PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja merupakan bagian yang sangat penting dan menarik karena terbukti
kerja yang baik, tanpa adanya kinerja yang baik dari seluruh karyawan, maka
keberhasilan dalam mencapai tujuan akan sulit tercapai. Kinerja pada dasarnya
mencakup sikap mental dan perilaku yang selalu mempunyai pandangan bahwa
pekerjaan yang dilaksanakan saat ini harus lebih berkualitas daripada pelaksanaan
pekerjaan masa lalu, untuk saat yang akan datang lebih berkualitas daripada saat ini.
Seorang pegawai atau karyawan akan merasa mempunyai kebanggaan dan kepuasan
tersendiri dengan prestasi dari yang dicapai berdasarkan kinerja yang diberikannya
untuk perusahaan. Kinerja yang baik merupakan keadaan yang diinginkan dalam
dunia kerja. Seorang karyawan akan memperoleh prestasi kerja yang baik bila
Sumber daya manusia merupakan aset utama bagi organisasi yang menjadi
perencana dan pelaku aktif berbagai aktivitas dalam organisasi. Sumber daya manusia
mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar pendidikan yang pola
pikirnya dapat dibawa ke dalam suatu lingkungan organisasi. Sumber daya manusia
bukanlah seperti uang, mesin, dan material yang sifatnya positif dan dapat diatur
karier yang diberikan kepada para anggota organisasi. Tercapainya tujuan organisasi
juga tidak hanya tergantung pada teknologi, tetapi justru lebih tergantung pada
manusia yang melaksanakan pekerjaannya. Kemampuan memberikan hasil kerja yang
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
lingkungan kerja (Anung Pramudyo,2010). Menurut (Sri Wahyuni, 2013) faktor yang
Kinerja pegawai salah satunya dapat dilihat dari tingkat kedisiplinan pegawai.
Kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan dan persepsi peranan (Stoner, 1989).
Selain itu, Bernardin dan Russel (1993) menyatakan bahwa kinerja adalah pencapaian
hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama
kurun waktu tertentu. Handoko (2001) mengemukakan bahwa kinerja adalah proses
dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pegawai. Suntoro (Tika,
2006) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu. Menurut Simamora (2004), kinerja mengacu
atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
yang mengalami masalah dalam kinerja. antara lain masih ada beberapa pegawai yang
kurang memiliki kualitas kerja yang baik, ada juga pegawai yang kurang paham
dalam melakukan tugasnya dan ada juga pegawai yang tidak memiliki rasa tanggung
jawab yang baik dalam menjalankan tugasnya. Banyak juga pegawai yang masih
kurang disiplin seperti sering terlambat dan ingin cepat pulang. Banyak juga pegawai
menajalankan tugas dan pekerjaan yang dia terima. Hal ini terlihat saat peneliti
INSANI.
. Fenomena ini juga didukung dengan hasil wawancara peneliti dengan salah
“ia, banyak teman – teman saya juga di kantor ini yang tidak dapat
mengerjakan pekerjaan mereka secara mandiri. Banyak juga dari teman – teman
saya yang kurang rasa tanggung jawabnya dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan serta kurangnya tingkat rasa disiplin mereka .”
(kutipan wawancara dengan siswa 2 februari 2022)
Peneliti juga melakukan wawancara dengan atasan di PT. SATRIA
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka pada penelitian ini
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Pegawai Pada PT. SATRIA SUMBER DAYA
INSANI
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Bagi instansi
b. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
sikap pribadi atau sikap kelompok terhadap kerja dan kerja sama.
perusahaan.
kepadanya.
angka absensi atau tidak bekerja karena malas, dengan kinerja yang
yang lebih singkat atau lebih cepat, dengan kinerja yang tinggi
1. Kualitas Kerja
seharusnya dikerjakan
2. Kuantitas Kerja
3. Pelaksanaan Tugas
4. Tanggung Jawab
jawab
Bernadin (Rosita, 2012) dan Rikantika (2016) menjelaskan bahwa kinerja seseorang
dapat diukur berdasarkan 6 kriteria yang dihasilkan dari pekerjaan yang bersangkutan, yaitu:
1. Kualitas
Tingkat di mana hasil aktivitas yang dilakukan mendekati sempurna, dalam arti
2. Kuantitas
Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang
diselesaikan
3. Ketetapan Waktu
Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat dari
sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia
4. Efektifitas
maksud menaikkan keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam
5. Kemandirian
6. Komitmen
2. Pendidikan
3. Keterampilan
4. Manajement kepemimpinan
5. Tingkat penghasilan
7. Jaminan sosial
8. Iklim kerja
10. Teknologi
kinerja adalah
a. Kemampuan
b. Motivasi
adalah:
tidak dicari kegiatan menilai yang penting dari hasil yang dicapaisehingga
akibat yang dicaricari tidak penting atau remehmaka kegiatan tersebut efisien.
b. Otoritas (Wewenang). Adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu
organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain
c. Disiplin. Adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi, disiplin
d. Inisiatif. Yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentukide untuk
dan psikis, yang mempengaruhi emosi, pola berfikir, dan kondisi seorang
karyawansuatu organisasi.
