Anda di halaman 1dari 17

PERFORMANCE APPRAISAL

DEFINISI PENILAIAN KINERJA


1. Penilaian kerja adalah sistem formal untuk ememriksa atau mengkaji dan mengevaluasi kinerja
seseorang atau kelompok. (Mondy and Noe dalam Marwansyah, (2010:228)
2. Levinson dalam Marwansyah (2010:229), mendefinisikan kinerja dan beberapa istilah lain yang
terkait berikut ini:
 Kinerja atau unjuk kerja adalah pencapaian atau prestasi seseorang berkenaan dengan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya.
 Penilaian kerja adalah uraian sistematis tentang kekuatan atau kelebihan dan kelemahan yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang atau sebuah kelompok.
 Periode penilaian adala lamanya waktu untuk mengobservasi ini kemudian dibuat menjadi
sebuah laporan formal.
3. Kita terlibat dalam proses menentukan nilai karyawan bagi perusahaan, dengan maksud
meningkatkannya. (Attwood Margaret & Stuart Dimmock dalam Sedarmayanti, 2010:260)
4. Sistem formal untuk memeriksa atau mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja
seseorang. Kinerja dapat pula dipandangan sebagai perpaduan dari dua hal, yaitu hasil kerja (apa
yang harus dicapai oleh seseorang), dan kompetensi (bagaimana seseorang mencapainya).
(Mondy dan Noe dalam Sedarmayanti 2010:261)
5. Lawler (dalam As’ad, 1991) adalah suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam mengerjakan
tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif.
6. Lawler & Porter (dalam As’ad, 1991) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah kesuksesan kerja
yang diperoleh seseorang dari perbuatan atau hasil yang bersangkutan.
7. Jewell & Siegall (1990) menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil sejauh mana anggota
organisasi telah melakukan pekerjaan dalam rangka memuaskan organisasinya.
8. Hasibuan (1990) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan,
serta waktu.
9. Bernardin dan Russel (1993:378), prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil
yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu
tertentu.
10. Zeitz (dalam Baron & Byrne, 1994) mengatakan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh dua hal
utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal. Faktor organisasional
meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik
dari lingkungan kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang paling
penting adalah faktor sistem imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan dalam bentuk gaji,
bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional kedua yang juga penting adalah
kualitas pengawasan (supervision quality), dimana seorang bawahan dapat memperoleh
kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten dibandingkan dirinya.

TUJUAN PENILAIAN KINERJA


Menurut Attwood & Dimmock dalam Sedarmayanti (2010:264), menyatakan
bahwa penilaian kinerja bertujuan untuk:
1. Membantu meningkatkan kinerja.
2. Menetapkan sasaran bagi kinerja perorangan.
3. Menilai kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
4. Menyepakati rencana untuk pengembangan karyawan di masa depan.
5. Menilai potensi di masa depan untuk kenaikan pangkat.
6. Memberi umpan balik kepada karyawan mengenai kinerja mereka.
7. Memberi konsultasi kepada karyawan mengenai peluang karier.
8. Menentukan taraf kinerja karyawan untuk maksud peninjauan gaji.
9. Mendorong pimpinan untuk berpikir cermat mengenai kinerja staf pada umumnya dan faktor
yang mempengaruhinya, termasuk gaya kepemimpinan dan perilaku mereka sendiri.

Marwansyah (2010:232), tujuan utama penilaian kerja, sebagai berikut ini:


 Untuk mengukur kinerja secara adil dan obyektif berdasarakan persyaratan pekerjaan.
 Untuk meningkatkan kinerja dengan mengidentifikasikan tujuan-tujuan pengembangan yang
spesifik.
 Untuk mengembangkan tujuan kariri sehingga karyawan dapat selalu menyesuaikan diri dengan
tuntutan dinamika organisasi.

