Kata Uis Gara sendiri berasal dari Bahasa Karo, yaitu Uis yang berarti kain dan Gara yang berarti merah. Disebut
sebagai "kain merah" karena pada Uis Gara warna yang dominan adalah merah, hitam, dan putih, serta dihiasi
pula berbagai ragam tenunan dari benang emas dan perak.
Secara umum Uis Gara terbuat dari bahan kapas yang kemudian dipintal dan ditenun secara manual dan diwarnai
menggunakan zat pewarna alami. Cara pembuatannya tidak jauh berbeda dengan pembuatan songket, yaitu
menggunakan alat tenun bukan mesin.
Pada awalnya kegunaan Uis Gara, yaitu dibuat untuk dipakai sehari-hari oleh kalangan perempuan Karo. Namun
saat ini Uis Gara hanya digunakan di setiap upacara adat dan budaya Karo. Baik yang dilaksanakan di daerah Karo
sendiri, maupun di luar daerah Karo, selebihnya kerap juga ditemukan dalam bentuk suvenir berupa tas, dasi,
gorden, ikat pinggang, sarung bantal, dan lain sebagainya.
Nah, correcto.id berhasil merangkum jenis-jenis uis dari Adat Karo, simak berikut ini:
Uis Beka Buluh berukuran 166 X 86 cm ini memiliki ciri Gembira, Tegas dan Elegan. Kain Adat ini merupakan
simbol wibawa dan tanda kebesaran bagi seorang Putra Karo.
Kegunaan daru Uis Beka Buluh ini sebagai Penutup Kepala. Pada saat Pesta Adat, Kain ini dipakai Pria/putra Karo
sebagai mahkota di kepalanya pertanda bahwa untuk dialah pesta tersebut diselenggarakan.
Kain ini dilipat dan dibentuk menjadi mahkota pada saat Pesta Perkimpoian, Mengket Rumah (Peresmian
Bangunan), dan Cawir Metua (Upacara Kematian bagi Orang Tua yang meninggal dalam keadaan umur sudah
lanjut).
Sebagai Pertanda (Cengkok-cengkok/Tanda-tanda) yang diletakkan di pundak sampai ke bahu dengan bentuk
lipatan segi tiga.
Sebagai Maneh-maneh. Setiap putra karo dimasa mudanya diberkati oleh Kalimbubu (Paman, Saudara Laki-laki
dari Ibu, Pihak yang dihormati) sehingga berhasil dalam hidupnya.
Pada Saat kematiannya, pihak keluarga akan membayar berkat yang diterima tersebut dengan menyerahkan
tanda syukur yang paling berharga kepada pihak kalimbubu tadi yakni mahkota yang biasa dikenakannya yaitu Uis
Beka Buluh.
Penggunaan sebagai pakaian luar bagian bawah untuk Laki-laki yang disebut gonje (sebagai kain sarung). Kain ini
dipakai oleh Putra Karo untuk semua upacara Adat yang mengharuskan berpakaian Adat Lengkap.
Uis Gatip Jongkit Diberu (perempuan) berukuran 164 x 96 cm menunjukkan karakter Teguh dan Ulet.
Penggunaan dari uis ini sebagai Penutup Kepala wanita Karo (tudung) baik pada pesta maupun dalam
kesehariannya. Dan untuk beberapa daerah, diberikan sebagai tanda kehormatan kepada kalimbubu pada saat
wanita Karo meninggal Dunia (Maneh-maneh dan morah-morah).
Uis Nipes Padang Rusak berukuran 146 x74 cm ini dipakai untuk selendang wanita pada pesta maupun dalam
sehari-hari.
Uis Nipes Benang Iring berukuran 154 x 62 cm ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat duka
cita.
Uis Ragi Barat atau Ragi Mbacang berukuran 144 x 65 cm ini kegunaannya dipakai untuk selendang wanita pada
upacara yang bersifat sukacita maupun dalam keseharian. Dan lapisan luar pakaian wanita bagian bawah (sebagai
kain sarung) untuk kegiatan pesta sukacita yang diharuskan berpakaian adat lengkap.
7. Uis Jujung-jujungen
Uis Jujung-jujungen berukuran 120 x 54 cm ini dipakai hanya untuk lapisan paling luar penutup kepala wanita
Uis Nipes Mangiring berukuran 148 x 64 cm ini dipakai wanita Karo sebagai selendang bahu dalam upacara adat
duka cita.
9. Uis Teba
Pada beberapa daerah, kain ini dijadikan sebagai tanda rasa hormat kepada Kalimbubu (Maneh-maneh) pada saat
orang yang sudah lanjut usia meninggal.
Uis Pementing berukuran 168 x 72 cm ini dipakai Pria Karo sebagai ikat pinggang (benting) pada saat berpakaian
adat lengkap dengan menggunakan Uis Julu sebagai kain sarung.
Uis Ari Teneng berukuran 140 x 84 cm ini berguna alas pinggan pasu yang dipakai pada waktu penyerahan mas
kimpoi. Alas piring makan pengantin saat makan bersama dalam satu piring pada malam hari usai pesta peradatan
(man nakan persadan tendi/mukul).
kegunaan dari kain ini untuk penutup kepala wanita Karo (tudung teger) waktu pesta adat dan pesta guro-guro
aron.
Kain ini juga digunakan sebagai tanda penghormatan kepada puang kalimbubu pada saat wanita lanjut usia
meninggal dunia (morah-morah).
Nah, itulah jenis-jenis dari Uis Karo dan kegunaannya. Semoga bermanfaat!