Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG

“PANDANGAN PEMERINTAH TERHADAP PENDIDIKAN


ISLAM DI SEKOLAH UMUM DAN PANDANGAN
PEMERINTAH TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DI
PERGURUAN TINGGI”

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STIT SYAMSUL MA’ARIF BONTANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

KATA PENGANTAR

i
Puji dan Syukur Penyusun panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun

makalah ini tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan

hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.

Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya

mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik yang membangun dari pembaca

sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata,

semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan

manfaat.

Bontang, 20 Juli 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pandangan Pemerintah Terhadap Pendidikan Pendidikan


Islam Di Sekolah Umum............................................................ 6
B. Pandangan Pemenrintah Terhadap Pendidikan Islam Di
Perguruan Tinggi....................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan .................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan (UU No 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1 Ayat 8).

Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) (UU No 20 Tahun 2003 Bab I,

Pasal 17 Ayat 1 dan 2). Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan

menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA).

Pendidikan sekolah dasar merupakan lembaga yang dikelola dan diatur oleh

pemerintah yang bergerak dibidang pendidikan yang mana diselenggarakan secara

formal berlangsung selama 6 tahun mulai dari kelas 1 samapi kelas 6 untuk anak

sekolah dasar diseluruh Indonesia. Maksud dan tujuannya agar anak Indonesia

1
menjadi seorang individu yang telah diamanatkan atau yang sudah dicita-citakan

dalam UUD 1945.

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan,

sikap dan ketrampilan bagi peserta didik. Pendidikan dasar inilah yang selanjutnya

dikembangkan untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Bahkan orang tua peserta

didik seharusnya memahami, supaya dapat mengiringi perkembangan pendidikan

putra-putrinya. Pengertian sekolah dasar dapat dikatakan sebagai kegiatan mendasari

tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Ketiga aspek ini

merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama karena ketiga aspek

tersebut merupakan hal yang hakiki dalam kehidupan. Ketiganya adalah rangkaian

yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di

Indonesia. Sekolah dasar merupakan institusi pendidikan yang menyelenggarakan

proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. Sama halnya

dengan sekolah dasar, sekolah dasar islam mempunyai arti yang sama namun sekolah

dasar islam lebih menekankan pada nilai agama.

Di sekolah dasar maupun sekolah dasar islam peserta didik mengalami proses

pendidikan dan pembelajaran. Sekolah dasar ini, diselenggarakan untuk anak-anak

yang telah berusia tujuh tahun dengan alasan anak usia tersebut mempunyai tingkat

pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya. Penyelenggaraan

pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan dasar pengetahuan,sikap dan

keterampilan bagi peserta didik serta lebih mempunyai nilai religius dalam dirinya.

2
Beranjak dari hal tersebut, Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan

Tinggi Umum (PTU) merupakan kelanjutan dari pengajaran yang diterima oleh

peserta didik mulai dari Tingkat Dasar, Sekolah Menegah Pertama dan Atas. Namun

berbagai persoalan muncul dalam proses pembelajaran PAI. Materi yang diajarkan

boleh dikatakan sama secara nasional. Banyaknya materi ajar dan kurang

berfariasinya pengajar dalam menyampaikannya, ditambah lagi dengan alokasi waktu

yang kurang memadai, menjadikan peserta didik (mahasiswa) kurang bergairah

dalam menyerap perkuliahan. Kesan yang sering muncul di kalangan mahasiswa

adalah mata kuliah “wajib lulus” ini seakan berubah menjadi “wajib diluluskan”

karena kalau tidak lulus akan menjadi hambatan bagi mata kuliah di atasnya. Secara

sederhana bisa juga dikatakanbahwa mahasiswa “wajib lulus” dan sang dosen “wajib

meluluskan”.

Tentu ini menjadi masalah yang cukup serius. Sepanjang yang saya ketahui,

sudah sering dilakukan upaya peningkatan mutu PAI di PTU, baik bagi staf

pengajarnya, materi kurikulum dan usulan penambahan jumlah SKSnya. Namun

selalu terkendala dilapangan oleh berbagai faktor, misalnya staf pengajar yang belum

seragam dalam pendekatan pembelajaran PAI karena perbedaan latar belakang

disiplin ilmu masing-masing dalam bidang keagamaan. Materi kurikulum yang

ditetapkan secara nasional sering kali membuat staf pengajar tidak mampu melakukan

improfisasi sehingga tidak jarang kelas menjadi monoton.

Melihat perubahan pola pikir mahasiswa dan berkembangnya ilmu

pengetahuan, perlu berbagai upaya untuk untuk mengoptimalkan buku IDI (Islam dan

3
Disiplin Ilmu), perlu pengembangan PAI melalui pendekatan ilmu yang ditekuni oleh

masing-masing program studi mahasiswa dengan melihat masing-masing sub pokok

bahasan melalui disiplin ilmu tertentu sebagai pengayaan PAI di PTU.