D. Dampak kinerja
Menurut Robbins (2006) dampak dari kinerja karyawan adalah sebagai berikut :
3. Mengurangi resiko
B. Stress Kerja
Stres merupakan sebuah hal yang umum dialami oleh setiap orang diseluruh penjuru
dunia. Menurut Nusran (2019 : 72) definisi stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal
karena oleh tuntutan fisik (badan), lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak
dan tidak terkontrol. Keadaan ini dapat menghambat kegiatan aktivitas sehari-hari termasuk
saat bekerja (Permatasari & Prasetio, 2018). Tekanan-tekanan yang didapatkan dalam
yaitu stres kerja. Teori-teori para ahli (dalam Safitri & Astutik, 2019), Robbins menyatakan
bahwa stres kerja adalah kondisi ketegangan yang memengaruhi emosi, jalan pikiran, dan
kondisi fisik seseorang. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Rivai (dalam Safitri & Astutik,
2019) mengatakan jika stres kerja menciptakan ketidakseimbangan antara fisik dan psikis
yang berpengaruh pada emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Sementara itu,
Sinambela, Greenberg & Barton, Luthans (dalam Permatasari & Prasetio, 2018) menjelaskan
bahwa stres kerja adalah suatu keadaan ketika individu mendapat tekanan atau ketegangan
dalam pekerjaan serta lingkungan kerjanya sehingga individu merespon secara negatif dan
stres kerja adalah suatu perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam suatu
pekerjaan. Stres kerja ini terlihat dari emosi yang tidak stabil, perasaan tidak senang,
suka menyendiri, susah tidur, tidak bisa rileks, cemas dan lain-lain. Dalam
kesempatan lain, Wijono (2010) menjelaskan bahwa stres kerja merupakan umpan
balik atas diri karyawan secara fisiologis maupun psikologis terhadap target
organisasi. Stres kerja juga dikatakan sebagai faktor penghambat dan pengganggu
dalam interaksi di antara karyawan dan pekerjaan, (Beehr & Newman dalam Wijono,
2010 ). Juga definisi stres kerja merupakan rangsangan eksternal yang mengganggu
fungsi mental, fisik, dan kimiawi dalam tubuh individu, (Nykodyn & George dalam
Wijono, 2010). Pendapat yang serupa diungkapkan Selye (dalam Wijono, 2010) jika
stres kerja adalah sebuah konsep yang terusmenerus bertambah karena jika
meningkatnya permintaan tuntutan kerja maka potensi stres kerja juga semakin
Definisi stres kerja menurut Vanchapo (2020) adalah keadaan emosional yang
timbul karena adanya ketidaksesuaian beban kerja dengan kemampuan individu untuk
menghadapi tekanan tekanan yang dihadapinya. Stres juga bisa diartikan sebagi suatu
kondisi ketengan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang
stres kerja merupakan respon perasaan yang timbul dari dalam diri individu
berdasarkan dari cara individu menilai sebuah tekanan atau beban yang diterimanya,
karena ketidak seimbangan antara potensi individu dengan tuntutan kerja serta tujuan
organisasi, untuk itu penulis lebih memilih teori dari Rivai (dalam Safitri & Astutik,
2019) bahwa stres kerja terjadi karena ketidakseimbangan antara potensi individu
dengan tuntutan kerja serta tujuan organisasi yang memengaruhi fisik, psikis serta
emosi individu.
Menurut Luthans (dalam Biru, Utami, Mayowan, 2016) menjelaskan beberapa faktor
a. Stresor organisasi
Stresor organisasi yaitu penyebab stres yang bersumber dari dalam organisasi.
b. Stresor kelompok
c. Stresor individu
a. Situasi pekerjaan
b. Pekerjaannya
c. Status pekerjaan
Masalah stres kerja didalam organisasi menjadi gejala yang penting diamati sejak
mulai timbulnya yaitu orang menjadi nerveous, merasakan kecemasan yang kronis,
peningkatan ketegangan emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai
hasil dari adanya stres kerja pekerja mengalami beberapa gejala stres kerja yang dapat
mengancam dan menggangu kinerja mereka, seperti: mudah marah dan agresi, tidak dapat
relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerjasama, perasaan tidak mampu terlibat.
