1. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa kerja mereka.
(Sedarmayanti 2010: 239)
2. Sistem imbalan atau kompensasi yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para
anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara
dan mempekerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai sikap dan perilaku positif bekerja
dengan produkti bagi kepentingan organisasi. (Sondang P. Siagian, 2009: 253)
3. Menurut WorldAtWork The Total Rewards Association dalam Marwansyah (2010:269),
kompensasi adalah Pembayaran yang diberikan oleh organisasi/perusahaan kepada seorang
karyawan sebagai karyawan sebagai balasan atas jasa yang diberikannya kepada
organisasi/perusahaan.
4. Menurut Marwansyah (2010:269), kompensasi adalah penghargaan atau imbalan langsung
maupn tidak langsung financial maupun non financial yang adil dan layak kepada karyawan
sebagai balasan atas kontribusi/jasanya terhadap pencapaian tujuan organisasi.
5. Menurut Mondy, R.W. & Noe dalam Marwansyah (2010:269), kompensasi adalah keseluruhan
imbalan yang diberikan kepada karyawan sebagai balassan atas jasa atau kontribusi mereka
terhadap organisasi.
6. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja
mereka. (Handoko, 2003, p.114-118)
7. Menurut Simamora (1997:540) kompensasi meliputi kembalian-kembalian finansial dan jasa-
jasa serta tunjangan-tunjangan yang diterima oleh karyawan sebagai bagian dari hubungan
kepegawaian. Kompensasi merupakan apa yang diterima oleh karyawan sebagai ganti kontribusi
mereka kepada organisasi.
8. Menurut Hasibuan (2009:118), Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang,
barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan.
FUNGSI KOMPENSASI
Dari pengertian diatas terlihat bahwa kompensasi merupakan alat pengikat
perusahaan terhadap karyawannya, faktor penarik bagi calon karyawan dan faktor pendorong
seseorang menjadi karyawan. Dengan demikian kompensasi mempunyai fungsi yang cukup
penting di dalam memperlancar jalannya roda organisasi/ perusahaan. Menurut Martoyo (1994),
fungsi kompensasi adalah :
a. Penggunaan SDM secara lebih efisien dan lebih efektif
Kompensasi yang tinggi pada seorang karyawan mempunyai implikasi bahwa
organisasi memperoleh keuntungan dan manfaat maksimal dari karyawan yang bersangkutan
karena besarnya kompensasi sangat ditentukan oleh tinggi/rendahnya produktivitas kerja
karyawan yang bersangkutan. Semakin banyak pegawai yang diberi kompensasi yang tinggi
berarti semakin banyak karyawannya yang berprestasi tinggi. Banyaknya karyawan yang
berprestasi tinggi akan mengurangi pengeluaran biaya untuk kerja-kerja yang tidak perlu (yang
diakibatkan oleh kurang efisien dan efektifitasnya kerja). Dengan demikian pemberian
kompensasi dapat menjadikan penggunaan SDM secara lebih efisien dan lebih efektif.
b. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi
Sistem pemberian kompensasi yang baik secara langsung dapat membantu
stabilitas organisasi dan secara tidak langsung ikut andil dalam mendorong stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya pemberian kompensasi yang kurang baik dapat menyebabkan
gejolak di kalangan karyawan akibat ketidakpuasan. Pada gilirannya gejolak ketidakpuasan ini
akan menimbulkan kerawanan ekonomi.
TUJUAN KOMPENSASI
Tujuan dari sistem kompensasi menurut Sedarmayanti (2010:239) adalah:
Menghargai kinerja.
Menjamin keadilan.
Mempertahankan karyawan.
Memperoleh karyawan bermutu.
Mengendalikan biaya.
Memenuhi peraturan.
TAHAPAN-TAHAPAN KOMPENSASI
Menurut Sedarmayanti (2008 : 240), menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan
pengelolaan kompensasi, tahap yang harus dilakukan adalah :
Tahap satu
Mengevaluasi setiap pekerjaan dengan memanfaatkan informasi analisis pekerjaan guna
menjamin hak internal yang adil berdasarkan nilai relatif setiap pekerjaan.
Tahap dua
Melakukan penetapan gaji dan upah untuk menetapkan hak eksternal yang adil berdasarkan tarif
yang dibayarkan di pasar kerja.
Tahap tiga
Menghargai setiap pekerjaan untuk menentukan tarif pembayaran berdasarkan hak internal dan
eksternal yang adil.
