OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
NURHAYATI, S.ST, M.Biomed
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
a. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
b. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. ORGANISASI....................................................................................................................2
a. Pengertian Organisasi................................................................................................2
b. Prinsip-prinsip Organisasi.........................................................................................2
c. Struktur Organisasi....................................................................................................3
d. Bentuk-bentuk Bagan Organisasi..............................................................................4
e. Sebab Keberhasilan dan Kegagalan Organisasi........................................................5
B. PERENCANAAN..............................................................................................................6
a. Pengertian Perencanaan..............................................................................................6
b. Pendekatan Perencanaan.............................................................................................7
c. Unsur, Sifaf, dan Fungsi Perencanaan........................................................................7
C. PERENCANAAN DAN EVALUASI ORGANISASI.....................................................9
a. Tipe Perencanaan......................................................................................................9
b. Jenis Perencanaan......................................................................................................9
c. Proses Perencanaan.................................................................................................13
d. Hambatan dalam Perencanaan................................................................................15
e. Fungsi Evaluasi.......................................................................................................16
f. Tujuan Evaluasi.......................................................................................................17
g. Lingkup Evaluasi Kebijakan...................................................................................17
h. Organisasi dan Rencana Kerja................................................................................17
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................21
A. Kesimpulan.........................................................................................................................21
B. Saran...................................................................................................................................21
ii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Organisasi?
2. Apa saja prinsip-prinsip organisasi?
3. Apa saja struktur organisasi?
4. Apa pengertian Perencanaan?
5. Bagaimana cara pendekatan perencanaan?
6. Apa saja proses yang harus dilalui pada saat merencanakan dan mengevaluasi suatu
organisasi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ORGANISASI
a. Pengertian Organisasi
Menurut Stephen P. Robbins (1994:4), “Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu
tujuan bersama atau sekelompok tujuan”.
Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian: Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan
antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam
rangka pencapain tujuan yang telah ditentukan dan dalam ikatan itu terdapat seorang atau
sekelompok orang yang disebut bawahan.
Sedangkan dalam arti umum pengorganisasian adalah langkah untuk merancang
struktur formal, menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,
menetapkan tugas-tugas pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pemimpin
kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam efisiesi.
b. Prinsip-prinsip Organisasi
Berkaitan dengan pembentukan atau penyusunan suatu organisasi, maka perlu
diperhatikan beberapa prinsip-prinsip atau asas organisasi. Diantaranya adalah:
1. Perumusan Tujuan yang Jelas.
Tujuan dan arah merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan
suatu organisasi. Karena dari tujuan ini akan terlihat hasil yang akan dicapai baik
itu secara fisik maupun non fisik.
2. Pembagian kerja.
Dalam pembentukan suatu organisasi harus terlihat dengan jelas akan
pembagian kerja dari masing-masing unit (sub) organisasi, hal ini supaya tidak
terjadinya tumpang tindih aktivitas dan dapat menghambat tercapainya suatu
tujuan.
2
3. Delegasi kekuasaan
Dengan adanya pembagian kerja tersebut yang jelas maka akan telihat
pula garis komando dan delegasi kekuasaan (wewenang) dari masing-masing unit
kerja.
4. Rentang kekuasaan.
Rentang kekuasaan merupakan penjabaran dari pendelegasian suatu
kekuasaan. Parameter dan tolok ukur pun harus menjadi bagian dari rentang
kekuasaan, sehingga tidak timbul diktatoris kekuasaan atau kesewenangan
kekuasaan tersebut.
5. Tingkat pengawasan.
Penggambaran tingkat pengawasan yang timbul antar atasan dengan sub
(unit) bawahannya harus lah terlihat dalam struktur organisasi tersebut. Sehingga
batasan apa yang menjadi hak dan kewajiban baik itu atasan maupun bawahan
akan tercipta.
6. Kesatuan perintah dan tanggung jawab.
Dengan tergambarnya struktur organisasi yang jelas maka kesatuan
perintah atau komando akan terlihat pula. Begitu juga dengan tanggung jawab
dari orang yang memberikan delegasi (perintah) akan nampak.
7. Koordinasi.
Ini pun harus terlihat dengan jelas dalam penyusunan suatu organisasi.
Koordinasi dari masing-masing divisi atau unit kerja akan tercipta.
c. Struktur Organisasi
Dalam kajian struktur organisasi ini meliputi kompleksitas, formalitas, dan
sentralisasi.
1) Kompleksitas
Kompleksitas mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam
organisasi. Termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi dan pembagian kerja,
jumlah tingkatan dalam hierarki organisasi, serta tingkat sejauh mana unit-unit
organisasi tersebar secara geografis.
2) Formalitas
3
Formalitas berkaitan dengan tingkat organisasi dalam menyadarkan
dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur prilaku dari para
anggotanya. Beberapa organisasi beroperasi dengan berpedoman pada sesuatu
yang telah distandarkan secara minimum. Hal lainnya, organisasi yang
berskala kecil pun telah mempunyai segala macam peraturan yang
memerintahkan kepada anggotanya mengenai apa yang dapat dan tidak dapat
dilakukan.
3) Sentralisasi
Sentralisasi mempertimbangkan tentang di mana letak pengambilan
keputusan. Pada beberapa organisasi, pengambilan keputusan sangat
disentralisasikan. Masalah- masalah yang dihadapi disalurkan ke atas,
kemudian para eksekutif senior memilih tindakan yang tepat.
4
BENTUK PIRAMID BENTUK VERTIKAL
5
2) Penyebab kegagalan :
Kurangnya kehandalan SDM dan tidak kompeten dalam manajerial serta
kurangnya pengalaman ketika menjalankan strategi perusahaan.
Kurangnya pemahaman bidang usaha yang di ambil karena tidak dapat
memvisualisasikandengan jelas usaha yang akan digeluti.
Kurangnya kehandalan pengelolaan administrasi dan keuangan (modal dan
kendali kredit).
Gagal dalam perencanaan. Kegagalan dalam menerapkan rencana biasanya
karena rencana yang telah dibuat berdasarkan pengalaman orang lain atau
sebuah idealis yang belum pernah diaplikasikan.
Tempat usaha dan okai yang kurang memadai.
Kurangnya pemahaman dalam pengadaan, pemeliharaan, dan pengawasan
bahan baku dan sarana peralatan.
Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi perubahan teknologi.
Hambatan birokrasi
Keuntungan yang tidak mencukupi
Tidak adanya produk yang baru.
B. PERENCANAAN
a. Pengertian Perencanaan
Secara teoretis, perencanaan adalah proses menetapkan tindakan atau aktifitas
organisasi yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang. Proses yang ditempuh
diawali dengan memikirkan jawaban atas sejumlah pertanyaan logis, yakni apa, siapa,
kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana? Dalam proses berpikir, tentu tidak sederhana
dan bukan sekedar menjawab pertanyaan secara spontan, melainkan terdapat satu tahapan
pemikiran yang lebih jauh dan mendalam agar jawabannya benar-benar tepat.
Dalam manajemen, rencana memiliki peranan yang sangat penting, karena dapat
berfungsi sebagai :
a. Acuan atau pedoman bagi pelaksanaan kerja,
b. Alat efisiensi, strategi, policy, dan koordinasi,
6
c. Pengawasan,
d. Evaluasi.
b. Pendekatan Perencanaan
Dalam membuat perencanaan, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
1) Pendekatan dari atas ke bawah (top down planning)
Perencanaan ini dilakukan oleh pimpinan puncak organisasi, sedangkan unit-
unit organisasi yang berada di bawahnya tinggal melaksanakan apa yang
diperintahkan atau direncanakan manajemen puncak.
2) Pendekatan dari bawah ke atas (bottom up planning)
Pendekatan ini, pimpinan puncak tidak mengarahkan keinginannya atau
memberi petunjuk kepada bawahannya, ia hanya memberikan gambaran situasi
dan kondisi yang dihadapi organisasi, umpamanya tentang visi, misi, tujuan dan
sasaran, serta kemampuan sumber daya yang ada. Mengenai perencanaannya,
sepenuhnya diserahkan kepada manajemen tingkat bawah.
3) Pendekatan campuran dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah (bottom up top
down planning)
Dalam prakteknya pimpinan hanya memberikan petunjuk secara garis
besar, sedangkan perencanaan secara rinci diserahkan kepada kreativitas unit
organisasi di bawahnya.
4) Pendekatan kelompok (group of planning)
Perencanaan yang dilakukan oleh sekelompok tenaga profesional yang
memiliki tugas dan keahlian dalam membuat perencanaan. Untuk keperluan
tersebut, di dalam organisasi dibentuk unit khusus (biro atau bagian) perencanaan.
7
Di dalam perencanaan harus mengandung unsur penetapan tujuan yang
ingin dicapai pada masa yang akan datang, baik yang berjangka pendek,
menengah, maupun panjang.
3) Menyusun program (programming)
Di dalam perencanaan harus mengandung unsur susunan acara, urutan
kegiatan berdasarkan skala prioritas, serta siapa dan bagaimana cara
melaksanakannya, sarana dan peralatan apa yang dapat dipakai untuk
melaksanakannya.
4) Menyusun jadwal waktu (schedulling)
Perencanaan yang baik harus memuat penetapan waktu dengan tepat,
kapan perencanaan itu akan dimulai, berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan
kapan harus diakhiri.
5) Menyusun Anggaran (budgeting)
Unsur lainnya yang harus ada dalam perencanaan adalah unsur penetapan
anggaran yang berwujud alokasi sumber daya yang tersedia, baik yang
berkaitan dengan uang, alat, dan manusia dengan memperhitungkan efisiensi
dan efektivitas
6) Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting and established policy)
Dalam perencanaan perlu juga adanya unsur yang dapat menafsirkan
kebijakan organisasi yang telah ditetapkan oleh pimpinan sebelumnya,
kemudian dapat menetapkan kebijakan operasional.
7) Mengembangkan prosedur perencanaan dengan menentukan tata-cara
pelaksanaan yang paling tepat
b) Sifat-sifat Perencanaan
1) Melihat jauh ke depan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
2) Sederhana, jelas/lugas, dan realistis, sekaligus rasional (sesuai kemampuan)
3) Fleksibel, mudah disesuaikan
4) Stabil perkembangannya
5) Ada dalam keseimbangan
8
c) Fungsi Perencanaan
1) Penerjemah dari suatu Kebijakan Umum
2) Perkiraan yang bersifat ramalan
3) Berfungsi Ekonomi
4) Adanya suatu kepastian kegiatan
5) Alat koordinasi
6) Alat/sarana untuk pengawasan
b. Jenis Perencanaan
Jenis-jenis perencanaan yang dilakukan dalam organisasi dapat dibedakan dari
beberapa segi, antara lain berdasarkan :
1) Menurut ruang lingkup kegiatan. Berdasarkan ruang lingkupnya, perencanaan
yang dibuat dapat berupa :
a) Rencana Kebijakan, yang ditetapkan oleh pucuk pimpinan organisasi dan
bersifat garis besar. Rencana Kebijakan ini akan menjadi pedoman atau acuan
utama dalam penyusunan rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh bagian
atau unit-unit dalam organisasi. Dalam organisasi pemerintahan, rencana
9
kebijakan ini biasanya ditetapkan oleh Menteri untuk tingkat Departemen,
oleh Gubernur untuk tingkat Propinsi, dan seterusnya. Dalam rencana
kebijakan ini tujuan, sasaran, dan indikator-indikatornya masih bersifat
kualitatif. Sehingga belum dapat dilaksanakan, karena harus diterjemahkan
terlebih dahulu ke dalam program- program kegiatan yang lebih konkrit.
b) Rencana Program, merupakan penerjemahan dari suatu kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pucuk pimpinan organisasi. Rencana program masih bersifat
umum, akan tetapi sudah mulai menampakan adanya sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai, sekali pun jangka waktunya kadang-kadang terlalu panjang.
Sedangkan tujuan, sasaran, dan indikatornya sudah mulai menampakkan
adanya ukuran kuantitatif. Misalnya dalam perusahaan yang sudah
menetapkan patok-duga (benchmarking), kemudian harus diterjemahkan
perusahaan mana yang akan dijadikan patok-duga, selanjutnya disusun
bagaimana cara pelaksanaannya, dan berapa lama kontraknya.
c) Rencana Proyek, merupakan kegiatan khusus dan tertentu (terukur), dalam
pengerahan waktu, biaya, dan tenaganya. Rencana proyek ini bersifat
operasional dan teknis, serta sudah tercermin secara jelas dan terukur
(kuantitatif). Baik mengenai sasaran yang harus dicapai, jadwal kegiatan,
tenaga pelaksana, organisasi pelaksana, penanggungjawabnya maupun
anggarannya. Satu proyek dalam perusahaan atau organisasi kegiatannya
bersifat otonom, dan akan berakhir apabila seluruh sasaran telah tercapai.
d) Rencana Pelaksanaan, merupakan rincian langkah-langkah kegiatan yang
harus dilaksanakan. Rencana pelaksanaan ini bisa berupa kegiatan rutin, bisa
juga berupa kagiatan proyek dan umumnya sudah sangat rinci baik sasarannya
maupun ukuran-ukuran indikatornya.
2) Menurut Jangka Waktu Perencanaan, pada umumnya tujuan suatu organisasi tidak
dapat dicapai sekaligus dalam kurun waktu tertentu, hal ini karena keterbatasan-
keterbatasan yang dimiliki. Bahkan bisa saja terjadi tujuan tersebut tidak tercapai
sebagai akibat dari adanva tuntutan baru dan hambatan lainnya. Sehubungan
10
dengan hal tersebut, perencanaan akan memperhatikan tentang waktu yang
umumnya terdiri atas :
a) Perencanaan jangka lama, yang menghasilkan rencana jangka lama (long run).
Rencana ini tanpa batas waktu tertentu, biasanya tertuang dalam peraturan
perundangan pendirian organisasi. Misalnya dalam organisasi bisnis tertuang
dalam akta pendiriannya.
b) Perencanan jangka panjang, menghasilkan rencana jangka panjang (purpose).
Rencana ini telah mulai dibatasi jangka waktunya, yakni antara 20 sampai 30
tahun, ditetapkan oleh pimpinan puncak dan bersifat normatif. Rencana ini
belum dapat diimplementasikan, karena masih memerlukan penjabaran
kepada rencana yang lebih operasional.
c) Perencanaan jangka menengah, yang menghasilkan rencana jangka menengah
(aim). Jangka yang ditetapkan antara 3 sampai 6 tahun, sudah mulai bersifat
konkrit dan memiliki sasaran yang jelas. Sasaran-sasaran yang ingin dicapai
dituangkan ke dalam rencana ini bersifat kuantitatif.
d) Perencanaan jangka pendek, yang manghasilkan rencana jangka pendek
(goals). Rencana ini memiliki jangka waktu yang cukup singkat, yakni
bulanan, triwulanan, sampai satu tahunan. Rencana jangka pendek sifatnya
sudah konkrit, sehingga sasaran dan tujuan yang ingin dicapai telah dirinci
secara nyata, baik mengenai alokasi biaya, tenaga kerja, peralatan metode
pelaksanaan, serta batas waktu pelaksanaan kapan harus mulai dan kapan
harus berakhir.
11
c) Rencana Pendidikan (educational plan), dibuat untuk kependidikan berkaitan
dengan jenis program kurikulum, jadwal waktu, dan tempat pelaksanaan,
pengajar, syarat peserta, biaya, dan lain-lain.
d) Rencana Logistik (logistical plan), berhubungan dengan rencana logistik
untuk pelaksanaan kegiatan jenis dan jumlah kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, inventarisasi, dan lain-lain.
4) Menurut Daerah yang menjadi objek perencanaan, rencana ini dapat juga dilihat
dan segi luas dan lingkup wilayah pelaksanaannya, antara lain berupa :
a) Rencana pedesaan (rural plan), yaitu rencana yang menyangkut pembangunan
penataan wilayah pedesaan, biasanya diputuskan secara musyawarah pada
forum rembuk desa yang dihadiri oleh tokoh masyarakat desa setempat.
b) Rencana perkotaan (urban plan), rencana yang menyangkut penataan dan
pembangunan wilayah perkotaan, biasanya disebut juga sebagai Rencana.
Umum Tata Ruang Kota. Rencana ini pelaksanaannya perlu disetujui terlebih
dahulu oleh Dewan Kota. Di Indonesia disahkan melalui permusyawaratan di
DPRD, kemudian diundangkan dalam bentuk hukum atau disebut Peraturan
Daerah.
c) Rencana Daerah (regional plan), rencana ini menyangkut penataan dan
pembangunan satu daerah, baik yang bersifat umum maupun khusus. Di
Indonesia dikenal adanya provinsi, kota dan kabupaten. Proses perencanaan
hampir sama dengan rencana perkotaan, hanya cakupannya lebih luas tidak
sekedar menyangkut wilayah kota.
d) Rencana Nasional (national plan), rencana ini menyangkut perencanan negara
dan pembangunan dalam lingkup nasional. Rencana nasional umumnya
bersifat garis besar, dan sebelum disyahkan perlu disetujui oleh lembaga
Perwakilan Rakyat. Misalnya GBHN, harus disetujui dan ditetapkan oleh
MPR, sedangkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terlebih
dahulu harus disetujui oleh DPR.
12
5) Menurut kekhususan dari perencanaan, antara lain sebagai berikut :
a) Rencana umum (general plan), rencana yang bersifat garis besar yang akan
dilaksanakan di masa depan. Biasanya dijadikan pedoman yang bersifat
menyeluruh dan masih perlu diikuti oleh jenis-jenis rencana lainnya.
b) Rencana Khusus (special plan), rencana yang bersifat khusus baik karena
keadaan yang perlu dilaksanakan secara khusus, maupun karena
keistimewaannya.
c) Program Darurat (crash program), program ini sifatnya temporer dan terutama
untuk mengatasi keadaan darurat atau mendesak.
d) Rencana penanggulangan (interim/contingency plan), rencana yang bertujuan
untuk menanggulangi satu peristiwa tertentu misalnya rehabilitasi setelah
terjadinya bencana alam agar dampaknya tidak meluas.
c. Proses Perencanaan
Dalam proses perencanaan ada empat hal pokok yang harus diketahui dan
dipahami dengan jelas, yakni :
1) Tujuan yang hendak dicapai,
2) Sumber-sumber data/informasi,
3) Sistem/Metoda untuk mencapai tujuan,
4) Jangka waktu yang diperlukan
13
c) Perkiraan keadaan waktu yang akan dilalui, yaitu membuat perkiraan-
perkiraan tentang masalah- masalah yang mungkin terjadi pada waktu
pelaksanaan rencana serta merumuskan tindakan untuk mengantisipasinya
baik yang bersifat pencegahan maupun berupa penanggulangan.
d) Identifikasi kebijakan dan usaha-usaha yang perlu dikerjakan untuk
mendukung rencana (peraturan perundang-undangan, perizinan, dll).
e) Susunan Pengesahan Rencana: Perumusan final suatu rencana yang
memerlukan pengesahan dari pejabat yang mempunyai wewenang untuk
itu. Misalnya dalam perencanaan suatu perusahaan, setelah ditandatangani
oleh Kepala Bagian Perencanaan, kemudian untuk menyediakan
kebutuhan anggaran perlu pengesahan oleh Direktur Keuangan, untuk
pengesahan akhir perlu ditandatangani oleh Direktur Utama. Dalam
dokumen suatu rencana biasanya dilampirkan struktur organisasi
pelaksana, penjadwalan dengan gantt chart, prosedur kerja dengan flow
chart, dll.
14
juga terjadi adanya penyesuaian-penyesuaian dengan keadaan dan perubahan
yang terjadi selama pelaksanaan.
4) Pengawasan terhadap Pelaksanaan Rencana Agar sasaran dapat dicapai
sebaik-baiknya, pada waktu pelaksanaan rencana diperlukan pengawasan dan
pengendalian. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi adanya penyimpangan
yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan. Apabila ternyata ada
penyimpangan, tentunya akan dapat diatasi secepat mungkin serta dilakukan
tindakan-tindakan baik pencegahan (preventif) maupun penanggulangan
(korektif).
15
2) Tidak adanya dukungan dari pihak lain (atasan, unit kerja yang terkait). Sehingga
walaupun perencanaan telah disusun dengan baik apabila tidak mendapat
dukungan dari atasan atau unit kerja yang berkaitan maka akan menghambat
terhadap pelaksanaan rencana tersebut.
3) Wewenang yang didelegasikan kepada pelaksana kurang tegas/jelas, sehingga
akan menyebabkan keragu-raguan bagi para pelaksana yang bersangkutan. Untuk
mengatasi hal itu, penempatan jenjang jabatan perencana tidak terlalu jauh dengan
jabatan pimpinan dari suatu lembaga/organisasi.
4) Perencanaan yang tidak sempurna, sebagai akibat dari kualifikasi perencana
(orang yang merencanakan) yang kurang memiliki keahlian di bidangnya. Oleh
karena itu, sebagai seorang perencana yang baik, diperlukan keterampilan teknik
secara substansial dan kemampuan teknik perencanaan yang didukung oleh
pengalaman dan wawasan yang luas.
e. Fungsi Evaluasi
Beberapa fungsi dari evaluasi kebijakan dikemukakan oleh Samodra Wibawa
(1993), yang dikutip oleh Riant Nugroho (2003), sebagai berikut :
a) Eksplanasi, melalui evaluasi dapat digambarkan realitas pelaksanaan program
serta dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai
dimensi realitas yang diamati. Penjelasan tentang realitas pelaksanaan program ini
dapat diidentifikasi oleh evaluator tentang kondisi dan aktor yang mendukung
keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
b) Kepatuhan, untuk mengetahui apakah tindakan pelaksana sesuai dengan standar
dan prosedur yang ditetapkan kebijakan.
c) Audit, melalui evaluasi dapat diketahui apakah output sampai kepada yang
berhak, yakni kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau
penyimpangan.
d) Akunting, dengan adanya evaluasi dapat diketahui tentang akibat sosial dari
kebijakan yang diterapkan.
f. Tujuan Evaluasi
16
Tujuan pokok dari evaluasi bukan untuk mencari kesalahan atau menyalah-
nyalahkan, melainkan untuk melihat seberapa besar kesenjangan antara pencapaian
dari pelaksanaan kebijakan dengan harapan yang diinginkan oleh kebijakan publik.
tugas selanjutnya dari evaluasi adalah memikirkan cara untuk menjawab kondisi yang
ada, bagaimana mengurangi bahkan menutupi kesenjangan tersebut.
17
bagian dari tujuan umum pembentukan organisasi. Pada konteks ini, organisasi akan
dihadapkan pada tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Renstra akan
menjembatani pencapaian sebuah organisasi baik pada jangka yang pendek maupun
jangka yang panjang.
18
bahwa sebuah organisasi memiliki target spesifik dalam pencapaian. Hal ini akan
mempermudah proses mengevaluasi dan memantau ketercapaian tujuan, sasaran dan
misi organisasi pada periode tertentu.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai
dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang
melingkupinya. Keberhasilan manajer mengelola organisasi tergantung pada
kemampuannya menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan anggota
organisasi untuk mencapai tujuan.
B. Saran
Demikian makalah yang ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
21