Anda di halaman 1dari 104

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Kinerja

1
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar

"kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti

hasil kerja. Pengertian Kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen

antara lain sebagai berikut :

1. Stoner, 1978 dalam bukunya Management mengemukakan bahwa kinerja

adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan.

2. Bernardin dan Russel 1993 (dalam bukunya Achmad S. Ruby)

mendefinisikan kinerja sebagai pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.

3. Handoko dalam bukunya Manajemen Personalia dan Sumber Daya

mendefinisikan kinerja sebagai proses dimana organisasi mengevaluasi atau

menilai prestasi kerja karyawan.

4. Prawiro Suntoro, 1999 (dalam bukunya Merry Dandian Panji)

mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka

mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

1
Pabundu Tika, Moh. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Penerbit
Bumi Aksara. Aksara. Hal 121.

Universitas Sumatera Utara


Dari empat definisi kinerja diatas, dapat diketahui bahwa unsur –unsur

yang terdapat dalam kinerja terdiri dari :

1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan seperti: motivasi,

kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya.

3. Pencapaian tujuan organisasi

4. Periode waktu tertentu

Berdasarkan kriteria diatas, penulis mendefinisikan kinerja sebagai hasil-

hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi

yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam

periode waktu tertentu.

Fungsi pekerjaan atau kegiatan yang dimaksudkan di sini adalah

pelaksanaan hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok yang menjadi

wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi. Sedangkan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap hasil pekerjaan/prestasi kerja seseorang atau

kelompok terdiri dari faktor intern dan ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi

kinerja karyawan/kelompok terdiri dari kecerdasan, keterampilan, kestabilan

emosi, motivasi, persepsi peran, kondisi keluarga, kondisi fisik seseorang dan

karakteristik kelompok kerja, dan sebagainya. Sedangkan pengaruh eksternal

antara lain berupa peraturan ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-

nilai sosial, serikat buruh, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja,dan kondisi

pasar.

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan hasil pekerjaan/prestasi kerja tersebut diarahkan untuk

mencapai tujuan organisasi dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian,

kinerja perusahaan adalah fungsi hasil-hasil pekerjaan/kegiatan yang ada dalam

perusahaan yang dipengaruhi faktor intern dan ekstern organisasi dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan selama periode waktu tertentu.

Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu :

1. Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk

mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.

2. Produktifitas : Kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan kedalam

tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja

(outcome).

3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

2
Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

seseorang antar lain :

1. Faktor individu sebagai hal atau kapasitas yang melekat pada pribadi

karyawan dan kualitas diri karyawan serta hal-hal yang melatarbelakangi

karyawan sendiri.

Beberapa sub faktor individu:


a. Kemampuan
b. Keterampilan

2
http://id.wikipedia.org/wiki/kinerja
http://subektiheru.blogspot.com/2008/03/indikator-kinerja.html

Universitas Sumatera Utara


c. Latar belakang keluarga
d. Pengalaman kerja
e. Tingkat sosial dan
f. Demografi seseorang.
2. Faktor psikologis merupakan Ilmu mengadaptasikan jiwa atau target

persentuhan dan penyatuan pribadi, penerimaaan seseorang terhadap diri

sendiri dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, yang kesemuanya itu

bermuara kepada perasaan bahagia dan kesenangan jiwa. Beberapa sub faktor

psikologis:

a. Persepsi
b. Peran
c. Sikap
d. Kepribadian
e. Motivasi dan
f. Kepuasan Kerja
3. Faktor organisasi merupakan suatu kelompok orang yang memiliki tujuan

yang sama dan pembagian kerja yang tetap.

Beberapa sub faktor organisasi


a. Struktur Organisasi
b. Desain Pekerjaan
c. Kepemimpinan
d. Sistem Penghargaan (reward system)

Universitas Sumatera Utara


3.3. Penilaian Kinerja Karyawan

Penilaian prestasi kerja karyawan mutlak harus dilakukan untuk

mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap karyawan. Penilaian prestasi kerja

adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah

seorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara

keseluruhan. Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan

faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,

karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia

yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi

dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut

maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.

Menurut Bernardin dan Russel (1993 : 379) “ A way of measuring the

contribution of individuals to their organization “. Penilaian kinerja adalah cara

mengukur konstribusi individu (karyawan) kepada organisasi tempat mereka

bekerja.

Penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan

standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan yang

ditujukan untuk pengembangan. Pestasi kerja sangat erat hubunganya dengan

produktivitas kerja para karyawan. Produktivitas karyawan secara individu akan

mendukung produktivitas perusahaan. Oleh karena itu penilaian prestasi kerja

secara rutin perlu dilakukan agar diketahui peranan yang aktif para karyawan

dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


Penilaian tentang kinerja individu karyawan semakin penting ketika

perusahaan akan melakukan reposisi karyawan. Artinya bagaimana perusahaan

harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja. Hasil

analisis akan bermanfaat untuk membuat program pengembangan SDM secar

optimum. Pada gilirannya kinerja individu akan mencerminkan derajat kompetisi

suatu perusahaan.

3.4. Tujuan dan Kegunaan Penilaian Prestasi kerja Karyawan

Penilaian prestasi kerja karyawan berguna untuk perusahaan serta harus

bermanfaat bagi karyawan.

Tujuan dan kegunaan penilaian prestasi karyawan sebagai berikut :

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk

promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukaur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses

dalam pekerjaannya

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan di dalam

perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latiahan dan keefektifan

jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi

kerja, dan peralatan kerja.

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi

karyawan yang berada di dalam organisasi.

Universitas Sumatera Utara


6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga di

capai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor,

managers, administrator) untuk mengobservasi prilaku bawahan supaya

diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan bawahannya.

8. Sebagai alat untuk melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan di masa

lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.

10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan

dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa

diikutsertakan dalam program kerja latihan tambahan.

11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan

karyawan.

12. Sebagai alat untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan

(job description)

13. Penilaian prestasi kerja ini akan menentukan kebijakan selanjutnya.

3.5. Ruang Lingkup Penilaian Prestasi Kerja


3
Ruang lingkup penilaian prestasi dicakup dalam what, why, where, when,

who, dan how atau sering disingkat 5W + 1H

a. What (apa) yang dinilai

3
Hasibuan, malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Penerbit Bumi Aksara.
Hal. 88

Universitas Sumatera Utara


Yang dinilai prilaku dan prestasi kerja karyawan seperti kesetiaan,

kejujuran, kerja sama, kepemimpinan, loyalitas, pekerjaan saat sekarang,

potensi akan datang, sifat, dan hasil kerjanya.

b. Why (kenapa) dinilai

Dinilai untuk :

Menambah tingkat kepuasan para karyawan dengan memberikan

pengakuan terhadap hasil kerjanya

1. Pengembangan personel

2. Memelihara potensi kerja

3. Mengukur prestasi kerja karyawan

4. mengukur kemampuan dan kecakapan karyawan

5. mengumpulkan data guna menetapkan program kepegawaian

selanjutnya

c. Where (di mana) penilaian dilakukan

Penilaian dilakukan di dalam pekerjaan dan di luar pekerjaan

1. Di dalam pekerjaan (on the job performance) secara formal

2. Di luar pekerjaan (off the job performance) baik secara formal

ataupun informal dilakukan dengan cara meminta bantuan

konsultan

d. When (kapan) penilaian dilakukan

Waktu penilaian dilakukan secara formal dan informal

1. Formal : penilaian dilakukan secara periodik seperti setiap hari,

minggu, bulan, tahun, dan periode lainnya.

Universitas Sumatera Utara


2. Informal : penilaian dilakukan secara terus menerus atau setiap

hari kerja

e. Who (siapa) yang akan dinilai

Yang akan dinilai yaitu semua tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di

perusahaan. Yang menilai atasan langsungnya, atasan dari atasan

langsung, dan atau suatu tim yang dibentik di perusashaan itu.

f. How (bagaimana) menilainya

Metode penilaian apa yang digunakan dan problem apa yang dihadapi,

yaitu dengan menggunakan metode tradisional antara lain : rating scale,

employee comparation dan menggunakan metode modern antar lain :

dengan assessment centre, management by objective.

3.6. Metode Penilaian Prestasi Kerja


4
Penilai (appraiser) setelah mengetahui pengertian, ruang lingkup, tujuan

dan unsur-unsur yang akan dinilai, juga harus mengetahui skala nilai dan metode

penilaian yang akan digunakan dlam penilaian prestasi kerja karyawan di

perusahaan atau organisasi. Skala nilai adalah bobot nilai yang diberikan kepada

setaiap unsur yang dinilai. Bobot-bobot dinyatakan dengan huruf (a,b,c,d,e) atau

dengan angka dari 1 s.d.100.

Penilai membuat daftar unsur-unsur yang akan dinilai dari setiap karyawan

berbentuk tabulasi dan memeberikan bobot nilai untuk setiap unsur itu. Bobot dari

4
Hasibuan, malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Penerbit Bumi Aksara.
Hal. 96

Universitas Sumatera Utara


unsur-unsur yang dinilai dijumlahkan, kemudian dihitung nilai bobot rata-rata.

Nilai bobot rata-rata inilah yang menjadi indeks prestasi karyawan bersangkutan.

indeks prestasi dinyatakan dengan angka atau huruf dan disebut sangat baik, baik,

cukup baik, sedang, atau kurang. Indeks prestasi (IP) dijadikan dasar

kebijaksanaan selanjutnya bagi karyawan seperti promosi, demosi, atau

diberhentikan.

Metode penilaian prestasi karyawan pada dasarnya di kelompokkan atas

metode tradisional dan metode modern

a. Metode Tradisional

Metode ini merupakan metode tertua dan paling sederhana untuk menilai

prestasi karyawan dan diterapkan secara tidak sistematis maupun dengan

sistemati. Yang termasuk ke dalam metode tradisional adalah : rating

scale, employee comparation, check list, freeform essay, dan critical

incident.

b. Metode Modern

Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisional dalam

menilai prestasi karyawan. Yang termasuk kedalam metode modern

adalah: assessment centre, management by objective (MBO = MBS), dan

human asset accounting.

3.7. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang biasa digunakan dalam

penelitian survei. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang diajukan secara

Universitas Sumatera Utara


tertulis kepada responden, dan cara menjawab dilakukan dengan cara tertulis oleh

responden, yang pengisiannya dengan memberikan tanda checklist (√) pada

tempat yang telah disediakan.

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan

karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh

oleh sistem yang diajukan atau sistem yang sudah ada. Sikap adalah apa yang

dikatakan orang dalam organisasi mengenai apa yang mereka inginkan (misalnya

dalam suatu sistem baru). Keyakinan adala apa yang sebenarnya dianggap benar.

Perilaku adalah apa yang dilakukan anggota organisasi, sedangkan karakteristik

adalah sifat-sifat orang atau sesuatu.

Penggunaan kuesioner tepat bila :

1. Responden (orang yang merespon atau menjawab pertanyaan) saling

berjauhan.

2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila

mengetahui berapa proporsi suat kelompok tertentu yang menyetujui atau

tidak menyetujui suatu fitur khusus dari sistem yang diajukan.

3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh

pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.

4. Yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa

diidentifikasikan dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.

Universitas Sumatera Utara


Menurut cara memberikan respon kuesioner dapat dibedakan menjadi 3

bagian, yaitu:

1. Kuesioner Terbuka

Kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga

responden dapat menjawab dengan kalimatnya sendiri. Jawaban yang

diberikan bebas karena tidak ada alternatif jawaban.

2. Kuesioner tertutup

Kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa yang

kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan

responden tidak diberi kesempatan untuk memberi jawaban yang lain.

Responden dapat memberikan tanda checklist (√) pada kolom atau tempat

tersedia

3. Angket campuran

Gabungan antara angket terbuka dan tertutup, dimana pada kuisioner ini

jawaban sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan

terbuka.

Langkah-langkah dalam penyusunan kuisioner:

1. Tahap Persiapan, meliputi :

a. Merumuskan maksud dan tujuan penelitian

b. Menyusun pertanyaan-pertanyaan angket sesuai dengan aspek-aspek

yang berhubungan

c. Dianjurkan mengkonsultasikan kuisioner yang sudah siap dengan lebih

pakar dalam bidang yang diselidiki

Universitas Sumatera Utara


d. Menyusun peyunjuk pengisian kuesioner dalam memandu responden.

1. Tahap Uji Coba (Try Out) kuisioner

Tahap ini bertujuan untuk memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-

pertanyaan yang kurang jelas bagi responden, tidak relevan dengan

masalah dan tujuan penelitian, atau terdapat kata-kata asing yang tidak

dimengerti responden

2. Penyebaran/Pengisian Kuesioner, langkah yang dilakukan:

a. Penanggulangan masalah angket yang belum kembali

b. Dilakukan pengecekan terhadap jawaban angket untuk mengetahui

konsistensi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan

3.8. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

3.8.1. Populasi
5
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung

ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas ingin dipelajari sifat-sifatnya

(Sudjana, 1992:6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2004:57). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh karyawan PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi dengan

jumlah 215 karyawan.

5
Kuncoro , E. A. dan Riduwan (2007). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur.
Bandung: Alfabeta

Universitas Sumatera Utara


3.8.2. Teknik Pengambilan Sampel

Arikunto (2004:117) mengatakan bahwa: “Sample adalah bagian dari

populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik

pengambilan sampel Nasution (2003:135) bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu

ditentukan oleh besarnya jumlah sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar

teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu

pelaksanaan dan pengolahannya.”

Arikunto (2004:120) mengemukakan bahwa : apabila subjek kurang dari

100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, sampel dapat diambil antara

10%-15% atau lebih. Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima

untuk metode penelitian deskriptif minimal 10 % dari jumlah populasi.