Untukmahasiswa Politeknik, hal ini dirasakan masih belum memadai dan perlu

dikembangkan.

Pendidikan agama merupakan upaya sadar untuk menaati ketentuan Allah

sebagai guidance dan dasar para peserta didik agar berpengetahuan keagamaan dan

handal dalam menjalankan ketentuan-ketentuan Allah secara keseluruhan. Sebagian

dari ketentuan-ketentuan Allah itu adalah memahami hukum-hukum-Nya di bumi ini

yang disebut dengan ayat-ayat kauniyah. Ayat-ayat kauniyah itu dalam aktualisasinya

akan bermakna Sunanatullah (hukum-hukum Tuhan) yang terdapat di alam semesta.

Dalam ayat-ayat kauniyah itu terdapat ketentuan Allah yang berlaku sepenuhnya bagi

alam semesta dan melahirkan ketertiban hubungan antara benda-benda yang ada di

alam raya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pandangan Pemerintah Terhadap Pendidikan Pendidikan Islam Di

Sekolah Umum?

2. Bagaimana Pandangan Pemenrintah Terhadap Pendidikan Islam Di

Perguruan Tinggi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pandangan Pemerintah Terhadap Pendidikan Pendidikan

Islam Di Sekolah Umum

4
2. Untuk Mengetahui Pandangan Pemenrintah Terhadap Pendidikan Islam Di

Perguruan Tinggi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan Pemerintah Terhadap Pendidikan Pendidikan Islam Di Sekolah

Umum

Pendidkan merupakan proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam

mencapai tujuan hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan yang baik seharusnya

beriorentasi kemasa yang akan datang, sebab peserta didik sekarang merupakan

gambaran bangsa yang akan datang. Oleh karena itu pendidikan diharapkan mampu

menjadikan peserta didik siap dan tangguh dalam menghadapi tantangan hidup

kedepannya. Selaras dengan pengertian tersebut pendidikan yang dirumuskan dalam

Undang-undang sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1, bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Maka dengan demikian

pendidikan merupaka suatu proses belajar yang terus menerus terhadap nilai-nilai

budaya dan cita-cita masyarakat, mengembangkan potensi peserta didik semaksimal

dan sebaik mungkin agar bisa mengatasi segala tantangan zaman.

Pendidikan Islam adalah suatu proses yang sangat komprehensif,

disusunsecara sistematis, terencana. dalam upaya mengembangkan potensi yang ada

pada diri anak didik secara optimal, untuk menjalankan tugas di muka bumi ini

dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai ilaihiyah yang didasarkan dengan

6
bingkai ajaran Islam pada semua aspek kehidupan. Dengan kata lain proses

penyiapan generasi muda atau peserta didik untuk mengisi peranan, memindahkan pe

ngetahuan dan nilai-nilai islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk

beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun2003 pasal 1 tentang Sistem

Pendidikan Nasionalmenetapkan bahwa: “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Kemudian salah

satu unsur penting dari tujuan pendidikan nasional adalah “untuk berkembangnya

potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia.” Ketentuan ini berarti bahwa secara konseptual, asas

Ketuhanan Yang Maha Esa untuk menciptakan manusia yang beriman harus

menjiwai dan menjadi dasar dalam semua aspek dan kegiatan pendidikan yang

dilaksanakan di Indonesia.

Isi surat tersebut mengenai penyerahan sebagian kewenangan yang ada pada

Menteri Agama dalam bidang pendidikan agama dan keagamaan kepada Pemerintah

Daerah. Tanggapan atas surat tersebut termasuk internal Depag sendiri beragam, ada

yang ingin penyerahan tersebut dalam rangka dekonsentrasi bukan desentralisasi, ada

yang ingin adanya dinas perguruan agama Islam di tiap Kabupaten/ Kota dan

sebagainya. Tanggapan Pemda kabupaten/ Kota juga beragam; ada yang menerima

namun ada juga yang menolak. Kondisi riil sampai saat ini ternyata madrasah yang

selama ini dikelola oleh Kementerian Agama masih tetap dan setia untuk dikelola dan

dibina oleh Kementerian Agama.

7
B. Pandangan Pemenrintah Terhadap Pendidikan Islam Di Perguruan Tinggi

Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi Umum (PTU) merupakan

kelanjutan dari pengajaran yang diterima oleh peserta didik mulai dari Tingkat Dasar,

Sekolah Menegah Pertama dan Atas. Namun berbagai persoalan muncul dalam proses

pembelajaran PAI. Materi yang diajarkan boleh dikatakan sama secara nasional.