MANFAAT PENILAIAN KINERJA


Menurut Sedarmayanti (2010:264-265), menyatakan bahwa manfaat penilaian
kerja adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan prestasi kerja
Dengan adanya penilaian, baik pimpinan maupun karyawan, memperoleh umpan balik dan
mereka dapat memperbaiki pekerjaan dan prestasinya.
2. Memberi kesempatan kerja yang adil
Penilaian akurat dapat menjamin karyawan memperoleh kesempatan menempati sisi pekerjaan
sesuai kemampuannya.
3. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan
Melalui penilaian kerja, terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah sehingga
memungkinkan adanya program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.
4. Penyesuaian kompensasi
Melalui penilaian, pimpinan dapat mengambil keputusan dalam menentukan perbaikan
pemberian kompensasi dan sebagainya.
5. Keputusan promosi dan demosi
Hasil penilaian kinerja dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
mempromosikan atau mendemosikan karyawan.

6. Mendiagnosis kesalahan desain pekerjaan


Kinerja yang buruk mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan.
Penilaian kinerja dapat membantu mendiagnosis kesalahan tersebut.
7. Menilai proses rekrutmen dan seleksi
Kinerja karyawan baru yang rendah dapat mencerminkan adanya penyimpangan proses
rekrutmen dan seleksi.

KEGUNAAN PENILAIAN KINERJA


Menurut Sedarmayanti (2010:262-266), tujuan atau kegunaan sistem penilaian
kinerja secara umum adalah meningkatkan kinerja karyawan dengan cara membantu mereka
agar menyadari dan menggunakan seluruh potensi mereka dalam mewujudkan tujuan organisasi
dan pipmpinan sebagai dasar mengambil keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan. Sedangkan
secara spesifik kegunaan sistem penilaian kinerja ini adalah:
1. Sebagai dasar pengambilan keputusan untuk:
• Mempromosikan pekerjaan yang berprestasi.
• Menindak pekerjaa yang kurang atau tidak berprestasi.
• Melatih, memutasikan atau mendisiplinkan pekerjaan.
• Memberi atau menunda kenaikan imbalan atau balas jasa.
• Berfungsi sebagai masukan pokok dalam penerapan sistem penghargaan dan pemberian
hukuman.
2. Sebagai kriteria untuk melakukan validasi tes atau menguji kasahan suatu alat tes caranya, hasil
tes dikorelasikan dengan hasil penilaian kinerja untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa
score tes dapat meramalkan kinerja. Meskipun demikian, jika penilaian kerja tidak dilakukan
secara tidak benar atau ada pertimbangan lain yang mempengaruhi hasil penilaian kinerja maka,
penilaian kinerja tidak dapat digunakan secara sah unyuk tujuan apapun.
3. Memberikan umpan balik kepada karyawan, sehingga penilaian kinerja dapat berfungsi sebagai
wahana pengembangan pribadi dan pengembangan karier.
4. Bila kebutuhan pengembangan pekerjaan dapat diidentifikasika, maka penilaian kinerja dapat
membantu mementukan tujuan program pelatihan.
5. Jika tingkat kinerja karyawan dapat ditentukan secara tepat maka penilaian kinerja dapat
membantu mendiagnosis masalah organisasi.

JENIS PENILAIAN KINERJA


Guion dalam Marwansyah (2010:243),pPada dasarnya, kinerja pegawai akan dinilai
dengan menggunakan informasi dan beberapa sumber. Secara umum, ada tiga alternatif sumber
informasi tentang kinerja pegawai, yakni:
1. Catatan produksi sesungguhnya (misal: volume penjualan)
Hal ini merupakan indicator yang tidak valid dan tidak andal untuk sebagaian besar
jabatan karena dua alasan yaitu perhitungan produktivitas tidak bisa dilakukan dalam atau tidak
relevan dengan banyak pekerjaan yang ada dalam masyarakat dan meskipun sebuah pekerjaan
mengarah pada keluaran yang berwujud nyata, data tentang produktivitas biasanya
terkontaminasi oleh faktor-faktor di luar efektivitas pegawai it sendiri.
2. Catatan pribadi pegawai (misal: ketidakhadiran)
Data pegawai berisi informasi yang kurang berhubungan secara langsung dengan
produktivitas, dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi.
3. Pertimbangan tentang kinerja (misal: nilai aspek pengawasan)
Sumber informasi mana yang lebih relevan digunakan untuk menilai kinerja, bergantung
pada jabatan atau pekerjaan dan jenis organisasi. Bila dipandang relevan, ketiga informasi
tersebut dapat digunakan sekaligus.