Berdasarkan pernyataan Gay tersebut sampel yang diambil dalam

penelitian ini sebanyak 22 responden yaitu 10 % dari 215 jumlah populasi. Untuk

mempermudah dalam penyebaran kuesioner berdasarkan stratified random

sampling ditentukan jumlah masing-masing sampel menurut unit kerja masing-

masing secara proporsional dengan rumus :

Ni
ni = .n
N

Dimana : ni = jumlah sampel menurut stratum

n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah populasi menurut stratum

N = jumlah populasi seluruhnya

Universitas Sumatera Utara


Teknik penentuan sampel acak (analisis statistika inferential menuntut

persyaratan, yaitu ukuran populasinya diketahui, ukuran sampelnya jelas, dan

semua unsur populasi mempunyai kesempatan sama untuk diambil sebagai

sampel). Yang paling sederhana di antara metode sampel acak adalah :

a. Simple Random Sample (SRS), di mana setiap unsur dalam kerangka sampel

mempunyai peluang sama untuk terpilih. Namun strategi ini jarang digunakan

dalam penelitian, karena kesulitan untuk mendapatkan daftar informasi yang

sangat panjang dan sering tak terkendali, akibat cakupan geografis populasi

yang sangat luas dan parameter yang sangat beragam (Neuman, 2000;

Freedman, 2004).

b. Systematic Random Sample. Metoda yang merupakan modifikasi dari SRS ini

ditentukan dengan mulai memilih unsur dalam kerangka sampel secara acak

dan mengambil setiap unsur yang ke n (misalnya mulai secara acak memilih

lokasi dari buku daftar telopon dan selanjutnya mengambil satu nama setiap

100 nama berikutnya). Dibanding SRS cara ini lebih mudah, khususnya untuk

pelaksanaan di lapangan, dan lebih akurat. Penggunaan metoda ini dalam

penelitian perumahan dan permukiman mempunyai masalah yang kurang

lebih sama dengan metode SRS (Fredman, 2004).

c. Stratified Sampling. Kadang-kadang kerangka sampel yang ada memuat

berbagai informasi tentang karakter unsur populasi. Informasi ini dapat

digunakan untuk meningkatkan akurasi sampel dengan cara membedakannya

berdasarkan unsur-unsur populasi tertentu. Sampel yang diambil dari setiap

Universitas Sumatera Utara


sub-populasi akan mempunyai tingkat keterwakilan yang lebih tinggi,

dibandingkan dengan dua metode yang sebelumnya. Namun penentuan

stratanya harus dilakukan dengan menggunakan kerangka sampel yang

informasinya lengkap dan akurat (Friedrich, 2003).

Selain penentuan sampel acak satu tahap, ada juga penentuan sampel yang

dilakukan dalam beberapa tahap (multi-stage sampling). Cara ini digunakan jika

tak tersedia kerangka sampel, atau karena sangat tidak praktis jika sampel

ditentukan dengan satu kerangka untuk seluruh populasi (Friedrich, 2002).

Metode ini mulai dengan menentukan unit yang terbesar (Primary Sampling Unit)

dan dilanjutkan dengan yang lebih kecil (Secondary Sampling Unit). Pada

dasarnya metode ini menggunakan 2 langkah dasar: membuat daftar dan

menentukan sampel. Skema yang termasuk dalam kategori ini adalah

a. Cluster Sample. Sampel kluster digunakan apabila tak tersedia kerangka

sampel yang baik atau populasinya tersebar, sehingga biaya untuk

mendapatkan sampel baku cukup mahal. Skema ini melibatkan beberapa tahap

penentuan sampel yang ditentukan berdasarkan kelompok, bukan individu.

Melalui skema ini peneliti memilih sampel dalam kelompok area (misalnya

propinsi dalam negara, kota dalam propinsi), kemudian memilih satu unsur

dari setiap kluster utama dalam area wilayah yang lebih kecil (secara acak

atau sistematis), dan selanjutnya menentukan jumlah unsur sampel yang

disyaratkan dari area-area tersebut. Metode kluster mempunyai sisi positif

dan negatif. Di satu sisi metode kluster mempercepat waktu survei dan

mengurangi biaya lapangan, namun di sisi lain metode ini mengurangi akurasi

Universitas Sumatera Utara


sampel, relatif terhadap sampel non-kluster dengan jumlah responden yang

sama. Hal ini dikarenakan sampel kluster sedikit lebih homogen secara

internal dibandingkan dengan sampel non-kluster. Akibatnya kluster sampel

meningkatkan kesalahan sampel (sampling error) dan membutuhkan

pertimbangan khusus dalam analisis datanya serta menuntut ukuran sampel

yang lebih besar. Catatan penting yang perlu diingat berkaitan dengan metode

kluster adalah bahwa hampir semua survei berskala besar dilakukan dengan

menggunakan metode ini. Selain itu metode ini dapat dikombinasikan dengan

metoda stratifikasi, biasanya dengan kluster dalam strata. Umumnya untuk

ukuran sampel n yang diketahui, sampel kluster kurang akurat dibandingkan

dengan tipe penentuan sampel lainnya, di mana parameternya diperkirakan

akan mempunyai variabilitas yang lebih besar dibandingkan SRS, sampel acak

stratifikasi ataupun acak sistematik.

b. Area Probability Sampling. Skema ini sangat mahal, tetapi berpeluang

memberikan hasil yang terbaik untuk mendapatkan sampel yang benar-benar

mewakili seluruh populasinya. Metode ini digunakan jika tak ada kerangka

sampel namun semua sampel ingin dijangkau, tanpa perduli apakah sampel

yang diperoleh masuk dalam kerangka atau tidak. Dasar skema penentuan

sampel ini adalah stratified multi-stage cluster. Metode ini dikembangkan

untuk menghasilkan sampel yang sesuai prosedur penentuan sampel acak,

yang apabila dikombinasikan dengan statistik nasional memungkinkan untuk

mendapatkan sampel nasional yang baik.

Universitas Sumatera Utara


3.9. Penggunaan Metode Analytic Hierarchy process (AHP) dalam Sistem

Pengelolaan Kinerja

Analytical Hierarchy Process (disingkat AHP) adalah suatu teori umum

tentang pengukuran, yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari

perbandingan pasangan yang diskret maupun kontiniu. Perbandingan-

perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang

mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif. AHP memiliki perhatian

khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran, dan pada

ketergantungan di dalam dan diantara kelompok elemen strukturnya. Ia banyak

ditemukan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan

(prediksi), alokasi sumberdaya, penyusunan matriks input koefisien, penentuan

prioritas dari strategi-strategi yang dimilki pemain dalam situasi konflik dan lain

sebagainya.

Thomas L. Saaty mengembangkan AHP selama periode 1971-1975 ketika

di Wharton School (University of Pennsylvania), jadi metode ini relatif baru dan

ada yang menganggap kontroversial. Sumber kerumitan masalah keputusan bukan

hanya ketidapastian atau ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah

banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pilihan - pilihan yang ada,

bergamnya kriteria pemilihan dan jika pengambilan keputusan yang lebih dari

satu. Analisis keputusan digunakan khusus pada kerumitan pengambilan

keputusan karena informasi yang kurang sempurna. Sementara Game Theory

membahas masalah keputusan jika sumber kerumitannya, ketidaksempurnaan

informasi dan adanya lebih dari satu pengambilan keputusan yang sedang

Universitas Sumatera Utara


bersaing. Jika sumber kerumitan adalah beragam kriteria, maka Proses Hierarki

Analitik (Analytical Hierarchy Process, disingkat AHP) merupakan teknik untuk

membantu menyelesaikan masalah ini.

Dalam perkembangannya, AHP tidak saja digunakan untuk menentukan

prioritas pilihan - pilihan dengan banyak kriteria, tetapi penerapannya telah

meluas sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam-macam

masalah. AHP menawarkan penyelesaian masalah keputusan yang melibatkan

seluruh masalah kerumitan. Hal ini dimungkinkan karena AHP cukup

mengandalkan pada intuisi sebagai input utamanya, namun intuisi harus datang

dari pengambilan keputusan yang cukup informasi dan memahami masalah

keputusan yang dihadapi.

AHP merupakan sistem pembuat keputusan dengan menggunakan model

matematis. AHP membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa kriteria

dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria.

Dalam sistem pengelolaan kinerja yang dimaksud dengan kriteria tersebut adalah

KPI. Ada beberapa software yang bisa dipakai antara lain Expert Choice,

Decision Lens, TESS, Web-HIPPRE. Proses yang paling menentukan dalam

menentukan bobot KPI dengan menggunakan AHP adalah menentukan besarnya

prioritas antar KPI. Karena itu seringkali terjadi pembahasan yang alot antar

anggota tim implementasi sistem pengelolaan kinerja mengenai masalah tersebut.

Hal ini dikarenakan tiap-tiap anggota tim memiliki persepsi tersendiri mengenai

prioritas masing-masing KPI.

Universitas Sumatera Utara


3.9.1. Dasar - Dasar AHP

Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip yang

harus dipahami diantaranya adalah : decomposition, comparative judgement,

synthesis of priority, dan logical consistency.

3.9.1.1. Decomposition

Setelah persoalan didefenisikan, maka perlu dilakukan decomposition

yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin

mendapatkan hasil yang lebih akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-

unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga

didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses

analisa ini dinamakan hirarki (hierarchy). Ada dua jenis hirarki, yaitu lengkap dan

tak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki

semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan

hirarki tak lengkap.

3.9.1.2. Comparative Judgement

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua

elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya.

Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap

prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih baik bila

disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison.

Pertanyaan yang biasa diajukan dalam menyusun skala kepentingan adalah :

a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/mungkin/…) ?

b. Berapa kali (penting/disukai/mungkin/…) ?

Universitas Sumatera Utara


Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen,

seseorang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang

elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan

yang dipelajari dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan patokan Tabel

3.1. berikut :

Tabel 3.1. Dasar Perbandingan Kriteria

Intensitas Definisi Penjelasan


Pentingnya
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya
sama besar pada sifat itu.
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting Pengalaman dan pertimbangan
ketimbang lainnya sedikit menyokong satu
elemen atas lainnya.
5 Elemen yang satu essensial atau sangat Pengalaman dan pertimbangan
penting ketimbang elemen lainnya dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen lainnya.

Satu elemen jelas lebih penting dari elemen Satu elemen dengan kuat
7 lain disokong, dan dominannya
telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting Bukti yang menyokong elemen
ketimbang elemen lainnya. yang satu atas yang lain
memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin
menguatkan.
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan Kompromi diperlukan antara
berdekatan dua pertimbangan.
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka
bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j
mempunyai kebalikannya bila dibandingkan
dengan i

Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma

reciprocal artinya jika elemen I dinilai 3 kali lebih penting disbanding j, maka

elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Di samping

itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan 1, artinya sama

Universitas Sumatera Utara


penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat

n elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n.

Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n (n-

1)/2 karena matriksnya reciprocal dan elemen-elemen diagonal sama dengan 1.

Matriks merupakan alat yang sederhana dan biasa dipakai, dan memberi

kerangka untuk menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan

jalan membuat segala perbandingan yang mungkin, dan menganalisa kepekaan

prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan. Rancangan

matriks ini secara unik mencerminkan dwi segi prioritas dan didominasi.

Tabel 3.2. Matriks Untuk Perbandingan Berpasangan

C A1 A2 An
A1 1
A2 1

An 1

Untuk memulai proses pembandingan ini, mulailah pada puncak hierarki

untuk memilih kriteria C, yang akan digunakan untuk melakukan perbandingan

yang pertama. lalu dari tingkat tepat dibawahnya, ambil elemen-elemen yang akan

dibandingkan yaitu A1, A2, A3 dan seterusnya.

Dalam matriks ini, elemen A1 pada kolom disebelah kiri dibandingkan

dengan elemen A1, A2, ….An pada baris paling atas berkenaan dengan sifat C di

sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen A2 dan seterusnya. untuk

membandingkan elemen-elemen, tanyakanlah seberapa kuat suatu elemen

memiliki atau berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi atau

Universitas Sumatera Utara


menguntungkan sifat tersebut, dibandingkan dengan elemen lain dengan mana ia

sedang dibandingkan.

Bila membandingkan suatu elemen dalam matriks dengan elemen itu

sendiri, misalnya A1 dengan A1, perbandingan itu harus memberi bilangan satu

(1), maka istilah diagonal matriks itu dengan bilangan - bilangan 1. Dengan

demikian selalu bandingkan elemen pertama dari suatu pasangan (elemen di

kolom sebelah kiri matriks) dengan elemen yang kedua (elemen di baris puncak)

dan tafsir nilai numeriknya dari Tabel 3.2. Nilai kebalikannya untuk perbandingan

elemen kedua.

3.9.1.3. Synthesis Of Priority

Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigenvectornya

untuk mendapatkan local priority. Karena matriks (matriks - matriks) pairwise

comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority

prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarky. Pengurutan elemen-

elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority

setting.

3.9.1.4. Logical Consistency

AHP utamanya didasarkan pada pairwise comparison yang digunakan

para pengambil keputusan untuk menentukan preferensi antara alternatif-alternatif

keputusan untuk kriteria yang berbeda. Prosedur normal AHP untuk membuat

komparasi pasangan ini adalah para pewawancara membuat skala preferensi

verbal dari para pengambil keputusan itu. Namun, bila para pengambil keputusan

harus membuat perbandingan yang cukup banyak (tiga atau lebih), ia dapat saja

Universitas Sumatera Utara


kehilangan telusuran tentang respon sebelumnya. Oleh karena AHP dibuat

berdasarkan respon-respon ini, adalah penting sekali untuk menjaga agar respon

tersebut absah (valid) serta konsisten. Artinya, preferensi yang diberikannya pada

suatu set komparasi pasangan haruslah konsisten dengan set komparasi lainnya.