Tahap-tahap manajemen kompensasi dalam Marwansyah (2010:274), adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasikan dan melakukan studi atas jabatan atau melakukan studi atas jabatan
atau melakukan analisis jabatan. Langkah ini secara umum menghasilkan dua jenis
informasi: deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan.
2. Mengevaluasi setiap jabatan dengan menggunakan informasi analisis jabatan untuk
menjamin terwujudnya keadilan interval berdasarkan nilai relatif dari setiap jabatan.
3. Melakukan survei gaji dan upah untuk menentukan keadilan eksternal berdasarkan
tingkat gaji dan upah dalam pasar tenaga kerja.
4. Menentukan harga tiap jabatan untuk menetapkan tingkat pembayaran berdasarkan
keadilan internal dan keadilan eksternal.
JENIS-JENIS KOMPENSASI
Menurut Sedarmayanti (2010: 241-243), jenis-jenis kompensasi adalah sebagai
berikut:
Kompensasi Tidak Langsung
Sedarmayanti menyatakan bahwa jaminan dan pelayanan adalah kompensasi tidak
langsung karena hal tersebut biasanya diberikan sebagai suatu kondisi pekerjaan dan tidak
berkaitan secara langsung dengan prestasi kerja.
Jaminan – jaminan tersebut antara lain :
1. Jaminan asuransi
Asuransi yang diberikan merupakan asuransi yang kerkenaan dengan kesehatan, jiwa dan cacat
tubuh.
2. Jaminan keamanan pegawai
Berupa keamanan dalam pendapatan kerja dan masalah – masalah yang berkaitan dengan
kepensiunan.
3. Jaminan cuti
Hak hari libur yang didapat pekerja, seperti : istirahat kerja, liburan, cuti, penggantian hari sakit
dan dispensasi dalam tugas organisasi.
4. Jaminan kafetaria : Solusi proaktif
Hak-hak karyawan dalam mendapatkan jadwal kerja yang layak dan sesuai dengan privasi
karyawan tersebut.
5. Pelayanan karyawan
Jaminan untuk karyawan dalam hal pendidikan, keuangan dan secara sosial (perawatan keluarga)
serta program – program relokasi.
Kompensasi pelengkap
Kompensasi pelengkap merupakan kompensasi tidak langsung karena
biasanya diperlakukan sebagai upaya penciptaan lingkungan kerja yang menyenangkan dan tidak
langsung berkaitan dengan kinerja.
Program penyediaan kompensasi pelengkap semakin penting karena :
1. Adanya perubahan sikap karyawan.
2. Tuntutan serikat karyawan.
3. Persaingan antar organisasi.
4. Aturan pemerintah.
Davis dan Werther mengelompokkan kompensasi ke dalam dua bentuk umum, yaitu:
1. Kompensasi langsung, yang terdiri atas
a. Gaji dan upah pokok
b. Insentif dan bagi hasil
2. Kompensasi tidak langsung, yang berbentuk program kesejahteraan dan pelayanan.
Kompensasi tidak langsung dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Yang disediakan secara sukarela oleh pengusaha/majikan
b. Yang diwajibkan oleh hukum/peraturan
SISTEM KOMPENSASI
Beberapa sistem kompensasi yang biasa digunakan adalah sistem prestasi, sistem
kontrak/borongan.
a. Sistem Prestasi
Upah menurut prestasi kerja sering juga disebut dengan upah sistem hasil.
Pengupahan dengan cara ini mengaitkan secara langsung antara besarnya upah dengan prestasi
kerja yang ditujukan oleh karyawan yang bersangkutan. Sedikit banyaknya upah tersebut
tergantung pada sedikit banyaknya hasil yang dicapai karyawan dalam waktu tertentu. Cara ini
dapat diterapkan bila hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif.Cara ini dapat mendorong
karyawan yang kurang produktif menjadi lebih produktif. Cara ini akan sangat menguntungkan
bagi karyawan yang dapat bekerja cepat dan berkemampaun tinggi. Contoh kompensasi sistem
hasil : per potong, per meter, per kilo, per liter dan sebagainya.
b. Sistem Waktu adalah besarnya kompensasi dihitung berdasarkan standar waktu seperti Jam,
Hari, Minggu, Bulan. Besarnya Upah ditentukan oleh lamanya karyawan melaksanakan atau
menyelesaikan suatu pekerjaan. Umumnya cara ini digunakan bila ada kesulitan dalam
menerapkan cara pengupahan berdasarkan prestasi. Kelemahan dari sistem waktu adalah:
1. Mengakibatkan mengendornya semangat karyawan yang produktifitasnya tinggi (diatas
rata-rata ).
