Dosen Pengampu :
…..
Oleh Kelompok 9
1. Muhammad Rafi Akbar
2. Eko Cahyo Purnomo
3. Febby Febi
4. Nurbina
5. Widad
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dalam
penulisan makalah yang berjudul “Peningkatan Mutu Berkelanjutan
Manajemen”
Penulis juga berterima kasih kepada Bapak …. selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Manajemen Mutu Terpadu. Kami berharap makalah ini dapat menjadi
acuan dan pembelajaran bagi siapapun yang membacanya. Kami juga berharap
makalah ini bermanfaat bagi orang banyak terutama yang berminat dalam ilmu
administrasi.
Makassar,
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
B. Konsep Mutu.................................................................................................2
C. Struktur PMB..................................................................................................3
G. Identifikasi PMB.............................................................................................7
A. Kesimpulan.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan paradigma ilmiah, pendekatan upaya
peningkatan mutu juga mengalami evolusipanjang mulai dari quality
control (QC) hingga peningkatan mutu berkelanjutn dan total quality
management (TQM). Konsep peningkatan mutu berkelanjutan
dipopulerkanoleh Edward Deming yang dikenal dengan siklus PDCA
(Plan do Check Action). Lahirnya statistic memunculkanpenggunaan
statistic untuk mengendalikan standar mutu yang kemudian dikenal
sebagai statistical process control oleh Shewhart yang kemudian
disempurnakan oleh Deming dan diaplikasikan di Jepang. Konsep
peningkatan berkelanjutan yang pertama dikembangkan Shewhart berasal
dari siklus proses industry dengan tiga tahap. Shewhart model terdiri dari
spesifikasi,produksi,dan diakhiri dengan inspeksi yang kemudian
dikembangkan sebagai satu siklus berkelanjutan dan bukan tiga tahapan
sebagai garis.
Konsep TQM berarti manajemen mutu total atau manajemen mutu
terpadu merupakan gabungan dari jaminan muru dan peningkatan mutu
berkelanjutan. Berdasarkan konsep ini mutu pada dasarnya adalah mutu
yang memenuhi persyaratan dan harus senantiasa diperbaiki atau
ditingkatkan sesuai dengan permintaan pelanggan. Menurut Sallis (2005)
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau Total Quality Management
(TQM) adalah manajemen yang mencakup falsafah dan metode yang
membantu organisasi memanaj perubahan dan mengatur agenda
peningkatan mutu produk atau jasa yang mereka hasilkan/tawarkan untuk
menjawab tuntutan pelanggan. Falsafah MMT adalah peningkatan mutu
secara bertahap dan berkesinambungan (incremental continuous quality
1
improvement) untuk memenuhi atau bahkan melampaui tuntutan mutu dari
pelanggan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Peningkatan mutu berkelanjutan?
2. Bagaimana konsep mutu dalam berkelanjutan?
3. Bagaimana struktur dalam peningkatan mutu berkelanjutan?
4. Apa Peran Manager dalam peningkatan mutu berkelanjutan?
5.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Konsep Mutu
1. Mutu sebagai sebuah konsep yang absolut
Dalam definisi yang absolut, suatu mutu merupakan bagian standar
yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk-produk yang
bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya
yang mahal. Hal yang demikian menjadikan langka dan mahal sebagai
sebagai sebuah ukuran dalam definisi mutu. Mutu dalam pandangan ini
digunakan untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi, dan
kepemilikan terhadap barang yang memiliki mutu akan membuat pemilik
merasa berbeda dari orang lain yang tidak mampu memilikinya.
C. Struktur PMB
PMB tidak terjadi secara begitu saja, harus diupayakan secara sistematis,
bertahap dan harus terstruktur dengan benar. Upaya ini mencakup tahapan berikut.