Ketidakkonsitensian ini bisa saja menyusup ke dalam AHP jika para

pengambil keputusan diminta untuk membuat respon verbal untuk komparasi

pasangan yang banyak. Secara umum memang hal ini tidak menjadi masalah yang

serius, sampai batas tertentu sedikit inkonsistensi dapat saja terjadi. Namun perlu

dihitung sebuah indeks konsistensi yang mengukur derajat ketidakkonsistenan

pada komparasi pasangan ini.

Indikator konsistensi diukur melalui Consistency Index (CI) yang

dirumuskan : CI = ( Z maks – n ) / ( n-1 )

Keterangan :

n = jumlah jasa yang dibandingkan

Zmaks = harga rata-rata yang dihitung sebelumnya

Jika CI = 0 maka pengambil keputusan adalah konsisten sempurna

Pertanyaan berikutnya adalah seberapa jauh inkonsistensi tersebut dapat

diterima. Untuk ini, bandingkan CI dengan indeks random yakni indeks

konsistensi dari matriks komparasi pasangan secara random.

Harga RI ditunjukkan pada Tabel 3.3. berikut:

Tabel 3.3. Harga Random Index

N 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,51

Universitas Sumatera Utara


Jadi derajat inkonsistensi untuk komparasi pasangan pada matriks kriteria

keputusan pada contoh terdahulu dihitung dengan rasio CI terhadap RI :

CR = CI / RI

Keterangan :

CR : Consistency Ratio

CI : Consistency Index

RI : Random Consistency Index

Secara umum, derajat konsistensi cukup memuaskan bila :

CI / RI < 0,10

3.9.2. Konsistensi Hierarki

Setelah perhitungan konsistensi untuk setiap matriks selesai, langkah

selanjutnya adalah pengujian apakah hierarki yang telah dibuat konsisten atau

tidak. Total CI dari suatu hierarki diperoleh dengan cara melakukan pembobotan

tiap CI dengan prioritas elemen yang berkaitan dengan faktor-faktor yang sedang

dibandingkan, yang kemudian dijumlahkan seluruh hasilnya.

Dasar dalam pengujian konsistensi dari suatu level hierarki adalah dengan

mengetahui hasil konsistensi indeks dan vektor eigen dari suatu matriks banding

berpasangan pada suatu tingkat hierarki tertentu. Rumus yang digunakan adalah:

CH  CI I  EVI 
. CI 2 
CH  RI I  EVI 
. RI 2 
CH
CRH 
CH

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :

CRH : Rasio Konsistensi Hierarki

CH : Konsistensi hierarki terhadap indeks konsistensi matriks banding

berpasangan.

CH : Konsistensi hierarki terhadap Indeks Random dari matriks banding

berpasangan.

CI1 : Indeks konsistensi dari matriks banding berpasangan hierarki level

pertama.

CI2 : Indeks konsistensi dari matriks banding berpasangan hierarki level kedua.

EV1 :Vektor eigen dari matriks banding berpasangan pada hierarki level pertama.

RI : Random indeks.

3.9.3. AHP dalam Kelompok

Sekelompok orang yang berdiskusi umumnya mempunyai pemahaman

yang lebih baik disbanding seseorang dari kelompok itu yang berpikir. Karena itu,

hierarki dan penilaian yang dihasilkan suatu kelompok seharusnya akan lebih

baik. Namun diskusi kelompok juga dapat menimbulkan masalah, yaitu

diperlukan waktu untuk mencapai consensus. Jika consensus tidak tercapai, maka

ada beberapa cara penyelesaian. Pertama dilakukan pemungutan suara, dan

penilaian didasarkan pada suara terbanyak. Kedua, dengan menemukan rata – rata

geometric dari penilaian yang diberikan oleh seluruh anggota kelompok. Nilai

rata-rata geometri ini yang dianggap sebagai penilaian kelompok. Contoh sebuah

Universitas Sumatera Utara


kelompok beranggotakan 3 orang, masing – masing menberi penilaian 2,3, dan 7.

3
Maka penilaian kelompok adalah 2 x3 x7 = 3,48.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul, yang disusun berdasarkan

latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan teori-teori

pendukung dalam pemecahan masalah, dan melakukan pengumpulan data baik

melalui literatur maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan data

sampai kepada penarikan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap karyawan di PTPN III PKS Rambutan T.

Tinggi. Penelitian dan pelaksanaan tugas sarjana ini direncanakan selama 5 bulan

yang dimulai pada Januari 2009 –Mei 2009

4.2. Rancangan Penelitian

1. Penelitian Menurut Tujuan

Penelitian ini adalah penelitian terapan dimana penelitian diarahkan untuk

mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Hasil

penelitian yang diperoleh akan berguina untuk pengembangan ilmu manajemen.

Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan

mengevaluasi kemampuan suatu teori dalam memecahkan masalah-masalah

praktis.

Universitas Sumatera Utara


2. Penelitian Menurut Metode

Penelitian ini adalah penelitian survei yaitu penelitian yang dilakukan pada

populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dan sampel

yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,

distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologi dan psikologi.

3. Penelitian Menurut Tingkat Eksplanasi (tingkat penjelasan)

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian deskriptif yaitu penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau

lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang

lain.

4. Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis

Jenis data dan analisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu

data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan pada PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi.

Universitas Sumatera Utara


4.4. Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian dilakukan berdasarkan studi pendahuluan

terhadap objek penelitian dan studi literatur tentang permasalahan yang dihadapi.

Adapun variabel-variabel dari penelitian ini dapat dibagi atas :

A. Variabel Independen, variabel bebas atau variabel penyebab

Variabel Independen merupakan variabel penelitian yang mempengaruhi

dan menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Adapun variabel

bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan, yang terdiri atas 3 faktor, yaitu :

1. Faktor individu sebagai hal atau kapasitas yang melekat pada pribadi

karyawan dan kualitas diri karyawan serta hal-hal yang melatarbelakangi

karyawan sendiri.

Beberapa sub faktor individu:


a. Kemampuan
b. Keterampilan
c. Latar belakang keluarga
d. Pengalaman kerja
e. Tingkat sosial dan
f. Demografi seseorang.
4. Faktor psikologis merupakan Ilmu mengadaptasikan jiwa atau target

persentuhan dan penyatuan pribadi, penerimaaan seseorang terhadap diri

sendiri dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, yang kesemuanya itu

bermuara kepada perasaan bahagia dan kesenangan jiwa.

Universitas Sumatera Utara


Beberapa sub faktor psikologis:
g. Persepsi
h. Peran
i. Sikap
j. Kepribadian
k. Motivasi dan
l. Kepuasan Kerja
5. Faktor organisasi merupakan suatu kelompok orang yang memiliki tujuan

yang sama dan pembagian kerja yang tetap.

Beberapa sub faktor organisasi


e. Struktur Organisasi
f. Desain Pekerjaan
g. Kepemimpinan
h. Sistem Penghargaan (reward system)

B. Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat dari variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kinerja karyawan.

4.5. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

4.5.1. Populasi
6
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung

ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu

6
Kuncoro , E. A. dan Riduwan (2007). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur.
Bandung: Alfabeta

Universitas Sumatera Utara


mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas ingin dipelajari sifat-sifatnya

(Sudjana, 1992:6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2004:57).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PTPN III PKS

Rambutan T.Tinggi dengan jumlah 215 karyawan dapat dilihat pada Tabel 4.1. di

bawah ini :

Tabel 4.1. Jumlah Populasi


Jumlah
No. Unit Kerja
(Orang)
1 Bagian Umum 27
2 Dinas Sipil 16
3 Laboratorium 31
4 Pengolahan
Karyawan Pengolahan Shift I 82
Karyawan Pengolahan Shift II
5 Produksi 9
6 Tata Usaha 11
7 Teknik 39
Jumlah 215

4.5.2. Teknik Pengambilan Sampel

Arikunto (2004:117) mengatakan bahwa: “Sample adalah bagian dari

populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. 7Pada umumnya untuk tahap

awal ataupun untuk peneliti pemula, sampel diambil sekitar 10 % dari total

7
Dergibson Siagian, Lasmono Tri Sunaryanto, Sugiarto, Deny S. Oetomo. 2001. Teknik
Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Universitas Sumatera Utara


individu populasi yang diteliti. 8Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang

dapat diterima untuk metode penelitian deskriptif minimal 10 % dari jumlah

populasi. Berdasarkan pernyataan Gay tersebut sampel yang diambil dalam

penelitian ini sebanyak 22 responden yaitu 10 % dari 215 jumlah populasi.

Metode pengambilan sampel yang dipakai adalah stratified random

sampling atau pengambilan sampel secara acak berdasarkan strata atau unit kerja.

Metode ini dipilih karena jumlah populasi diketahui dan sampel dianggap

heterogen yaitu responden memiliki latar belakang atau unit kerja yang berbeda-

beda dalam perusahaan.

Berdasarkan pernyataan Gay, sampel yang diambil dalam penelitian ini

sebanyak 22 responden yaitu 10 % dari 215 jumlah populasi. Untuk

mempermudah dalam penyebaran kuesioner berdasarkan stratified random

sampling ditentukan jumlah masing-masing sampel menurut unit kerja masing-

masing secara proporsional dengan rumus :

Ni
ni = .n
N

Dimana : ni = jumlah sampel menurut stratum

n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah populasi menurut stratum

N = jumlah populasi seluruhnya

Dengan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel di tiap-tiap unit kerja yaitu :

27
1. Bagian Umum : x 22 = 3 responden
215

8
Rosnani Ginting. 2008. Diktat Perancangan Produk. Universitas Sumatera Utara. Medan

Universitas Sumatera Utara


16
2. Dinas Sipil : x 22 = 2 responden
215

31
3. Laboratorium : x 22 = 3 responden
215

82
4. Pengolahan : x 22 = 8 responden
215

9
5. Produksi : x 22 = 1 responden
215

11
6. Tata Usaha : x 22 = 1 responden
215

39
7. Teknik : x 22 = 4 responden
215

Tabel 4.2. Jumlah Populasi dan Sampel

No. Unit Kerja Jumlah Populasi Jumlah Sampel


(Orang) (Orang)
1 Bagian Umum 27 3
2 Dinas Sipil 16 2
3 Laboratorium 31 3
4 Pengolahan
Karyawan Pengolahan Shift I 82 8
Karyawan Pengolahan Shift II
5 Produksi 9 1
6 Tata Usaha 11 1
7 Teknik 39 4
Jumlah 215 22

4.6. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Metode Wawancara

Wawancara adalah dialog langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan kepada responden. Sumber data dari metode ini adalah

responden, yaitu orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti

secara lisan. Data yang diambil dengan metode ini adalah penjelasan

tentang kondisi perusahaan serta mengindikasikan faktor-faktor

berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan yang digunakan sebagai

bahan pembuatan kuesioner.

2. Metode Observasi

Sumber data dari metode observasi merupakan data yang langsung

diamati yang dapat digunakan sebagai indikator penilaian prestasi kerja

karyawan, yang digunakan dalam pembuatan sebuah kuesioner. Observasi

tidak dapat dilakukan melalui penggunaan telepon atau surat. Observasi

mengharuskan peneliti berada di objek riset

3. Metode Kuesioner

Metode ini merupakan alat pengumpul data yang digunakan dalam

laporan ini. Data yang diperoleh merupakan data kesepahaman tentang

indikasi penilaian prestasi kerja karyawan dan bobot terhadap indikator

tersebut yang dilakkan oleh para responden. Kuesioner ini adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden yang terpilih.

Secara umum, data yang diperlukan untuk menganalisa dan memecahkan

masalah ada dua yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian

secara langsung di lapangan. Adapun data-data yang diperlukan adalah:

a. Data faktor-faktor dalam setiap perspektif yang berpengaruh pada

prestasi kerja karyawan. Data tersebut merupakan keyperformance

indikator yang penting bagi perusahaan.

b. Data nilai berpasangan antar faktor dalam setiap level berdasarkan

kuisioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur dan

referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dan juga data

yang diperoleh dari perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah

perusahaan, organisasi dan manajemen perusahaan.

4.7. Tahapan Proses Penelitian

Secara garis besar tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 4.1. di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1. Tahapan Proses Penelitian

Universitas Sumatera Utara


4.8. Pengolahan Data

Adapun pengolahan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Masing-Masing Elemen

2. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks

3. Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif

4. Perhitungan Konsistensi Hierarki

Blok Diagram Pengolahan data untuk menyusun laporan penelitian dapat

dilihat pada Gambar 4.2.

Perhitungan Rata-Rata Pembobotan


untuk Masing-Masing Elemen

Perhitungan Bobot Parsial dan


Konsistensi Matriks

Penentuan Bobot Prioritas untuk


Alternatif

Perhitungan Konsistensi Hierarki

Gambar 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


4.9. Analisa Data

Pada tahap ini akan dilakukan analisa faktor-faktor dan sub faktor yang

berpengaruh secara dominan terhadap kinerja karyawan PTPN III PKS Rambutan

T.Tinggi yang di peroleh dari peringkat dan bobot masing-masing faktor.

Kemudian dilakukan analisis hasil-hasil penelitian yang diperoleh dan analisis

manfaat usulan model .

4.10. Kesimpulan dan saran

Pada tahap akhir akan dihasilkan suatu kesimpulan berdasarkan

pengolahan data hasil analisa dan evaluasi yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya dan kemudian akan diberikan beberapa saran kepada pihak

perusahaan mengenai permasalahan yang ada dan penerapan solusi.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap, yaitu penetapan faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dan tahap pembobotan faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja tersebut. Penentuan bobot faktor dilakukan dilakukan

berdasarkan proses hierarki analitik, yaitu dengan menyebarkan kuesioner

perbandingan berpasangan.

5.1.1. Penetapan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Penetapan faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

berdasarkan teori 9Gibson (1987), dan menerima masukan dari pihak perusahaan

mengenai faktor-faktor yang harus ditambah atau dikurangi agar sesuai dengan

keadaan di perusahaan.