Banyaknya materi ajar dan kurang berfariasinya pengajar dalam menyampaikannya,

ditambah lagi dengan alokasi waktu yang kurang memadai, menjadikan peserta didik

(mahasiswa) kurang bergairah dalam menyerap perkuliahan. Kesan yang sering

muncul di kalangan mahasiswa adalah mata kuliah “wajib lulus” ini seakan berubah

menjadi “wajib diluluskan” karena kalau tidak lulus akan menjadi hambatan bagi

mata kuliah di atasnya. Secara sederhana bisa juga dikatakanbahwa mahasiswa

“wajib lulus” dan sang dosen “wajib meluluskan”.

Berdasar dari definisi Pendidikan secara umum, yang dimaksud dengan

pendidikan agama di sini adalah sebagai suatu program studi yang menanamkan nilai-

nilai agama melaui proses pembelajaran, dikemas dalam bentuk matapelajaran atau

matakuliah, yang diberi nama Pendidikan Agama Sebagai mata pelajaran wajib di

sekolah, pendidikan agama memiliki kurikulum yang dirancang sesuai dengan sistem

pendidikan yang berlaku di satu tempat. Dalam struktur kurikulum nasional

pendidikan tinggi, matakuliah pendidikan agama Islam merupakan mata kuliah wajib

diikuti oleh semua mahasiswa yang beragama Islam di seluruh perguruan tinggi

umum, disetiap jurusan, program dan jenjang pendidikan, baik di perguruan tinggi

8
negeri maupun di swasta. Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah memandang

penting pendidikan agama diajarkan di perguruan tinggi umum.

Misi utamanya adalah membina kepribadian mahasiswa secara utuh dengan

harapan bahwa mahasiswa kelak akan menjadi ilmuwan yang beriman dan bertakwa

kepada Allah Swt., mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia.

Untuk memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) di Perguruan Tinggi Umum (PTU) yang mendidik dan dialogis serta efektif,

efisien, dan menarik dalam rangka meningkatkan keprofesionalan pendidik, serta

sebagai panduan bagi pendidik dalam mengembangkan substansi kajian yang lebih

kontekstual, mutakhir, dan diminati, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

menetapkan rambu-rambu pelaksanaan kelompok Matakuliah Pengembangan

Kepribadian (MPK) melalui surat Keputusan Nomor : 38/DIKTI/Kep/2002 dan

diantara mata kuliah yang termasuk MPK adalah matakuliah PAI. Pada prinsipnya

rambu-rambu tersebut merupakan standarisasi PAI di PTU. Rambu-rambu tersebut

dikembangkan lebih lanjut melalui keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,

Nomor :43/DIKTI/Kep/2006, dan selanjutnya dikembangkan lebih lanjut oleh Tim

Pengembangan PAI di DIKTI, yaitu dengan disusunnya acuan Pembelajaran MPK

PAI Tahun 2007.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan agama di sekolah umum yang dilakukan adalah seperti

menentukan isi kurikulum pendidikan agama, pengangkatan guru agama (dulu pernah

diserahkan pada Depdikbud/Depdiknas), pelatihan guru agama. Penempatan guru

agama dan penentuan jumlah jam pelajaran agama disrahkan kepada Depdiknas.

Madrasah terutama madrasah negeri wewenang Kementerian Agama adalah

menetapkan kurikulum termasuk alokasi waktunya, menyediakan gedung dan fasilitas

belajar, menyediakan dana operasional dan gaji pegawai, membina pegawai yang ada

dimadrasah tersebut, termasuk pembinaan kepala madrasah. Menteri Agama pernah

mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri dengan/ untuk merespon UU nomor 22

tahun 1999.

Sebagai bagian dari kurikulum inti perguruan tinggi, mata kuliah PAI tentu

tidak lepas dari kontrol Pemerintah. Kurikulum PAI, dengan demikian, tidak bisa

lepas dari kepentingan politik yang sedang berkembang pada saat mana kurikulum itu

diberlakukan. Sehingga, perbedaan orientasi, visi dan misi sebuah rezim

pemerintahan, akan berimplikasi pada muatan kurikulum PAI itu sendiri. Pada masa

Orde Baru, PAI di Perguruan Tinggi Umum berorientasi murni pada konsep-konsep

dasar ajaran Islam normatif. Domain pembahasannya meliputi tiga pilar utama ajaran

Islam, yakni akidah, syariah, dan akhlak. Inilah yang dijabarkan dalam kurikulum

PAI di PTU.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chintami. 2009. Pengertian SD dalam http://chintami.students.uii.ac.id

Nanang Budianto, Jurnal Pengembangan Sistem Pendidikan Agama Islam Pada

Perguruan Tinggi Umum, (Vol 7, Nomor 1: Maret, 2016), h.99-102.

Soleha dan Rada. 2012. Ilmu Pendidikan Islam , Bandung: Alfabeta.

Sudiyanto, 2010, Model Pendidikan Islam Terpadu, Yogyakarta: Yayasan SAF.

11

Anda mungkin juga menyukai