PROSES PENILAIAN KINERJA


Menurut Sedarmayanti (2010:275), menyatakan bahwa prosedur atau proses
penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan tujuan spesifik dari penilaian kinerja.
b. Menentukan tugas yang harus dijalankan dalam pekerjaan (analisis jabatan).
c. Memeriksa tugas yang dijalankan.
d. Penilaian kinerja.
e. Pembicaraan hasil penilaian dengan karyawan.

SISTEM PENILAIAN KERJA


Sistem penilaian harus memiliki sifat sebagai berikut:
 Job – related
Sistem penilaian harus mempnyai hubungan dengan pekerjaan. Sistem ini menilai perilaku –
perilaku kritis yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan kerja dari suatu perusahaan.
 Praktis
Sistem penilaian harus dipahami dan dimengerti oleh penilai dan para karyawan.
 Memiliki standar – standar pelaksanaan kerja
Pelaksanaan performance appraisal memerlukan standar – standar pelaksanaan kerja
(performance standards) untuk mengukur prestasi kerja. Agar efektif, hendaknya standar –
standar tersebut berhubungan dengan hasil – hasil yang diinginkan dari setiap pekerjaan.
 Memiliki ukuran – ukuran prestasi kerja
Performance appraisal juga memerlukan ukuran prestasi kerja yang dapat diandalkan
(performance measures). Ukuran – ukuran tersebut harus mudah digunakan, bersifat reliable,
dan dapat melaporkan perilaku – perilaku kritis yang menentukan prestasi kerja. Dimensi lain
dari ukuran – ukuran prestasi kerja adalah apakah ukuran tersebut berdifat objektif ataukah
subjektif. Ukuran – ukuran yang objektif adalah yang dapat dibuktikan atau diuji oleh orang lain,
sedangkan yang subjektif adalah yang tidak dapat dibuktikan atau diuji oleh orang lain.
Adapun syarat-syarat dari sistem penilaian kinerja antara lain adalah:
1. Relevance
Sistem penilaian digunakan untuk mengukur hal atau kegiatan yang ada hubungannya.
Hubungan yang ada kesesuaian antara hasil pekerjaan dengan tujuan yang telah ditetapkan lebih
dahulu.
2. Acceptability
Hasil dari sistem penilaian dapat diterima dalam hubungan dengan kesuksesan pelaksanaan
pekerjaan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
3. Reliability
Hasil sistem penilaian dapat dipercaya (konsisten dan stabil), reliabilitas sistem penilaian
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti waktu dan frekuensi penilaian. Dalam hubungannya
dengan sistem penilaian, disebut memiliki tingkat reliabilitas tinggi apabila dua penilai atau lebih
terhadap karyawan yang sama memperoleh hasil nilai yang relatif sama.
4. Sensitivity
Sistem, penilaian cukup peka dalam membedakan atau menunjukkan kegiatan yang berhasil atau
sukses, cukup atau gagal ataupun jelek yang telah dilakukan oleh karyawan.

METODE PENILAIAN KINERJA


Menurut Sondang P. Siagian (2009:234-241), berbagai metode yang dewasa ini
dikenal dan banyak digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode Skala Peringkat
Merupakan metode tertua dan paling banyak digunakan dalam menilai prestasi kerja para
pegawai di masa lalu karena mudah mempersiapkannya dan tidak sukar untuk menilai banyak
pegawai sekaligus dengan metode ini.

