Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Makalah Perbaikan Kinerja. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Manajemen
Kinerja di Universitas Islam Nahdlatul Ulama
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Jepara, Desember 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan adalah kinerja dan produktivitas
karyawan.Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program yang diarahkan
selalu berdaya guna untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu caranya adalah
meningkatkan kinerja karyawan. Strategi (strategy) adalah kerangka acuan yang
terintegrasi dan komprehensif yang mengarahkan pilihan-pilihan yang menetukan bentuk
dan arah aktivitas-aktivitas organisasi menuju pencapaian tujuan-tujuannya.(Henry
Simamora, 1997:38).Sedangkan pengertian kinerja (prestasi kerja) merupakan hasil
kerja secara kulitas dan kuantitasyang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Anwar
Prabu Mangkunegara, 2005:67).Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau
tidak dilakukan karyawan sehinggamereka mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberi kontribusi kepada instansi atau organisasi termasuk pelayanan kualitas yang
disajikan. Strategi peningkatan kinerja adalah cara perusahaan untuk meningkatkan
kinerja karyawan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Agar strategi peningkatan kinerja
tersebut dapat berhasil maka perusahaan perlu mengetahui sasarankinerja. Sasaran kinerja
yang menetapkan adalah individu secara spesifik, dalam bidang proyek, proses, kegiatan
rutin
dan
inti
yang
akan
menjadi
tanggungjawab
karyawan.
Jika
sasaran
kinerjaditumbuhkan dari dalam diri karyawan akan membentuk suatu kekuatan diri dan
jika situasilingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan lebih mudah
(Anwar PrabuMangkunegara, 2005:68)
Sumber daya manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu organisasi dimana
orang-orang atau karyawan tersebut memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha
mereka kepadaorganisasi. Oleh karena itu, manusia merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalamsuatu organisasi karena manusia memberikan kontribusi terbesar
dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain. Untuk mendapatkan tenaga kerja atau
karyawan yang cakap, maka bagian SDM dalam suatu perusahaan harus mengadakan
penarikan tenga kerja atau karyawan secara selektif agar sesuai dengan job description
dan
job
specification.
Pimpinan
perusahaan
juga
harus
dapatmembina
sangat diperlukan karena tidak semua karyawan baru secara langsung dapat sesuaidengan
kebutuhan. Mereka harus dilatih agar dapat mengerjakan pekerjaannya dengan efektif
Untuk meningkatkan kinerja para karyawan, pimpinan perlu mengadakan latihan
dan pengembangan karyawan karena itu juga merupakan suatu cara efektif untuk
menghadapi beberapa tantangan yang dihadapi oleh banyak perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Manajemen Kinerja
2.1.1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja
atau pestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang)
Pengertian kinerja (prestasi kerja)merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang karyawan dalammelaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Anwar PrabuMangkunegara, 2005:67).
Secara definitif Bernardin dan Russel, menjelaskan kinerja merupakan catatan out come
yangdihasilkan dari fungsi karyawan tertentu atau kegiatan yangdilakukan selama
periode waktutertentu (Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah, 2003:223). Kinerja pada
dasarnya adalah apa yangdilakukan atau tidak dilakukan karyawan sehingga mereka
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada instansi atau
organisasi termasuk kualitas pelayanan yangdisajikan.
2.1.2. Sasaran Kinerja
Sasaran kinerja yang menetapkan adalah individual secara spesifik, dalam bidang
proyek, proses,kegiatan rutin dan inti yang akan menjadi tanggung jawab karyawan.
Sedangkan menurut(Ruky, 2201:149), sasaran kinerja dapat ditetapkan sebagai berikut,
pimpinan unit yang bersangkutan dengan kesempatan bawahannya yaitu para impian
sub-unit, menyatakan bahwa
sasaran yang harus mereka capai dalam kurun waktu tahun ini misalnya adalah sasaran
bersamadan menjadi sasaran-sasaran kecil bagi tiap bagian dari unit tersebut. Sasaran
kinerja adalahkinerja karyawan, sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang
kinerja tersebut, apakahmemuaskan atau tidak. Unit-unit di tingkat bawah mungkin telah
menjadi sasaran yang merekatetapkan, dan sebaliknya mereka yang ada di puncak
mungkin belum memenuhi sasaran.
