Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TENTANG

SEBUAH ORGANISASI
DAN
STUKUTUR ORGANISASI

Disusun Oleh:

Yohanes Billiam Enumbi

(202011003)

STIMIK SEPULUH NOPEMBER JAYAPURA


TEKNIK INFORMATIKA
2021

i
Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat TUHAN YMH berkat dan karuniaNya sehingga
Saya diberikan kemudahan dalammenyusun dan menyelesaikan makalah ini.Makalah ini
Saya susun dengan tujuan untuk lebih memperdalam lagi mengenai ilmu mengenai organisasi
dan mendukung proses pembelajaran pada mata kuliah kecakapan antar personil.Dalam
penyusunan makalah ini, tentu masih jauh dari harapan. Maka dari itu saya terbuka terhadap
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Harapan saya makalah
ini dapat memberi wawasan dan pengetahuan mengenai hal – hal yang berkaitan dengan
organisasi dimana mencakup pengertian, ruang lingkup, dan lain sebagainya.

Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Jayapura, 23Juli 2021

Yohanes Billiam Enumbi

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iv

BAB I : PENDAHALUAN

1.1............................................................................................LATAR BELAKANG 1

1.2........................................................................................RUMUSAN MASALAH 1

1.3......................................................................................TUJUAN DAN MANFAT 2

BAB II:PEMBAHASAN

2.1 A.Pengertian Pengorganisasian..........................................................................2

2.2 B.Hakikat Organisasi .........................................................................................3

2.3 C.Struktur Organisasi.........................................................................................3

2.4 D.Tipe-Tipe/Bentuk Organisasi.........................................................................4

2.5 E. Prinsip Pengorganisasian Pendidikan..........................................................6

2.6 F.Prinsip Organisasi Secara Umum...................................................................7

2.7 G. Proses Pengorganisasian Pendidikan.........................................................10

2.8 H.Wewenang dan Kekuasaan...........................................................................11

2.9 I.Desentralisasi dan Sentralisasi.......................................................................13

2.10 J.Hubungan dalam Organisasi.........................................................................13

2.11 K. Efektivitas Kelompok...................................................................................14

2.12 L.Organisasi Pendidikan Indonesia.................................................................16

2.13 M.Struktur Orgaisasi Departemen Pendidikan Nasional..............................17

2.14 N.kantor Dinas Pendidikan nasional Provinsi................................................19

2.15 O.Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Kota................................20

BAB IV:PENUTUP

3.1. Kesimpulan...................................................................................................20

iii
3.2. Daftar Pustaka.............................................................................................21

iv
A. Latar Belakang

Organisasi pada dasarnya adalah sejumlah orang yang bekerja sama secara reguler untuk
mencapai suatu tujuan yang sulit untuk dicapai bila dilakukan secara individu, orang-orang
dalam organisasi tersebut bekerjasama dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kerja
sesuai dengan bidang tugas masing-masing,dengan kata lain, kelompok tersebut memainkan
peranan penting didalam organisasi dan menjadi cerminan kinerja organisasi.

Dalam sebuah organisasi, anggota kelompok-kelompok kerja bersinergi dalam


menutupi kekurangan dan menyumbang kelebihan masing-masing untuk mencapai tujuan
yang telah di sepakati. Perlu diperhatikan, dalam sebuah kelompok yang dapat disebut
sebagai tim, yang ada adalah kata”kami” dan tidak ada kata “aku”. Membangun kelompok
kerja yang beprilaku sebagai tim yang solid bukanlah pekerjaan yang mudah. Kelompok
kerja yang para anggotanya enggan dan tidak mampu bekerja sama dengan baik, tidak akan
berkinerja unggul. Kelompok kerja seperti ini di katakan disfungsional karena tidak produktif
dengan kinerja berada di bawah standar.

Setiap organisasi yang berkinerja dengan kualitas unggul memiliki kelompok-


kelompok kerja yang berperilaku dengan tim kelompok-kelompok kerja ini adalah
sekumpulan orang dengan kompetensi yang saling melengkapi, saling mempercayai, saling
menghargai, saling belajar serta saling menolong dan membantu dalam kebersamaan. Untuk
itu Tema yang kami bahas mengenai Organisasi, di sajikan dengan lengkap dan seluas-
luasnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Organisasi?

2. Apa saja prinsip-prinsip pengorganisasian?

3. Apa saja tipe-tipe/bentuk organisasi?

4. Apa yang dimaksud dengan Desentralisasi dan Sentralisasi?

1
5. Bagaimana Proses Pengorganisasian Pendidikan berlangsung?

6. Bagaimana Struktur Organisasi dalam lembaga Pendidikan dan juga Pendidikan Islam?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Agar memahami dan memperdalam apa yang dimaksud dengan organisasi.

2. Agar mengetahui prinsip-prinsip pengorganisasian.

3. Untuk mengetahui tipe-tipe/bentuk organisasi.

4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Desentralisasi dan sentralisasi.