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada

karyawan PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi. penyebaran kuesioner dilakukan

dengan dua tahap. Pertama, kuesioner awal digunakan untuk memberikan

pendapat setuju/tidak setuju dan memberikan usulan penambahan atau

pengurangan kriteria kinerja. Bentuk kuesioner awal dapat dilihat pada lampiran.

Jumlah kuesioner awal yang disebarkan sebanyak 10 dan yang kembali sebanyak

9
http://id.wikipedia.org/wiki/kinerja
http://subektiheru.blogspot.com/2008/03/indikator-kinerja.html

Universitas Sumatera Utara


10. Dari hasil penyebaran kuesioner awal yang telah diberikan kepada responden,

tidak terdapat perubahan faktor dan tambahan yang diberikan telah tercakup

dalam faktor-faktor yang diajukan. Hasil Kuesioner penetapan faktor dapat dilihat

pada Tabel 5.1. di bawah ini.

Tabel 5.1. Hasil Kuesioner Penetapan Faktor

Pendapat(Jumlah)
No Indikator Penilaian Jumlah
Tidak
Setuju
Setuju
1. Faktor Individu

a. Kemampuan 10 0 10

b. Keterampilan 10 0 10

c. Latar belakang keluarga 8 2 10

d. Pengalaman kerja 10 0 10

e. Tingkat sosial dan 9 1 10

f. Demografi seseorang. 8 2 10

2. Faktor Psikologis

m. Persepsi 8 2 10

n. Peran 9 1 10

o. Sikap 9 1 10

p. Kepribadian 10 0 10

q. Motivasi dan 10 0 10

r. Kepuasan Kerja 10 0 10

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Hasil Kuesioner Penetapan Faktor (Lanjutan)

Pendapat(Jumlah)
No Indikator Penilaian Jumlah
Tidak
Setuju
Setuju
3. Faktor Organisasi

i. Struktur Organisasi 9 1 10

j. Desain Pekerjaan 9 1 10

k. Kepemimpinan 10 0 10

l. Sistem Penghargaan
10 0 10
(reward system)

Dari hasil pengumpulan data tahap awal tentang penentuan faktor dapat

disusun suatu hirearki perancangan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi. Hirearki tersebut dapat dilhat pada

Gambar 5.1. Hirearki dapat di bagi atas tiga level, yaitu:

a. Level Pertama yaitu kinerja karyawan di perusahaan

b. Level Kedua adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan

yaitu: Faktor Individu, Faktor Psikologis, Faktor Organisasi

c. Level Ketiga adalah sub-sub faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan

dan berada dalam lingkup faktor-faktor dalam level dua.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.1. Hirarki Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Defenisi Faktor dan Sub Faktor yang Mempengaruhi

Kinerja Karyawan

No. Faktor Sub Faktor

1. Individu a. Kemampuan adalah apa yang bisa anda


lakukan.
Sebagai hal atau
kapasitas yang b. Keterampilan adalah kemampuan
melekat pada pribadi mengubah sesuatu yang ada dengan
karyawan dan kualitas langkah-langkah yang dikuasai karena
diri karyawan serta dilatih secara terus menerus.
hal-hal yang
melatarbelakangi c. Latar Belakang Keluarga : Suatu
karyawan sendiri keadaan yang dapat mempengaruhi
kehidupan dan kinerja seseorang.

d. Pengalaman Kerja yang tinggi


membantu auditor dalam mengerjakan
tugas audit secara profesional.

e. Tingkat Sosial sebagai penggolongan


orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-
lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise.

f. Demografi Seseorang merupakan ilmu


yg mempelajari struktur, proses dan
kualitas Sumber Daya Manusia.

2. Psikologis a. Persepsi ialah interpretasi tentang apa


Merupakan Ilmu yang diinderakan atau dirasakan
mengadaptasikan jiwa individu (Bower).
atau target
persentuhan dan b. Peran adalah seperangkat tingkah laku
penyatuan pribadi, yang diharapkan oleh orang lain
penerimaaan terhadap seseorang sesuai
seseorang terhadap kedudukannya dalam suatu system.
diri sendiri dan
c. Sikap adalah bagaimana kita mendekati
penerimaan orang lain
suatu masalah, bagaimana kita memikul
terhadap dirinya, yang
suatu masalah, bagaimana kita
kesemuanya itu
merasakan, bagaimana kita berperilaku.
bermuara kepada
perasaan bahagia dan d. Kepribadian menunjuk pada
kesenanga jiwa. bagaimana individu tampil dan

Universitas Sumatera Utara


menimbulkan kesan bagi individu-
individu lainnya.

e. Motivasi adalah sesuatu yang pokok,


yang menjadi dorongan seseorang untuk
melakukan hal tertentu.

f. Kepuasan Kerja merupakan sikap


umum terhadap pekerjaan seseorang
yang menunjukkan perbedaan antara
jumlah penghargaan yang diterima
pekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima.

3. Organisasi a. Struktur Organisasi, sebuah susunan


Merupakan suatu dan hubungan antar tiap bagian serta
kelompok orang yang posisi yang ada pada suatu organisasi
memiliki tujuan yang atau perusahaan dalam menjalankan
sama dan pembagian kegiatan operasional untuk mencapai
kerja yang tetap tujuan.

b. Desain Pekerjaan, spesifikasi dari isi,


metode dan hubungan pekerjaan dengan
maksud untuk memuaskan persyaratan
teknologi dan organisasional seperti
halnya persyaratan sosial dan pribadi
pemegang.

c. Kepemimpinan, kemampuan atau seni


memimpin orang biasa kerja untuk
mencapai hasil-hasil yang luar biasa.

d. Sistem Penghargaan (reward system),


orang yang tahu bahwa mereka dihargai
karena melakukan perubahan cenderung
untuk berubah, juga apabila reward
benar-benar diterima maka akan
termotivasi untuk berubah di masa
depan.

Universitas Sumatera Utara


5.1.2. Matriks Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison)

5.1.2.1. Matriks Perbandingan Berpasangan Elemen Level 2

Tabel 5.3. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kinerja

Responden I
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1 1/5
Psikologis 1 1 1/5
Organisasi 5 5 1
Responden 2
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 3 5
Psikologis 1/3 1 3
Organisasi 1/5 1/3 1
Responden 3
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/5 5
Psikologis 5 1 9
Organisasi 1/5 1/9 1
Responden 4
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/2 5
Psikologis 2 1 7
Organisasi 1/5 1/7 1
Responden 5
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 5 5
Psikologis 1/5 1 1
Organisasi 1/5 1 1
Responden 6
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/3 1/7


Psikologis 3 1 1/5
Organisasi 7 5 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kinerja (Lanjutan)

Responden 7
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/3 2
Psikologis 3 1 7
Organisasi 1/2 1/7 1
Responden 8
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/3 1/3


Psikologis 3 1 1
Organisasi 3 1 1
Responden 9
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/5 1
Psikologis 5 1 5
Organisasi 1 1/5 1
Responden 10
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/3 3
Psikologis 3 1 5
Organisasi 1/3 1/5 1
Responden 11
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 5 7
Psikologis 1/5 1 1/3
Organisasi 1/7 3 1
Responden 12
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/7 1/5


Psikologis 7 1 3
Organisasi 5 1/3 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kinerja (Lanjutan)

Responden 13
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/3 1/7


Psikologis 3 1 1/3
Organisasi 7 3 1
Responden 14
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/3 1/3


Psikologis 3 1 1
Organisasi 1 1 1
Responden 15
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/2 1/2


Psikologis 2 1 1
Organisasi 2 1 1
Responden 16
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/5 3
Psikologis 5 1 7
Organisasi 1/3 1/7 1
Responden 17
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 5 1
Psikologis 1/5 1 1/5
Organisasi 1 5 1
Responden 18
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1 1/7
Psikologis 1 1 1/9
Organisasi 7 9 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kinerja (Lanjutan)

Responden 19
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/3 7
Psikologis 3 1 9
Organisasi 1/7 1/9 1
Responden 20
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 5 1/3
Psikologis 1/5 1 1/7
Organisasi 3 7 1
Responden 21
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 1/3 1
Psikologis 3 1 3
Organisasi 1 1/3 1
Responden 22
Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 5 1/8
Psikologis 1/5 1 1/9
Organisasi 8 9 1

Universitas Sumatera Utara


5.1.2.2. Matrik Perbandingan Berpasangan Elemen Level 3

Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Individu

Responden I
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1 3 1 1 1/3
Keterampilan 1 1 3 1 1 1/3
Latar
Belakang 1/3 1/3 1 1/5 1/2 1/3
Keluarga
Pengalaman
Kerja 1 1 5 1 1 1
Tingkat
Sosial
1 1 2 1 1 1
Demografi
Seseorang
3 3 3 1 1 1
Responden 2
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1/3 3 1/3 1 3
Keterampilan 3 1 5 1 3 5
Latar
Belakang 1/3 1/5 1 1/5 1/3 1
Keluarga
Pengalaman
Kerja 3 1 5 1 3 5
Tingkat
Sosial
1 1/3 3 1/3 1 3
Demografi
Seseorang
1/3 1/5 1 1/5 1/3 1
Responden 3
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1/3 3 1 5 7
Keterampilan 3 1 7 3 7 9
Latar
Belakang 1/3 1/7 1 1/5 1/3 1
Keluarga
Pengalaman
Kerja
1 1/3 5 1 3 5
Tingkat
Sosial
1/5 1/7 3 1/3 1 3
Demografi
Seseorang 1/7 1/9 1 1/5 1/3 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Individu (Lanjutan)

Responden 4
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1/3 5 1 3 3
Keterampilan 3 1 5 3 7 7
Latar
Belakang 1/5 1/5 1 1/5 3 3
Keluarga
Pengalaman
Kerja 1 1/3 5 1 3 3
Tingkat
Sosial
1/3 1/7 1/3 1/3 1 1
Demografi
Seseorang
1/3 1/7 1/3 1/3 1 1
Responden 5
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1 5 1 5 5
Keterampilan 1 1 5 1 5 6
Latar
Belakang 1/5 1/5 1 1/5 1 1
Keluarga
Pengalaman
Kerja
1 1 5 1 5 7
Tingkat
Sosial 1/5 1/5 1 1/5 1 1
Demografi
Seseorang
1/5 1/6 1 1/7 1 1
Responden 6
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1 5 1 3 3
Keterampilan 1 1 5 1 3 3
Latar
Belakang 1/5 1/5 1 1/7 1 1
Keluarga
Pengalaman
Kerja
1 1 7 1 5 5
Tingkat
Sosial 1/3 1/3 1 1/5 1 1
Demografi
Seseorang
1/3 1/3 1 1/5 1 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Individu (Lanjutan)

Responden 7
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1/2 3 1/3 5 6
Keterampilan 2 1 7 1 7 9
Latar
Belakang 1/3 1/7 1 1/7 1/3 2
Keluarga
Pengalaman
Kerja 3 1 7 1 7 9
Tingkat
Sosial
1/5 1/7 3 1/7 1 4
Demografi
Seseorang
1/6 1/9 1/2 1/9 1/4 1
Responden 8
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1 3 1 5 5
Keterampilan 1 1 3 2 3 5
Latar
Belakang 1/3 1/3 1 1/3 1/2 1
Keluarga
Pengalaman
Kerja 1 1/2 3 1 3 3
Tingkat
Sosial
1/5 1/3 2 1/3 1 2
Demografi
Seseorang
1/5 1/5 1 1/3 1/2 1
Responden 9
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1 3 1 5 5
Keterampilan 1 1 3 1 5 5
Latar
Belakang 1/3 1/3 1 1/3 3 3
Keluarga
Pengalaman
Kerja
1 1 3 1 5 5
Tingkat
Sosial
1/5 1/5 1/3 1/5 1 1
Demografi
Seseorang 1/5 1/5 1/3 1/5 1 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Individu (Lanjutan)

Responden 10
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1 3 3 5 3
Keterampilan 1 1 3 3 3 3
Latar
Belakang 1/3 1/3 1 3 1 1/3
Keluarga
Pengalaman
Kerja 1/3 1/3 1/3 1 1/3 1/3
Tingkat
Sosial
1/5 1/3 1 3 1 1/4
Demografi
Seseorang
1/3 1/3 3 3 4 1
Responden 11
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 5 1 1/3 1 3
Keterampilan 1/5 1 1 1/3 1 3
Latar
Belakang 1 1 1 1/5 3 2
Keluarga
Pengalaman
Kerja 3 3 5 1 3 3
Tingkat
Sosial
1 1 1/3 1/3 1 3
Demografi
Seseorang
1/3 1/3 1/2 1/3 1/3 1
Responden 12
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1/3 5 5 5 5
Keterampilan 3 1 7 1 7 7
Latar
Belakang 1/5 1/7 1 1/5 1 1
Keluarga
Pengalaman
Kerja
1/5 1 5 1 5 5
Tingkat
Sosial
1/5 1/7 1 1/5 1 1
Demografi
Seseorang 1/5 1/7 1 1/5 1 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Individu (Lanjutan)

Responden 13
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1/3 3 1/3 4 5
Keterampilan 3 1 5 3 7 7
Latar
Belakang 1/3 1/5 1 1/5 1/3 3
Keluarga
Pengalaman
Kerja 3 1/3 5 1 7 7
Tingkat
Sosial
1/4 1/7 3 1/7 1 3
Demografi
Seseorang
1/5 1/7 1/3 1/7 1/3 1
Responden 14
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1 5 1 3 7
Keterampilan 1 1 7 1 4 9
Latar
Belakang 1/5 1/7 1 1/7 1 1
Keluarga
Pengalaman
Kerja 1 1 7 1 7 9
Tingkat
Sosial
1/3 1/4 1 1/7 1 1
Demografi
Seseorang
1/7 1/9 1 1/9 1 1
Responden 15
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1/3 3 1 3 3
Keterampilan 3 1 5 3 5 7
Latar
Belakang 1/3 1/5 1 1/3 1 3
Keluarga
Pengalaman
Kerja
1 1/3 3 1 5 7
Tingkat
Sosial
1/3 1/5 1 1/5 1 3
Demografi
Seseorang 1/3 1/7 1/3 1/7 1/3 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Individu (Lanjutan)