2.1.3. Variabel yang mempengaruhi kinerja
Menurut Tiffin dan Me. Cormick ( dalam Srimulyo,1999:40) ada dua variable yang dapat
mempengaruhi kinerja ,yaitu :
Variabel individual, meliputi : sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi,
pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta factor individual lainya.
Variabel situasional
faktor fisik dan pekerjaan,terdiri dari : metode kerja,kondisi dan desain perlengkapan
kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik ( penyinaran,tempetatur,dan fentilasi)
Promosi dan transfer biasanya didasarkan atas prestasi kerja atau kinerja masa lalu atau
antisipasinya.
c. Perencanaan kebtuhan latihan dan pengembangan.
Prestasi kerja atau kinerja yang jelek mungkin menunjukkan perlunya latihan .Demikian pula
sebaliknya, kinerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus di kembangkan.
d. Perencanaan dan pengembangan karir.
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan kepusan karir,yaitu tentang jalur karir tertentu
yang harus diteliti.
e. Mendeteksi Penyimpangan proses staffing.
Prestasi kerja yang baik atau buruk adalah mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur
staffing departemen personali.
f. Melihat ketidak akuratan imformasional.
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam imformasi
analisis jabatan,rencana sumber daya manusia,atau komponen-komponen lain system
imformasi menajemen personalia. Menggantungkan pada imformasi yang tidak akurat dapat
menyebabkan keputusan-keputusan personalia tidak tepat.
g. Mendeteksi kesalahan-keslahan desain pekerjaan.
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan tanda kesalahan dalam desain pekerjaan.
Penilaian pretasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.
h. Menjamin kesempatan kerja yang adil.
Penilaian prestasi kerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan
inteternal diambil tanpa diskriminasi.
i. Melihat tantangan-tantangan ekternal
Kadang-kadang prestasi seseorang dipengaruhi oleh factor-faktor diluar lingkungan
kerja,seperti keluarga,kesehatan,dan masalah-masalah pribadi lainnya.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja.
Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu karyawan
dengan karyawan lainnya,yang berada di bawah pengawasannya. Walaupun karyawan
karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka tidaklah sama. Secara
garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua factor ( Asad, 1991 : 49 ), yaitu :
factor individu dan situasi kerja. Menurut Gibson,et al (dalam Srimulyo,1999 : 39 ), ada tiga
perangkat variable yang mempengaruhi prilaku dan prestasi kerja atau kinerja,yaitu :
Instructional.
Feedback berfungsi sebagai dasar dalam pemberian instruksi (pengarahan) ketika
kita mengklarifikasi peranan atau mengajarkan perilaku yang baru untuk mendukung
perbaikan kinerja.
2.
Motivational.
Feedback berfungsi sebagai alat pemotivasi para pegawai karena informasi kinerja
yang disampaikan sebagai acuan dalam pemberian reward dan punishment.
Jika seseorang memperoleh dan menerima feedback atas pekerjaannya merupakan
bentuk upaya instropeksi melihat kelemahan dan kemampuan yang dimilik. Semakin
banyak anggota organisasi yang mendapatkan feedback maka akan lebih baik. Hal
ini karena feedback mempunyai pengaruh positif atas kinerja.
Sumber feedback terdiri dari tiga komponen:
1.
2.
3.
Karakteristik penerima.
Karakteristik
personalitas.
ada
Ada
juga
perolehan feedback.
seseorang
seseorang
Individu
yang
yang
aktif
yang tidak
mempunyai
mencari
aktif
bahkan
karakteristik
personalitasself-esteem tinggi dan self efficacy yang rendah biasanya tidak aktif
mencari feedback.