Menurut Suprihanto, dkk (2003:64) mengemukakan hubungan stres dengan kinerja tampak
jelas bahwa stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan kinerja yang
kepada seseorang karyawan haruslah dikaitkan dengan apakah stres yang ditimbulkan oleh
tekanan-tekanan tersebut masih dalam keadaan wajar. Stres yang berlebihan akan
menyebabkan tersebut frustasi dan dapat menurunkan kinerjanya, sebaiknya stres yang terlalu
D. Kerangka Koneseptual
sesuai tujuan yang ingin dicapai dan akan menjadi alur pemikiran
1. Percaya Diri
2. Pengendalian Diri
1. Konflik Peran
3. Berorientasi pada Prestasi
2. Beban Kerja
3. Pengembangan Karir
4. Struktur Organisasi
E. Hipotesis
INSAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
belajar dan metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional. Pada dasarnya,
2013).
2. Identifikasi Variabel
Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu vaiabel bebas
3. Defenisi Operasional
sebagai berikut:
1. stress kerja
2. kinerja
Subjek Penelitian
1. Populasi
menetapkan populasi yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah karyawan yang
sedang bekerja di PT. SATRIA SUMBER DAYA INSANI berjumlah 100 orang.
2. Sampel
populasi dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2017) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dilakukan karena
peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian baik dari segi waktu,
tenaga, dana dan jumlah populasi yang sangat banyak. Maka peneliti harus
rumus yang dikemukakan oleh slovin dalam Mustafa (2010) dengan tingkat
N
Rumus : n= 2
1+ N e
Dimana :
n = Jumlah Sampel
N= Jumlah Populasi
e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolelir sebesar 10%
penelitian, terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan. Pada penelitian ini
populasi yang dilakukan secara acak sesuai yang diberikan oleh kepala sekoalh
penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya dan apa alat yang digunakan. Metode
digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat
dan lainnya.. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Skala Kinerja
Skala kinerja diukur dengan skala yang diambil dari aspek-aspek
kinerja. Kinerja terdiri dari tiga aspek yaitu percaya diri, pengendalian diri,
dan berorientasi pada prestasi. Skala disusun berdasarkan skala likert yang
terdiri dari dua kategori item, yaitu item yang mendukung (favourable)
alternatif jawaban yang terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Pemberian skor untuk skala ini
Skala hasil belajar diukur dengan skala yang diambil dari aspek-aspek
hasil belajar. ada 3 aspek Stress kerja :konflik peran, beban kerja,
skala likert yang terdiri dari dua kategori item, yaitu item yang mendukung
menyediakan empat alternatif jawaban yang terdiri dari sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Pemberian skor
untuk skala ini bergerak dari 4 sampai 1 untuk item yang mendukung
1. Uji Validitas
Validitas adalah sejumlah mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat tergantung pada
Teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur dalam penelitian ini
antara skor yang diperoleh pada masing–masing item dengan skor alat ukur.
Skor total adalah nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor item
korelasi antara skor item dengan skor total haruslah signifikan berdasarkan
ukuran statistik tertentu, maka derajat korelasi dapat dicari dengan menggunakan
r xy=∑ XY −( ∑ X ) ¿ ¿ ¿
Keterangan:
∑𝑋𝑌 = Jumlah hasil kali antar setiap butir dengan skor total
N = Jumlah subjek.
2. Uji Reliabilitas
tersebut sudah baik. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Analisis reliabilitas skala iklim kelas dan motivasi belajar dapat dipakai
[ ][ ∑σ
]
2
k
r 11= 1− 2 b
k −1 σt
Keterangan :
2
σ t = Varian total
Analisis data merupakan suatu langkah yang kritis dalam penelitian. Metode
analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengolah dan
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa analisis statistik.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product
moment dari Pearson (Azwar, 2002) yaitu teknik analisis statistik untuk menguji
hipotesis yang beroientasi korelatif dengan tujuan untuk melihat hubungan antara
( r xy ) ( SD y ) −( SD x )
r bt =
√¿ ¿ ¿
Keterangan :
Sebelum dilakukan analisis data dengan teknik analisis Product Moment, maka
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian yang meliputi:
a. Uji Normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-
b. Uji Linearitas, yaitu untuk mengetahui apakah data dari variabel bebas memiliki
Semua data penelitian, mulai dari uji coba skala sampai kepada pengujian hipotesis,