4
memahami dan setuju tanggung jawab dewan. Salah satu yang harus
diutamakan adalah merumuskan deskripsi tanggung jawab dewan dan
ditanda tangani oleh pimpinan penanggung jawab pelaksanaan organisasi
(CEO). Menurut Goetsch dan Davis (1994, 437), berikut beberapa
tanggung jawab penting yang harus melekat pada dewan.
5
2. Menentukan dan melaksanakan pemecahan masalah yang paling efektif
dan efisien
3. Mengevaluasi ulang, menentukan standar baru dan pemamtapan proses.
6
Pendekatan Ilmiah adalah pengambilan keputusan berbasis data, merunut akar
masalah, dan mencari solusi permanen bukan sekedar menghilangkan gejala yang
nampak saja. Dalam penerapan di bidang pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar di kelas, istilah“solusi permanen” jelas tidak tepat. Hal ini disebabkan
karena siswa adalah individu yang hidup, dinamis, dan unik satu sama lain punya
potensi, keinginan dan minat, dan lingkungan yang berbeda-beda sehingga
solusinya tentu beragam sesuai dengan keunikan masing-masing siswa. Namun
demikian anjuran-anjuran untuk pengambilan kebijakan berbasis data mencari
akar masalah, dan memilih solusi yang efektif mengatasi masalah yang sesuai
dengan karakter setiap siswa dan bukan hanya sekedar mengatasi gejalanya saja
tentu sangat relevan. Secara ringkas pendekatan ilmiah mencakup empat tahapan
berikut.
a. Kumpulkan data yang relevan. Data yang terkumpul adalah data yang
relevan dan akurat terbebas dari salah. Data yang salah tentu akan
menyebabkan keputusan yang salah. Untuk itu sebelum pengumpulan
data, tentukan jenis data apa yang sebenarnya diperlukan dan seberapa
luas cakupannya, dimana data itu berada, bagaimana
mengumpulkannya, bagaimana tau bahwa data itu akurat, dan
bagaimana data itu akan dianalisis.
b. Indentifikasi akar masalah. Banyak organisasi merespons masalah
dengan hanya mengatasi gejalanya saja bukan solusi terhadap akar
masalah sehingga masalahnya masih terus berulang muncul lagi.
c. Tentukan solusi yang tepat Dengan pendekatan ilmiah solusi yang
diperoleh bukanlah asumsi, dan bukan juga intuisi. Kumpulkan data
yang relevan, pastikan datanya akurat, analisis dan identifikasi akar
masalah, dan tentukan solusi yang cocok untuk masalah yang dikaji.
d. Rencanakan dan lakukan peningkatan mutu. Banyak keputusan diambil
secara konvensional. Dalam pendekatan mutu total diajarkan
melakukan perencanaan secara cermat dan dilakukan secara kesadaran
bukan untuk formalitas atau rutinitas. Perencanaan memaksa orang
7
melihat kedepan, mengantisipasi kebutuhan dan sumberdaya apa yang
tersedia, antisipasi masalah dan bagaimana mengatasinya.
8
1. Memelihara komunikasi adalah kegiatan penting untuk peningkatan mutu.
Komunikasi antara anggota dalam tim dan antar tim adalah suatu
keharusan. Kumunikasi sebelum, selama proses, dan sesudah kegiatan
peningkatan mutu. Semua orang yang terlibat demikian pula semua
individu dan institusi yang terkene dampak dari perencanaan peningkatan
mutu sebaiknya mengetahui apa yang sedang dikerjakan, mengapa, dan
bagaimana perencanaan tersebut akan memepengaruhinya.
2. Penentuan sumber masalah. Kita sering tergesa-gesa menentukan sumber
masalah adalah apa yang kita lihat atau gejalanya bukan sumber masalah
yang sesungguhnya. Ini hal yang sulit jika kita bekerjasama dengan orang
atau kelompok yang sering mementukan sumber masalah dengan hanya
sampai pada gejalanya saja, ibarat seperti pemadam kebakaran yang
penting apinya . Langkah yang penting berikutnya justru mencari sumber
kebakaran tersebut. .
