inti perguruan tinggi, mata kuliah PAI tentu
tidak lepas dari kontrol Pemerintah. Kurikulum PAI, dengan demikian, tidak bisa
lepas dari kepentingan politik yang sedang berkembang pada saat mana kurikulum itu
pemerintahan, akan berimplikasi pada muatan kurikulum PAI itu sendiri. Pada masa
Orde Baru, PAI di Perguruan Tinggi Umum berorientasi murni pada konsep-konsep
dasar ajaran Islam normatif. Domain pembahasannya meliputi tiga pilar utama ajaran
Islam, yakni akidah, syariah, dan akhlak. Inilah yang dijabarkan dalam kurikulum
PAI di PTU.
10
DAFTAR PUSTAKA
11