2. Tidak membedakan usia, pengalaman, dan kemampuan karyawan.
3. Membutuhkan pengawasan yang ketat agar karyawan sungguh- sungguh benerja.
Sedangkan kelebihan sistem waktu adalah :
1. Dapat mencegah hal- hal yang kurang diinginkan seperti pilih kasih, diskriminasi
maupun kompetisi yang kurang sehat.
2. Menjamin kepastian penerimaan upah secara periodik.
3. Tidak memandang rendah karyawan yang cukup lanjut usia.
PENGELOLAAN KOMPENSASI
Menurut Sedarmayanti (2010: 240), menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan
pengelolaan kompensasi, tahap yang harus dilakukan adalah :
• Tahap satu
Mengevaluasi setiap pekerjaan dengan memanfaatkan informasi analisis pekerjaan guna
menjamin hak internal yang adil berdasarkan nilai relatif setiap pekerjaan.
• Tahap dua
Melakukan penetapan gaji dan upah untuk menetapkan hak eksternal yang adil berdasarkan tarif
yang dibayarkan di pasar kerja.
• Tahap tiga
Menghargai setiap pekerjaan untuk menentukan tarif pembayaran berdasarkan hak internal dan
eksternal yang adil.
Faktor – faktor supply yang mempengaruhi kebijakan kompensasi :
1. Suplai dan permintaan karyawan
2. Serikat karyawan
3. Produktifitas.
4. Kesediaan dan kemampuan membayar.
5. Ketentuan atau peraturan pemerintah.
4. Sikap manajemen
Keinginan pihak manajemen untuk mempertahankan atau meningkatkan semangat kerja,
menarik pekerja-pekerja yang berkualitas tinggi, mengurangi perputaran tenaga kerja,
meningkatkan standar hidup kerja juga mempengaruhi strukur dan tingkat gaji/ upah
5. Kemampuan membayar
Gaji atau upah yang dibayarkan kepada pekerja merupakan salah satu komponen biaya produksi
yang harus dihitung secara cermat oleh setiap perusahaan.
6. Biaya hidup
Pemberian gaji/ upah perlu mempertimbangkan komponen biaya hidup disuatu wilayah. Tingkat
upah di kota-kota besar dengan biaya hidup yang tinggi, tentu harus dibedakan dengan tingkat
upah di daerah dengan biaya hidup yang lebih rendah.
EVALUASI JABATAN
Menurut Marwansyah (2010:280), evaluasi jabatan adalah sebuah proses yang
menentukan nilai relatif sebuah jabatan dalam hubungannya dengan jabatan lain.
Evaluasi jabatan bertujuan untuk menciptakan konsistensi (keadilan) internal dan
konsistensi (keadilan) eksternal dalam pemberian kompensasi atau balas jasa. Sasaran utamanya
adalah kepuasan pekerja dan atasan terhadap imbalan yang dibayarkan.
Peran evaluasi jabatan menurut Marwansyah (2010:280), adalah:
1. Alat yang efektif untuk menentukan hubungan internal dari berbagai jabatan (strukur
gaji/upah).
2. Alat untuk menentukan kebijakan pembayaran imbalan.
3. Alat untuk menentukan standar nilai jabatan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk
rencana pemberian insentif.
4. Alat bantu pengawasan terhadap biaya gaji dan upah.
5. Dasar untuk menghubungkan skala pembayaran perusahaan dengan skala pembayaran
perusahaan lain (tingkat gaji/ upah).
6. Dasar yang adil bagi kenaikan pangkat atau promosi jabatan.
Menurut Mondy & Noe dalam Marwansyah (2010:281), persyaratan evaluasi jabatan sebagai
berikut:
1. Memberikan ukuran yang konsisten tentang nilai jabatan yang dapat secara mudah dipahami
oleh semua pihak yang berkepentingan.
