KELOMPOK 1
JAKARTA
2017
NAMA – NAMA KELOMPOK
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai .Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bimbingan dari Bpk. Bertadi Suseno.SE., MM. Selaku
Dosen Pengampu Evaluasi Kinerja dan Kompetensi dengan memberikan materi
yang sudah diberikan kepada kami.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,dan pendengar untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
PENDAHULUAN
Selanjutnya Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003:
55) teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di
dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan
produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan”.
Penilaian kinerja juga dapat digunakan untuk menilai apakah pelatihan yang
pernah diadakan efektiv atau tidak. Hasil dari penilaian kinerja dapat membantu
manajer untuk mengambil keputusan siapa yang layak dipromosikan, dipertahankan,
atau bahkan harus dikeluarkan dari organisasi.
BAB II
Pembahasan
Evaluasi Kerja
Evaluasi kinerja dimaksudkan antara lain untuk kompensasi (85.6%), umpan
balik kinerja (65.1%), pelatihan (64.3%), promosi (45.3%) perencanaan SDM,
(43.1%) mempertahankan atau mengeluarkan karyawan (30.3%)dan untuk tujuan
riset (17.2%).1[3] Dari evaluasi tersebut, dapat diketahui mana yang lemah dan
mana yang kuat, mana yang perlu diperbaiki, mana yang perlu ditingkatkan dan atau
dipertahankan, mana karyawan yang perlu latihan/training, mana yang sudah
waktunya naik pangkat/promosi, mana yang (mungkin) perlu demosi (penurunan
pangkat/jabatan), mana yang potensial di suatu jabatan/pekerjaan, mana yang
ternyata salah penempatan (karena ia ternyata tidak potensial di situ), dan lain-lain.
Menurut Robbins (1996) yang dikutip oleh Rivai dan Basri dalam bukunya yang
berjudul performance apprasial, pada halaman 15 menyatakan bahwa ada tiga
dimensi kinerja yang perlu dimasukkan dalam penilaian prestasi kerja, yaitu :
a. Tingkat kedisiplinan karyawan sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan
organisasi untuk menahan orang-orang di dalam organisasi, yang dijabarkan dalam
penilaian terhadap ketidakhadiran, keterlambatan, dan lama waktu kerja.
Evaluasi kinerja ini secara tak langsung mempengaruhi kualitas SDM, seperti:
Meningkatkan motivasi.
Meningkatkan kepuasan hidup.
Adanya kejelasan standard hasil yang diterapkan mereka.
Umpan balik dari kinerja lalu yang kurang akurat dan konstruktif.
Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar
1. Suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan mempengaruhi
sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat
ketidakhadiran.Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang
karyawan dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang
akan datang, sehingga karyawan, organisasi, dan masyarakat semuanya
memperoleh manfaat. (Schuler & Jackson, 1996:3)
2. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kerja
individu.
Metode Penilaian Kerja
Metode penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau
metode penilaian yang dilakukan oleh pihak manajemen harus adil, realistis, valid,
dan relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai karena penilaian kinerja ini
tidak hanya berkaitan dengan masalah prestasi semata, namun juga menyangkut
masalah gaji, hubungan kerja, promosi / demosi, dan penempatan pegawai. Adapun
metode yang sering muncul yaitu :
1. Hallo Effect, terjadi karena penilai menyukai atau tidak menyukai sifat pegawai yang
dinilainya. Oleh karena itu, pegawai yang disukai oleh penilai cenderung akan
memperoleh nilai positif pada semua aspek penilaian, dan begitu pula sebaliknya,
2. Seorang pegawai yang tidak disukai akan mendapatkan nilai negatif pada semua
aspek penilaianLiniency and Severity Effect. Liniency effect ialah penilai cenderung
beranggapan bahwa mereka harus berlaku baik terhadap pegawai, sehingga
mereka cenderung memberi nilai yang baik terhadap semua aspek penilaian.
Sedangkan severity effect ialah penilai cenderung mempunyai falsafah dan
pandangan yang sebaliknya terhadap pegawai sehingga cenderung akan
memberikan nilai yang buruk;
3. Central tendency, yaitu penilai tidak ingin menilai terlalu tinggi dan juga tidak terlalu
rendah kepada bawahannya (selalu berada di tengah-tengah). Toleransi penilai
yang terlalu berlebihan tersebut menjadikan penilai cenderung memberikan
penilaian dengan nilai yang rata-rata.
Jadi, secara umum dapat didefenisikan bahwa penilaian kinerja tersebut adalah
sebagai penilaian hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang
dihasilkan oleh setiap pegawai. Penilaian kinerja pegawai mutlak harus dilakukan
untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap pegawai. Apakah prestasi yang
dicapai setiap pegawai baik, sedang, kurang. Penilaian prestasi penting bagi
setiap pegawai dan berguna bagi organisasi untuk mengambil keputusan dan
menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil adalah suatu daftar
yang memuat suatu penilaian pelaksanaan pekerjaan bagi seorang pegawai Negeri
Sipil dalam jangka waktu 1 (satu) tahun yang dibuat oleh pejabat penilai.
Umpan balik yang spesifik dari hasil penilaian kinerja, memungkinkan departemen
kepegawaian untuk membuat perencanaan karier atau kenaikan pangkat,
pembinaan, pelatihan dan pengembangan, peningkatan gaji, promosi dan
keputusan- keputusan administratif lainnya. Penilaian kinerja berkaitan dengan
kinerja dan pertanggungjawaban pegawai pada organisasi. Karena organisasi
memerlukan kinerja yang tinggi.
Dengan ini jelaslah bahwa penilaian kinerja merupakan kajian tentang penilaian
yang sistematis atas kondisi kerja pegawai yang dilaksanakan secara formal yang
dikaitkan dengan standar kerja yang ditentukan organisasi.
Tujuan penilaian kinerja
Schuler dan jackson dalam bukunya yang berjudul Manajemen sumber daya
manusia edisi keenam, jilid kedua pada tahun 1996 menjelaskan bahwa sebuah
studi yang dilakukan akhir-akhir ini mengidentifikasi ada dua puluh macam tujuan
informasi kinerja yang berbeda-beda, yang dapat dikelompokkan dalam empat
macam kategori, yaitu:
Efektifitas dari penilaian kinerja diatas yang dikategorikan dari dua puluh macam
tujuan penilaian kinerja ini tergantung dalam sasaran bisnis strategis yang ingin
dicapai. Oleh sebab itu penilaian kinerja diintegrasikan dengan sasaran-sasaran
strategis karena berbagai alasan (Schuler&Jackson ,1996 : 48), yaitu:
Penilaian kinerja merupakan sebuah sistem atau sekumpulan kegiatan yang terkait
dengan aktivitas kepegawaian lainnya. Penilaian kinerja tidak dapat berdiri sendiri,
sehingga dalam pelaksanaannya, penilaian kinerja juga terkait dengan kegiatan
lain. Keterkaitan proses penilaian kinerja dengan kegiatan kepegawaian adalah
sebagai berikut :
1.Job Analiysis atau analisis pekerjaan
Proses penilaian kinerja harus berdasarkan pada analisis pekerjaan atau analisis
jabatan. Tahap ini merupakan tahap yang cukup penting yang merupakan tahap
mendasar dalam penilaian kinerja, karena analisis jabatan dipergunakan untuk
beberapa kegiatan dalam proses penilaian kinerja. Hasil dari analisis jabatan ini
digunakan sebagai dasar penyusunan deskripsi pekerjaan, dimana dalam deskripsi
pekerjaan ini disebutkan dasar-dasar penilaian kinerja yaitu jenis-jenispekerjaan
yang harus dikerjakan dan spesifikasi atau kebutuhan khusus yang menunjang
pekerjaan tertentu . Inti dari tahap ini adalah apabila akan melaksanakan penilaian
kinerja, maka sebelumnya harus dinyatakan dengan jelas hal-hal berikut : jenis-jenis
pekerjaan, tanggungjawabyang dimiliki, kondisis kerja, kegiatan yang harus
dilakukan
Menurut Handoko (1994:26) Evaluasi kinerja dapat menjadi bias apabila dalam
proses penilaian kinerja dapat menjadi bias apabila dalam proses penilaian kinerja
terdapat kesalahan-kesalahan persepsi yang bersifat subyektif yang dimiliki oleh
penilai. Bias-bias penilaian tersebut antara lain adalah :
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 pasal 11, yang dimaksud
dengan pejabat penilai adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen,
dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, dan atau Atasan Pejabat Penilai yang
tertinggi dalam lingkungannya masing-masing.
Menurut Mathis dan Jackson (2006:387) Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh
siapapun yang mengetahui dengan baik kinerja dari karyawan secara individual.
Kemungkinannya adalah sebagai berikut :
Penilaian secara tradisional atas karyawan oleh supervisor didasarkan pada asumsi
bahwa supervisor langsung adalah orang yang paling memenuhi syarat untuk
mengevaluasi kinerja karyawan secara realistis dan adil. Untuk mencapai tujuan ini,
beberapa supervisor menyimpan catatan kinerja mengenai pencapaian karyawan
mereka. Catatan ini menyediakan contoh spesifik untuk digunakan ketika menilai
kinerja.
2. Para Karyawan yang Menilai Atasan Mereka
Kerugian utama dari dari menerima penilaian karyawan adalah reaksi negatif
yang ditunjukkan oleh banyak atasan karena harus dievaluasi oleh karyawan. Sifat
”semestinya” dari hubungan manajer-karyawan dapat terganggu karena adanya
karyawan yang menilai manajer. Disamping itu ketakutan akan adanya pembalasan
semakin besar disaat karyawan memberikan penilaian yang realistis. Pendekatan ini
dapat mendorong para pekerja untuk menilai manajer mereka hanya pada cara
manajer tersebut memperlakukan mereka dan bukan pada persyaratan pekerjaan
yang penting. Oleh karena itu, masalah yang berhubungan dengan menyuruh para
karyawan menilai manajer dapat membatasi kegunaan dari pendekatan penilaian
tradisional dari kebanyakan organisasi membatasi penerapan penilaian karyawan
hanya pada tujuan pengembangan diri.
Menilai Tim dan kerja Tim Manajemen kualitas total (total quality management-TQM)
dan pendekatan-pendekatan manajemen partisipatif lainnya menekankan kerja tim
dan kinerja tim dibandingkan kinerja individual. Efektifitas dihasilkan dari banyak
faktor dan bukan hanya dari usaha individual. Dalam pandanagan ini penilaian
kinerja secara individu dapat mengganggu perkembangan kerja tim. Tetapi
meskipun penilaian formal tampaknya tidak sesuai, penilaian informal oleh rekan
kerja atau pemimpin kelompok tetap dapat terjadi sewaktu-waktu untuk membantu
kinerja mereka yang berkinerja kurang.
Kesulitan Menilai Tim Meskipun para anggota tim mempunyai banyak informasi
kinerja satu sama lain , mereka mungkin saja tidak bersedia untuk berbagi. Mereka
mungkin akan menyerang secara tidak adil atau ”bermurah hati” untuk menjaga
perasaan. Beberapa organisasai mencoba untuk mengatasi masalah seperti ini
dengan menggunakan penilaian anonimdan/atau menyewa konsultan atau manajer
untuk menerjemahkan penilaian tim/ rekan kerja. Tetapi beberapa bukti
mengindikasikan bahwa dengan menggunakan orang luar untuk memfasilitasi
proses penilaian tidak selalu menghasilkan persepsi dimana sistem tersebut
dipandang lebih adil oleh mereka yang dinilai. Mesipun dengan adanya masalah
tersebut, tetapi penggunaan penilaian kinerja tim/rekan kerja ,mungkin tidak dapat
dihindari, khususnya dimana tim kerja digunakan secara ekstensif.
Pelanggan atau klien dari sebuah organisasi adalah sumber nyata untuk penilaian
dari luar. Untuk tenaga penjualan atau pekerjaan jasa lainnya, para pelanggan dapat
memberikan masukan yang sangat berguna pada perilaku kinerja dari tenaga
penjualan. Satu perusahaan mengukur kepuasan layanan pelanggan untuk
menentukan bonus bagi eksekutif pemasaran puncak.
1. Tanggung jawab
2. Kerjasama
3. Kejujuran
4. Ketaatan/Kedisiplinan
5. Kesetiaan/Loyalitas
6. Prestasi KerjaPrestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada
umumnya, prestasi kerja seorang pegawai dipengaruhi oleh kecakapan,
ketrampilan, pengalaman, dan kesungguhan pegawai yang bersangkutan
dalam melaksanakan pekerjaannya.Penilai menilai hasil kerja baik kualitas
maupun kuantitas yang dapat dihasilkan pegawai tersebut dari uraian
pekerjaannya
Berdasarkan kategori nilai-nilai tersebut, maka seorang Pegawai Negeri Sipil harus
mendapatkan nilai yang tidak boleh masuk dalam kategori ”kurang” dalam
pengurusan administrasi kepegawaian misalnya kenaikan pangkat, golongan dan
sebagainya. Karena jika nilai pegawai masuk dalam kategori kurang, maka proses-
proses administratif berupa kenaikan pangkat atau golongan yang berhubungan
dengan pegawai tersebut lebih dipertimbangkan lagi atau ditunda. Dan bagi pegawai
tersebut diperlukan pembinaan.
4.Pengajuan Keberatan
Pegawai Negeri Sipil yang dinilai yang merasa keberatan atas nilai sebagaimana
tertuang dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, baik secara keseluruhan
maupun sebagian, dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai dengan
alasan-alasannya kepada atasan pejabat penilai melalui hierarki. Pejabat penilai,
setelah menerima keberatan dari Pegawai Negeri Sipil yang dinilai membuat
tanggapan secara tertulis atas keberatan yang diajukan oleh Pegawai Negeri Sipil
yang dinilai. Kemudian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut ditanda
tangani secara sah oleh Pejabat Penilai dan Pegawai Negeri Sipil yang dinilai.
SELESAI ,
Notice : Tinggal edit daftar isi, masukin Kesimpulan dan Saran Aja