2. Penggunaan Checklist
Metode yang menilai faktor-faktor dengan sorotan perhatian terutama ditujukan pada aspek-
aspek kritikal dalam mengukur keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas.
3. Metode Pilihan Terarah
Metode ini mengandung serangkaian pernyataan, baik yang bersifat positif maupun negatif,
tentang pegawai yang dinilai.
4. Metode Insiden Kritikal
Metode yang mencatat peristiwa tertentu yang terjadi dalam rangka pelaksanaan tugas seorang
pegawai yang menggambarkan perilaku pegawai yang bersangkutan, baik positif maupun
negatif.
5. Skala Peringkat yang Dikaitkan Dengan Perilaku
Merupakan suatu cara penilaian prestasi kerja pegawai untuk satu kurun waktu tertentu di masa
lalu dengan mengaitkan skala peringkat prestasi kerja dengan perilaku tertentu.
6. Metode Evaluasi Lapangan
Metode yang melibatkan ahli penilai untuk turut ke lapangan melakukan penilaian atas prestasi
kerja para pegawai.
7. Tes dan Observasi
Pengujian kemampuan, baik melalui ujian tertuli yang menyangkut berbagai hal seperti tingkat
pengetahuan tentang prosedur dan mekanisme kerja yang langsung diamati penilai.
8. Pendekatan yang Bersifat Komparatif
Mengutamakan pembandingan prestasi kerja seorang dengan pegawai lain yang
menyelenggarakan kegiatan sejenis.

Adapun metode-metode penilaian kinerja menurut Marwansyah (2010:246),


adalah sebagai berikut:
a) Rating Scale
Metode penilaian kinerja yang digunakan secara luas, yang menilai pekerja berdasar atas
sejumlah faktor yang telah didefinisikan sebelumnya.

b) Critical Incidents
Penilai harus menyimpan catatan tertulis tentang tindakan-tindakan atau perilaku kerja yang
sangat menonjol atau sangat positif dan perilaku kerja yang sangat negative.
c) Essay/Narrative Essay
Penilai menulis sebuah narasi yang menguraikan kinerja karyawan.
d) Work Standards
Membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya atau
dengan tingkat keluaran yang diharapkan.
e) Ranking
Penilai menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai denganperingkat yang disusun
berdasarkan kinerja secara keseluruhan.
f) Forced Distribution
Penilai memasukkan individu dari kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori yang serupa
dengan sebuah distribusi frekuensi normal.
g) Forced-Choice
Penilai diberikan serangkaian pernyataan tentang seorang pekerja dan penilai harus menunjukkan
item apa yang paling tepat menggambarkan perilaku pekerja.
h) Weighted Checklist Performance Reports
Penilai mengisi atau melengkapi formulir yang sama dengan metode forced-choice, tetapi
respons yang diisi oleh penilai diberi bobot yang berbeda.
i) Behaviorally Anchored Rating Scales
Kinerja karyawan dinilai dengan menggunakan skala, tetapi butir-butir skalanya dihubungkan
dengan insiden kritis.

Selain itu, adapula yang menyebutkan beberapa metode-metode penilaian kinerja


yang lainnya, antara lain:
Metode yang berorientasi terhadap masa lalu
Kelebihan dari metode ini adalah dapat mengukur prestasi kerja yang telah terjadi
sebelumnya, sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat mengubah atau memperbaiki prestasi
kerja di masa lalu. Tetapi dengan mengevaluasi prestasi kerja karyawan di masa lalu, para
karyawan memperoleh feedback mengenai upaya – upaya yang telah mereka lakukan. Feedback
ini yang kemudian dipakai sebagai patokan untuk memperbaiki prestasi kerja karyawan di masa
depan.
Metode ini meliputi :
 Rating scale
Teknik ini adalah bentuk performance appraisal yang tertua dan paling banyak
digunakan, biasa dilakukan oleh atasan secara langsung. Pada teknik ini, evaluasi subjektif
dilakukan oleh penilai terhadap prestasi kerja karyawan. Evaluasi hanya didasarkan pada
pendapat penilai yang membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan faktor – faktor yang
dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan tersebut. Dalam banyak kasus, faktor – faktor
tersebut mungkin juga tidak berhubungan langsung dengan pelaksanaan kerja.