2. Melibatkan para manajer, sejak awal proses sampai administrasi dan revisi-revisi selanjutnya.
3. Melindungi para karyawan dari favoritisme, bias, dan ketidak adilan pemabyaran internal.
4. Mengukur jabatan bukan kinerja karyawan yang melaksanakan pekerjaan.
5. Dapat diterapkan untuk kelompok jabatan yang luas di dalam kelompok-kelompok fungsional.
SURVEI GAJI/UPAH
Dalam Marwansyah (2010:289), menyatakan bahwa semua teknik evaluasi
jabatan akan menghasilkan sebuah peringkat jabatan yang disusun atas dasar nilai relatifnya di
dalam perusahaan untuk menjamin terwujudnya keadilan internal. Untuk, menciptakan keadilan
eksternal atau untuk menentukan tarif yang adil, sebagian besar perusahaan menyandarkan diri
pada survei gaji dan upah. Survei ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pembayaran
perusahaan lain yang sejenis di dalam pasar tenaga kerja. Dengan kata lain, survei gaji
memungkinkan organisasi untuk memperoleh data kompensasi yang menggambarkan
kecenderungan pemberian kompensasi di pasar. Data yang diperoleh dari survei gaji dan upah
digunakan oleh analisis sebagai tolak ukur untuk membandingkan berbagai tingkat kompensasi.
Berikut ini, Cascio dalam Marwansyah (2010:292) mengemukakan sejumlah
alasan mengapa keberadaan kompensasi finansial tidak langsung semakin penting:
1. Berubahnya kecenderungan atau tuntutan dunia kerja yang mengharuskan organisasi untuk
menawarkan kompensasi diluar gaji/ upah guna menarik, mempertahankan dan memotivasi
karyawan yang berkualitas.
2. Meningkatnya kepentingan serikat pekerja/ serikat buruh untuk mendapatkan maslahat, terutama
kerena tingkat upah tidak lagi memuaskan kebutuhan pokok karyawan.
3. Banyak jenis masalahat yang bebas pajak, sehingga disposable income (penghasilan yang
dibelanjakan) karyawan meningkat, tetapi hal ini biasanya berlaku pada wilayah tertentu saja
4. Pemberian maslahat dapat menunjukkan adanya tanggung jawab social dari majikan/ pengusaha,
mereka akan dipandang sebagai pengusaha yang peduli terhadap karyawannya.
Bentuk-bentuk insentif
1. Piecework (upah potong)
Sistem insentif yang meberi imbalan bagi pekerja atas tiap unit keluaran yang dihasilkan
2. Production bonus
Insentif yang dibayarkan kepada pekerja yang melebihi sasaran keluaran (output) yang
ditetapkan.
3. Commission
Insentif dalam bentuk komisi diberikan atas dasar jumlah unit yang terjual.
4. Maturity curve
Bentuk insentif ini kurva kematangan diberikan untuk mengakomodasikan para pekerja yang
memilki kinerja tinggi dilihat dari aspek produktivitas atau pekerja yang telah
berpengalaman/senior
5. Merit raise
Kenaikan gaji/upah yang diberikan sesudah penilaian kinerja
6. Nonmonetary Incentives
Insentif biasanya biasanya berarti uang, tetapi insentif bagi kinerja bisa juga diberikan dalam
bentuk lain.
7. Executives incentives
Bentuk-bentuk insentif bagi eksekutif antara lain bonus tunai, stock options (hak untuk
membel saham perusahaan dengan harga tertentu di masa yang akan datang dalam periode
waktu yang ditentukan).
Bentuk-bentuk bagi-hasil
1. Employee Ownership atau Employee Stock Ownership Plan (ESOP)
Dalam program ini, pekerja diberi kesempatan untuk ikut memilki saham perusahaan.
2. Production-Sharing Plans
Rencana bagi-hasil memungkinkan kelompok pekerja untuk menerima bonus karena
berhasil melampaui tingkat keluaran yang sudah ditetapkan.
3. Profit-Sharing Plans
Dalam program ini, perusahaan membagi keuntungan yang diperoleh kepada karyawan.
4. Cost-Reduction Plans
Dibawah rencana kini, para pekerja mendapatkan bonus jika mereka berhasil menekan
atau menghemat biaya.
KESIMPULAN
Covey, Stephen R. 2005. Strategi Pelatihan dan Pengembangan Sumber Saya Manusia Untuk
Memenangkan Competitive Advantage dan Cooperative Advantage (oleh Gabriel Amin Silalahi.
Surabaya: Batavia Press.
Grensing, Lin dan Phopal. 2006. Human Resources Book: Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Bisnis. Jakarta: Prenada Media Group.
Hasibuan, H. Malayu S.P..2009.Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.Jakarta:PT. Bumi
Aksara.
Marwansyah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.
Moekijat. 2010. Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Mandar Maju.
Priansa, Donni Juni dan H. Suwatno. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Publik
dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Siagian, Sondang P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sedarmayanti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manjemen Pegawai
Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.
Simamora, Henry.2004.Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi ketiga.Yogyakarta:Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi YKPN
Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenada Media Group.
Tohardi, Ahmad. 2001. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Mandar
Maju.