Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

1. Latar Belakang Masalah


Setiap perusahaan memerlukan sumber daya manusia untuk mencapai
tujuannya. Pada saat ini pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia
yang menguat
memiliki potensi ekonomi yang tinggi dan bahkan dianggap tertinggi
di Asia
Tenggara. Pada kondisi sekarang ini tentunya diperlukan fasilitas
yang memadai
dan sumber daya manusia yang mendukung untuk bersaing di tengah
pesatnya
persaingan bisnis agar perusahaan dapat bertahan.
Sumber daya manusia merupakan bagian penting dalam
Organisasi perusahaan harus dikelola dengan baik dan sumber daya
dikelola pada saat yang bersamaan
Manusia merupakan bagian dari manajemen organisasi yang
menitikberatkan pada unsur sumber daya manusia. Human resource
management may be
defined as program, policies, and practice for managing an
organization's
workforce “Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan
sebagai
program, kebijakan, dan praktik untuk mengelola tenaga kerja
organisasi”
(Hariandja, 2002). Tugas manajemen sumber daya manusia adalah
mengelola,
merencanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan menyelesaikan isu-
isu
ketenagakerjaan agar nantinya diperoleh karyawan yang dapat
menyelesaikan
tugas dan tanggung jawabnya.
Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam
sebuah perusahaan
Sebab, meski diperlukan berbagai unsur untuk mencapai tujuan
tersebut, namun tanpa peran manusia,
Perusahaan tersedia tetapi perusahaan tidak berjalan dan tidak
dapat dihubungi
Sebab, manusia merupakan penggerak dan penentu arah
perusahaan.
masa depan. Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan
persyaratan yang sesuai
Bersedia mencapai tujuan organisasi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi
Kinerja adalah sejauh mana suatu organisasi berhasil mencapai
tujuannya. Kinerja sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2016)
merupakan sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan;
kemampuan kerja
(tentang peralatan) sementara menurut Hidayati, Purwanto, &
Yuwono (2008)
kinerja karyawan adalah kecerdasan emosianal (berperan dalam
pengambilan
keputusan “rasional”) yang secara perorangan akan mendorong
kinerja secara
keseluruhan dan direfleksikan dalam kenaikan produktivitas.
Permasalahan SDM menjadi tantangan tersendiri
Manajemen dalam pengelolaan sumber daya manusia sesuai
metode perusahaan
untuk menghadapi berbagai permasalahan yang muncul. jika
orang itu ada di sana
Hal ini akan memungkinkan Anda untuk mengelola perusahaan
(sumber daya manusia) Anda dengan lebih baik.
Secara efektif mendukung kegiatan perusahaan. Jadi
kontinuitas
Suatu perusahaan ditentukan oleh kinerja karyawannya. berusaha
Meningkatkan kinerja karyawan, termasuk memperhitungkan
stres
pekerjaan karyawan
Stres tercipta karena adanya gangguan mental yang dihadapi
seseorang
akibat adanya tekanan. Menurut Ellyzar, Yunus, & Amri (2017) Stres
kerja dapat
diartikan sebagai tekanan yang dirasakan pegawai karena tugas-tugas
yang tidak
dapat mereka penuhi. Artinya, stres muncul saat pegawai tidak
mampu memenuhi
apa yang menjadi tuntutan- tuntutan pekerjaannya.
Perusahaan mempertahankan pembagian kerja yang
ditugaskan
Untuk memastikan karyawan tidak merasa tertekan, hal ini
sangat penting bagi karyawan
Lakukan tugas yang diberikan (usahakan untuk tidak merasa stres
karena beban atau tugas).
terlalu banyak pekerjaan). Dalam situasi ini, administrator perlu
menyadari batasannya
Karyawan melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan
padanya. Hal ini memungkinkan karyawan untuk menyelesaikan
pekerjaannya
Dikirim tepat waktu dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
Karyawan dapat meningkatkan kinerjanya sendiri dan hal ini juga
terjadi secara otomatis
Meningkatkan kinerja perusahaan dan berdampak pada pencapaian
tujuan
Apa yang ditetapkan?
2.RUMUSAN MASALAH
Merumuskan masalah berdasarkan konteks masalah
Studi ini meliputi: Apakah stres kerja berdampak signifikan
terhadap prestasi kerja
karyawan
3. Merumuskan masalah berdasarkan konteks
masalah
Studi ini meliputi: Apakah stres kerja berdampak signifikan
terhadap prestasi kerja
karyawan