3. Koreksi sumber masalah. Sumber masalah proses untuk menghasilkan
produk yang bermutu umumnya tidak diketahui dan terlihat dengan jelas.
Untuk mengetahui sumber masalah sering memerlukan studi yang cukup
lama. Inilah kasus pada umumnya, untuk itulah studi ilmiah (pengumpulan
data, analisis, dan kesimpulan) adalah penting dalam seting TQM. Dalam
keadaan tertentu problem harus diselesaikan secepat mungkin.
4. Dokumenkan masalah dan pemecahannya. Sangat tidak efisien waktu,
biaya, dan tenaga bila suatu institusi dari waktu ke waktu selalu masih
mencari solusi untuk masalah yang sama . Hal ini dapat terjadi karena
institusi tersebut tidak punya dokumen tantang masalah dan cara
penyelesaiannya. Untuk itu dibiasakan mencatat apa yang dikerjakan dan
kerjakan apa yang dicatat sesuai dengan anjuran seorang Guru Mutu yaitu
Deming.
5. Monitor hasil perubahan. Sebaik apapun masalah dikaji dan dirumuskan
solusi pemecahannya, namun dapat jadi solusi tersebut hanya
menyelesaikan sebagaian, tidak seluruh masalah. Untuk itu perlu
9
memonitor pelaksanaan dan hasil solusinya. Aktivitas ini penting untuk
terlepas dari hasilnya penuh berhasil atau sebagain saja.
G. Identifikasi PMB
10
Lokus masalah artinya dimana lokasi/tempat terjadi masalahnya, kapan
terjadinya, dan bagaimana frekuensi terjadinya. Penting mengetahui
dimana lokasi masalah sebelum memencoba menyelesaikannya.
11
yang dicapai dengan dan menginspirasi karyawan/guru dengan
menetapkan standard an mengartikulasikan visi perusahaan.
Karywawan yang bermasalah dengan sikapnya, misal sering tidak
masuk kantor, tidak baik kinerjanya tidak menganggap mereka adalah
sumber masalah tetapi karena sistem organisasi yang ada di organisasi.
Penentuan standar bukan untuk mengukur/membangingkan kinerja
karyawan terhadap standar tersebut tetapi lebih pada sebagai rujukan
manajer mengkomunikasikan visi dan tujuan organisasin kepada
karyawan. Demikian pula standar dirumuskan tidak asal, tetapi
berdasarkan pada inputs pelangga/klien eksternal dan internal dan
disesuaikan dengan kemampuan karyawan dan sumberdaya yang
tersedia atau terjangkau oleh organisasi.
2. Pengukuran Kinerja.
Hal ini berarti menentukan alat ukur seperti pendekatan tradisional,
selanjutnya malakukan pengumpulan data kinerja yang akan diukur.
3. Melakukan Studi atau Analisis.
Setelah data kinerja terkumpul dari tahapan sebelumnya, dianalisis
dengan alat statistik sederhana untuk menemukan akar masalahnya.
Tidak seperti manajemen tradisional, sesudah manajer mendapatkan
informasi kesenjangan kinerja, mereka langsung menebak bahkan
memutuskan akar permasalahannya. Hasil perbandingan kinerja
karyawan dengan standar, bila terjadi gap maka tidak dipakai untuk
menyalahkan karyawa, menghakimi, apalagi sampai memberikan
sanksi. Bilamini terjadi, maka karyawan cenderung akan berbohong dan
merespons asal bapak senang (ABS). Kesenjangan kinerja karyawan,
bila ada, dipakai sebagai referensi untuk menyediakan penguatan bagi
karyawan tersebut yang dapat berupa workshop, pelatihan, atau bentuk
fasilitasi lainnya. Juga kesenjangan yang ada.