2.
umumnya
orang
lebih
akurat
Perubahan Perilaku
Setelah pihak penerima mendapatkan feedback ada beberapa kemungkinan perubahan
perilaku yang bisa muncul. Perubahan perilaku ini tidak semuanya dapat mendukung
perbaikan kinerja. Beberapa hasil perubahan perilaku yang mungkin bisa terjadi
antara lain:
1.
2.
3.
Pegawai termotivasi untuk mampu lebih baik daripada kinerja selanjutnya dengan
upaya yang tekun secara terus menerus
4.
Teknik Feedback
Feedback melibatkan dua pihak utama, yaitu pihak sumber dan pihak penerima
feedback. Pada dasarnya feedback ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa
cara yang umumnya digunakan adalah:
1.
2.
3.
publik
perlu
memperhatikan
beberapa
faktor
ketika
memberikan feedback agar dihasilkan informasi yang bermanfaat. Berikut faktorfaktor utama yang perlu diperhitungkan:
1.
2.
3.
4.
5.
Memberikan feedback positif untuk perbaikan tidak hanya untuk hasil akhir.
6.
7.
reward adalah pujian dan pengakuan dari dalam dan luar organisasi. Sedangkan psychic
reward datang dari self esteem (berkaitan dengan harga diri), self satisfaction (kepuasan
diri) dan kebanggaan atas hasil yang tercapai. Social reward merupakanextrinsic
reward yang diperoleh dari lingkungannya, seperti finansial, material, dan dan piagam
penghargaan. Sedangkan psychic reward adalah instrinsic reward yang datang dari dalam
diri seseorang, seperti pujian, sanjungan dan ucapan selamat yang dirasakan pegawai
sebagai bentuk pengakuan terhadap dirinya dan mendatangkan kepuasan bagi dirinya
sendiri.
Reward dapat mengubah perilaku seseorang dan memicu peningkatan kinerja. Terdapat
empat alternatif norma pemberian reward agar dapat digunakan untuk pemicu kinerja
pegawai, yaitu :
1.
2.
3.
Equality (kemerataan). Reward juga harus didistribusikan secara merata bagi semua
pihak (individu/kelompok) yang telah menyumbangkan sumber dayanya untuk
ketercapaian kinerja.
4.
kebutuhan utama dari pegawai. Reward yang berwujud finansial tidak selalu sesuai
dengan kebutuhan utama pegawai.
Pemberian reward yang
berhasil
dapat
meningkatkan tangible
outcomes seperti
Terlalu banyak menekankan pada reward moneter. Hal ini sesuai dengan apa yang
dibutuhkan individu bahwa mereka tidak semuanya merasa puas dengan imbalan
berwujud finansial.
2.
Rasa menghargai pada penerima reward sangat kurang. Reward sering diberikan
dalam bentuk berwujud tetapi tidak disertai penghargaan/pengakuan yang layak.
3.
Banyak yang menerima reward. Semakin banyak yang menerima reward dengan
nilai yang tidak proporsional akan mengurangi motivasi seseorang.
4.
Memberikan reward dengan kriteria yang salah. Misalnya hanya diukur dari waktu
kerja sehingga pegawai termotivasi hanya untuk mempercepat pekerjaan tanpa
mempertimbangkan hasil.
5.
Lamanya penangguhan (delay) antara kinerja dan reward. Reward yang tidak
segera diberikan membuat seseorang merasa kurang dihargai.
6.
Kriteria reward sangat fleksibel. Tidak pernah ada ukuran yang baku dalam
pemberian reward membuat kesenjangan antara apa yang diharapkan seseorang
dengan apa yang sebenarnya diterima.
7.
Sasaran reward hanya untuk motivasi jangka pendek. Reward sering hanya
berpengaruh sementara terhadap motivasi dan kinerja pegawai.
8.
Pemberian kompensasi jajaran top manajemen (eksekutif) yang berlebihan. Hal ini
dapat mengurangi motivasi pegawai operasional karena merasa ada pembedaan
penghargaan yang sangat mencolok dan tidak adil.