4. Manfaat penelitian
1. Bagi pihak akademis : Diharapkan hasil penelitian menjadi
konkrit.
Mempelajari dan memperkaya materi dan aplikasi pembelajaran
Ilmu dalam bidang manajemen, khususnya ilmu dalam bidang
manajemen
Manajemen Sumber Daya Manusia.
2. Bagi peneliti : Penelitian ini memperluas pengetahuan dan
Memahami manajemen sumber daya manusia yang sebenarnya
terutama mengenai stres kerja dan kinerja karyawan.
3. Bagi pihak lain : Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dipublikasikan di dunia.
Juga referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya
Pertimbangan bagi perusahaan yang menghadapi masalah serupa
5. Sistematika penulisan
Untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan tentang hal-hal yang
akan
diuraikan dalam proposal ini, maka dikemukakan sistematika
penulisan:
A. IDENTITAS MAHASISWA
B. JUDUL
C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Hasil Peneltian
5. Sistematika Penulisan
D. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
1. Tinjauan Pustaka
2. Kerangka Pikir
3. Hipotesis
E. METODE PENELITIAN
1. Variabel dan Desain Penelitian
2. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
3. Populasi dan Sampel
4. Teknik Pengumpulan Data
5. Rancangan Analisis Data
F. JADWAL PENELITIAN
G. DAFTAR PUSTAKA
H. LEMBAR PENGESAHAN
D. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

1. Tinjauan Pustaka
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu
cabang ilmu pengetahuan
Manajemen yang menekankan pada pengelolaan sumber daya
manusia. Karena
Sumber daya manusia dianggap penting untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Setiap perusahaan kemudian membangun sistem untuk mengelola
sumber daya secara sistematis.
Kewenangan ini disebut Sumber Daya Manusia.
Menurut Lilis
(2012) manajemen sumber daya manusia adalah seni dan ilmu yang
mengelola
sumber daya organisasi, terutama manusianya (peranan, fungsi, tugas
dan
tanggung jawab) untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sumber daya manusia sering juga disebut dengan pegawai,
pegawai, karyawan, dan lain-lain.
pekerja, tenaga kerja, staf. perusahaan mempunyai karyawan
Perannya sangat penting dan tidak bisa digantikan oleh teknologi.
setiap
Karyawan juga mempunyai keterampilan dan kemampuan yang
berbeda-beda
Salah satu karyawan dan yang lainnya mungkin tidak memiliki
keterampilan yang sesuai
Perbedaan ini sama saja karena merupakan anugerah dari Sang
Pencipta
agar seluruh pegawai menyelesaikan tugas dan beban kerjanya;
Mungkin tidak.

a. Kinerja Karyawan
1) Definisi Kinerja Karyawan
Menurut Priyono (2010) prestasi kerja merupakan taraf
kesuksesan yang
dicapai oleh tenaga kerja baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif sesuai
dengan kriteria dan ukuran yang ditetapkan untuk pekerjaan itu
sendiri. Perilaku anggota organisasi baik secara individu maupun
kelompok memberikan kekuatan
atas kinerja organisasi sebab motivasinya akan mempengaruhi
pada kinerja
organisasi (Brahmasari & Suprayetno, 2008).
Menurut Kurniawati (2018) kinerja merupakan kualitas
dan kuantitas dari
sebuah hasil (output) individu maupun kelompok dalam suatu
aktivitas tertentu
yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang
diperoleh dari
proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. Jadi
kesimpulannya kinerja
adalah melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta
waktu yang
ditetapkan sebelumnya.

2) Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan


Manusia harus diatur atau dikelola karena manusia adalah sebuah
investasi
organisasi Beberapa perusahaan tidak mengatur orang untuk
bekerja
produktif, tapi bagaimana membuat orang berharga bagi
perusahaan
jadi dia menunjukkan hasil yang lebih baik untuk perusahaan.
Jadi
memimpin dan mengelola karyawan untuk menunjukkan kinerja
unggul;
Tentunya perusahaan harus mewaspadai faktor-faktor yang
mempengaruhi hal tersebut.
Menuurut Krisnawati (2012), faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja ada
empat, yaitu:
a. Faktor kepemimpinan,
Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang
manajer dalam
organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan
mendorong gairah kerja
karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Pelaksanaan
kepemimpinan cenderung menumbuhkan kepercayaan, loyalitas
internal, motivasi para bawahan
sehingga mereka memiliki motivasi dalam bekerja.

b. Faktor lingkungan kerja


Lingkungan kerja bagi tenaga kerja mempunyai pengaruh yang
besar
terhadap kegiatan perusahaan. Pada umumnya para karyawan
sangat menghendaki
dan peduli akan lingkungan kerja yang baik, hal ini demi
kenyamanan karyawan
untuk memudahkan pekerjaannya. Lingkungan kerja juga
berpengaruh terhadap
kinerja karyawan. Sehingga perusahaan harus memperhatikan
faktor lingkungan
kerja. Lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh
yang baik pula pada
segala pihak, baik pada para pekerja, pimpinan ataupun pada
hasil pekerjaannya.
c. Faktor motivasi
Pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja
keras,
sehingga dapat mencapai tujuan. Hal ini akan meningkatkan
produktivitas dan
kinerja karyawan, sehingga dapat berpengaruh pada pencapaian
tujuan perusahan.
d. Faktor kemampuan.
kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang
individu
untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan
beragam tugas
dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan
seseorang

3) Kriteria Pengukuran Kinerja Karyawan


Permasalahan dalam mengukur kinerja karyawan pada
perusahaan
cara menetapkan kriteria. pekerjaan menjelaskan semua itu
organisasi membayar karyawan untuk melakukan ini

Kriteria (ukuran) yang biasa dipakai untuk mengukur kinerja


karyawan
(Abdullah, 2014) adalah:
a. Kuantitatif (seberapa banyak).
b. Kualitatif (seberapa baik).
c. Ketepatan waktu melaksanakan tugas/menyelesaikan produk.
d. Efektivitas penggunaan sumber daya organisasi.
e. Cara melakukan pekerjaan (yang berhubungan dengan
perilaku karyawan).
f. Efek atas suatu upaya yang ada hubungannya dengan akibat
akhir.
g. Metode melaksanakan tugas (yang ada hubungannya dengan
UU,
kebijakan, prosedur, metode, dan peraturan).
h. Standar sejarah, hubungannya dengan masa lalu.
i. Standar nol (tidak akan terjadi sesuatu).

4) Indikator Kinerja
Mengetahui kualitas kinerja karyawan
Perusahaan perlu mengukurnya, dan untuk mengukurnya
diperlukan indikator-indikator yang juga berhubungan dengan
kinerja karyawan. Ada banyak pendapat
menjelaskan indikator kinerja pegawai.Indikator kinerja adalah
ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Keputusan Kepala BPKP tahun 2017 Perka Nomor 01 Tahun
2017 (Badan Kepegawaian Negara,
2011). Keberhasilan pencapaian tujuan diindikasikan oleh 2
indikator kinerja,
yaitu:
a. Persentase rata-rata capaian kinerja utama masing-masing
unit
b. Persentase rata-rata tingkat efisiensi penggunaan dana
Sementara menurut Abdullah (2014) Indikator kinerja adalah
alat ukur
yang dipergunakan untuk menentukan derajat keberhasilan
suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya. Indikator kinerja (Performance Indicator)
sering disamakan
dengan ukuran kinerja (Performance Measure), namun
sebenarnya berbeda
meskipun sama-sama digunakan dalam pengukuran kinerja.
Pada indikator kinerja
(Performance Indicator) mengacu pada penilaian kinerja secara
tidak langsung,
yaitu hal-hal yang bersifat hanya merupakan indikasi saja,
sehingga bentuknya
cenderung kualitatif saja. Sedangkan ukuran kinerja
(Performance Measure)
adalah kriteria yang mengacu pada penilaian kinerja secara
langsung sehingga
lebih bersifat kuantitatif atau dapat dihitung.
Adapun indikator dari kinerja karyawan menurut Moeheriono
(2012)
dalam Abdullah (2014) adalah sebagai berikut:
a. Efektif, indikator ini mengukur derajat kesesuaian yang
dihasilkan dalam
mencapai sesuatu yang diinginkan.
b. Efisien, indikator ini mengukur derajat kesesuaian proses
menghasilkan
output dengan menggunakan biaya serendah mungkin.
c. Kualitas, indikator ini mengukur derajat kesesuaian antara
kualitas produk
atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan
konsumen

d. Ketepatan waktu, Indikator ini mengukur apakah pekerjaan


telah
diselesaikan secara benar dan tepat waktu.
e. Produktivitas, indikator ini mengukur tingkat efektivitas suatu
organisasi.
f. Keselamatan, indikator ini mengukur kesehatan organisasi
secara
keseluruhan serta lingkungan kerja para karyawan ditinjau dari
aspek
kesehatan

5) Metode Penilaian Karyawan

Setiap perusahaan wajib melakukan evaluasi kinerja staf


karyawan belajar tentang pencapaian yang dapat dicapai setiap
karyawan,
apakah prestasi tersebut termasuk dalam kategori baik, sedang,
atau buruk. bersama
Lulus penilaian berarti karyawan mendapat perhatian manajemen,
sehingga mendorong mereka untuk lebih giat dalam bekerja.

Ada berbagai metode yang biasa digunakan dalam pelaksanaan


penilaian
prestasi kerja (Priyono & Marnis, 2008). Metode-metode penilaian
prestasi kerja
pada dasarnya bisa dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Penilaian secara “kebetulan”, tidak sistematis dan sering
membahayakan.
b. Metode tradisional yang sistematis, yang mengukur: karakteristik
karyawan, sumbangan karyawan kepada organisasi atau keduanya.
c. Penilaian yang mendasarkan pada tujuan yang ditetapkan bersama
dengan
menggunakan “Manajemen Berdasarkan Sasaran” (MBS) atau yang
dikenal sebagai “Management By Objektives”

b. Stres kerja
1 . Defenisi stres kerja
Menurut Susil (2012) Stres merupakan kondisi dimana seorang
mengalami
gangguan mental akibat dari adanya tekanan yang kuat, tekanan
muncul akibat
adanya keinginan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi. Di dalam
perusahaan stres
pada karyawan harus sangat diperhatikan, jika karyawan sering absen,
sering
terlambat maupun sering melanggar berbagai ketentuan yang telah
ditetapkan oleh
perusahaan ada kemungkinan bahwa karyawan yang bersangkutan
mengalami
gangguan pikiran baik ringan maupun berat.
Banyaknya tugas atau pekerjaan yang dialami serta besarnya
tanggung
jawab yang diberikan kepda karyawan bisa membuat karyawan
tersebut rentang
terhadap timbulnya stres. Stres yang timbul dan berlansung secara
terus-menerus
berpotensi menimbulkan kecemasan. Menurut Mangkunegara (2008)
dalam
Ellyzar, Yunuz & Amri (2017) “stres merupakan suatu perasaan
tertekan yang
dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan”. Stres kerja ini
tampak dari
sindrom antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka
menyendiri,
sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang,
gugup,
tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan penceranaan.

Stres itu sendiri tidak menyakitkan, namun dapat


menimbulkan konsekuensi yang serius
bagi mereka yang bereaksi buruk terhadapnya. Setiap orang bereaksi
terhadap stres secara berbeda
berbeda namun menunjukkan tanda-tanda yang dapat dikenali
(Sumual, 2017). bekerja
bisa berbahaya dan masalah saraf bisa menyebabkan depresi,
kecemasan atau rasa sakit mental lainnya.Stres yang tidak diatasi
dengan baik berdampak pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi
dengan lingkungannya
secara positif. Menurut Priyono & Marnis (2008) langkah yang dapat
dilakukan
untuk mengatasi stres, di antaranya:
 Merumuskan kebijakan manajemen dalam membantu karyawan
yang
sedang stres.
 Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan
sehingga
mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan.
 Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap
timbulnya
gejala stres.
 Melatih karyawan mengenali dan menghilangkan sumber stres
 Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga
mereka
benar-benar diikutsertakan untuk mengatasi stres.
 Memantau kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi
sumber stres dapat diidentifikasi secara dini.
 Menyediakan jasa bantuan bagi para karyawan yang menghadapi
stres.

2). Jenis Stres


Menurut Quick dan Quick (1984) dalam Almasitoh (2011)
mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu: (1) Eustres, adalah
akibat positif
yang ditimbulkan oleh stres yang berupa timbulnya rasa gembira,
perasaan
bangga, menerima sebagai tantangan, merasa cakap dan mampu,
meningkatnya
motivasi untuk berprestasi, semangat kerja tinggi, produktivitas
tinggi, timbul
harapan untuk dapat memenuhi tuntutan pekerjaan, serta
meningkatnya kreativitas
dalam situasi kompetitif. (2) Distres, adalah akibat negatif yang
merugikan dari stres, misalnya perasaan bosan, frustrasi, kecewa,
kelelahan fisik, gangguan tidur,
mudah marah, sering melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul
sikap keraguraguan, menurunnya motivasi, meningkatnya absensi,
serta timbulnya sikap
apatis.

3) Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja


Menurut Robbins (2006) dalam Shovia (2010) ada tiga kategori
potensi
stresor, yaitu:
1. Faktor lingkungan yang dapat menciptakan stres pada sebagian
besar
karyawan adalah ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik dan
ketidakpastian teknologi.
2. Faktor organisasi yang dibedakan berdasarkan enam kategori.
Kategorikategori tersebut adalah
 Tuntutan tugas
 Tuntutan peran
 Tuntutan antar-pribadi,
 Struktur organisasi
 Kepemimpinan organisasi
 Tingkat hidup organisasi
3. Faktor Individu Faktor yang mencakup faktor-faktor dalam
kehidupan
pribadi karyawan seperti persoalan keluarga, masalah ekonomi
pribadi dan
karakteristik kepribadian bawaan

4) Indikator Stres kerja


Hasibuan (2014) menyatakan bahwa, model stres kerja yang menjadi
indikator stres kerja adalah sebagai berikut.
(1) Beban kerja,
(2) Sikap pemimpin,
(3) Waktu kerja,
(4) Konflik,
(5) Komunikasi,
(6) Otoritas kerja.

c. Penelitian Terdahulu
Adapaun yang menjadi landasan penelitian terdahulu dalam
penelitian ini
adalah sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh:
Penelitian yang dilakukan oleh Tampi, Pio, & Tampi (2017) yang
berjudul
“Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank
Rakyat Dana
Raya Manado”, Menyatakan bahwa struktur dan iklim organisasi,
hubungan
dalam pekerjaan, dan beban kerja merupakan sumber stress pada PT.
Bank Rakyat
Dana Raya Manado.
Dalam penelitian Massie, Areros, & Rumawas (2018) yang berjudul
“Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor
Pengelola It
Center Manado”, menyatakan bahwa stres kerja berpengaruh negatif
dan
signifikan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pengelola IT Center
Manado,
hal ini menjelaskan bahwa jika stres kerja meningkat maka akan
mengurangi potensi kinerja karyawan dan jika sebaliknya stres kerja
menurun maka akan
meningkatkan potensi kinerja karyawan.
Dalam penelitian Aslihah (2015) yang berjudul “Pengaruh Stres Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan di Koperasi Syari’ah Binama Semarang”,
menjelaskan bahwa stres kerja individu dan stres kerja oraganisasi
memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa karyawan di Koperasi Syari’ah Binama Semarang
cenderung
mengalami stres kerja individu dan stres kerja organisasi. Koperasi
Syari’ah
Binama Semarang perlu memperhatikan, serta menjaga stabilitas
stres kerja yang
disebabkan oleh faktor stres individu dan faktor stres organisasi,
seperti faktor
fisik, faktor pekerjaan, faktor sosial dan faktor organisasinya. Agar
kinerja
karyawan dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian yang dilakukan Gunawan (2018) tentang “Pengaruh Stres
Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan (Kasus pada PT. Semen Bosowa Maros)”.
Hasil
penelitian ini mengatakan stres kerja berpengaruh nyata terhadap
kinerja
karyawan pada karyawan PT. Semen Bosowa Maros. Perusahaan
perlu
memperhatikan serta menjaga stabilitas kerja bagi karyawan
sehingga stres kerja
dapat dikurangi

2. Kerangka Pikir
Mengingat pentingnya sumber daya manusia, maka setiap perusahaan
harus melakukan hal ini Lihatlah tingkat kinerja karyawan Anda. di
dalam Kinerja tinggi diperlukan untuk pertumbuhan perusahaan
Kualitas dan kualitas produktivitas. Kinerja adalah hasil kualitatif dan
kuantitatif dari kerja yang dilakukan karyawan untuk menyelesaikan
tugasnya. sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya. Jadi satu per
satu Jika kinerja karyawan membaik maka perusahaan juga harus
memberikan perhatian Tentang stres kerja karyawan. Karena stres
bekerja di suatu perusahaan Hal ini mempunyai dampak yang
signifikan terhadap kinerja karyawan.
Stres kerja karyawan mempengaruhi tingkat kinerja. Karyawan
merasa stres ketika beban kerjanya berat; Hal ini menimbulkan stres
dan mempengaruhi kinerja karyawan. Hal ini dapat memberikan
dampak dan dampak yang sangat besar bagi karyawan dari aspek
psikologis Beberapa orang tidak fokus pada apa yang mereka lakukan.
Kondisi ini menuntut karyawan untuk menyediakan energi lebih banyak
Tidak semua karyawan lebih baik dari biasanya dalam menyelesaikan
tugas Memiliki tingkat ketahanan yang sama terhadap stres kerja, tapi itu
saja Terserah setiap orang untuk memutuskan pekerjaan mana yang
akan mereka ambil. Baik atau tidaknya berakhir tergantung reaksi
seseorang Stres yang dia rasakan akibat pekerjaan. Hal ini membebani
karyawan, dan Tidak berfungsi secara maksimal untuk mencapai kinerja
pegawai yang tinggi .
Sebaliknya, apabila karyawan tidak mengalami stres kerja, maka ini
akan
mempengaruhi kinerja karyawan misalnya dalam ketepatan waktu
karyawan
menyelesaikan pekerjaannya. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh
antara
stres kerja terhadap kinerja karyawan.

3. Hipotesi
Dalam proposal ini, hipotesis dikemukakan dengan tujuan untuk
mengarahkan serta memberi pedoman bagi penelitian. Apabila ternyata
hipotesis
tidak terbukti dan berarti salah, maka masalah dapat dipecahkan dengan
kebenaran yang ditentukan dari keputusan yang berhasil dijalankan selama
ini.
Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
H = Stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan

Anda mungkin juga menyukai