Responden 16
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1/2 7 1/2 6 7
Keterampilan 2 1 7 1 5 9
Latar
Belakang 1/7 1/7 1 1/7 1/3 3
Keluarga
Pengalaman
Kerja 2 1 7 1 7 9
Tingkat
Sosial
1/6 1/5 3 1/7 1 3
Demografi
Seseorang
1/7 1/9 1/3 1/9 1/3 1
Responden 17
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1 9 1/5 5 5
Keterampilan 1 1 9 1/5 5 5
Latar
Belakang 1/9 1/9 1 1/9 1/3 1/3
Keluarga
Pengalaman
Kerja 5 5 9 1 9 9
Tingkat
Sosial
1/5 1/3 3 1/9 1 1
Demografi
Seseorang
1/5 1/5 3 1/9 1 1
Responden 18
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 5 3 1 5 7
Keterampilan 1/5 1 1/3 1/5 3 5
Latar
Belakang 1/3 3 1 1/3 2 1
Keluarga
Pengalaman
Kerja
1 5 3 1 5 5
Tingkat
Sosial
1/5 1/3 1/2 1/5 1 2
Demografi
Seseorang 1/7 1/5 1 1/5 1/2 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Individu (Lanjutan)

Responden 19
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1/3 3 1/3 3 5
Keterampilan 3 1 5 1 4 5
Latar
Belakang 1/3 1/5 1 1/5 1/2 1/3
Keluarga
Pengalaman
Kerja 3 1 5 1 5 7
Tingkat
Sosial
1/3 1/4 2 1/5 1 3
Demografi
Seseorang
1/5 1/5 3 1/7 1/3 1
Responden 20
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 3 3 1 3 9
Keterampilan 1/3 1 1 1/3 1 7
Latar
Belakang 1/3 1 1 1/3 1 7
Keluarga
Pengalaman
Kerja 1 3 3 1 3 9
Tingkat
Sosial
1/3 1 1 1/3 1 7
Demografi
Seseorang
1/9 1/7 1/7 1/9 1/7 1
Responden 21
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 1 3 1/3 5 5
Keterampilan 1 1 3 1/3 5 5
Latar
Belakang 1/3 1/3 1 1/5 2 2
Keluarga
Pengalaman
Kerja
3 3 5 1 7 7
Tingkat
Sosial
1/5 1/5 1/2 1/7 1 1
Demografi
Seseorang 1/5 1/5 1/2 1/7 1 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Individu (Lanjutan)

Responden 22
Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 3 3 1 3 5
Keterampilan 1/3 1 7 1 7 7
Latar
Belakang 1/3 1/7 1 1/5 1/3 3
Keluarga
Pengalaman
Kerja 1 1 5 1 7 7
Tingkat
Sosial
1/3 1/7 3 1/7 1 1
Demografi
Seseorang
1/5 1/7 1/3 1/7 1 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Pada Level Faktor Psikologis

Responden 1
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1 1/3 1/3 1/3 1/3
Peran 1 1 1/3 1/3 1/3 1/3
Sikap 3 3 1 1 1 1
Kepribadian 3 3 3 1 1 3
Motivasi 3 3 3 3 1 1
Kep. Kerja 3 3 3 1/3 1 1
Responden 2
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/7 1/5 1/6 1/9 1/7
Peran 7 1 3 2 1/3 1/2
Sikap 5 1/3 1 1/2 1/5 1/4
Kepribadian 6 1/2 2 1 1/4 1/2
Motivasi 9 3 5 4 1 2
Kep.Kerja 7 2 4 2 1/2 1
Responden 3
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/4 1/3 1/5 1/7 1/5
Peran 4 1 2 1/3 1/5 1/4
Sikap 3 1/2 1 1 1/5 1/3
Kepribadian 5 3 1 1 1/5 1/3
Motivasi 7 5 5 5 1 3
Kep.Kerja 5 4 3 3 1/3 1
Responden 4
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/3 1/3 1/5 1/9 1/7
Peran 3 1 1 1/5 1/9 1/7
Sikap 3 1 1 1/5 1/7 1/7
Kepribadian 5 5 5 1 1/5 1/3
Motivasi 9 9 7 5 1 3
Kep.Kerja 7 7 7 3 1/3 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Psikologis (Lanjutan)

Responden 5
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1 1 1/3 1/5 1/5
Peran 1 1 1/3 1/5 1/7 1/9
Sikap 1 3 1 1/3 1/5 1/5
Kepribadian 3 5 3 1 1/3 1/5
Motivasi 5 7 5 3 1 1/2
Kep.Kerja 5 9 5 5 2 1
Responden 6
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1 1 1/3 1/5 1/4
Peran 1 1 1 1/3 1/5 1/4
Sikap 1 1 1 1/3 1/5 1/4
Kepribadian 3 3 3 1 1/3 1/4
Motivasi 5 5 5 3 1 1
Kep.Kerja 4 4 4 4 1 1
Responden 7
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/3 1/4 1/5 1/9 1/7
Peran 3 1 1/3 1/4 1/7 1/5
Sikap 4 3 1 1/3 1/4 1/3
Kepribadian 5 4 3 1 1/3 1/2
Motivasi 9 7 4 3 1 3
Kep.Kerja 7 5 3 2 1/3 1
Responden 8
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/3 1/3 1/3 1/5 1/5
Peran 3 1 1 1 1/5 1/5
Sikap 3 1 1 1 1/7 1/5
Kepribadian 3 1 1 1 1/3 1/3
Motivasi 5 5 7 3 1 1
Kep.Kerja 5 5 5 3 1 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Psikologis (Lanjutan)

Responden 9
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/3 1/3 1/3 1/7 1/7
Peran 3 1 1 1/2 1/7 1/7
Sikap 3 1 1 1 1/7 1/7
Kepribadian 3 2 1 1 1/5 1/5
Motivasi 7 7 7 5 1 1
Kep.Kerja 7 7 7 5 1 1
Responden 10
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/3 1/3 1/5 1/5 1/5
Peran 3 1 1 1/3 1/3 1/3
Sikap 3 1 1 1 1/3 1/3
Kepribadian 5 3 1 1 1 1
Motivasi 5 3 3 1 1 1/3
Kep.Kerja 5 3 3 1 3 1
Responden 11
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 3 1 1/3 1/3 1/3
Peran 1/3 1 1 1 1/3 1
Sikap 1 1 1 1 3 3
Kepribadian 3 1 1 1 1/3 1
Motivasi 3 3 1/3 3 1 3
Kep.Kerja 3 1 1/3 1 1/3 1
Responden 12
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/3 1/3 1/4 1/9 1/6
Peran 3 1 1 1/3 1/7 1/5
Sikap 3 1 1 1/3 1/7 1/5
Kepribadian 4 3 3 1 1/3 1/3
Motivasi 9 7 7 3 1 1
Kep. Kerja 6 5 5 3 1 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Psikologis (Lanjutan)

Responden 13
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/4 3 1 1/5 1/5
Peran 4 1 5 5 5 1
Sikap 1/3 1/5 1 1/3 1/3 1/5
Kepribadian 1 1/5 3 1 1/5 1/5
Motivasi 5 1/5 3 5 1 1
Kep.Kerja 5 1 5 5 1 1
Responden 14
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/5 1/6 1/7 1/9 1/8
Peran 5 1 1/3 1/3 1/7 1/7
Sikap 6 3 1 1/7 1/3 1/5
Kepribadian 7 3 7 1 1/3 1
Motivasi 9 7 3 3 1 1/2
Kep.Kerja 8 7 5 1 2 1
Responden 15
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/2 1/3 1/4 1/5 1/4
Peran 2 1 1/3 1/2 1/5 1/3
Sikap 3 3 1 1/2 1/5 1/3
Kepribadian 4 2 2 1 1/3 1
Motivasi 5 5 5 3 1 5
Kep.Kerja 4 3 3 1 1/5 1
Responden 16
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/2 1/3 1/5 1/9 1/7
Peran 2 1 1/3 1/4 1/7 1/5
Sikap 3 3 1 1/2 1/3 1/2
Kepribadian 5 4 2 1 1/5 1/3
Motivasi 9 7 3 5 1 3
Kep.Kerja 7 5 2 3 1/3 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Psikologis (Lanjutan)

Responden 17
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/5 1 1 1/5 1/5
Peran 5 1 3 3 1 1
Sikap 1 1/3 1 1 1/5 1/5
Kepribadian 1 1/3 1 1 1/5 1/5
Motivasi 5 1 5 5 1 1
Kep.Kerja 5 1 5 5 1 1
Responden 18
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 3 1/5 1/7 1/9 1/7
Peran 1/3 1 1/3 1/5 1/7 1/5
Sikap 5 3 1 1/3 1/7 1/5
Kepribadian 7 5 3 1 1/5 1/2
Motivasi 9 7 7 5 1 3
Kep.Kerja 7 5 5 2 1/3 1
Responden 19
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/5 1/5 1/7 1/7 1/9
Peran 5 1 1 1/3 1/7 1/9
Sikap 5 1 1 1 1/5 1/3
Kepribadian 7 3 1 1 1/3 1/2
Motivasi 7 7 5 3 1 1/2
Kep.Kerja 9 9 3 2 2 1
Responden 20
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/5 1/5 1 1/3 1/7
Peran 5 1 1 5 2 1/9
Sikap 5 1 1 1/5 2 1/5
Kepribadian 1 1/5 5 1 1/3 1/7
Motivasi 3 1/2 1/2 3 1 1/5
Kep.Kerja 7 9 5 7 5 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Psikologis (Lanjutan)

Responden 21
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 1/3 1/3 1/4 1/5 1/5
Peran 3 1 1 1/2 1/5 1/5
Sikap 3 1 1 1/4 1/5 1/5
Kepribadian 4 2 4 1 1/3 1/3
Motivasi 5 5 5 3 1 1
Kep.Kerja 5 5 5 3 1 1
Responden 22
Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 3 1/5 1 1/3 1/3
Peran 1/3 1 1/3 3 1/3 1/5
Sikap 5 3 1 5 5 1/5
Kepribadian 1 1/3 1/5 1 1/5 1/7
Motivasi 3 3 1/5 5 1 1/7
Kep.Kerja 3 5 5 7 7 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Organisasi

Responden 1
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1 1/3 1
Organisasi
Desain Pekerjaan 1 1 1/3 1

Kepemimpinan 3 3 1 3

Sistem
Penghargaan 1 1 1/3 1
(reward system)
Responden 2
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1 1/3 1/5
Organisasi
Desain Pekerjaan 1 1 1/3 1/5

Kepemimpinan 3 3 1 1/2

Sistem
Penghargaan 5 5 2 1
(reward system)
Responden 3
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1 1/3 1/3
Organisasi
Desain Pekerjaan 1 1 1/3 1/3

Kepemimpinan 3 3 1 1

Sistem
Penghargaan 3 3 1 1
(reward system)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Organisasi (Lanjutan)

Responden 4
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1/3 1/7 1/5
Organisasi
Desain Pekerjaan 3 1 1/7 1/3

Kepemimpinan 7 7 1 5

Sistem
Penghargaan 5 3 1/5 1
(reward system)
Responden 5
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 7 1/3 1
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/7 1 1/9 1/7

Kepemimpinan 3 9 1 2

Sistem
Penghargaan 1 7 1/2 1
(reward system)
Responden 6
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1/5 1 7
Organisasi
Desain Pekerjaan 5 1 5 9

Kepemimpinan 1 1/5 1 7

Sistem
Penghargaan 1/7 1/9 1/7 1
(reward system)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Organisasi (Lanjutan)

Responden 7
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1/3 1/7 1/3
Organisasi
Desain Pekerjaan 3 1 1/5 1/3

Kepemimpinan 7 5 1 3

Sistem
Penghargaan 3 3 1/3 1
(reward system)
Responden 8
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 3 1/5 1/2
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/3 1 1/7 1/5

Kepemimpinan 5 7 1 3

Sistem
Penghargaan 2 5 1/3 1
(reward system)
Responden 9
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 3 1/3 1/3
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/3 1 1/5 1/7

Kepemimpinan 3 5 1 3

Sistem
Penghargaan 3 7 1/3 1
(reward system)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Organisasi (Lanjutan)

Responden 10
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1/3 1/3 1/5
Organisasi
Desain Pekerjaan 3 1 1/3 1/5

Kepemimpinan 3 3 1 3

Sistem
Penghargaan 5 5 1/3 1
(reward system)
Responden 11
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1/7 1/3 1
Organisasi
Desain Pekerjaan 7 1 3 7

Kepemimpinan 3 1/3 1 3

Sistem
Penghargaan 1 1/7 1/3 1
(reward system)
Responden 12
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 3 1/6 1/3
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/3 1 1/7 1/5

Kepemimpinan 6 7 1 5

Sistem
Penghargaan 3 5 1/3 1
(reward system)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Organisasi (Lanjutan)

Responden 13
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1/7 1/5 1/5
Organisasi
Desain Pekerjaan 7 1 5 5

Kepemimpinan 5 1/5 1 1

Sistem
Penghargaan 5 1/5 1 1
(reward system)
Responden 14
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 5 1 1
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/5 1 1/3 1/4

Kepemimpinan 1 3 1 2

Sistem
Penghargaan 1 4 1/2 1
(reward system)
Responden 15
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1 1/2 1/4
Organisasi
Desain Pekerjaan 1 1 1/5 1/3

Kepemimpinan 2 5 1 1/2

Sistem
Penghargaan 4 3 2 1
(reward system)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Organisasi (Lanjutan)

Responden 16
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 3 1/3 1
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/3 1 1/5 1/5

Kepemimpinan 3 5 1 3

Sistem
Penghargaan 1 5 1/3 1
(reward system)
Responden 17
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 5 5 5
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/5 1 1 1