Reward pada umumnya diwujudkan dalam bentuk finansial (insentif moneter) seperti
misalnya pemberian bonus dan komisi. Pemberian insentif moneter ini merupakan suatu
ekstra di atas kompensasi dan gaji pokok. Mengacu pada pendapat para ahli dan hasil
penelitian, pemberian insentif moneter ini sering gagal digunakan untuk tujuan
memperbaiki kinerja. Dalam suatu penelitian diketahui hanya ada hubungan positif
antara insentif keuangan dan kuantitas kinerja dan tidak ada pengaruh atas kualitas
kinerja. Hal ini menjadi pelajaran tersendiri sekaligus membuktikan bahwa tidak semua
pegawai dapat dimotivasi dengan reward finansial.
Jika pencapaian kinerja dilakukan oleh suatu kelompok (team) maka biasanya timbul
kesulitan untuk mendistribusikan reward kepada individual. Hal ini karena kinerja ini
merupakan hasil dari tim bukan individual, meskipun kontribusi individu tidak sama.
Insentif moneter tradisional sering membagi sama nilai reward yang diberikan kepada
masing-masing anggota team. Reward ini tidak memotivasi, karena yang bekerja keras
dihargai sama dengan yang tidak bekerja keras. Reward mestinya dipasrahkan dalam
jumlah total kepada pimpinan team, dan mereka diminta membagi sendiri secara
proporsional dan adil kepada setiap anggota sesuai dengan kontribusinya. Hal ini juga
sebagai pembelajaran untuk mengambil keputusan pendistribusian yang adil dan merata
kepada pegawai.
1.
2.
Membuat pembayaran atas kinerja sebagai bagian integral dari rencana formal
organisasi
3.
Penentuan insentif dasar berdasarkan data kinerja yang akurat dan obyektif
4.
5.
6.
7.
8.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan adalah kinerja dan produktivitas
karyawan.Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program yang diarahkan selalu
berdaya gunauntuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu caranya adalah meningkatkan
kinerja karyawan. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance
(prestasi kerja atau pestasi sesungguhnya yang dicpai oleh seseorang)
Menurut Tiffin dan Me. Cormick ( dalam Srimulyo,1999:40) ada dua variable yang dapat
mempengaruhi kinerja ,yaitu :
Variabel individual, meliputi : sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi,
pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta factor individual lainya.
Perbaikan prestasi kerja atau kinerja : Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan
karyawan, menejer dan departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka
untuk menigkatkan prestasi.
Feedback merupakan langkah dasar dalam upaya perbaikan kinerja. Terdapat dua fungsi
utama feedback, yaitu:
1.
Instructional.
Feedback berfungsi sebagai dasar dalam pemberian instruksi (pengarahan) ketika kita
mengklarifikasi peranan atau mengajarkan perilaku yang baru untuk mendukung
perbaikan kinerja.
2.
Motivational.
Feedback berfungsi sebagai alat pemotivasi para pegawai karena informasi kinerja yang
disampaikan sebagai acuan dalam pemberian reward dan punishment.
Jika seseorang memperoleh dan menerima feedback atas pekerjaannya merupakan
bentuk upaya instropeksi melihat kelemahan dan kemampuan yang dimilik. Semakin
banyak anggota
Karakteristik penerima.
2.
3.
- Teknik Feedback
Feedback melibatkan dua pihak utama, yaitu pihak sumber dan pihak penerima feedback.
Pada dasarnya feedback ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa cara yang
umumnya digunakan adalah:
1.
2.
3.
Penilaian kinerja seseorang harus disertai reward (penghargaan) yang bisa memotivasi dan
memicu peningkatan kinerja. Reward ini tidak mesti diwujudkan dalam bentuk finansial,
misalnya gaji atau bonus. Reward bisa berbentuk pujian atau sanjungan sebagai ungkapan
penghargaan dan pengakuan atas prestasi yang dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Melayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
http://tugasakhiramik.blogspot.co.id/2013/02/perbaikan-prestasi-kerja-atau-kinerja.html
http://afandi-unmuhgres.blogspot.co.id/2013/10/makalah-manajemen-kinerja.html