5. Agar memahami proses pengorganisasian berlangsung.

6. Dan agar memahami pula Struktur Organisasi dalam lembaga Pendidikan terutama
lembaga pendidikan Islam.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja


antara orang-orang sehingga sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-
tujuan yang ditetapkannya. Didalam pengorganisasian terdapat adanya pembagian tugas-
tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara terincimenurut bidang-bidang dan bagian-
bagian, sehingga terciplah adanya hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar menuju
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. (Ngalim Purwanro, dikutip dari Sobri
Sutikno.2010:23)[1]

Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum.Pertama organisasi diartikan sebagai


suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah,
sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota,
sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. sedangkan organisasi itu sendiri
diartikan sebagai kumpulan orang dengan system kerja sama secara jelas diatur siapa

2
menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi, dan memfokuskan
sumber daya pada tujuan (Nanang Fattah, 2013 hal 71).[2]

Pengorganisasian meliputi penciptaan struktur, mekanisme dan prosedur kerja, uraian kerja
serta penempatan personil pada posisi yang sesuai dengan kemampuannya. Adapun susunan,
bentuk serta besar kecilnya organisasi harus disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Dalam program pendidikan disekolah terdapat berbagai jenis kegiatan yang harus saling
menunjang sehingga tujuan yang diharapkan tercapai. Karena itu, diperlukan tindakan
pengorganisasian yang efektif agar kegiatan yang tidak berdiri sendiri-sendiri. Satu jenis
kegiatan tidak boleh lebih diutamakan dari pada kegiatan lainnya karena semua kegiatan
memeberikan kontribusi yang besar dalam pencapaian tujuan. Pengorganisasian ini tidak
hanya dibutuhkan dalam unit yang ada, melainkan juga antar personal yang terlibat dalam
unit kegiatan. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa
setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.[3]

B. Hakikat Organisasi

Organisasi sebagai alat dalam administrasi dan manajemen dimana pendekatan yang
sifatnya struktural menyoroti organisasi sebagai wadah yang relatif statis, Hal ini berarti
bahwa:

1. Organisasi di pandang bahwa penggambaran jaringan hubungan kerja yang sifatnya


formal

2. Organisasidi pandang sebagai rangkaian herarki kedudukan jabatan yang


menggambarkan secara jelas garis wewenang dan tanggung jawa.

3. Organisasi di pandang sebagai alat pencapaian tujuan telah di tentukan.

Atas dasar inilah dapat di katakan bahwa organisasi dalam arti statis adalah wadah tempat
penyelenggaraan berbagai kegiatan dengan penggambaran yang jelas tentang hierarki
kedudukan, jabatan, serta jaringan saluran wewenang dan pertanggungjawaban.

C. Struktur Organisasi

Pada struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang harus
dilakukan, hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat

3
manajemen dan saluran komunikasi. Menurut Stoner, 1986 (Nanang Fattah, 2013:73) struktur
organisasi dibangun oleh lima unsur, yaitu: 1. spesialisasi aktivitas; 2. standardisasi aktivitas;
3. koordinasi aktivitas; 4. sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan; dan 5.
ukuran unit kerja.[4]

D. Tipe-Tipe/Bentuk Organisasi

Bentuk organisasi selama ini sangat bervariasi dan berbeda-beda tergantung dari aspek atau
sudut pandang masing-masing. Berdasrkan sifat hubungan pribadi orang-orang di dalam
organisasi, organisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu organisasi formal dan informal.
Organisasi formal adalah setiap bentuk kerjasama anatara dua orang atau lebih yang diatur
dan dilaporkan secara resmi dalam rangka mencapai tujuan bersama. Didalam organisasi
formal, hubungan antara orang-orang dan antara pekerja diatur dan ditampilkan dalam
struktur organisasi. Pada dasarnya struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan
segenap tugas pekerjaan serta hubungannya satu sama lain dan batas wewenang serta
tanggungjawab setiap anggota organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan
organisasi informal merupakan sisi lain yang berada dalam organisasi formal yang
mempengaruhi tumbuh kembangnya hubungan dan aktivitas antara orang-orang didalam
organisasi yang tidak diatur di dalam struktur organisasi. Organisasi ini terbentuk dari
tingkah laku, perasaan, hasrat, dan hubungan yang bersifat pribadi antara orang-orang.

Dilihat dari sisi kepemilikan dan pengelolaannya, terdapat organisasi swasta dan organisasi
pemerintah. Dilihat dari bidang kegiatannya dapat dibedakan antara organisasi polotik, sosial,
pemuda, dan lain-lain. Dilihat dari jumlah orang yang memegang tampuk pimpinan
organisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tipe/bentuk tunggal dan bentuk komisi. Bentuk
tunggal ialah pucuk pimpinan berada di tangan satu orang, semua kekuasaan dan tugas
pekerjaan bersumber dan bermuara kepadanya. Sedangkan bentuk komisi, dalam hal ini
pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang. Semua
kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan itu sebagai satu kesatuan, demikian pula
pengambilan keputusan.