Kelebihan teknik ini antara lain :


o Tidak memakan biaya administrasi yang besar.
o Tidak memerlukan banyak pelatihan untuk penilai.
o Proses pelaksanaannya tidak memakan waktu lama.
o Teknik ini dapat diterapkan untuk organisasi dengan jumlah karyawan yang besar.

Kelemahannya adalah sulitnya menentukan faktor – faktor yang relevan dalam pelaksanaan
pekerjaan dan besarnya unsur subjektivitas yang dipakai penilai dalam melaksanakan
performance appraisalsehingga hasil penilaian cenderung bias.

 Checklist
Teknik ini bertujuan mengurangi beban penilai. Penilai tinggal memilihitem – item, yang
berisi berbagai statement, yang menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik karyawan.
Seperti pada teknik rating scale, penilai biasanya adalah atasan langsung. Departemen personalia
juga dapat memberikan bobot tertentu pada item – item tertentu pada daftar checklist. Pemberian
bobot ini memungkinkan penilaian dapat dikuantifikasikan sehingga skor total dapat ditentukan.
Kelebihannya antara lain:
o Ekonomis
o Mudah administrasinya
o Tidak memerlukan banyak pelatihan untuk penilai.
o Sudah terstandardisasi

Kelemahannya:
o Adanya penggunaan faktor kepribadian di samping faktor yang berhubungan dengan prestasi
kerja.
o Adanya pengaruh halo effect yang memungkinkan hasil penilaian menjadi bias.
o Salah menginterpretasikan item – item dalam checklist.
o Pemberian bobot yang tidak tepat terhadap item – item tertentu.

 Metode peristiwa kritis (critical incident method)


Teknik ini merupakan teknik penilaian yang didasarkan pada catatan – catatan penilai
yang menggambarkan perilaku karyawan sangat baik ataukah sangat buruk dalam kaitannya
dengan pelaksanaan kerja. Catatan – catatan inilah yang disebut peristiwa – peristiwa kritis.
Berbagai peristiwa tersebut dicatat selama periode evaluasi terhadap setiap karyawan.

Teknik ini sangat berguna dalam memberikan feedback kepada karyawan dan
mengurangi kesalahan recency effect. Kelemahannya adalah para penilai (biasanya para atasan)
sering tidak berminat melakukan pencatatan atau cenderung mengada – ada dan bersikap
subjektif.

 Field review method (metode peninjauan lapangan)


Dengan teknik ini, wakil ahli departemen personalia turun dan ikut membantu para
penilai dalam melakukan performance appraisal.Spesialis personalia mendapatkan informasi
khusus dari atasan langsung tentang prestasi kerja karyawan. Kemudian mereka mempersiapkan
evaluasi atas dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim kepada penilai untuk direview, diubah,
dilakukan persetujuan, dan dibahas dengan karyawan yang dinilai.

 Tes dan observasi prestasi kerja


Bila jumlah pekerjaan terbatas, performance appraisal bisa didasarkan pada tes
pengetahuan dan ketrampilan, berupa tes tertulis atau peragaan ketrampilan. Tes yang dilakukan
harus valid dan reliable.
Observasi – observasi di sini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Observasi langsung terjadi apabila penilai secara langsung atau nyata melihat pelaksanaan kerja.
sedangkan observasi tidak langsung terjadi apabila penilai hanya dapat menilai tiruan
pelaksanaan kerja sehingga hasil penilaian pun mungkin kurang akurat.

Metode evaluasi kelompok


Ada beberapa teknik untuk melakukan evaluasi terhadap kelompok – kelompok
karyawan. Penilaian seperti ini biasanya dilakukan oleh penilai atau atasan langsung. Teknik
evaluasi kelompok ini berguna untuk pengambilan keputusan tentang hal – hal yang berkaitan
dengan pemberian kompensasi, promosi jabatan, dan berbagai bentuk pemberian penghargaan
organisasional karena saat menerapkan teknik ini dapat diketahui ranking karyawan dari yang
terbaik hingga yang terburuk.