4. Aksi/Tindakan.
Pada tahap ini adalah melakukan ntindakan koreksi setelah mengetahui
akar masalah dari tindakan di tahapan ke tiga di atas dan mendapatkan
12
masukan dari klien. Sesuai Gambar 8a.3 di atas dimana rantai produksi
terdiri dari empat blok (input, proses, output, dan penilaian pelanggan)
maka tindakan koreksi sebagai upaya pengendalian perlu dilakukan
pada tahapan emplat blok di atas.
13
produk/jasa menjadi dua kali lipat. Itulah pentingnya motto “do it right the
first time” dengan melakukan kontrol awal dan kontrol pengerjaan untuk
memastikan tahap input dan proses berlangsung sesuai rencana.
Kontrol produk rusak yang ada di klien (damage control) adalah upaya
yang perlu dikukan manakala produk gagal sampai terjadi di tangan
pelanggan. Manager harus melakukan tindakan atas nama institusi yang
dapat berupa, antara lain permintaan maaf, penukaran barang, penawaran
jasa ulang, dan janji untuk tidak terulang lagi di masa datang. Bentuk lain
dari kontrol kerusakan ini adalah, misalnya jaminan servis dan
penggantian suku cadang gratis selama 3 tahun/30.000 km dari waktu
pembelian. Contoh lain, untuk jasa Pelibatan dan Pemberdayaan Terpadu
boga /restoran pembeli tidak perlu membayar apabila makanan yang
disajikan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan.
Tidak ada satu strategi yang dapat cocok untuk bergagai karakter
institusi dalam meningkatan mutu secara berkelanjutan . Setiap institusi
memerlukan strategi pesifik sesuai dengan karakteristiknya, namun demikian
Goetsch dan Davis (1994, 443) menyebutkan tujuh strategi umum dalam PMB
sebagai diilustrasikan dalam Gambar berikut.
14
Berikut penjelasan dari tujuh kegiatan dari peningkatan mutu.
15
distandarkan. Tahapan dalam membakukan standar proses adalah
mencakup hahal berikut.
3. Eliminasi kesalahan proses. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengidentifikasi kesalahan yang umumnya terjadi pada tahapan proses
dan kemudian hilangkan kesalahan tersebut.
4. Rapikan prosedur proses. Kegiatan ini dilakukan untuk merampingkan
prosedur proses. Kegiatan merampingkan ini dapat dikerjakan dengan
cara, antara lain mengurangi/me rampingkan prosedur
pengarsipan/pencatatan yang tidak perlu, mengurangi waktu siklus, dan
menghilangkan langkah-langkah yang tidak perlu.
5. Elimininasi Variasi. Dalam kegiatan ini kita harus mengidentifikasi akar
masalahnya dan hal ini dapat berasal dari karyawan/guru pelaku
produksi/proses belajar mengajar, permesinan, alat bantu, material/siswa,
kondisi tempat kerja/kelas. Perbedaan kemampuan karyawan/guru
bersumber pada kapasitas/kemampuan sehingga eliminasinya dengan cara
pelatihan, workshop dan sejenisnya. Untuk alat bantu/mesin tergantung
dari kecanggihan, kepraktisan dan solusinya umumnya updating dan
pemeliharaan.
6. Gunakan alat statistik sederhana. Kumpulkan data dan informasi
selanjutnya gunakan alat statistik sederhana untuk meyakinkan bahwa
eliminasi akar masalah pada kegiatan tahap kelima di atas telah efektif
meminimalkan akar masalah.
7. Perbaiki Perencanaan. Dari sederetan kegiatan di atas (1-5) perbaiki
perencanaan menurut siklus PDCA dengan saran berikut.
- Tetapkan tujuan proyek peningkatan mutu (aspek apa yang akan
ditingkatkan?),
- Tetapkan indikator aspek yang akan diukur (waktu penyelesaian,
ketepatan hasil, kerapian, dan seterusnya).
- Buat perencanaan piloting yang mengukur indikator- indikator yang
ditetapkan
- Siapkan proyek piloting
16
- Lakukan piloting
- Analisis hasil
- Perbaiki perencanaan.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
19