Kepemimpinan 1/5 1 1 1

Sistem
Penghargaan 1/5 1 1 1
(reward system)
Responden 18
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 2 1/2 1/4
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/2 1 1/3 1/5

Kepemimpinan 2 3 1 1/2

Sistem
Penghargaan 4 5 2 1
(reward system)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Organisasi (Lanjutan)

Responden 19
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 3 1 1/3
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/3 1 1/3 1/5

Kepemimpinan 1 3 1 1/3

Sistem
Penghargaan 3 5 3 1
(reward system)
Responden 20
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 5 1 3
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/5 1 1/3 1/2

Kepemimpinan 1 3 1 3

Sistem
Penghargaan 1/3 2 1/3 1
(reward system)
Responden 21
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 3 1/3 1/2
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/3 1 1/5 1/6

Kepemimpinan 3 5 1 1/3

Sistem
Penghargaan 2 5 3 1
(reward system)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-sub Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja pada Level Faktor Organisasi (Lanjutan)

Responden 22
Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 7 1/4 1/5
Organisasi
Desain Pekerjaan 1/7 1 1/8 1/3

Kepemimpinan 4 8 1 7

Sistem
Penghargaan 5 3 1/7 1
(reward system)

Universitas Sumatera Utara


5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Perhitungan Rata-rata Pembobotan Untuk Masing-Masing Elemen

Perhitungan rata-rata pembobotan dengan menggunakan rata-rata


geometrik dari penilaian yang diberikan oleh seluruh responden (22 responden).
Nilai rata-rata geometric dengan persamaan: n
X 1. X 2. X 3... Xn
Contoh rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 2
Responden 1 dengan nilai 1 Responden 12 dengan nilai 1/7
Responden 2 dengan nilai 3 Responden 13 dengan nilai 1/3
Responden 3 dengan nilai 1/5 Responden 14 dengan nilai 1/3
Responden 4 dengan nilai 1/2 Responden 15 dengan nilai 1/2
Responden 5 dengan nilai 1/5 Responden 16 dengan nilai 1/5
Responden 6 dengan nilai 1/3 Responden 17 dengan nilai 5
Responden 7 dengan nilai 1/3 Responden 18 dengan nilai 1
Responden 8 dengan nilai 1/3 Responden 19 dengan nilai 1/3
Responden 9 dengan nilai 1/5 Responden 20 dengan nilai 5
Responden 10 dengan nilai 1/3 Responden 21 dengan nilai 1/3
Responden 11 dengan nilai 5 Responden 22 dengan nilai 5
Maka rata-rata geometriknya adalah:
22 1x3x1/ 5x1/ 2x5x1/ 3x1/ 3x1/ 3x1/ 5x1/ 3x5x1/ 7x1/ 3x1/ 3x1/ 2x1/ 5x5x1x1/ 3x5x1/ 3x5
= 0.7013
Perhitungan rata-rata pembobotan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.7
dengan menggunakan cara yang sama seperti contoh rata-rata Pembobotan untuk
Elemen Level 2 di atas.

Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen Level 2

Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 0.7013 0.9170


Psikologis 1.4257 1 1.1661
Organisasi 1.0373 0.8575 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen Level 3

untuk Masing-masing Sub Faktor pada Level Faktor Individu

Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi


Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Kemampuan 1 0.8467 3.5016 0.7548 3.4061 4.2342
Keterampilan 1.1810 1 3.8282 0.9851 3.8395 5.0713
Latar
Belakang 0.2855 0.2612 1 0.2326 0.7935 1.3268
Keluarga
Pengalaman
Kerja
1.3247 1.0150 4.2979 1 4.0243 4.8012
Tingkat
Sosial 0.2935 0.2665 0.2484 1.2601 1 1.6504
Demografi
Seseorang
0.2361 0.1971 0.7536 0.2082 0.6059 1

Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Elemen Level 3

untuk Masing-masing Sub Faktor pada Level Faktor Psikologis

Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 0.4630 0.3830 0.3008 0.1738 0.1858
Peran 2.1594 1 0.8228 0.5993 0.2657 0.2504
Sikap 2.6108 1.2152 1 0.5386 0.3212 0.2820
Kepribadian 3.3242 1.9313 1.9516 1 0.3494 0.4032
Motivasi 5.7515 3.7369 3.2726 3.4816 1 1.1032
Kep. Kerja 5.3812 3.9924 3.7272 2.4799 0.9064 1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.10. Hasil Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 3

untuk Masing-masing Sub Faktor pada Level Faktor Organisasi

Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1.3876 0.4037 0.5526
Organisasi
Desain Pekerjaan 0.7206 1 0.3574 0.4260

Kepemimpinan 2.4767 2.7976 1 1.8063

Sistem
Penghargaan 1.8093 2.3276 0.5665 1
(reward system)

5.2.2. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks

Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matrik dilakukan pada semua

level dengan melakukan penilaian relatif pada setiap sel (perpotongan baris dan

kolom) dengan cara nilai setiap sel dibagi dengan jumlah pada setiap kolomnya,

maka akan diperoleh nilai relative persel. Akhirnya pada setiap faktor secara

horizontal dijumlahkan dan dicari rata-ratanya. Dari perhitungan tersebut dapat

diketahui faktor yang diprioritaskan dan bobot parsialnya.

5.2.2.1. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks Elemen Level 2

Perhitungan pada level 2 hierarki faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan pada PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi yang diperoleh dari

perhitungan rata-rata pembobotan dapat dilihat pada Tabel 5.11. di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.11. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Kinerja Karyawan

Faktor Individu Psikologis Organisasi

Individu 1 0.7013 0.9170


Psikologis 1.4257 1 1.1661
Organisasi 1.0373 0.8575 1
Jumlah 3.4630 2.5588 3.0831

Bobot parsial dapat dihitung dengan melakukan penilaian relatif pada

setiap kriteria, selanjutnya bobot prioritas dapat diperoleh dengan menjumlahkan

data pada baris yang sama dibagi dengan jumlah data pada baris tersebut. Bobot

Parsial dan bobot prioritas faktor kinerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 5.12.

di bawah ini:

Tabel 5.12. Bobot Parsial Faktor Kinerja Karyawan

Bobot
Faktor Individu Psikologis Organisasi Jumlah
Parsial
Individu 0.2887 0.2740 0.2974 0.8601 0.2867

Psikologis 0.4117 0.3908 0.3782 1.1807 0.3935

Organisasi 0.2995 0.3351 0.3243 0.9589 0.3196

Jumlah 1 1 1 3 1

Untuk mengetahui apakah responden memberikan jawaban yang konsisten

terhadap pertanyaan yang diberikan dilakukan perhitungan rasio konsistensi.

Perhitungan rasio konsistensi kinerja karyawan adalah sebagai berikut :

a. [Matriks Perhitungan Rata-rata Pembobotan] x [Vektor Bobot tiap baris]

= [Vektor (a)]

Universitas Sumatera Utara


 1 0.7013 0.9170   0.2867   0.8556 
     
1.4257 1 1.1661    0.3935    1.1748 
 1.0373 0.8575
 1   0.3196   0.9544 

b. Perhitungan Konsistensi Vektor

Vektor (a )
D=
Bobot

0.8556 1.1748 0.9544



0.2867 0.3935 0.3196

= 2.9843 2.9855 2.9862

c. Rata-rata dari ketiga entri adalah :

Vektor(b)
maks = i 1

2.9843  2.9855  2.9862


  2.9853
3

d. Maka Consistency Indeks (CI) adalah :

 maks  n 2.9855  3
CI  maka CI   0.00725
n 1 3 1

Jawaban responden konsisten jika CR ≤ 0.1

dengan Random Index (RI) n = 3 adalah 0.58 (diperoleh dari Tabel Random

Index).

Perhitungan Rasio Konsistensi (CR):

CI
CR 
RandomConsistencyIndex( RI )

 0.00725
CR   0.0125
0.58

Universitas Sumatera Utara


Secara umum, derajat konsistensi cukup memuaskan bila : CI / RI < 0.1

Karena CR < 0.1 maka jawaban responden konsisten. Selanjutnya dengan cara

yang sama akan diperoleh diperoleh Perhitungan Rasio Konsistensi (CR) Untuk

sub-sub faktor kinerja karyawan pada Level 3.

5.2.2.2. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks Elemen Level 3

5.2.2.2.1. Sub-sub Faktor Individu

Perhitungan pada level 3 hierarki faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan pada PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi yang diperoleh dari

perhitungan rata-rata pembobotan untuk masing-masing sub faktor pada level

faktor individu dapat dilihat pada Tabel 5.13. di bawah ini :

Tabel 5.13. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Kinerja Karyawan

untuk Sub-sub Faktor Individu

Latar
Pengalaman Tingkat Demografi
Sub Faktor Kemampuan Keterampilan Belakang
Kerja Sosial Seseorang
Keluarga
Kemampuan 1 0.8467 3.5016 0.7548 3.4061 4.2342
Keterampilan 1.1810 1 3.8282 0.9851 3.8395 5.0713
Latar
Belakang 0.2855 0.2612 1 0.2326 0.7935 1.3268
Keluarga
Pengalaman
Kerja
1.3247 1.0150 4.2979 1 4.0243 4.8012
Tingkat
Sosial
0.2935 0.2665 0.2484 1.2601 1 1.6504
Demografi
Seseorang 0.2361 0.1971 0.7536 0.2082 0.6059 1
Jumlah 4.3208 3.5865 13.6297 4.4408 13.6693 17.0839

Bobot Parsial dan bobot prioritas faktor kinerja karyawan untuk sub-sub

faktor individu dapat dilihat pada Tabel 5.14. di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.14. Bobot Parsial Faktor Kinerja Karyawan untuk Sub-sub Faktor Individu

Latar Belakang Pengalaman Tingkat Demografi Bobot


Sub Faktor Kemampuan Keterampilan
Keluarga Kerja Sosial Seseorang
Jumlah
Parsial
Kemampuan 0.2314 0.2360 0.2569 0.1699 0.2491 0.2478 1.3911 0.2318

Keterampilan 0.2733 0.2788 0.2808 0.2218 0.2808 0.2968 1.6323 0.2720

Latar

Belakang 0.0660 0.0728 0.0733 0.0523 0.0580 0.0776 0.4000 0.0666


Keluarga

Pengalaman
0.3065 0.2830 0.3153 0.2251 0.2944 0.2810 1.7053 0.2842
Kerja

Tingkat
0.0679 0.0743 0.0182 0.2837 0.0731 0.0966 0.6138 0.1023
Sosial

Demografi
0.0546 0.0549 0.0552 0.0468 0.0443 0.0585 0.3143 0.0523
Seseorang

Jumlah 1 1 1 1 1 1 6 1

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan rasio konsistensi sub-sub faktor individu adalah sebagai berikut :

a. [Matriks Perhitungan Rata-rata Pembobotan] x [Vektor Bobot tiap baris]

 1 0.8467 3.5016 0.7548 3.4061 4.2342   0.2318   1.4791 


     
 1.1810 1 3.8282 0.9851 3.8395 5.0713   0.2720   1.7384 
 0.2855 0.2612 1 0.2326 0.7935 1.3268   0.0666   0.4202 
   
 1.3247 1.0150 4.2979 1 4.0243 4.8012   0.2842   1.8161 
 0.2935 0.2665 0.2484 1.2601 1 1.6504   0.1023   0.8525 

 0.2361 0.1971 0.7536 0.2082 0.6059 1   0.0523   0.3317 

b. Perhitungan Konsistensi Vektor

Vektor (a )
D=
Bobot

1.4791 1.7384 0.4202 1.8161 0.8525 0.3317



0.2318 0.2720 0.0666 0.2842 0.1023 0.0523

= 6.3809 6.3911 6.3093 6.3902 8.3333 6.3422

c. Rata-rata entri adalah :

Vektor(b)
maks  i 1

6.3809  6.3911  6.3093  6.3902  8.3333  6.3422


  6.6911
6

d. Maka Consistency Indeks (CI) adalah :

 maks  n 6.6911  6
CI  maka CI   0.1382
n 1 6 1

Dengan Random Index (RI) n = 6 adalah 1.24 (diperoleh dari Tabel

Random Index). Perhitungan Rasio Konsistensi (CR):

CI
CR 
RandomConsistencyIndex

Universitas Sumatera Utara


0.1382
CR   0.1114
1.24

Secara umum, derajat konsistensi cukup memuaskan bila : CI / RI < 0,1.

Karena CR > 0.1 maka jawaban responden tidak konsisten.