Teknik ini meliputi:


a. Metode ranking
Penilai membandingkan karyawan yang satu dengan karyawan yang lain untuk menentukan
siapa yang lebih baik kemudian menempatkan setiap karyawan dalam urutan dari yang terbaik
hingga yang terburuk. Departemen personalia dapat mengetahui karyawan mana yang lebih
unggul berdasarkan ranking tetapi tidak dapat diketahui seberapa besar perbedaan prestasi kerja
mereka.

Kelebihan teknik ini menyangkut kemudahan administrasi dan penjelasannya, sedangkan


kelemahannya antara lain:
- Sulitnya menentukan faktor – faktor pembanding.
- Penilai mungkin terpengaruh dengan halo effect atau recency effect sehingga hasil penilaian
mungkin bias.
b. Grading / Forced Distributions
c. Point Allocation Method

Metode yang berorientasi terhadap masa depan


Metode ini memusatkan perhatian pada prestasi kerja karyawan di masa depan melalui
penilaian potensi karyawan atau penetapan sasaran prestasi kerja di masa depan. Metode ini
meliputi:
 Penilaian diri (self appraisal)
Teknik ini berguna apabila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan pengembangan diri
karyawan. Apabila karyawan menilai dirinya sendiri, perilaku defensif cenderung tidak terjadi,
sehingga upaya perbaikan diri juga cenderung dilakukan.

 Penilaian psikologis (psychological appraisal)


Penilaian ini pada umumnya terdiri dari wawancara mendalam, tes – tes psikologis,
diskusi dengan atasan secara langsung, dan review – reviewlainnya. Penilaian psikologis biasa
dilakukan oleh para psikolog, terutama untuk menilai potensi karyawan di masa depan. Evaluasi
terhadap segi – segi intelektual, emosional, motivasi karyawan, dan karakteristik hubungan
pekerjaan lainnya diharapkan dapat membantu untuk memperkirakan prestasi kerja karyawan di
masa depan. Hasil evaluasi tersebut biasanya digunakan sebagai dasar keputusan penempatan
dan pengembangan diri karyawan. Akurasi penilaian sepenuhnya tergantung pada ketrampilan
psikolog.
 Pendekatan management by objectives (MBO)
Inti dari pendekatan ini adalah seluruh karyawan, manajer, dan direksi bersama – sama
menetapkan tujuan organisasi dan sasaran – sasaran pelaksanaan kerja di masa depan. Seiring
dengan penetapan tujuan dan sasaran tersebut, performance appraisal juga dilakukan bersama –
sama.

 Teknik pusat penilaian (assessment centers)


Untuk membantu identifikasi potensi manajemen di masa depan, banyak organisasi besar
yang mendirikan pusat – pusat penilaian (assessment centers). Assessment centers adalah suatu
bentuk penilaian karyawan yang distandardisasikan tergantung pada berbagai tipe penilaian yang
ditentukan penilai. Penilaian ini bisa meliputi wawancara mendalam, tes – tes psikologis, diskusi
kelompok, simulasi, dan teknik – teknik lain untuk mengevaluasi potensi karyawan di masa
depan.