Dilihat dari segi wewenang, tanggung jawab, serta hubungan kerja dalam organisasi, dapat
dikemukakan adanya empat tipe atau bentuk organisasi, yaitu:

1. Organisasi Garis

4
Pengelolaan yang berkaitan dengan tugas-tugas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
berada disatu tangan dan garis kewenangan langsung dari pimpinan kepada bawahannya.
Cirri-ciri yang menonjol dari tipe ini tujuan organisasi masih sederhana, jumlah kariyawan
sedikit, pimpinan dan semua saling mengenal, hubungan karyawan dengan pimpinan bersifat
langsung, tingkat spesialisasi belum begitu tinggi, dan sebagainya.

Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh organisasi tipe ini adalah bahwa kesatuan komando
berjalan secara tegasdan memperkecil kemungkinan kesimpangsiuran, proses pengambilan
keputusan berjalan dengan cepat, penilaian terhadap pegawai dapat dilakukan secara cepat
dan obyektif, serta tingginya rasa solidaritas diantara sesama pegawai. Sebaiknya,
kekurangan yang sering ditemui adalah adanya ketergantungan kepada satu orang, adanya
kecendrungan pimpinan untuk bertindak secara otokratis, dan kesempatan karyawan untuk
berkembang terbatas.

2. Organisasi Garis dan Staf

Organisasi garis dan staf biasanya digunakan untuk organisasi yang besar, daerah kerjanya
luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam atau rumit. Cirri-ciri yang
dapat dilihat antara lain organisasinya besar dan bersifat komplek, daerah kerjanya luas,
jumlah kariyawannya banyak, hubungan kerja bersifat langsung makin mengecil, pimpinan
dan karyawan tidak lagi semuanya saling mengenal, dan terdapat spesialisasi tugas diantara
para pegawainya.

Beberapa keunggulan dari organisasi ini adalah dapat digunakan oleh setiap organisasi yang
bagaimanapun besarnya, apapun tujuannya, serta bagaimanapun luas tugasnya. Disamping itu
terdapat kelebihan lainnya seperti adanya pembagian tugas yang jelas, bakat karyawan dapat
dikembangkan menjadi spesialisasi, pengambilan keputusan dapat efektif karena terdapat
staf-staf yang ahli dibidangnya, koordinasi berjalan lebih baik, dan disiplin karyawan
biasanya tinggi karena tugas yang dilaksanakannya sesuai dengan bakat dan keahliannya.
Adapun kekurangan yang ditemukan adalah rasa solidaritas antar karyawan yang lemah, dan
jika koordinasi pada tingkat staf tidak baik akan dapat membingungkan unit-unit pelaksana.

3. Organisasi Panitia

Beberapa ciri dari organisasi panitia antara lain memiliki tugas tertentu dan jangka waktu
berlakunya terbatas, seluruh unsur pimpinan duduk dalam panitia, tugas kepemimpinan dan
pertanggungjawaban dilaksanakan secara kolektif, semua anggota mempunyai

5
hak/wewenang/tanggungjawab yang umumnya sama, serta para pelaksana dikelompokkan
menurut bidang tugas tertentu.

Keuntungan yang dicapai dari tipe organisasi ini adalah: pada umumnya keputusan diambil
secara tepat dan obyektif karena segala sesuatu dibicarakan lebih dahulu secara kolektif,
kemungkinan seseorang untuk bertindak otoriter sangat kecil, dan kerja sama dikalangan
pelaksana mudah dibina. Sementara kekurangan yang mungkin dihadapi adalah: daya kreasi
seseorang kurang menonjol, pengambilan keputusan pada umumnya sangat lambat karena
segala sesuatu harus dibicarakan bersama-sama, pertanggungjawaban secara fungsional
seringkali kurang jelas, perintah kepada pelaksana kadang tumpang tindih.

4. Organisasi Fungsional

Organisasi fungsional adalah organisasi yang disusun berdasarkan sifat dan macam fungsi
yang harus dilaksanakan. Cirri-ciri organisasi ini antara lain adalah: pembidangan tugas
secara jelas dan tegas dapat dibedakan, para pimpinan pada unit tertentu memiliki wewenang
komando pada unitnya sendiri tanpa persetujuan langsung dari pimpinan tertinggi, pembagian
unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas, dan dalam melaksanakan tugas tidak
banyak memerlukan koordinasi.

Adapun keunggulan dari tipe organisasi fungsional adalah adanya pembidangan tugas yang
jelas, spesialisasi karyawan dapat makin ditingkatkan, koordinasi antar karyawan dalam suatu
unit menjadi sangat mudah, koordinasi menyeluruh pada umumnya cukup pada tingkat eselon
atas. Sedangkan kekurangannya adalah para karyawan cenderung mementingkan bidangnya
sendiri sehingg memungkinkan timbulnya egoisme antar bidang, dan bahwa karyawan terllu
menspesialkan diri pada bidang tertentu.

E. Prinsip Pengorganisasian Pendidikan

Ada beberapa prinsip pengorganisasian pendidikan, berikut ini:

1. Pengorganisasin harus mempeunyai tujuan yang jelas;

2. Harus ada pembagian kerja dan penugasan kerja;

3. Asas kesatuan komando, yaitu sebagai kesatuan pimpinan dimana setiap orang dibatasi
menerima perintah dari satu orang atasannya saja.

4. Keseimbangan antara tugas, tanggung jawab, dan kekuasaan.

6
5. Asas komunikasi

6. Prinsip kontinuitas, artinya segala pekerjaan tidak boleh terhenti;

7. Prinsip koordinasi;

8. Organisasi harus mempunyai pimpinan yang mampu menggerakkan dan mengarahkan


para anggotanya serta mendelegasikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab anggotanya
sesuai dengan bakat, pengetahuan dan kemampuan mereka. Pimpinan juga tidak
membedakan pentingnya petugas dalam suatu unit kerja.

9. Prinsip kelayakan

10. Prinsip mengenal kode etik organisasi

11. Bahwa perlu adanya pertanggungjawaban terus-menerus terhadap hasil-hasil kerja yang
diperoleh.

12. Pengorganisasin harus fleksibel dan seimbang. Dalam arti bila terjadi perubahan atau
penembahan volume kerja maka struktur organisasi harus disesuaikan dengan kebutuhan
tersebut.[5]

F. Prinsip Organisasi Secara Umum

Berikut ini di sajikan berbagai prinsip-prinsip organisasi yang di ungkapkan para ahli:

a. Harold Koonts dan O. Donnel(Afifuddin.dkk.2004:91) membagi asas ornanissi sebagai


berikut

1. Tujuan pengorganisasian

a) Asas kesatuan tujuan

b) Asas efesiensi

2. Penyebab pengorganisasian

7
a) Asas rentang kontrol

3. Struktur organisasi dan wewenang

a) Asas jenjang

b) Asas melimpah

c) Asas kemutlak tanggung jawab

d) Asas keseimbangan

4. Struktur organisasi dan asas departementasi

a) Asas pembagian kerja

b) Asas pembagian fungsi

c) Asas pemisahan.

5. Proses pengorganisasian

a) Asas keseimbangan

b) Asas fleksibilitas

c) Asas kemampuan kepemimpinan.

b. Prajoedi Atmosudirdjo(Afifuddin.dkk.2004:92) mengemukakan beberapa prinsip yaitu:

1. organisasi harus mempunyai tujuan.

2. Harus ada pembagian kerja dan penungasan kerja

3. keseimbangan antara tugas, tanggung jawab dan kekuasaan

4. asas kesatuan komando

5. asas komunikasi

6. prinsip komando

7. prinsip kelayakan

8. prinsip mengenal kode etik organisasi.

8
c. Sondang P Siagian(Afifuddin.dkk.2004.92) mengemukakan lima prinsip yaitu

1) Terdapat tujuan yang jelas

2) Tujuan organisasi harus di pahami

3) Tujuan organisasi harus di terima oleh setiap orang

4) adanya kesatuan arah

5) Adanya kesatuan perintah.[6]

Untuk memberikan gambaran yang jelas di bawah ini di uraikan beberapa prinsip organisasi
yang di anggap paling utama, yaitu

1. Perumusan tujuan organisasi

Tujuan adalah kebutuhan manusia baik bersifat jasmani maupun bersifat rohani yang ingin di
capai. Dalam suatu organisasi sangat perlu rumusan suatu tujuan yang jelas, karena hal ini
dapat merupakan pedoman untuk langkah selanjutnya.

2. Pembagian kerja dan tugas

Organisasi adalah manifestasi kemampuan manusia untuk bekerja secar kooperatif. Karena
itu, tugas-tugas yang terdapat dalam organisasi harus di bagi-bagi sesuai dengan kemampuan,
keahlian dan bakat orang di dalam organisasi. Pengelompokan di bebankan dengan tugas
yang sejenis harus di hubungkan dengan volume kerja dalam rangka mencapai tujuan.

3. Pelimpahan wewenangan dan tanggung jawab

Dalam suatu organisasi masalah tugas dan wewenangan seseorang pejabat perlu di
perlihatkan, karena masalah wewenang merupakan suatu hak bagi seseorang pejabat untuk
bertindak agar tugas dan tanggung jawabnya, dapat di laksanakan dengan baik.

4. Mengandung kesatuan perintah

Hakikat prinsip ini ialah bahwa tiap seorang bawahan hanya mempunyai seorang atasan
langsung kepada siapa ia memberikan laporan tanggung jawab dan dari siapa ia menerima
perintah, instruksi dan pedoman kerja. Dengan demikian sumber kebijaksanaan pokok harus
satu dari pucuk kepemimpinan.

9
5. Rentang kontrol

Rentang kontrol atau rentang kendali adalah jumlah terbanyak unit kerja atau personal
bawahan yang dapat dipimpin secara efektif oleh seorang pejabat atasan tertentu.

6. Fleksibel

Pengelompokan satuan kerja bukan sesuatu yang statis dan kaku, bilaman terjadi perubahan
dan penambahan volume kerja atau perubahan tujuan, perluasan atau penyempitan wilayah
kerja, dan lain-lain. Maka organisasi dapat di ubah atau di sesuaikan dengan dengan
kebutuhan yang baru.

G. Proses Pengorganisasian Pendidikan

Proses pengorganisasian adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk membentuk sebuah


organisasi. Proses tersebut menurut Nanang Fattah (M. Sobry Sutikno.2010:31) dan di
menurut Ernest Dale (Stoner, 1986) dalam buku Nanang Fattah, 2013: 71-71, memberikan
pengorganisasian sebagai sebuah proses yang berlangkah jamak. Proses pengorganisasian itu
digambarkan sebagai berikut.

2. Pembagian kerja

1. Pemerincian Pekerjaan

3. Penyatuan Pekerjaan

4. Koordinasi Pekerjaan

5. Monitoring dan reorganisasiReorganisasi

1. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah merinci pekerjaan. Menentukan tugas-
tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.

2. Pembagian kerja. Membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan yang dapat
dilaksanakan oleh perseorangan atau kelompok. Pada proses inilah perlu diperhatikan
kualifikasi orang yang diserahi tugas, agar tugas yang dikerjakan dapat terselesaikan dengan
baik dan tercapainya tujuan.

10
3. Penyatuan pekerjaan. Menggabingkan pekerjaan para anggota dengan cara yang
rasional, efisien. Proses ini pada organisasi yang sudah besar biasanya disebut
departementalisasi.

4. Koordinasi pekerjaaan, menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan


pekerjaan dalam suatu kesatuan yang harmonis.

5. Monitoring dan reorganisasi. Mengambil langkah-langkah penyusuain untuk


mempertahankan dan meningkatkan keefektifan, karena pengorganisasian merupakan proses
yang berkelanjutan, diperlukan penilai ulang terhadap langkah sebelumnya secara
terprogram/berkala,untuk menjamin konsistensi , keefektifan dan efisien dalam memebuhi
kebutuhan.

Erlest Dale seperti dikutif oleh T. Hani Handoko (dikutip dari buku M. Sobry Sutikno.2010:
32) mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu: (a) perincian seluruh
pekerjaanyang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban
pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logic dapat dilaksanakan oleh satu orang; (c)
pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para
anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.[7]

H. Wewenang dan Kekuasaan

Wewenang merupakan hak kelembagaan menggunakan kekuasaan.Ini didasarkan pada


pengakuan atau kelompok yang berupaya untuk mempengaruhi.Perorangan atau kelompok
yang berupaya untuk mempengaruhi dipandang mempunyai hak, untuk itu ada batas-batas
yang diakui.Hak ini timbul dari kedudukan formalnya dalam organisasi.

Menurut Newman (Sukanto, R. 1990) dalam buku Nanang Fattah, 2013: 75, wewenang itu
dapat dibedakan menjadi: 1. wewenang hukum, yaitu wewenang yang dimiliki seseorang
untuk menegakkan hukum, mewakili dan bertindak atas nama organisasi; 2. wewenang teknis
yaitu seseorang dianggap pakar tentang sesuatu hal; 3. wewenang berkuasa, yaitu sumber
utama yang hak melakukan tindakan; 4. wewenang operasional, yaitu seseorang
diperbolehkan melakukan tindakan tertentu.

Apabila seseorang diperintah lalu mempertanyakan, siapa yang memberimu hak


memerintahku? Tentunya pertanyaan ini tidak mungkin diajukan oleh seorang bawahan
terhadap atasan, karena bawahan akan menganggap bahwa atasan mempunyai hak untuk

11
mengeluarkan perintah. Namun, demikian perlu kita ketahui bahwa dari mana
manajer/atasan/pimpinan mendapat hak untuk memerintah/mengatur kegiatan bawahan.

Wewenang tidak sama dengan kekuasaan. Kekuasaan dalam arti yang sebenarnya adalah
kekuatan untuk mengendalikan orang lain sehingga orang lain sama sekali tidak punya
pilihan, karena tidak berdaya untuk menentukan diri sendiri atau tidak mengetahui bagaimana
memperoleh sumber daya yang mereka perlukan. Kekuasaan tidak hanya diperoleh semata-
mata dari tingkatan seseorang dalam hierarki organisasi, tetapi bersumber dari bermacam-
macam jenis psikologis kekuasaan (Edgar H.Schein, 1980) dalam buku Nanang Fattah, 2013:
76, yaitu:

1) Kekuasaan yang memaksa (coercive power) yaitu didasarkan pada kemampuan pemberi
pengaruh untuk menghukum penerima pengaruh kalau tidak memenuhi permintaan.
Hukuman dapat berupa kehilangan fasilitas bahkan kehilangan pekerjaan. Kekuasaan
pekerjaan ini biasanya dilakukan untuk mempertahankan prestasi minimum atau kepatuhan
bawahan.

2) kekuasaan imbalan (reward power), didasarkan kepada kemampuan untuk memberi


imbalan kepada orang lain. Makin besar kekuasaan imbalan, makin besar pengaruh yang
memberi perintah.

3) Kekuasaan jabatan/ sah (legitimate power) berhubungan dengan hak kelembagaan, terjadi
apabila bawahan menerima pengaruh mengakui bahwa atasan secara sah berhak untuk
memerintah atau memberi pengaruh dalam batas-batas tertentu. Ini berarti bawahan
mempunyai kewajiban untuk mengakui kekuasaan.

4) Kekuasaan ahli (exper power), didasarkan pada keyakinan bahwa pemberi pengaruh
mempunyai keahlian yang relevan dan tidak dimiliki oleh penerima pengaruh. Misalnya, jika
seorang pasien melakukan apa saja yang diperintahkan seorang dokter, berarti mengakui
kekuasaan keahliannya.

5) Kekuasaan acuan (referent power), berpijak pada keinginan penerima pengaruh untuk
meniru pemberi pengaruh. Kekuasaan ini berhubungan dengan faktor-faktor seperti gengsi,
kekaguman, kebanggaan penerima pengaruh atas pemberi pengaruh sebagi figur atau tokoh
idola.

12
6) Kekuasaan pribadi (personality power), berpijak pada kualitas pribadi yang memberi
pengaruh, misalnya charisma/ magis pimpinan seperti JF Kenned, Mahatma Candhi, Martin
Luther, mendapat tanggapan emosional yang sangat besar dari pengikutnya. Mereka dapat
membuat para pengikutnya melakukan hal-hal yang tidak bisa mereka lakukan semata-mata
karena kekuasaan pribadi.

I. Desentralisasi dan Sentralisasi

Konsep desentralisasi dan sentralisasi mengacu pada sejauh mana wewenang telah
dilimpahkan, wewenang dari satu tingkatan manajemen kepada tingkatan manajemen
berikutnya yang berada di bawahnya, atau tetap ditahan pada tingkat puncak (sentralisasi).
Manfaat desentralisasi sama dengan manfaat delegasi yaitu melepaskan beban manajemen
puncak, penyempurnaan pengambilan keputusan, latihan, semangat kerja, dan inisiatif yang
lebih baik pada tingkatan yang lebih rendah.

Berdasarkan PP No. 28 Tahun 1990 manajemen pendidikan dasar cenderung kearah


sentralistik.Dapat dimengerti karena PP tersebut keluar dari UUSPN No. 2 Tahun 1990.Suatu
sistem tentunya harus efektif, secara teknis maupun efisien agar lulusan bermutu tinggi. Akan
tetapi, pada pihak lain pembangunan nasional harus dikembangkan dari asas otonomi, yang
mendorong prakarsa, kreativitas yang tumbuh dibawah, dan sarana untuk mencapai itu adalah
pendekatan desentralisasi.

Dalam pemikiran sentralisasi dan desentralisasi menajemen pendidikan dasar, HAR, Tilaar,
1991 (Nanang Fattah, 2013:79) mengemukakan tujuh unsur yang merupakan poros-poros
penentu perumusan strategi manajemen. 1. wawasan nusantara dalam wadah kesatuan; 2. asas
demokrasi sebagai sendi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat; 3. pengembangan
kurikulum yang mengacu pada pembangunan nasional dan persyaratan teknis pendidikan; 4.
proses belajar mengajar; 5. efisiensi dan sistem pendidikan; 6. pembiayaan pendidikan dan 7.
ketenagaan kependidikan, termasuk tenaga pengelola, guru, pustakawan, teknisi sumber
belajar, laporan, penilik/pengawas, peniliti dan pengembang, penguji.

J. Hubungan dalam Organisasi

Hubungan dalam organisasi menunjukkan kaitan antara tanggung jawab, wewenang dan
pelaporan atau akontabilitas.Akontabilitas adalah keharusan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas untuk mengacu kepada sasaran yang ingin dicapai oleh
organisasi.Keterkaitan itu dapat digambarkan secara sederhana, sebagai berikut.

13
SASARAN

FUNGSI

TANGGUNG JAWAB

WEWENANG

AKONTABILITAS

Bentuk-bentuk hubungan dalam organisasi pada umumnya dan organisasi pendidikan sangat
banyak dan bervariasi,dalam organisasi sekolah yang benar. Hubungan-hubungan itu secara
garis besar mencakup aspek sasaran, fungsi atau perangkat tugas, tanggungjawab, wewenang,
dan akontabilitasnya. Kesemuanya sering dipertanyakan dalam bentuk-bentuk hubungan apa
konsulatif, hubungan koordinatif. Hubungan garis adalah hubungan antara antar-unsur dalam
organisasi pendidikan yang menunjukkan garis perintah dari atas kebawah (vertical.Misalnya
dalam sistem pendidikan nasional, garis perintah dari Menteri P dan K, ke Kanwil P dan K,
ke Kakandep Kodya/Kabupaten, ke Kakandep Kecamatan.

K. Efektivitas Kelompok

Organisasi sengaja menciptakan kelompok-kelompok di dalamnya untuk mempermudah


pencapaian tujuan. Kelompok jenis ini disebut sebagai kelompok formal, baik itu kelompok
tugas maupun kelompok komando. Efektivitas kelompok sangat bergantung pada sudut
pandang, apakah kelompok itu efektif bagi individu dalam kelompok, atau kelompok itu
efektif untuk kepentingan organisasi.Dilihat dari kepentingan organisasi efektivitas organisasi
sangat bergantung pada seberapa jauh pimpinan/manajer mampu mengelola
bawahannya.Jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif disebut rentang
kendali.Dimanakah letak batas rentang kendali, agak sulit dipastikan karena bergantung pada
berbagai variable yang melekat pada pekerjaan, pribadi, dan pimpinan yang bersangkutan.

Ukuran efektivitas kelompok sangat bervariasi, antara lain:

1. Produktivitas (hasil), misalnya:

· Berapa banyaknya roti dapat dihasilkan per hari

14
· Berapa banyaknya mobil yang telah dirakit

2. Derajat kepuasan, misalnya:

· Jumlah kemenangan dalam pertandingan baseball antara-perguruan tinggi

· Banyaknya pesta yang sukses yang telah dilaksanakan

· Jumlah permainan yang menyenangkan telah dinainkan

3. Kreativitas, misalnya:

· Jumlah soal yang logis telah dipecahkan

· Jumlah idea yang telah dihasilkan

· Jumlah pekerjaan (karya) seni telah dihasilkan

4. Intensitas emosi, misalnya:

· Perasaan keagamaan dalam kelompok

· Perasaan rasa puas dalam hal “memiliki”

Masalah pengukuran efektivitas kelompok disulitkan juga oleh kenyataan bahwa efektivitas
itu sendiri dari kelompok apa saja merupakan variabel yang multidimensional. Tiap anggota
kelompok mempunyai keputusan keinginan yang berbeda-beda satu sama lain, walaupun
berada dalam satu kelompok. Satu kelompok dapat efektif terhadap anggota lainnya.

Kerangka untuk Mempelajari Efektivitas Kelompok

Banyak disiplin, untuk berbagai alasan, telah terlibat dalam penelitian terhadap efektivitas
kelompok.Serangkaian penelitian telah dilakukan dari berbagai disisplin dengan orientasi
tujuan yang berbeda-beda.Untuk ini dipandang perlu untuk lebih dahulu menyusun suatu
kerangka dalam berbagai penelitian yang dapat disusun secara teratur.

Variabel Independent- Intermediate-Dependent

a. Variabel Dendent

Kita dapat mengambil bermacam-macam pengukuran terhadap efektivitas kelompok dengan


menggunakannya sebagai variabel dependent, variabel tersebut diatur atau dipengaruhi oleh

15
variabel intermediate. Misalnya jumlah pemasangan rel kereta api, jumlah soal yang
dipecahkan, jumlah kepuasan dengan kegiatan kelompok dan sebagainya.

b. Variabel Intermediate

Variabel-variabel intermediate dapat dipandang sebagi suatu proses kelompok atau


perseorangan, yang mempengaruhi dependent. Contoh variabel intermediate adalah gaya
kepemimpinan, motivasi anggota-anggota kelompok, hubungan persahabatan antar-anggota
kelompok, dan sebagainya. Variabel-variabel intermediate dalam hal ini adalah sebagai
refleksi dari variabel independent.

c. Variabel Independent

Variabel independent adalah variabel pengelolaan pada suatu kelompok. Variabel-variabel ini
kadang-kadang dinyatakan sebagai:

Ø variabel structural, misalnya luas/besarnya kelompok, komposisi individu dalam


kelompok.

Ø variabel tugas, misalnya sifat tugas, derajat kesulitan tugas.

Ø variabel lingkungan, misalnya keadaan fisik kelompok, fungsi tempat kelompok dalam
organisasi yang lebih besar.[8]

L. Organisasi Pendidikan Indonesia

1. Struktur Organisasi Departemen Agama

a. Struktur orgaisasi departemen agama tingkat pusat

Struktur organisasi tingkat pusat terdiri dari

* Unsur kepemimpinan, yaitu Menteri Agama

* Unsur pembantu pimpinan, yaitu sekretaris jenderal

* Unsur pelaksana, yaitu:

· Direktorat jenderal bimbingan Masyarakat islam dan penyelenggaraan haji

· Direktorat jenderal kelembagaan agama islam

16
· Direktorat jenderal bimbingan masyarakat kristen

· Direktorat jenderal bimbingan masyarakat katolik

· Direktorat jenderal bimbingan masyarakat hindu- budha.

· Badan penelitian pengembangan agama dan pendidikan pelatihan keagamaan

· Staf ahli dibidang kerukunan antar umat beragama

· Staf ahli dibidang Hubungan lembaga keagamaan

· Staf ahli dibidang pembinaan hubungan organisasi keagamaan internasioanal

· Staf ahli dibidang bidang kemasyarakatan

· Staf ahli bidang pemberdayaan umat bergama.

b. Unsur pengawasan yaitu inspektorat jenderal

Direktorat jenderal yang langsung mengurus masalah pendidikan adalah dirjen kelembagaan
agama islam dan terdiri dari:

1) Sekretaris direktorat dan jenderal

2) Direktorat madrasah dan pendidikan agama islam pada sekolah umum

3) Direktorat pendidikan keagamaan dan pondok pesantren

4) Direktorat perguruan tinggi agama islam

5) Direktorat pendidikan agama islam pada masyarakat dan pemberdayaan mesjid

6) Kelompok jabatan fungsional.

c. Kantor wilayah departemen agama

d. Kantor departemen agama kabupaten/kota

e. Kantor urusan agama kecamatan.

M. Struktur Orgaisasi Departemen Pendidikan Nasional

1. Unit organisasi tingkat Pusat

17
Struktur departemen pendidikan nasioanal tingkat pusat terdiri dari :

Menteri

a. Sekeretaris jenderal

b. Inspektorat jenderal

c. Direktorat jenderal, terdiri dari empat direktorat:

· Direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah

· Direktorat jenderal pendidikan tinggi

· Direktorat jenderal pendidikan luar sekolah

· Direktorat jenderal pemuda

· Direktorat jenderal olahraga

d. Badan penelitian dan pengembangan pendidikan nasional

e. Pusat-pusat

STRUKTUR ORGANISASI DEPDIKNAS PUSAT

18
N. kantor Dinas Pendidikan nasional Provinsi

Tiap dinas pendidikan nasional provinsi di pimpin oleh kepala dinas yang
bertanggung jawab kepada mendiknas

O. Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Kota

kantor dinas pendidikan nasional kabupaten dan kota merupakan instansi yang berada di
tingkat pemerintahdaerah kabupaten/kota

oleh Diniyah Takmiliyah Ulya (DTU), DT Aly untuk jenjang pendidikan tinggi, serta non-
jenjang pada lembaga pendidikan al-Qur'an dan Majlis Taklim. Dengan demikian, organisasi
lembaga pendidikan Islam, baik formal maupun non-formal seperti pesantren, pada dasarnya
dikelola oleh Departemen Agama. Sementara lembaga pendidikan umum, seperti SD, SMP,
dan SMA Swasta yang dimiliki oleh organisasi Islam juga dikategorikan sebagai lembaga
pendidikan Islam, namun tetap berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional.

2. Lembaga Pendidikan Masyarakat (non-formal)

Selain dari bentuk lembaga pendidikan di atas, masyarakat juga melahirkan beberapa
lembaga pendidikan nonformal sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat terhadap
pendidikan Islam. Berpijak dari tanggung jawab tersebut, maka lahirlah berbagai bentuk
pendidikan kemasyarakatan, seperti masjid, surau, TPA, wirid remaja, kursus-kursus
keislaman, pembinaan rohani, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah
memberikan kontribusi dalam pendidikan yang ada di sekitarnya.

Berpijak dari tanggung jawab masyarakat di atas, lahirlah lembaga pendidikan Islam yang
dapat dikelompokkan dalam jenis ini adalah:

a. Masjid, musholla, langgar, surau.

b. Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi.

c. Majlis Ta'lim, Taman Pendidikan al-Qur'an, Taman Pendidikan Seni Al-Qur'an, Wirid
Remaja/Dewasa.[9]

Kesimpulan

19
1. Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih
dan memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan
prasarana dan sarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan
sekolah.

2. Pengorganisasian adalah proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai


dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.

3. Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer


atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi, sedangkan Desentralisasi
adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer
atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi.

4. Departementasi pada prinsipnya adalah suatu bentuk pembagian kerja, hanya saja
bentuk pembagian kerja ini sudah diperkembangkan sedemikian rupa sehingga pembagian
kerja ini lebih didasarkan pada pengelompokkan tugas bukan berdasarkan orang perorang.
Departementasi di bagi menjadi dua yakni: departementasi fungsional dan departementasi
Defisional.

5. Lembaga pendidikan islam dalam bentuk institute dikelola oleh lembaga Departemen
Agama dimana di dalamnya terdapat lembaga pendidikan formal dan nonformal.

B.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin.dkk..2004.Administrasi Pendidikan. Bandung:Insan mandiri

M.Sobry Sutikno.2010.Pengelolaan Pendidikan.Bandung:Prospect

Nanang.Fattah.2013.Landasan Manajeman Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Offset

https://gurukreatifbanget.blogspot.com/2016/04/makalah-organisasi.html

https://image.slidesharecdn.com/uugd-111009002112-phpapp02/95/uugd-2-728.jpg?
cb=1318119740

20

Anda mungkin juga menyukai