5.2.2.2.2. Sub-sub Faktor Psikologis

Perhitungan pada level 3 hierarki faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan pada PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi yang diperoleh dari

perhitungan rata-rata pembobotan untuk masing-masing sub faktor pada level

faktor psikologis dapat dilihat pada Tabel 5.15. di bawah ini :

Tabel 5.15. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Kinerja Karyawan

untuk Sub-sub Faktor Psikologis

Kepuasan
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi
Kerja
Persepsi 1 0.4630 0.3830 0.3008 0.1738 0.1858
Peran 2.1594 1 0.8228 0.5993 0.2657 0.2504
Sikap 2.6108 1.2152 1 0.5386 0.3212 0.2820
Kepribadian 3.3242 1.9313 1.9516 1 0.3494 0.4032
Motivasi 5.7515 3.7369 3.2726 3.4816 1 1.1032
Kep. Kerja 5.3812 3.9924 3.7272 2.4799 0.9064 1
Jumlah 20.2271 12.3388 11.1572 8.4002 3.0165 3.2246

Bobot Parsial dan bobot prioritas faktor kinerja karyawan untuk sub-sub

faktor psikologis dapat dilihat pada Tabel 5.16. di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.16. Bobot Parsial Faktor Kinerja Karyawan untuk Sub-sub Faktor Psikologis

Kepuasan Bobot
Sub Faktor Persepsi Peran Sikap Kepribadian Motivasi Jumlah
Kerja Parsial
Persepsi 0.0494 0.0375 0.0343 0.0358 0.0576 0.0576 0.2722 0.0453

Peran 0.1067 0.0810 0.0737 0.0713 0.0880 0.0776 0.4983 0.0830

Sikap 0.1290 0.0984 0.0896 0.0641 0.1064 0.0874 0.5749 0.0958

Kepribadian 0.1643 0.1565 0.1749 0.1190 0.1158 0.1250 0.8555 0.1425

Motivasi 0.2843 0.3028 0.2933 0.4144 0.3315 0.3421 1.9684 0.3280

Kep. Kerja 0.2660 0.3235 0.3340 0.2952 0.3004 0.3101 1.8292 0.3048

Jumlah 1 1 1 1 1 1 6 1

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan rasio konsistensi sub-sub faktor psikologis adalah sebagai berikut :

a. [Matriks Perhitungan Rata-rata Pembobotan] x [Vektor Bobot tiap baris]

 1 0.4630 0.3830 0.3008 0.1738 0.1858   0.0453   0.2767 


     
 2.1594 1 0.8228 0.5993 0.2657 0.2504   0.0830   0.5084 
 2.6108 1.2152 1 0.5386 0.3212 0.2820   0.0958   0.5827 
   
 3.3242 1.9313 1.9516 1 0.3494 0.4032   0.1425   0.8775 
 5.7515 3.7369 3.2726 3.4816 1 1.1032   0.3280   1.7465 

 3.3812 3.9924 3.7272 2.4799 0.9064 1   0.3048   1.8873 

b. Perhitungan Konsistensi Vektor

Vektor (a )
D=
Bobot

0.2767 0.5084 0.5827 0.8775 1.7465 1.8873



0.0453 0.0830 0.0958 0.1425 0.3280 0.3048

= 6.1081 6.1253 6.0824 6.157 5.3246 6.1919

c. Rata-rata entri adalah:

Vektor(b)
maks = i 1

6.1081  6.1253  6.0824  6.1570  5.3246  6.1919


  5.9982
6

d. Maka Consistency Indeks (CI) adalah :

 maks  n 5.9982  6
CI  maka CI   0.00036
n 1 6 1

Dengan Random Index (RI) n = 6 adalah 1.24 (diperoleh dari Tabel

Random Index). Perhitungan Rasio Konsistensi (CR):

CI
CR 
RandomConsistencyIndex

Universitas Sumatera Utara


0.00036
CR   0.00029
1.24

Secara umum, derajat konsistensi cukup memuaskan bila : CI / RI < 0,1.

Karena CR < 0.1 maka jawaban responden konsisten.

5.2.2.2.3. Sub-sub Faktor Organisasi

Perhitungan pada level 3 hierarki faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan pada PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi yang diperoleh dari

perhitungan rata-rata pembobotan untuk masing-masing sub faktor pada level

faktor Organisasi dapat dilihat pada Tabel 5.17. di bawah ini :

Tabel 5.17. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Kinerja Karyawan

untuk Sub-sub Faktor Organisasi

Sistem
Struktur Desain
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan
Organisasi Pekerjaan
(reward system)
Struktur
1 1.3876 0.4037 0.5526
Organisasi
Desain Pekerjaan 0.7206 1 0.3574 0.4260

Kepemimpinan 2.4767 2.7976 1 1.8063

Sistem
Penghargaan 1.8093 2.3276 0.5665 1
(reward system)
Jumlah
6.0066 7.5128 2.3276 3.7849

Bobot Parsial dan bobot prioritas faktor kinerja karyawan untuk sub-sub

faktor Organisasi dapat dilihat pada Tabel 5.18. di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.18. Bobot Parsial Faktor Kinerja Karyawan untuk Sub-sub Faktor Organisasi

Sistem
Struktur Desain Bobot
Sub Faktor Kepemimpinan Penghargaan Jumlah
Organisasi Pekerjaan Parsial
(reward system)
Struktur
0.1664 0.1846 0.1734 0.1460 0.6704 0.1676
Organisasi

Desain Pekerjaan 0.1199 0.1331 0.1535 0.1125 0.5190 0.1297

Kepemimpinan 0.4123 0.3723 0.4296 0.4772 1.6914 0.4228

Sistem

Penghargaan 0.3012 0.3098 0.2433 0.2642 1.1185 0.2796

(reward system)

Jumlah 1 1 1 1 4 1

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan rasio konsistensi sub-sub faktor organisasi adalah sebagai berikut :

a. [Matriks Perhitungan Rata-rata Pembobotan] x [Vektor Bobot tiap baris]

 1 1.3876 0.0437 0.5526   0.1676   0.6726 


     
 0.7206 1 0.3574 0.4260   0.1297   0.5206 
 2.4767 2.7976 x 
1 1.8063   0.4228   1.7056 
     
 1.8093 2.3237 0.5665 1   0.2796   1.1241 
     

b. Perhitungan Konsistensi Vektor

Vektor (a )
D=
Bobot

 0.6726 0.5206 1.7056 1.1241 


 
 0.1676 0.1297 0.4228 0.2796 

= 4.0131 4.0138 4.0340 4.0203

c. Rata-rata entri adalah :

Vektor(b)
maks = i 1

4.0131  4.0138  4.0340  4.0203


  4.0203
4

d. Maka Consistency Indeks (CI) adalah :

 maks  n 4.0203  4
CI  maka CI   0.0067
n 1 4 1

Dengan Random Index (RI) n = 4 adalah 0.90 (diperoleh dari Tabel

Random Index). Perhitungan Rasio Konsistensi (CR):

CI
CR 
RandomConsistencyIndex

0.0067
CR   0.0075
0.90

Universitas Sumatera Utara


Secara umum, derajat konsistensi cukup memuaskan bila : CI / RI < 0,1.

Karena CR < 0.1 maka jawaban responden konsisten.

Hasil perhitungan bobot parsial untuk masing-masing level, yaitu level 2

dan level 3 disajikan dalam Tabel 5.19. di bawah ini :

Tabel 5.19. Rekapitulasi Bobot Parsial

No Faktor Sub Faktor

Kemampuan 0.2318

Keterampilan 0.2720

Latar belakang keluarga 0.0666


1 Individu 0.2867
Pengalaman kerja 0.2842

Tingkat sosial 0.1023

Demografi seseorang 0.0523

Persepsi 0.0453

Peran 0.0830

Sikap 0.0958
2 Psikologis 0.3935
Kepribadian 0.1425

Motivasi 0.3280

Kepuasan Kerja 0.3048

Struktur Organisasi 0.1676

Desain Pekerjaan 0.1297


3 Organisasi 0.3196
Kepemimpinan 0.4228

Sistem Penghargaan 0.2796


(reward system)

Universitas Sumatera Utara


5.2.3. Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif

Tahap selanjutnya adalah melakukan perhitungan bobot prioritas untuk

alternative. Tahap ini dilakukan untuk menentukan alternative manakah yang

dipilih. Perhitungan bobot alternative ini dimulai dari level terendah yaitu level

tiga. Langkah perhitungan adalah sebagai berikut:

Bobot Prioritas level 3 = bobot parsial level 3 x bobot parsial level 2

Bobot Prioritas level 2 =  ( Bobot Pr ioritas Level 3 )


Tabel 5.20. Perhitungan Bobot Prioritas Level 3

Bobot Parsial Bobot


Prioritas Peringkat
Level 2 Level 3
Level 3
Kemampuan 0.2318 0.0664 7
Keterampilan 0.2720 0.0778 6
Latar belakang
Individu 0.0666 0.0190 14
keluarga
(0.2867)
Pengalaman kerja 0.2842 0.0814 5
Tingkat sosial 0.1023 0.0293 13
Demografi seseorang 0.0523 0.0149 16
Persepsi 0.0453 0.0178 15
Peran 0.0830 0.0326 12
Psikologis Sikap 0.0958 0.0376 11
(0.3935) Kepribadian 0.1425 0.0560 8
Motivasi 0.3280 0.1290 2
Kepuasan Kerja 0.3048 0.1199 3
Struktur Organisasi 0.1676 0.0535 9
Desain Pekerjaan 0.1297 0.0414 10
Organisasi
Kepemimpinan 0.4228 0.1351 1
(0.3196)
Sistem Penghargaan
0.2796 0.0893 4
(reward system)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.21. Perhitungan Bobot Prioritas Level 2

NO Faktor Bobot Prioritas

1 Individu 0.2888
2 Psikologis 0.3929
3 Organisasi 0.3193

5.2.4. Perhitungan Konsistensi Hierarki

Setelah dilakukan perhitungan konsistensi untuk tiap matrik maka

selanjutnya dibuat pula apakah hierarki yang dibuat telah konsisten. Konsistensi

hierarki dapat dihitung dengan cara :

CH = CI1 + (EV1 ) ( CI2 )

___
CH  RI1  ( EV1 ).( RI 2 )

CH
CRH = ____
CH

Dimana :

CRH = Rasio Konsistensi Hierarki

CH = Konsistensi Hierarki terhadap indeks konsistensi dari matrik

banding berpasangan
___
CH = Konsistensi Hierarki terhadap indeks random dari matrik banding

berpasangan

CI1 = Indeks konsistensi dari matrik banding berpasangan dari hierarki

level pertama

CI2 = Indeks konsistensi dari matrik banding berpasangan dari hierarki

Universitas Sumatera Utara


level kedua, dalam bentuk vektor kolom

EV1 = Vektor Eigen dari matrik banding berpasangan pada hierarki

level pertama, dalam bentuk vektor baris

RI = Random Indeks, diperoleh dari tabel random indeks

5.2.4.1. Perhitungan Konsistensi Hierarki Level 2 : Faktor Kinerja

CI1 = -0.00725

EV1 = 2.9843 2.9855 2.9862

CI2 = 0.1382 0.00036 0.0067

RI 1 = 0.58

RI 2 = 1.24 1.24 0.90

CH = CI1 + (EV1 ) ( CI2 )

 0.1382 
= -0.00725 + 2.9843 2.9855 2.9862 0.00036
 0.0067 

= 0.4262

___
1.24 
CH = 0.58 + 2.9843 2.9855 2.9862 x 1.24 
0.90

= 10.67

CH
CRH = ____
CH

0.4262
=  0.0399
10.67

Universitas Sumatera Utara


5.2.4.2. Perhitungan Konsistensi Hierarki Level 3 : Sub Faktor Kinerja

1. Faktor Individu

CI1 = 0.1382

EV1 = 0.2318 0.2720 0.0666 0.2842 0.1023 0.0523

CI2 = 0 0 0 0 0 0

RI 1 = 1.24

RI 2 = 0 0 0 0 0 0

CH = CI1 + (EV1 ) ( CI2 )

0 
0 
 
0 
= 0.1382 + 0.2318 0.2720 0.0666 0.2842 0.1023 0.0523  
0 
0 
 
0

CH = 0.1382

0 
0 
 
___ 0 
CH = 1.24 + 0.2318 0.2720 0.0666 0.2842 0.1023 0.0523  
0 
0 
 
0

___
CH = 1.24

CH
CRH = ____
CH

Universitas Sumatera Utara


0.1382
=  0.1114
1.24
___
Terlihat bahwa CH dan CH bernilai tetap dan CI2 dan RI 2 bernilai 0

disebabkan tidak ada level di bawahnya. Hirearki hanya sebanyak tiga level. Maka

untuk sub faktor pada level tiga lainnya, menghitung nilai CRH langsung saja

___
membagi nilai CH dan CH .

2. Faktor Psikologis

CI1 = -0.00036

RI 1 = 1.24

CH = CI1

___
CH = RI 1

CH  0.00036
CRH = ____
=  0.00029
1.24
CH

3. Faktor Organisasi

CI1 = 0.0067

RI 1 = 0.90

CH = CI1

___
CH = RI 1

CH 0.0067
CRH = ____
=  0.0074
0.90
CH

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISA DAN EVALUASI

6.1. Analisa

6.1.1. Analisa Faktor-faktor yang Mengaruhi Kinerja Karyawan

Dari Tabel 5.21 perhitungan bobot prioritas level 2 hasil pengolahan data

maka diperoleh peringkat masing-masing faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan, peringkat tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.1 di bawah ini :

Table 6.1. Peringkat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

No. Faktor Bobot Prioritas Persentase (%)

1 Psikologis 0.3929 39.29

2 Organisasi 0.3193 31.93

3 Individu 0.2888 28.88

Jumlah 1 100 %

Dari Tabel 6.1. di atas dapat dijelaskan bahwa :

1. Faktor Psikologis merupakan peringkat tertinggi dengan bobot 39.29%

yang artinya faktor psikologis merupakan faktor yang paling dominan

mempengaruhi kinerja karyawan PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi.

2. Faktor organisasi merupakan peringkat kedua dengan bobot 31.93% yang

artinya faktor organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan

setelah faktor psikologis.

Universitas Sumatera Utara


3. Faktor individu merupakan peringkat ketiga dengan bobot 28.88% dalam

mempengaruhi kinerja karyawan yang artinya seorang karyawan dengan

kemampuan individu yang tinggi belum tentu memiliki kinerja yang tinggi

pula.