MASALAH-MASALAH DALAM PENILAIAN KINERJA


Menurut Sedarmayanti (2010:276), masalah-masalah dalam penilaian kinerja adalah
sebagai berikut :
1. Kurangnya obyektivitas.
2. Kesalahan, terjadi bila penilaian mempersepsikan satu faktor sebagai kriteria yang paling penting
dan memberikan penilaian umum, baik atau buruknya berdasarkan faktor tunggal ini.
3. Penilaian terlalu longgar, kecenderungan itu memberikan nilai tinggi kepada seseorang yang
tidak berhak mendapatkannya. Atau, penilai memberi nilai lebih tinggi dari seharusnya atau
terlalu longgar.
4. Penilai terlalu ketat, sikap yang terlalu kritis terhadap kinerja seorang pekerja (terlalu ketat dalam
memberikan nilai). Penilaian terlalu ketat biasanya terjadi kalau pimpinan tidak mempunyai
definisi atau batasan akurat tentang berbagai faktor penilaian.
5. Kecenderungan memberi nilai tengah, kesalahan ini terjadi bila karyawan diberi nilai rata-rata
secara tidak tepat atau di tengah-tengah skala penilaian, atau kecenderungan untuk memberi nilai
rata-rata kepada seluruh karyawan.
6. Bias perilaku terbaru, perilaku atau kinerja yang paling akhir akan lebih mudah diingat dari pada
perilaku kerja yang telah lama terjadi.
7. Bias pribadi, penyelia yang melakukan penilaian dapat memiliki bias yang berkaitan dengan
karakteristik karyawan, seperti suku, agama, gender atau usia. Meskipun ada kebijakan yang
melindungi pekerja, diskriminasi tetap menjadi masalah dalam penilaian kinerja.

IMPLIKASI DAN ARTI PENTING PENILAIAN KINERJA


Performance appraisal menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi kerja karyawan
di masa lalu dan / atau prediksi prestasi kerja mereka di masa depan. Proses penilaian ini akan sia
– sia apabila para karyawan tidak menerima feedback mengenai prestasi kerja mereka. Tanpa
adanya pemberian feedback kepada para karyawan, perilaku karyawan tidak akan dapat
diperbaiki.
Untuk mengantisipasi hal di atas, perlu dilakukan wawancara evaluasi.
Wawancara evaluasi adalah periode peninjauan kembali hasil penilaian prestasi kerja yang
memberikan feedback kepada karyawan tentang prestasi kerja mereka di masa lalu maupun
potensi mereka di masa depan. Berikut ini beberapa pedoman yang perlu diperhatikan agar
wawancara evaluasi berlangsung secara efektif:
* Penilai hendaknya menekankan pada aspek – aspek positif tentang hasil penilaian prestasi kerja
karyawan.
* Performance appraisal ini sebenarnya untuk meningkatkan prestasi kerja, bukan untuk menegakkan
kedisiplinan.
* Wawancara evaluasi hendaknya dilakukan secara pribadi, sehingga gangguan – gangguan yang tidak
perlu terjadi dapat diminimalisasikan.
* Melakukan performance appraisal formal secara rutin, paling tidak setiap tahun, atau lebih sering
dilakukan untuk karyawan baru atau karyawan yang berprestasi buruk.
* Penilai hendaknya mengajukan kritik – kritik yang spesifik.
* Penilai hendaknya memusatkan kritik – kritik pada hal – hal yang berkaitan dengan prestasi kerja,
bukan yang berkaitan dengan karakteristik karyawan.
* Selalu menjaga suasana tetap tenang dan jauh dari perdebatan.
* Penilai hendaknya mampu mengidentifikasi kegiatan – kegiatan khusus yang dapat dilakukan
karyawan untuk memperbaiki prestasi kerja mereka.
* Penilai hendaknya menunjukkan kesan ingin membantu usaha – usaha perbaikan prestasi kerja
karyawan.
Performance appraisal juga menyediakan feedback tentang efektivitas fungsi
manajemen personalia. Proses penilaian ini berfungsi sebagaiquality control. Terlalu banyak
karyawan yang berprestasi buruk mencerminkan adanya kesalahan pada satu atau beberapa
fungsi manajemen personalia. Manajemen personalia perlu memonitor hasil – hasil penilaian
tersebut, karena hasil tersebut dapat menjadi barometer fungsi manajemen personalia secara
keseluruhan.
Dengan ini, dapat disimpulkan arti penting performance appraisal dalah sebagai berikut:
* Perbaikan prestasi kerja
Pemberian feedback pada karyawan dan departemen personalia dapat dijadikan patokan untuk
memperbaik prestasi kerja mereka.
* Penyesuaian pemberian kompensasi pada karyawan
Hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk menentukan kenaikan upah, pemberian bonus, dan
bentuk – bentuk pemberian kompensasi lainnya.
* Pembuatan keputusan yang berkaitan dengan penempatan posisi karyawan
Hasil performance appraisal dengan menggunakan metode yang berorientasi pada masa lalu
dapat dijadikan patokan apakah seorang karyawan mendapat promosi, transfer, atau demosi
jabatan.

* Identifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan


Prestasi kerja yang buruk mencerminkan adanya kebutuhan pelatihan, sebaliknya prestasi kerja
yang baik mencerminkan adanya potensi yang perlu dikembangkan.
* Perencanaan dan pengembangan karier karyawan
Pemberian feedback pada karyawan dapat dijadikan dasar untuk menentukan jalur karier mana
yang akan dipilih oleh karyawan tersebut.
* Mengetahui penyimpangan yang terjadi pada tahap staffing
Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan dari prosedur
staffing yang telah ditetapkan oleh departemen personalia.
* Ketidakakuratan informasional pada organisasi
Prestasi kerja yang buruk mungkin mencerminkan kesalahan dalam melakukan analisis informasi
jabatan, perencanaan sumber daya manusia, atau komponen – komponen lain dari sistem
informasi manajemen sumber daya manusia.
* Kesalahan yang terjadi saat menentukan desain pekerjaan
Prestasi kerja yang buruk mungkin mencerminkan adanya kesalahan saat menentukan desain
pekerjaan.
* Memberikan kesempatan kerja yang adil
Performance appraisal yang dilakukan secara akurat akan menjamin keputusan – keputusan
penempatan internal juga dilakukan dengan tepat tanpa adanya diskriminasi.
* Identifikasi tantangan – tantangan eksternal
Dengan melakukan performance appraisal, departemen personalia dapat mengajukan solusi yang
berkaitan dengan tantangan – tantangan eksternal, seperti masalah – masalah yang berkaitan
dengan keluarga, kondisi finansial, atau masalah – masalah pribadi lainnya.
KESIMPULAN

Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses di mana organisasi


– organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki
keputusan – keputusan departemen personalia dan memberikan feedback kepada para karyawan
tentang pelaksanaan kerja mereka.
Performance appraisal menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi kerja karyawan
di masa lalu dan / atau prediksi prestasi kerja mereka di masa depan. Proses penilaian ini akan sia
– sia apabila para karyawan tidak menerima feedback mengenai prestasi kerja mereka. Tanpa
adanya pemberian feedback kepada para karyawan, perilaku karyawan tidak akan dapat
diperbaiki.
Performance appraisal juga menyediakan feedback tentang efektivitas fungsi
manajemen personalia. Proses penilaian ini berfungsi sebagaiquality control. Terlalu banyak
karyawan yang berprestasi buruk mencerminkan adanya kesalahan pada satu atau beberapa
fungsi manajemen personalia. Manajemen personalia perlu memonitor hasil – hasil penilaian
tersebut, karena hasil tersebut dapat menjadi barometer fungsi manajemen personalia secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Covey, Stephen R. 2005. Strategi Pelatihan dan Pengembangan Sumber Saya Manusia Untuk
Memenangkan Competitive Advantage dan Cooperative Advantage (oleh Gabriel Amin Silalahi.
Surabaya: Batavia Press.
Grensing, Lin dan Phopal. 2006. Human Resources Book: Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Bisnis. Jakarta: Prenada Media Group.
Hasibuan, H. Malayu S.P..2009.Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.Jakarta:PT. Bumi
Aksara.
Marwansyah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.
Moekijat. 2010. Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Mandar Maju.
Priansa, Donni Juni dan H. Suwatno. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Publik
dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Siagian, Sondang P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sedarmayanti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen Pegawai
Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.
Simamora, Henry.2004.Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi ketiga.Yogyakarta:Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi YKPN
Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media Group.
Tohardi, Ahmad. 2001. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Mandar
Maju.

Anda mungkin juga menyukai