6.1.2. Analisa Sub-sub Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Dari Tabel 5.20. perhitungan bobot prioritas level 3 hasil pengolahan data

maka diperoleh peringkat masing-masing sub-sub faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan, peringkat tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2 di bawah ini :

Table 6.2. Peringkat Sub-sub Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Karyawan

Bobot
No. Faktor Sub Faktor Persentase (%)
Prioritas
Persepsi 0.0178 1.78

Peran 0.0326 3.26

Sikap 0.0376 3.76


1 Psikologis
Kepribadian 0.0560 5.60

Motivasi 0.1290 12.9

Kepuasan Kerja 0.1199 11.99

Universitas Sumatera Utara


Table 6.2. Peringkat Sub-sub Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Karyawan (Lanjutan)

Bobot
No. Faktor Sub Faktor Persentase (%)
Prioritas
Struktur
0.0535 5.35
Organisasi
Desain Pekerjaan 0.0414 4.14
2 Organisasi
Kepemimpinan 0.1351 13.51
Sistem
8.93
Penghargaan 0.0893
(reward system)
Kemampuan 0.0664 6.64

Keterampilan 0.0778 7.78


Latar belakang
0.0190 1.90
keluarga
3 Individu
Pengalaman kerja 0.0814 8.14

Tingkat sosial 0.0293 2.93


Demografi
0.0149 1.49
seseorang

Dari Tabel 6.2. di atas dapat dijelaskan bahwa :

1. Faktor psikologis memiliki enam sub faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan. Dari ke-6 sub faktor tersebut motivasi (12.9%) memiliki

pengaruh paling besar terhadap kinerja seorang karyawan artinya seorang

karyawan memiliki kinerja yang tinggi apabila motivasi atau dorongan

seseorang untuk melakukan pekerjaan tinggi pula. Sub faktor kepuasan

kerja (11.99%) memiliki bobot terbesar kedua diikuti sub faktor

kepribadian (5.60%), sikap (3.76%), peran (3.26%) dan persepsi (1.78%).

Universitas Sumatera Utara


2. Faktor organisasi memiliki empat sub faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan, yaitu struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, dan

sistem penghargaan. Dari ke-4 sub faktor tersebut kepemimpinan

merupakan sub faktor yang memiliki prioritas tertinggi dalam

mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan dengan bobot 13.51%.

Sistem penghargaan yang di terapkan di Perusahaan menempati prioritas

kedua (8.93%) diikuti sub faktor struktur organisasi (5.35%) dan desain

pekerjaan (4.14%).

3. Faktor individu memiliki enam sub faktor. Dari ke-6 sub faktor tersebut

pengalaman kerja (8.14%) merupakan sub faktor yang lebih dominan

dalam mempengaruhi kinerja seoarang karyawan. Keterampilan

merupakan prioritas kedua (7.78%) diikuti sub faktor kemampuan

(6.64%), tingkat sosial (2.93%), latar belakang keluarga (1.90%) dan

demografi seseorang (1.49%).

6.1.3. Analisa Rasio Konsistensi

Secara umum, derajat konsistensi cukup memuaskan bila : CI / RI < 0

artinya CR < 0.1 maka jawaban responden dianggap konsisten. Dari perhitungan

sebelumnya dapat diperoleh rasio konsistensi pada Tabel 6.3 di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


Table 6.3. Rasio Konsistensi Matrik

Consistency
Level Kriteria
Ratio (CR)
2 Faktor Kinerja Karyawan 0.0125

Sub-sub faktor Psikologis 0.00029

3 Sub-sub faktor Organisasi 0.0075

Sub-sub faktor Individu 0.1114

Dari Tabel 6.3. dapat diketahui bahwa :

1. Pada level 2 Faktor Kinerja Karyawan, nilai Consistency Rasio (CR)

0.0125 < 0,1 maka jawaban responden konsisten.

2. Pada level 3 sub-sub faktor psikologi nilai Consistency Rasio (CR)

0.00029 < 0,1 maka jawaban responden konsisten, sub-sub faktor

organisasi nilai Consistency Rasio (CR) 0.0075 < 0,1 maka jawaban

responden konsisten, sub-sub faktor individu nilai Consistency Rasio (CR)

0.1114 > 0,1 maka jawaban responden dianggap tidak konsisten. Data-

data yang tidak konsisten terjadi karena pada saat menjawab kuesioner

responden tidak menjawab kuesioner secara konsisten.

Universitas Sumatera Utara


6.2. Evaluasi

6.2.1. Evaluasi Faktor-faktor yang Mengaruhi Kinerja Karyawan

Setelah dilakukan analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan, maka dapat diperoleh hasil evaluasi bahwa faktor psikologis

merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja karyawan PTPN

III PKS Rambutan T.Tinggi dengan bobot prioritas 39.29%. Faktor psikologis

merupakan ilmu mengadaptasikan jiwa atau penyatuan pribadi, penerimaan

seseorang terhadap diri sendiri yang kesemuanya itu bermuara kepada perasaan

bahagia dan kesenangan jiwa. Sub faktor kepemimpinan dari faktor organisasi

merupakan sub faktor yang memiliki bobot prioritas tertinggi dalam

mempengaruhi kinerja karyawan dengan bobot prioritas 13.51%. Sub faktor yang

memiliki pengaruh dominan lainnya adalah motivasi (12.9%), kepuasan kerja

(12%) dari faktor psikologis Bobot prioritas faktor dominan mempengaruhi

kinerja karyawan yang diperoleh sesuai dengan hasil wawancara pada saat

melakukan penelitian. Karyawan perusahaan memiliki kinerja yang baik apabila

motivasi dan kepuasan kerja yang diperoleh dari perusahaan sesuai dengan

harapan karyawan. Kinerja karyawan akan semakin baik pula apabila pimpinan

peruasahaan mampu memimpin orang yang biasa kerja untuk mencapai hasil yang

luar biasa.

Berdasarkan hasil analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi diharapkan perusahaan

memperhatikan faktor dominan yang berpengaruh terhadap prestasi kerja

Universitas Sumatera Utara


karyawan. Kinerja karyawan akan semakin baik apabila perusahaan dapat

menentukan kebijakan dan pengembangan program kerja, diantaranya :

1. Memimpin karyawan dengan bijaksana.

2. Meningkatkan motivasi kerja karyawan melalui pemberian kompensasi.

3. Memperhatikan kepuasan kerja karyawan dengan cara memberikan upah

sesuai dengan hasil kerja

4. Menetapkan besarnya balas jasa.

5. Mengobservasi prilaku dengan tujuan mengetahui minat dan kebutuhan

karyawan.

6. Membina jalur komunikasi dua arah antara pimpinan dan karyawan.

7. Memberikan program kerja latihan kepada karyawan dengan tujuan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dalam perusahaan.

6.2.1.1. Strategi Penerapan Hasil Penelitian

Dalam menerapkan hasil penelitian bagi perusahaan, perlu dilakukan

pengkondisian ekspektasi yaitu suatu pendekatan psikologis di lingkungan kerja.

Karyawan dikondisikan sedemikian rupa oleh manajer agar memiliki ekspektasi

optimis atas suatu pekerjaan. Semangat mereka dibangun tanpa henti. Namun

demikian tidak cukup dengan cara itu saja tetapi juga perlu adanya dukungan

manajemen pelatihan, pengembangan dan manajemen kompensasi. Untuk itu

karyawan perlu dikondisikan agar mereka merasa eksis dan dihargai sebagai

elemen penting dalam perusahaan. Tujuannya agar proses dan prestasi kerja yang

ingin dicapai berhasil seoptimum mungkin.

Universitas Sumatera Utara


Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan manajer dalam pengkondisian

ekspektasi di lingkungan karyawan adalah:

1. Sosialisasi dan internalisasi setiap kebijakan yang dikeluarkan perusahaan.

Manajer mengundang semua karyawan; paling tidak para ketua tim kerja

untuk menjelaskan semua hal yang dianggap penting diketahui dan

dipahami oleh karyawan.

2. Merespon cepat atas kebijakan perusahaan dalam bentuk penyusunan

program dan kegiatan operasional unit kerja. Seluruh karyawan sebaiknya

dilibatkan dalam kegiatan itu. Maksudnya adalah agar tumbuh rasa

memiliki dan tanggung jawab atas keberhasilan program/kegiatan unit

kerjanya.

3. Di setiap kegiatan formal hendaknya dilakukan secara bersamaan dengan

membangun spirit ekspektasi dan suasana optimis. Implikasinya adalah

manajer harus mampu mengkondisikan setiap karyawan untuk bekerja

dengan nyaman. dan yang berkinerja tinggi diperjuangkan untuk

memperoleh pengakuan dari manajemen puncak.

4. Selain dalam bentuk kegiatan formal maka pengkondisian eksptasi perlu

dilakukan melalui jalur informal. Misalnya, dalam pertemuan

kekeluargaan di unit kerja dan bisa juga dalam bentuk pertemuan keluarga

besar karyawan dengan keluarga manajer. Suasana batin ini diciptakan

untuk menanamkan ekspektasi optimis di kalangan karyawan bahkan di

kalangan keluarganya.

Universitas Sumatera Utara


Agar pengkondisian ekspektasi yaitu suatu pendekatan psikologis di

lingkungan kerja dapat dilakukan dengan lebih baik, perusahaan membutuhkan

seorang Psikolog yang berfokus pada manajemen dan pembangunan sumber daya

manusia di perusahaan, seperti rekrutmen atau seleksi dan penilaian kinerja

karyawan untuk melakukan reposisi karyawan, memilih orang yang paling tepat

untuk pekerjaan tertentu, mengembangkan program pelatihan kerja, dan mencari

tahu determinan perilaku konsumen.

Sebagai pemimpin yang melayani karyawan, manajer harus sangat

proaktif mengikuti perkembangan potensi diri setiap karyawannya. Semakin

tinggi potensi diri karyawan yang dikembangkan cenderung semakin tinggi

kinerja organisasi. Harapannya adalah perusahaan akan semakin kompetitif.

6.2.2. Evaluasi Rasio Konsistensi

Dalam melakukan perhitungan konsistensi rasio, terdapat matrik yang

tidak konsisten yaitu pada level 3 sub-sub faktor individu dengan Consistency

Rasio (CR) 0.1114 > 0,1. Derajat konsistensi cukup memuaskan bila : CI / RI < 0

artinya CR < 0.1. Ketidakkonsistenan tersebut terjadi karena responden tidak

memiliki waktu yang banyak dalam menjawab kuisioner. Ketidakkonsistenan ini

telah diduga pada saat melakukan penelitian dimana pimpinan perusahaan

memberikan saran agar dalam penyebaran/pengisian kuesioner menggunakan

waktu yang singkat dengan tujuan karyawan tidak terganggu dalam melakukan

pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


6.2.3. Evaluasi Kecukupan Sampel

Uji kecukupan sampel dilakukan untuk menguji apakah sampel yang

diambil atau kuesioner yang diberikan telah cukup menggambarkan keadaan

populasi. Besarnya sampel penelitian ditentukan berdasarkan jumlah populasi,

dimana bila subjeknya lebih dari 100, maka digunakan ukuran sampel 10%-15%

(Arikunto, 1998). Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima

untuk metode penelitian deskriptif minimal 10 % dari jumlah populasi. Dalam

penelitian ini populasi adalah karyawan PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi, yaitu

sebanyak 215 orang. Dengan menetapkan jumlah sampel adalah sebesar 10%,

maka diperoleh besarnya sampel yaitu 22 responden. Berdasarkan pendapat

Arikunto (1998) dan Gay, data tersebut telah mencukupi.

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitian di PTPN III

PKS Rambutan T.Tinggi, berdasarkan uraian dan pembahasan sebelumnya hasil

analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan sebagai berikut :

1. Dari ketiga faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, faktor

psikologis memiliki pengaruh paling besar dengan bobot prioritas 39.29%.

Faktor organisasi berada di urutan kedua dengan bobot prioritas 31.93%

dan di urutan ketiga adalah faktor individu dengan bobot prioritas 28.88%.

2. Pada elemen level 3 sub-sub faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan

yang memiliki bobot prioritas tertinggi adalah kepemimpinan dari faktor

organisasi dengan bobot prioritas 13.51%. Sub faktor yang memiliki

pengaruh dominan lainnya adalah motivasi (12.9%), kepuasan kerja (12%)

dari faktor psikologis, sistem penghargaan (8.93%) dari faktor organisasi,

pengalaman kerja (8.14%), keterampilan (7.78%) dan kemampuan

(6.64%) masing-masing dari faktor individu.

3. Dalam melakukan perhitungan konsistensi rasio, terdapat matrik yang

tidak konsisten yaitu pada level 3 sub-sub faktor individu dengan

Consistency Rasio (CR) 0.1114 > 0,1. Derajat konsistensi cukup

memuaskan bila : CI / RI < 0 artinya CR < 0.1. Ketidakkonsistenan

Universitas Sumatera Utara


tersebut terjadi karena responden tidak menjawab kuisioner secara

konsisten.

7.2. Saran

Setelah dilakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan di PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi, saran

yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan bobot prioritas faktor-faktor, faktor

psikologis khususnya sub faktor motivasi dan kepuasan kerja merupakan

prioritas utama yang mempengaruhi kinerja karyawan PTPN III PKS

Rambutan T.Tinggi. Untuk itu perusahaan perlu menentukan kebijakan

dan memperhatikan kebutuhan psikologis karyawan dengan cara

meningkatkan motivasi kerja dan kepuasan kerja karyawan sehingga

dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

2. Kepemimpinan merupakan sub faktor yang memiliki bobot prioritas

tertinggi dalam mempengaruhi kinerja karyawan PTPN III PKS Rambutan

T.Tinggi. Kepemimpinan (kemampuan atau seni memimpin orang biasa

kerja untuk mencapai hasil-hasil yang luar biasa) yang diterapkan

perusahaan perlu tetap dijaga dan ditingkatkan dengan tujuan sumber daya

manusia atau karyawan dapat bekerja dengan kualitas yang baik. Dengan

peningkatan kualitas kinerja karyawan akan meningkatkan produktivitas

kerja yang pada akhirnya juga meningkatkan produktivitas perusahaan

PTPN III PKS Rambutan T.Tinggi.

Universitas Sumatera Utara


3. Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan, sebaiknya metode penelitian ini dapat dikembangkan untuk Sub

Dinas lainnya, guna peningkatan prestasi kinerja karyawan serta

pemanfaatan keuntungan secara tepat dan bijaksana.

4. Penilaian prestasi kinerja sebaiknya menggunakan kriteria penilaian yang

mencerminkan kondisi kerja dan diberikan bobot yang tepat agar mampu

memotivasi produktivitas karyawan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai