Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

PENGUKURAN KINERJA PADA BALAI BESAR


PELAKSANAAN JALAN NASIONAL SUMATERA SELATAN

MATA KULIAH TEORI ADMINISTRASI PUBLIK KONTENPORER

DI SUSUN OLEH :
JUNAIDI

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI
PALEMBANG
ANGKATAN XXIX
TAHUN AKEDEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
"Pengukuran Kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera
Selatan.".

Penulisan makalah ini diajukan guna untuk memenuhi tugas kuliah


Pasca Sarjana Universitas Sjakhyakirti Palembang dan untuk menambah
pengetahuan mengenai proses pengukuran kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan
Jalan Nasional Sumatera Selatan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata


kuliah Teori Administrasi Publik Kontemporer dan semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


sempurna karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis . Oleh karena
itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan untuk masa
mendatang.

Palembang, 03 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar ................................................................... i
Daftar isi ................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
I.1. Latar Belakang ................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah ................................................................... 2
I.3 Tujuan ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 3
II.1 Pengertian ................................................................... 3
II.2 Pengukuran Kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Sumatera Selatan ................................................................... 7
II.3. Gambaran Proses Penyusunan AKIP dan Pengukuran Kinerja
Pada Satuan Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera
Selatan ................................................................... 10
II.3.1. Kondisi ................................................................... 10
II.3.2. Tantangan ................................................................... 19
II.3.3 Tugas dan Fungsi ................................................................... 28
II.3.4 Struktur Organisasi ................................................................... 37
II.3.5 Isu Strategis ................................................................... 39
BAB III PENUTUP ................................................................... 41
III.1. Kesimpulan ................................................................... 41
III.2. Saran ................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 43
DAFTAR TABEL ................................................................... 44
DAFTAR GAMBAR ................................................................... 45

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam suatu organisasi baik itu dalam suatu perusahaan, maupun instansi
pemerintah tentunya di dirikan mempunyai tujuan tertentu. Setiap bentuk usaha
yang bersifat tetap, terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan
dalam wilayah negara republik Indonesia. Tujuan perusahaan adalah memperoleh
keuntungan (laba). (Uandang-Undang No.3 Tahun 1982). Sedangkan Instansi
pemerintah didirikan mempunyai tujuan untuk melayani masyarakat. Instansi
pemerintah didirikan untuk tidak berorientasi pada keuntungan dengan modal
berasal dari pajak, retribusi atau subsidi. Sementara itu, instansi swasta adalah
instansi yang memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan modal yang
berasal dari pribadi, pinjaman atau saham.

Sementara itu, instansi swasta merupakan badan usaha yang didirikan dan
dimodali oleh seseorang atau sekelompok orang. Instansi swasta ini memiliki tujuan
untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin, untuk mengembangkan usaha dan
modalnya, serta membuka lapangan pekerjaan. Instansi swasta sendiri dibentuk dan
didanai dari pribadi maupun kelompok, tidak ada modal pemerintah.

Kata instansi tentunya tidak dapat terlepas dari kehidupan sehari-hari


masyarakat. Instansi baik pemerintah maupun swasta diharapkan dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat meskipun tetap berorientasi pada
keuntungan.

Keberhasilan pencapaian tujuan dari suatu instansi pemerintah tentunya


dapat dilihat dari kinerja instansi itu sendiri. Sejauh mana kinerja suatu isntansi
pemerintah tentunya harus di ukur sesuai dengan peraturan peraturan yang ada di
dalam suatu pemerintahan.

1
2

I.2. Rumusan Masalah

Penulis berusaha untuk menyusun secara umum saja permasalahan yang


akan dibahas dalam makalah ini. Ruang lingkup permasalahan ini adalah pada
tempat dimana penulis bekerja yaitu pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Sumatera Selatan Kementerian PUPR. Adapun permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah :

Apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional Sumatera Selatan ?
Siapa saja yang terlibat dalam pengukuran kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan
Jalan Nasional Sumatera Selatan ?
Dimana pengukuran kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera
Selatan dapat dilakukan ?
Kapan pengukuran kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera
Selatan dapat dilakukan ?
Mengapa harus dilakukan pengukuran kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional Sumatera Selatan ?
Bagaimana proses pengukuran kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Sumatera Selatan ?

I.3. Tujuan Masalah

Berdasarkan dari perumusan masalah di atas maka tujuan dari pembuatan


makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui proses pengukuran kinerja yang ada pada pada Balai
Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan.
- Untuk Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang pengukuran
kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian

Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja menurut para Ahli :

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan


selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. (Veithzal Rivai
dan Ahmad Fawzi Mohd,M.B.A, 2005, Rajagrafindo Persada)

Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Anwar Prabu Mangkunegara, 2006:67)

Kinerja karyawan adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara


berencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan
(Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:153).

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk


menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesediaan
dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah
cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa
yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya (Hersey and Blanchard,
1993).

Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan


tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha dan kesempatan. Berdasarkan paparan diatas
kinerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu
menurut standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Hasibuan,
2002:160)

3
4

Pengertian kinerja merujuk pada tingkat keberhasilan melaksanakan tugas


serta kemampuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik
dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donelly, Gibson
and Ivancevich, 1994)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kinerja berarti sesuatu yang


dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan bekerja.

Dapat disimpulakan bahwa kinerja adalah hasil kerja dilakukan oleh


seseorang dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan yang diiginkan suatu
organisasi dan meminimalisir kerugian. Atau kinerja adalah kesediaan seseorang
atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya
sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan dalam
periode tertentu.

Sejauh mana pencapaian kinerja maka dapat dilakukan Pengukuran Kinerja,


yang dapat digunakan beberapa ukuran kinerja.

Pengukuran kinerja ialah proses evaluasi kemajuan pekerjaan pada


pencapaian tujuan dan target yang sudah diputuskan, meliputi informasi mengenai
ketepatan pemakaian sumber daya dan penghasilan mutu barang/jasa, serta
kesetaraan antara kinerja dengan sasaran juga keefektifan tindakan dalam
menggapai tujuan. (Mahmudi 2010).

Pengukuran kinerja iyalah metode penilaian kemajuan yang sudah


didapatkan dipadankan dengan tujuan yang sudah diputuskan. (Whittaker dan
Simons 2000).

Definisi pengukuran kinerja ialah proses pencatanan dan pengukuran


pelaksanaan pencapaian misi lewat hasil yang diperlihatakan berupa proses, produk
atau jasa. (Yuwono 2002)
5

Arti pengukuran kinerja yaitu mekanisme yang dignakan


perusahaan/organisasi untuk memberikan penilaian pada kinerja seorang karyawan.
(Henry Simamora 2004).

Pengukuran kinerja juga diartikan sebagai proses akumulasi, analisa dan


pelaporan informasi tentang kinerja seseorang, instansi/perusahaan, sistem atau
bagian dalam waktu tertentu dan tujuan tertentu.

Ciri Pengukuran Kinerja

Karakteristik pengukuran kerja (Garpersz:2005), diantaranya yaitu:

- Pengeluaran biaya tak lebih besar dibanding menfaat yang akan diterima
perusahaan.
- Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal dari Balanced Scorecard, yaitu
metode pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan/organisasi dengan
mengukurnya dari 4 sudut pandang yaitu finansial, konsumen, metode
bisnis intern serta pembelajaran dan pertumbuhan.
- Berkaitan langsung dengan tujuan yang telah ditetapkan.
- Sederhana dan menghasilkan data yang mudah dimengerti dan digunakan
untuk pelaporan.
- Dilakukan menyeluruh.
- Bisa dipakai untuk menentukan sasaran yang nantinya bisa membuat kinerja
di kemudian hari meningkat.
- Data yang dihasil bisa dipercaya ketika digunakan.
- Mengikutsertakan individu yang ada dalam program balanced scorecard.
- Berpusat pada aktivitas pembenaran dan peningkatan.
6

Indikator Pengukuran Kinerja

Ada sejumlah indikator kinerja yang biasanya digunakan(Mutia:2009), diantaranya


yaitu:

- Input (masukan), merupakan indikator yang diperlukan supaya


implementasi kegiatan bisa melahirkan output yang ditetapkan seperti
biaya, sumber daya manusia dan lain sebagainya.
- Output (keluaran), merupakan objek yang dikehendaki bisa langsung
didapatkan dari aktifitas fisik ataupun nonfisik.
- Outcome (hasil), merupakan sumua objek sesuatu yang menggambarkan
kemanfaatan output kegiatan dalam waktu menengah atau efek secara
langsung.
- Benefit (manfaat), merupakan objek yang berhubungan dengan tujuan
pelaksanaan kegiatan paling akhir.
- Impact (dampak), merupakan pengaruh yang muncul di masing-masing
taraf indikator berdasarkan anggapan yang sudah ditentukan.
7

II.2. Pengukuran Kinerja pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional

Sumatera Selatan

Pada prinsipnya pengukuran kinerja yang ada pada Balai Besar Pelaksanaan
Jalan Nasional Sumatera Selatan adalah mendekati dari pengertian pengertian yang
diuangkap oleh teori teori diatas yaitu keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
program dan kegiatan yang telah diamanatkan dalam rangka mencapai misi
organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan.

Pengukuran Kinerja yang ada di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional


Sumatera Selatan diukur dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP).

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah perwujudan


kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan dalam rangka mencapai
misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan
melalui laporan akuntabilitas kinerja.

Sistem Akuntabilitas kinerja merupakan tatanan, instrumen, dan metode


pertanggungjawaban yang diselenggarakan melalui proses dan tahapan
perencanaan strategis, perencanaan kinerja tahunan, pengukuran kinerja, dan
pelaporan kinerja. Sistem tersebut membentuk siklus akuntabilitas kinerja yang
kontinyu dan terpadu, yang merupakan infrastruktur bagi proses pemenuhan
kewajiban penyelenggara pembangunan dan pemerintahan dalam
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan visi dan misi organisasi.

Dalam metode dan teknik penyusunan Kinerja berpedoman pada Peraturan


Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dengan turunannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
8

Perjanjian Kinerja Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah, serta mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 09/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Kementerian PUPR.

Secara umum sistem pelaporan Akuntabilitas kinerja dapat digambarkan


dalam skema berikut:

Gambar II.1. Sistem Pelaporan Akuntabilitas Kinerja


Sebagai implikasi dari Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
13/PRT/M/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR dan
Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
16/PRT/M/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
9

Dalam perkembangannya Peraturan Menteri ini mengalami beberapa kali


perubahan disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan pelayanan bidang ke-PU-an,
kewenangan serta tanggung jawab Direktorat Jenderal Bina Marga yang antara lain
perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota,
dan desa. Pelaksanaan kebijakan itu meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan dan pengawasan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota, dan desa.

Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional dalam kedudukannya sebagai unit


pelaksanaan teknis yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Bina Marga dipimpin oleh seorang Kepala, dan tugasnya adalah
melaksanakan perencanaan, pengadaan, peningkatan kapasitas dan preservasi jalan
nasional, penerapan sistem manajemen mutu dan pengendalian mutu pelaksanaan
pekerjaan, penyediaan bahan dan peralatan jalan dan jembatan, serta penatausahaan
balai.
10

II.3. Gambaran Proses Penyusunan AKIP dan Pengukuran Kinerja Pada


Satuan Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan

II.3.1. Kondisi

a. Perekonomian

Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan besaran Produk


Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2020
mencapai Rp 118,29 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp
80,67 triliun. Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan triwulan III-2020 mengalami
kontraksi sebesar 1,40 (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mengalami kontraksi tertinggi
sebesar 10,42 persen. Dari sisi Pengeluaran, kontraksi tertinggi terjadi pada
Komponen Ekspor Luar Negeri yaitu sebesar 14,15 persen.

Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan triwulan III-2020 tumbuh sebesar 4,12


persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 13,65 persen.
Sementara dari sisi Pengeluaran dicapai oleh Komponen Ekspor Luar Negeri
yang meningkat signifikan sebesar 12,26 persen. Ekonomi Provinsi Sumatera
Selatan triwulan I s.d III 2020 (cto-c) tumbuh 0,56 persen. Dari sisi produksi,
Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 16,97 persen. Sementara dari sisi pengeluaran terutama
didorong oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang
tumbuh sebesar 1,70 persen.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan Ekonomi selama triwulan I


s.d III 2020 mencapai 0,56 persen (c-to-c), menurun jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 5,72 persen.
Pertumbuhan tertinggi selama triwulan I s.d III 2020 hanya dicapai oleh
11

Komponen PMTB sebesar 1,70 persen, sedangkan komponen pengeluaran


lainnya mengalami kontraksi.

b. Penduduk dan Sumber Daya Manusia

Menurut data Badan Pusat Statistik, proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2020
di provinsi Sumatera Selatan sebanyak 8,600 juta jiwa. Sebagian besar
penduduk di dua provinsi ini memiliki mata pencaharian di bidang pertanian
dan perdagangan dan jasa.

c. Kondisi Geografi Provinsi Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan secara geografis terletak antara 1 derajat sampai 4


derajat Lintang Selatan dan 102 derajat sampai 106 derajat Bujur Timur dengan
luas daerah seluruhnya 87.017.41 km².

Batas batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut : sebelah utara
berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi
Lampung, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, sebelah
Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

Secara topografi, wilayah Provinsi Sumatera Selatan di pantai Timur tanahnya


terdiri dari rawa-rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut.
Vegetasinya berupa tumbuhan palmase dan kayu rawa (bakau). Sedikit makin
ke barat merupakan dataran rendah yang luas. Lebih masuk kedalam
wilayahnya semakin bergunung-gunung. Disana terdapat bukti barisan yang
membelah Sumatera Selatan dan merupakan daerah pegunungan dengan
ketinggian 900 - 1.200 meter dari permukaan laut.

Bukit barisan terdiri atas puncak Gunung Seminung (1.964 m), Gunung Dempo
(3.159 m), Gunung Patah (1.107 m) dan Gunung Bengkuk (2.125m). Disebelah
12

Barat Bukit Barisan merupakan lereng. Provinsi Sumatera Selatan mempunyai


beberapa sungai besar. Kebanyakan sungai-sungai itu bermata air dari Bukit
Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin. Sungai
yang bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Bangka adalah
Sungai Musi, sedangkan Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang,
Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai Rupit dan Sungai Rawas merupakan
anak Sungai Musi.

d. Kondisi Infrastruktur Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional


Sumatera Selatan
Panjang jalan nasional dengan kondisi mantap secara persentase lebih besar
berada di wilayah Sumatera, Jawa-Bali dan Sulawesi. Sementara, wilayah
lainnya, kondisi jalan mantap masih berada dibawah 75%. Meskipun demikian,
kondisi jalan mantap di wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
KINERJA AKSESIBILITAS
‘Aksesibilitas’ didefinisikan sebagai persentase jumlah
simpul/kawasan/wilayah strategis yang sudah terhubung oleh jalan nasional.
Sejumlah simpul/kawasan/wilayah strategis tersebut meliputi PKN (Pusat
Kawasan Nasional), PKW (Pusat Kawasan Wisata), PKSN (Pusat Kawasan
Strategis Nasional), KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional), KEK
(Kawasan Ekonomi Nasional), KI (Kawasan Industri), PU (Pelabuhan Utama),
PP (Pelabuhan Pengumpul), Bandar udara. Pada Provinsi Sumatera Selatan
terdapat 23 simpul, yang sudah tersambung 22 simpul dengan nilai IKP-1
Aksesibilitas sebesar 95,7%.
13

KINERJA RATING KONDISI


Dalam penilaian kondisi infrastruktur berdasarkan Indikator Kinerja Program 2
(IKP-2) Rating Kondisi memiliki 4 (empat) kompenen antara lain:

 Kekasaran / Roughness (nilai international roughness index, IRI)


 Kondisi Permukaan Perkerasan / Pavement Surface Condition (PCI)
 Sisa Umur Perkerasan / Remaining Useful Life (Pavement Strength)
 Efektivitas Drainase / Drainage Effectiveness (Surface Drainage and
Subsoil Drainage)

Kondisi Permukaan Perkerasan


Kondisi permukaan perkerasan di Provinsi Sumatera Selatan yaitu nilai PCI 85-
100 sebanyak 55,14%, 70-85 sebanyak 14,45%, 55-70 sebanyak 12,26%, 25-
55 sebanyak 13,86%, dan dibawah 25 sebanyak 4,30%.

Kondisi Permukaan Perkerasan (PCI) vs Panjang Kumulatif


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
Rating 1 Rating 2 Rating 3 Rating 4 Rating 5
30%
20%
10%
0%
105 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Gambar II.2 Grafik KPI Kondisi Permukaan Perkerasan


Dari Error! Reference source not found.II.2 dapat disimpulkan bahwa sekitar
95% dari Jaringan Jalan di Provinsi Sumatera Selatan memiliki KPI Kondisi
14

Permukaan Perkerasan di bawah 5, yang menunjukkan bahwa hanya sekitar 5%


dari Jaringan Jalan yang membutuhkan penganan dalam waktu dekat.
Kondisi Kemantapan Jalan
Kemantapan Jalan pada semester II di lingkungan BBPJN Sumatera Selatan
tahun 2020 (mantap 88,33%) mengalami peningkatan dari semester I di
lingkungan BBPJN Sumatera Selatan (mantap 79,16%). Perbandingan
kemantapan jalan tahun 2016 – 2020 di Provinsi Sumsel diperlihatkan pada
gambar di bawah.

PERBANDINGAN KEMANTAPAN JALAN


2016 - 2020
PERSENTASE MANTAP (%)

88,15 88,22 88,33

83,61 83,32

DES 2016 DES 2017 DES 2018 DES 2019 DES 2020
SUMSEL 83,61 83,32 88,15 88,22 88,33

SUMSEL

Gambar II.3 Perbandingan Kemantapan Jalan Tahun 2016 – 2020


Sedangkan untuk penjabaran kondisi mantap semester II tahun 2020 Provinsi
Sumatera Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah. Kondisi mantap terdiri dari
kondisi baik (IRI 0-4) dan sedang (IRI 4-8), sedangkan kondisi tidak mantap
terdiri dari kondisi rusak ringan (IRI 9-12) dan rusak berat (IRI > 12).
15

Tabel II.1 Hasil Survey Kondisi Jalan Semester 2 Tahun 2020 di Lingkungan
BBPJN Sumsel
Kondisi Jalan Semester II TA 2020

No Jalan Nasional Panjang Kondisi (km) Total Status Kondisi


Panjang
Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat (km) Mantap Tidak Mantap

A Prov. Sumatera Selatan 604.69 506.33 313.95 175.20 1600.16 88.33% 11.67%

Kekasaran vs Panjang Kumulatif


120%

100%

80%

60%

40% Rating 3 Rating 5


Rating 2 Rating 4

20%

0%
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Gambar II.4 Grafik KPI Kekasaran


Dari Error! Reference source not found.II.4 dapat disimpulkan bahwa sekitar
90% dari Jaringan Jalan di Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai IRI kurang
dari 8, dimana 10% sisanya membutuhkan penanganan dalam waktu dekat
karena skor KPI yang telah mencapai angka 5.

Kondisi Sisa Umur Perkerasan Jalan


Kondisi sisa umur perkerasan jalan di Provinsi Sumatera Selatan yaitu nilai KPI
RSL > 15 sebanyak 26,85%, 10 < RSL ≤ 15 sebanyak 23,32%, 5 < RSL ≤ 10
sebanyak 18,08%, 1 < RSL ≤ 5 sebanyak 14,27%, dan RSL ≤ 1 sebanyak
17,47%.
16

Sisa Umur Perkerasan (RSL) vs Panjang Kumulatif


120%

100%

Rating 5
Rating 1 Rating 2 Rating 3 Rating 4 80%

60%

40%

20%

0%
40 35 30 25 20 15 10 5 0

Gambar II.5 Grafik KPI Sisa Umur Perkerasan

Dari Gambar II.5 dapat dikatakan bahwa umur perkerasan di Jaringan Jalan di
Provinai Sumatera Selatan masih cukup baik karena hampir 65% berada pada
KPI 2 atau sisa umur perkerasan masih di atas 10 tahun. Sekitar 15% Jaringan
Jalan berada pada KPI 5 yang mengindikasikan bahwa perlu penanganan
segera, dan sekitar 10% Jaringan Jalan A berada pada KPI 4 yang
mengindikasikan bahwa perlu penanganan dalam jangka waktu menengah.

Berdasarkan data kondisi jalan di atas, didapatkan evaluasi kinerja Provinsi


menggunakan nilai KPI Final sebagai berikut.
17

Nilai KPI Final Provinsi Sumatera Selatan

PROV. SUMSEL

0% 20% 40% 60% 80% 100%

KPI 1 KPI 2 KPI 3 KPI 4 KPI 5

Gambar II.6 Nilai KPI Final Provinsi Sumatera Selatan


Dari Error! Reference source not found.II.6, dapat disimpulkan bahwa
kondisi jalan di Provinsi Sumatera Selatan cukup baik karena hanya sekitar
20% segmen jalan berada pada KPI 4 dan 5 yaitu rusak ringan dan rusak berat
sedangkan sekitar 22% berada pada kondisi cukup baik dan sisanya berada
pada kondisi baik. Perlu segera dilakukan penanganan agar kondisi jalan tidak
semakin rusak yang berakibat membahayakan keselamatan dan meningkatkan
road user cost. Perencanaan penanganan yang tepat perlu dilakukan untuk
menghindari pembengkakan biaya di tahun-tahun berikutnya.

Kondisi Mantap Jembatan


Kondisi jembatan di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan
tahun 2020 disurvey pada bulan Mei s.d Agustus 2020 dengan menggunakan
aplikasi InvJ dan dilaksanakan oleh konsultan survey kondisi jalan dan
jembatan, dari total 481 buah jembatan, didapat sebanyak 324 jembatan dalam
kondisi Mantap (kondisi 0 sampai kondisi 2). Jembatan dalam kondisi tidak
mantap sebanyak 157 jembatan (kondisi 3 sampai 5).
18

Tabel II.2 Kondisi Jembatan Wilayah BBPJN Sumatera Selatan Berdasarkan


Jumlah Jembatan
Jumlah
Nilai Panjang
Jembatan
Kondisi (m)
Sumsel
NK0 7 171,1
NK1 12 1834,1
NK2 305 9653,31
NK3 155 6800,66
NK4 2 68,2
NK5 - -
Total 481 18527,37

PERSENTASE KEMANTAPAN JEMBATAN


BERDASARKAN JUMLAH DAN PANJANG
67,36%
62,93%

37,07%
32,64%

BERDASARKAN JUMLAH BERDASARKAN PANJANG


Mantap Tidak Mantap

Gambar II.7 Presentase Kemantapan Jembatan Berdasarkan Jumlah dan


Panjang
Sesuai hasil survey 2020 terdapat jembatan yang nilai kondisinya 4 yaitu
sebanyak 2 unit dengan panjang 68,2 m di Provinsi Sumsel, yaitu Jembatan
Air Empayang Kecil I dan Air Terusan Guci. Jembatan tersebut akan
mendapat penanganan tahun 2020 sehingga nilai kondisi membaik (akan
diupdate pada survey TA 2020).
Dengan adanya pandemi COVID-19 yang menyerang seluruh dunia, hal ini
berdampak kepada penerimaan negara sehingga anggaran Tahun Anggaran
2020 dilakukan refocusing (pemindahan pekerjaan atau pembayaran ke
Tahun Anggaran 2021) dan optimasi pemotongan nilai paket pekerjaan.
Sebanyak 18 paket pekerjaan terkena refocusing, 16 paket fisik dan 2 paket
19

pengawasan. Satker PJN I sebanyak 4 paket terkena refocusing, Satker PJN


II sebanyak 5 paket, Satker PJN III sebanyak 6 paket, SKPD-TP sebanyak 1
paket dan P2JN sebanyak 2 paket. Sedangkan 6 paket pekerjaan terkena
optimasi, Satker PJN II sebanyak 2 paket, dan Satker PJN III sebanyak 4
paket.

KINERJA TINGKAT KESELAMATAN JALAN


Nilai komposit terbobot dari 2 komponen individu yakni IKP Komponen
Kecelakaan dan IKP Komponen Blackspot. IKP Komponen Kecelakaan
diperoleh dari rasio angka kecelakaan terhadap jumlah populasi pada level
pelaksana tertentu (provinsi/Balai/Pulau/Nasional). Sedangkan IKP Komponen
Blackspot diperoleh dari rasio jumlah blackspot terhadap jumlah populasi pada
level pelaksana tertentu. Pada Tahun 2020 belum ada pelaksanaan untuk
peningkatan kinerja Tingkat Keselamatan Jalan dikarenakan Renstra baru
muncul pada tengah Tahun Anggaran 2020 sehingga nilai Kinerja Tingkat
Keselamatan Jalan tetap 3,7. Direncanakan akan dilakukan pada periode
selanjutnya.

II.3.2 Tantangan
a. Tantangan External

Tantangan pembangunan tiap provinsi di Balai Besar Pelaksanaan Jalan


Nasional Sumatera Selatan berbeda jika melihat kondisi geografi serta
sumber daya yang ada. Dimana karakteristik geografi dan tantangan setiap
provinsi berbeda-beda.

 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Porsi pembiayaan infrastruktur dari dana Surat Berharga Syariah Negara


(SBSN) di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
semakin besar setiap tahunnya. Tahun 2020 alokasi dana SBSN sebesar Rp
7,6 triliun atau 8,65% dari total anggaran Kementerian PUPR sebesar Rp Rp
20

87,8 triliun. Nilai tersebut mengalami penurunan dibanding tahun


sebelumnya yakni Rp 12,7 triliun pada tahun 2018 dan Rp 16,84 triliun pada
tahun 2019.

Dana SBSN tahun 2020 akan digunakan Kementerian PUPR pada proyek
infrastruktur di Direktorat Jenderal Bina Marga berupa pembangunan jalan
dan jembatan dan preservasi rehabilitasi jalan senilai Rp 5,6 triliun untuk
proyek di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air berupa pembangunan
pengendalian banjir dan lahar, pengelolaan bendungan dan embung, serta
pengelolaan drainase utama perkotaan sebesar Rp 2 triliun.

Proyek SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) telah dilakukan tahap


perencanaannya sejak tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 yang berfokus
pada preservasi jalan lintas timur sumatera, dengan perkiraan awal
pelaksanaan konstruksi pada tahun 2018 dan 2019 (Multi Years Contract).
Namun pada pelaksanaannya proyek SBSN (Surat Berharga Syariah Negara)
mengalami kendala pada proses pelelangan, sehingga sampai menjelang akhir
tahun 2019 pelaksanaan kontruksi belum juga dilaksananakan. Hal ini
berdampak pada kondisi jalan lintas timur yang menurun nilai kemantapan
jalannya karena belum dilakukan penanganan pada tahun 2019. Kemudian
dengan adanya Pandemi COVID-19 maka dilakukan refocusing pada 5 paket
SBSN di Lintas Timur sehingga pelaksanaan dan/atau pembayaran akan
dilakukan pada TA 2021. Pada November 2020 diusahakan agar 3 paket
SBSN Lintas Timur yang berada di Satker PJN I Sumsel dilakukan
percepatan sehingga dapat selesai pada Tahun Anggaran 2020.

Provinsi Sumatera Selatan mendapatkan dana SBSN (Surat Berharga Syariah


Negara) dengan rincian sebagai berikut :
21

Tabel II.3 Paket SBSN Provinsi Sumatera Selatan


No Nama Paket Keterangan
1 Preservasi Rehabilitasi Mayor Jalan Satker PJN 1
Betung - Bts. Kota Palembang (PN) Sumsel
(MYC)
2 Preservasi Rekonstruksi Jalan Bts. Kota Satker PJN 3
Palembang - Sp. Inderalaya - Meranjat - Sumsel
Bts. Kota Kayu Agung (PN)
(MYC)
3 Preservasi Rekonstruksi Jalan Bts. Prov. Satker PJN 1
Jambi – Peninggalan (PN) Sumsel
4 Preservasi Rekonstruksi Jalan Satker PJN 1
Peninggalan - Sei Lilin – Betung (PN) Sumsel
5 Preservasi Rekonstruksi Jalan Celikah - Satker PJN 3
Kayu Agung - Bts. Kota Kayu Agung - Sumsel
Sp. Penyandingan - Bts. Lampung (PN)
6 Duplikasi Jembatan Air Ogan Satker PJN 3
Sumsel
7 Duplikasi Jembatan Talang Pangeran dan Satker PJN 3
Dusun Anyar Sumsel
8 Preservasi Jalan Bts. Kota Satker PJN 1
Palembang/Bts. Kab Banyuasin – Tj. Api Sumsel
Api

Paket 1-7 merupakan paket pekerjaan di Jalur Lintas Timur Pulau Sumatera
yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, hal ini untuk mendukung Indikator
Kinerja Utama (IKU) – Waktu Tempuh selama jalan tol dalam proses
konstruksi. Paket Preservasi Jalan Bts. Kota Palembang/Bts. Kab Banyuasin
– Tj. Api Api untuk mendukung KEK Tanjung Api-Api guna meningkatkan
Indikator Kinerja Program 1 (IKP-1) Aksesibilitas.

 Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU)

Kemampuan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 – 2024


diproyeksikan hanya mampu memenuhi 30 persen atau sekitar Rp 623 triliun
dari total kebutuhan anggaran untuk penyediaan infrastruktur sebesar Rp.
22

2.058 triliun. Kebutuhan anggaran ini mencakup sektor Sumber Daya Air
sebesar Rp 577 triliun, sektor Jalan dan Jembatan Rp 573 triliun, sektor
permukiman Rp 128 triliun, dan sektor perumahan sebesar Rp 780 triliun.
Sebagai langkah untuk menutupi gap pendanaan non-APBN sebesar 70
persen atau Rp 1.435 triliun, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) mendorong inovasi pembiayaan pembangunan infrastruktur
melalui skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) atau Public
Private Partnership (PPP).

Ada empat manfaat pembiayaan infrastruktur melalui skema KPBU. Pertama


Risk Sharing, yaitu adanya alokasi risiko bagi kedua belah pihak (swasta dan
Pemerintah) yang juga akan meningkatkan keatraktifan proyek. Kedua
Transfer of knowledge, yaitu adanya transfer pengetahuan dan teknologi dari
pihak swasta kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Ketiga Project
delivery, yaitu adanya upaya pihak swasta untuk menyelesaikan proyek
sesuai kesepakatan karena adanya target spesifik periode konstruksi sehingga
terhindar dari siklus anggaran multiyears dan keempat Potensi investasi, yaitu
terbukanya pintu masuk investasi bagi pihak swasta lainnya akibat
keberhasilan daerah menyelenggarakan KPBU.

Pembangunan infrastruktur PUPR dengan skema KPBU, saat ini tidak hanya
dalam pembangunan jalan tol, sistem penyediaan air minum (SPAM), kini
tengah dijajaki peluang KPBU dalam pembangunan Rumah Susun (Rusun).

Proyek KPBU-AP ini merupakan pilot project di Bina Marga, dengan masa
konstruksi sepanjang 3 tahun dan pembayaran dilakukan pada masa layanan
selama 12 tahun. Pada tahun 2020 telah dilaksanakan penandatangan kontrak
KPBU untuk ruas jalan nasional di dalam kota Palembang, antara lain ruas-
ruas jalan sebagai berikut:
- Jln. Soekarno – Hatta (KM 16+449 – 24+857)
- Jln. Alang-Alang Lebar (KM 23+080 – 27+148,76)
- Jln. Alamsyah Ratu Prawira Negara (KM 13+299 – 16+449)
23

- Jln. Yusuf Singadekane (KM 8+149 – KM 13+299)


- Jln. Srijaya Raya (KM 8+149 – KM 14+224)

 Pembangunan Jalan Tol

Jalan tol menurut definisi adalah jalan yang memiliki spesifikasi tinggi,
dengan minimal 2 lajur untuk masing-masing arah dengan akses terkontrol,
tanpa persilangan sebidang dan penggunanya diwajibkan untuk membayar
tarif tol.

Jaringan jalan dalam sistem transportasi tidak sekedar berfungsi sebagai


media atau prasarana pergerakan lalu lintas orang maupun barang, tetapi juga
memiliki fungsi lain yang lebih luas (transportasi sebagai derived demand),
antara lain :

1) Fungsi Ekonomi
 Menghubungkan penduduk dengan lokasi kegiatan ekonomi
 Pemanfaatan sumber daya alam
 Pengembangan wilayah
 Desentralisasi unit kerja, menekan biaya produksi
 Meningkatkan persaingan untuk menghasilkan produk yang
murah dan menjamin stabilitas harga produk
 Membuka lapangan kerja
 Memperluas pasar

2) Fungsi Politik dan Sosial


 Memperkuat kesatuan
 Pertahanan
 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 Pemerataan distribusi penduduk
 Membuka isolasi daerah
24

3) Fungsi Lain
 Mengurangi kepadatan lalu lintas
 Pemasukan pajak
 Medorong investasi industri

Tingkat pelayanan jalan di Indonesia masih jauh di bawah negara-negara


maju. Data statistik menunjukkan kemajuan ekonomi suatu negara terkait
dengan pelayanan jaringan jalan. Sesuai dengan tingkat pelayanan jaringan
jalan Indonesia yang relatif masih rendah (160 km / 1.000.000 penduduk),
dalam perspektif pertumbuhan ekonomi maka kebutuhan prasarana jalan di
Indonesia diperkirakan masih akan terus meningkat.

Pada jalan tol, penyelenggaraannya dibiayai oleh para penggunanya, melalui


tarif yang dibayarkan sebagai imbalan atas pemanfaatan fasilitas layanan
jalan tol yang lebih tinggi dibandingkan jalan umum. Dengan demikian jalan
tol tidak membebani masyarakat yang tidak memanfaatkannya. Pengguna
jalan tol juga membayar pajak, yang digunakan untuk membiayai jalan non
tol dan pembangunan lainnya. Tanpa adanya jalan tol, beban lalu lintas
seluruhnya harus ditampung oleh jalan non tol, yang pembangunan dan
pemeliharaannya akan menjadi beban seluruh masyarakat melalui pajak yang
dibayarnya.

Konsep pembiayaan jalan dengan sistem tol, membantu mengurangi beban


pemerintah untuk meningkatkan pelayanan dan kapasitas prasarana jalan
(peningkatan dan pembangunan jalan baru) dan biaya pemeliharaannya
sebagai konsekuensi. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa kemampuan
pemerintah semakin terbatas untuk memenuhi kebutuhan prasarana jalan,
bahkan untuk memeliharanya.

Sampai dengan tahun 2019, jalan tol yang sudah beroperasional di Provinsi
Sumatera Selatan yaitu Jalan Tol Palembang – Indralaya, sedangkan Jalan Tol
25

Pematang Panggang – Kayu Agung baru diresmikan pada tanggal 15


November 2019.

Pada Tahun 2020 yang operasional adalah Tol Kayu Agung – Palembang –
Betung mulai dari Kayu Agung sampai Jaka Baring, untuk segmen Jaka
Baring – Musilandas – Betung sedang dalam proses konstruksi.

 Angkutan Batu Bara

Angkutan batubara sudah tidak dapat melewati jalan nasional setelah


penerbitan Peraturan Nomor 74 Tahun 2018 tentang Pencabutan Peraturan
Gubernur Sumatera Selatan Nomor 23 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Pengangkutan Batubara melalui Jalan Umum. Namun pada pelaksanaannya
masih banyak angkutan batubara yang melintasi jalan nasional sehingga
merusak kondisi jalan karena beban yang dibawa melebihi kapasitas.

Aktivitas pengangkutan batubara dengan menggunakan truk rata-rata bisa


mencapai 800 unit/hari, sementara truk kayu mencapai 500 unit/hari. Truk
angkutan barubara ini juga melewati jalan nasional yang ada di Sumatera
Selatan, yaitu ruas Lahat – Muara Enim – Prabumulih – Ogan Ilir –
Palembang sampai ke Pelabuhan Tanjung Api – Api.

Pengangkutan batubara dengan menggunakan truk ini pun, dari daerah


tambang menuju pelabuhan tentunya tidak berjalan mulus. Selain membuat
kemacetan yang luar biasa dan kerusakan jalan. Kecelakaan yang melibatkan
truk angkutan batubara ini sudah sering terjadi, bahkan hingga merenggut
korban jiwa. Sebelum truk batu bara merajai jalan umum ini, jarak tempuh
kota Muara Enim menuju kota Palembang hanya memakan waktu 4 jam
dengan menumpang bus umum antar kota. Jika menggunakan kendaraan
pribadi, waktu tempuh lebih singkat antara 3 – 3,5 jam.

Untuk mengatasi persoalan tersebut pemerintah telah menyiapkan jalan


khusus untuk angkutan batubara yaitu melalui jalan servo. Dengan rute
26

berada di Desa Tanjung Jambu dan menjadi lumbung batu bara di Kabupaten
Lahat sampai Pelabuhan Muara Lematang di Kabupaten Muara Enim dengan
panjang jalan sekitar 116 KM.

 Kemacetan Palembang

Palembang sebagai ibukota Sumatera Selatan merupakan salah satu kota


besar, memiliki berbagai masalah transportasi yang harus segera dibenahi.
Tidak dapat dipungkiri jumlah kendaraan yang memadati jalanan kota
semakin meningkat seiring dengan berkembangnya kota Palembang. Hampir
sebagian jalan kota Palembang rusak, baik jalan dalam kota maupun akses
jalan keluar kota. Sedangkan pusat kemacetan terjadi pada jalan protocol-
protokol, seperti Jenderal Sudirman, Kapten A.Rivai dan jalan Kolonel Atmo.
Kemacetan jalan Kolonel Atmo terjadi karena terdapat pusat perbelanjaan,
perkantoran, pendidikan, gereja, banyak kendaraan umum maupun pribadi
yang memadati kawasan tersebut. Infrastruktur pun tidak memadai untuk
menampung jumlah kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Transportasi umum sebenarnya banyak di kota Palembang namun masyarakat
memilih beralih untuk menggunakan kendaraan pribadi karena alasan
keamanan yang terjadi saat menggunakan transportasi umum.

Berdasarkan data penambahan jumlah kedaraan cukup tinggi di Sumatera


selatan, penambahan jumlah kendaraan setiap tahun rata-rata mencapai 2000
unit. Berdasarkan penelitian Palembang akan mengalami kemacetan total dua
hingga tiga tahun mendatang sehingga perlu diantisipasi. Kemacetan yang
terjadi karena penambahan jumlah kendaraan tidak sesuai dengan
pembangunan insfrastruktur yang ada. Proses untuk mencegah kemacetan
yang akan terjadi pemerintahan telah menargetkan beberapa penyelesaian
pembangunan insfrastuktur di Provinsi Sumatera Selatan.
27

 Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya Penyakit koronavirus


2019 (bahasa Inggris: Corona Virus Disease 2019, singkatan dari COVID-
19) di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru
yang diberi nama SARS-CoV-2. Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019, dan
ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
tanggal 11 Maret 2020. Hingga 31 Desember 2020, lebih dari 93.819.952
orang kasus telah dilaporkan lebih dari 210 negara dan wilayah seluruh dunia,
mengakibatkan lebih dari 940.651 orang meninggal dunia dan lebih dari
51,859,334 orang sembuh. Adanya pandemi ini menyebabkan pergerakan
manusia dibatasi dikarenakan masih belum ditemukannya obat dan
diperlukan waktu untuk pendistribusian vaksin untuk virus ini. Pembatasan
Sosial Berskala besar (PSBB) sudah dilakukan di beberapa kota besar di
Indonesia diantaranya Kota Palembang, Kota Prabumulih, dan Prov. DKI
Jakarta. Hal ini membuat koordinasi dan pengawasan sulit untuk dilakukan.
Adanya pandemi COVID-19 ini menyebabkan terjadinya relaksasi dan
optimasi paket – paket kontrak TA. 2020.

b. Tantangan Internal

Selain tantangan eksternal juga terdapat tantangan internal BBPJN Sumatera


Selatan antara lain :

1. Kurangnya jumlah ASN terutama dibidang Teknik Sipil, khususnya


untuk memenuhi struktur jabatan di Provinsi Sumatera Selatan
2. Adanya kendala dalam proses pengadaan paket pada BBPJN Sumatera
Selatan yang menyebabkan pelaksanaan preservasi jalan tidak maksimal.
3. Kurangnya kualitas SDM penyedia jasa konstruksi dan konsultansi
4. Kurangnya alokasi dana untuk kebutuhan penanganan jalan dan
jembatan bila dibandingkan dengan kebutuhan lapangan.
28

II.3.3 Tugas dan Fungsi


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 13/PRT/M/2020 tanggal 13 Mei tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian PUPR dan Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Marga. Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional dipimpin oleh seorang Kepala Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional mempunyai tugas melaksanakan perencanaan,
pengadaan, pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan, penerapan sistem
manajemen mutu dan pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan, penyediaan
dan pengujian bahan dan peralatan serta keselamatan dan laik fungsi jalan dan
jembatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Nomor 16/PRT/M/2020 tanggal 02 Juni tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian PUPR dan Peraturan Menteri Pekerjaaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Marga. Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional dipimpin oleh seorang Kepala Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional mempunyai tugas melaksanakan perencanaan,
pengadaan, pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan, penerapan sistem
manajemen mutu dan pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan, penyediaan
dan pengujian bahan dan peralatan serta keselamatan dan laik fungsi jalan dan
jembatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Melalui Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 1080/KPTS/M/2020 tanggal 19 Juni 2020 tentang Pemberhentian dan
Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Jabatan
Administator di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, struktur organisasi dan wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional Sumatera Selatan turut berubah. Hal ini berdampak pada perubahan
29

tupoksi di tingkat Eselon 3 dan Eselon 4, serta berpindahnya koordinator


provinsi Kep. Bangka Belitung Menjadi Balai Pelaksanaan Jalan Nasional
Bangka Belitung. Gambar II.8 menunjukkan wilayah kerja BBPJN Sumatera
Selatan.

Gambar II.8 Wilayah Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera
Selatan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Nomor 16/PRT/M/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dalam
melaksanakan tugasnya Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
menyelenggarakan tugas dan fungsi:
a) penyusunan rencana, program, dan anggaran pembangunan dan
preservasi jalan dan jembatan;
b) penyiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data dan informasi jalan dan
jembatan, serta verifikasi data jaringan jalan daerah, dan verifikasi usulan
pemograman jalan daerah;
30

c) pelaksanaan studi kelayakan, survei, investigasi, dan evalusi perencanaan


teknis bidang jalan dan jembatan termasuk keselamatan jalan, daerah rawan
bencana, dan lingkungan;
d) penyiapan program, pengendalian, dan pengawasan pengadaan lahan
jalan nasional, jalan bebas hambatan, dan jalan tol;
e) penyusunan rencana, program, dan anggaran penanganan jalan dan
jembatan termasuk sistem manajemen keselamatan konstruksi dan
lingkungan serta perubahannya;
f) penyiapan rencana dan dokumen pengadaan bidang jalan dan jembatan
termasuk penyusunan dan pengawasan penerapan analisis harga satuan
pekerjaan bidang jalan dan jembatan;
g) pengendalian dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kegiatan
penanganan jalan dan jembatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
h) sertifikasi laik operasi mesin pencampur aspal (asphalt mixing plant);
i) pengendalian pelaksanaan pekerjaan dan perubahan kontrak
pekerjaan bidang jalan dan jembatan termasuk evaluasi kinerja
penyedia jasa;
j) penerapan hasil pengembangan teknologi bahan dan peralatan jalan dan
jembatan;
k) pengendalian penerapan sistem manajemen keselamatan konstruksi dan
lingkungan di bidang jalan dan jembatan;
l) pelaksanaan pengujian, pemantauan, dan pengendalian bahan dan hasil
pekerjaan konstruksi serta evaluasi terhadap hasil pengujian;
m) pelaksanaan analisis dampak lingkungan dan lalu lintas;
n) penyiapan rencana kerja pengendalian dan pengawasan, serta pemanfaatan
sumber daya konstruksi penanganan jalan termasuk jalan bebas hambatan
dan jalan tol yang dilaksanakan konstruksinya oleh pemerintah;
o) pelaksanaan koordinasi, evaluasi, dan pengawasan terhadap
pembangunan jalan tol yang dilaksanakan oleh Badan Usaha Jalan Tol;
31

p) koordinasi dan pemantauan kegiatan operasi dan pemeliharaan jalan bebas


hambatan dan jalan tol serta koordinasi pelaksanaan uji teknis dan operasi
jalan tol dalam rangka laik fungsi jalan tol yang berada di wilayah kerjanya;
q) pelaksanaan program kelaikan jalan dan jembatan nasional termasuk
uji laik fungsi;
r) pengadaan atau penyediaan, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan, dan
pemantauan bahan dan peralatan untuk jalan dan jembatan termasuk suku
cadang sesuai dengan kewenangan;
s) evaluasi dan penerapan standar pelayanan minimal jalan dan jembatan;
t) penyusunan rencana, program dan anggaran, serta evaluasi
perencanaan teknis perbaikan kerusakan jalan dan jembatan akibat bencana
alam;
u) pencegahan atau mitigasi dan pengendalian pelaksanaan penanggulangan
bencana yang berdampak pada jalan dan jembatan;
v) pelaksanaan audit keselamatan jalan dan jembatan;
w) penyediaan konsultasi teknik penanganan jalan dan jembatan pada jalan
daerah termasuk konektivitas jaringan jalan;
x) penyusunan laporan akuntabilitas kinerja balai besar;
y) penyiapan bahan dan pendampingan dalam periode audit internal dan
eksternal dalam rangka penuntasan temuan terkait penanganan jalan dan
jembatan; dan
z) pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi
barang milik negara selaku unit akuntansi wilayah serta laporan kinerja
pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, umum, barang
milik negara, hukum, komunikasi publik dan rumah tangga, serta koordinasi
dengan instansi terkait.

Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan merupakan Balai


Besar Tipe A, Susunan organisasi Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Tipe
A, terdiri atas:
32

a. Bagian Umum dan Tata Usaha;


b. Bidang Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Jalan;
c. Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan;
d. Bidang Preservasi I; dan
e. Bidang Preservasi II.
A. Bagian Umum dan Tata Usaha
Bagian Umum dan Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan
pengelolaan data dan administrasi kepegawaian, pengelolaan organisasi
dan tata laksana, pelaksanaan pengendalian penyusunan perjanjian atau
kontrak serta pemberian advokasi hukum, pelaksanaan komunikasi publik
di balai, pelaksanaan pengelolaan anggaran, urusan kas dan
perbendaharaan, serta administrasi dan akuntansi keuangan, pelaksanaan
administrasi penerimaan negara bukan pajak, pelaksanaan pemantauan
penyelesaian laporan hasil pemeriksaan, pelaksanaan penatausahaan,
pengelolaan, administrasi dan akuntansi barang milik negara, pelaksanaan
pengamanan fisik serta pelaksanaan proses sertifikasi tanah dan barang
milik negara, fasilitasi usulan serta pemantauan dan evaluasi atas
penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, pemusnahan, dan
penghapusan barang milik negara, pengelolaan dan penetapan leger jalan
nasional, penyusunan laporan berkala balai besar, pelaksanaan administrasi
perizinan bidang jalan dan jembatan, pelaksanaan urusan tata usaha,
kearsipan, dan rumah tangga, dan penyediaan konsultasi teknis pengelolaan
leger jalan daerah serta koordinasi administrasi penerapan sistem
pengendalian intern balai besar.
Susunan organisasi Bagian Umum dan Tata Usaha terdiri atas Kelompok
Jabatan Fungsional.
33

B. Bidang Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Jalan


Bidang Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Jalan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data dan informasi
jalan dan jembatan, penyusunan rencana, program, dan anggaran
pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan termasuk sistem
manajemen keselamatan konstruksi dan lingkungan, pelaksanaan studi
kelayakan, survei, investigasi dan evaluasi perencanaan teknis
pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan termasuk keselamatan
jalan, daerah rawan bencana dan lingkungan, penyiapan rencana dan
dokumen pengadaan pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan,
pelaksanaan penyusunan analisis harga satuan pekerjaan jalan dan
jembatan, penyiapan program pengadaan lahan jalan nasional,
pengendalian pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kegiatan
perencanaan dan pengawasan jalan dan jembatan sesuai dengan
kewenangannya, pelaksanaan evaluasi kinerja penyedia jasa perencanaan
dan pengawasan jalan dan jembatan, pelaksanaan analisis mengenai
dampak lingkungan dan lalu lintas, evaluasi penerapan standar pelayanan
minimal jalan dan jembatan, penyusunan laporan akuntabilitas kinerja balai
besar, penyediaan konsultasi teknik perencanaan dan pemrograman jalan
daerah termasuk konektivitas jaringan jalan, dukungan verifikasi data
jaringan dan verifikasi usulan pemrograman jalan daerah, penyiapan bahan
dan pendampingan dalam periode audit internal dan eksternal dalam rangka
penuntasan temuan terkait perencanaan dan pemrograman jalan dan
jembatan, evaluasi perencanaan teknis perbaikan kerusakan jalan dan
jembatan akibat bencana alam, penyusunan rencana, program dan anggaran
perbaikan kerusakan jalan dan jembatan akibat bencana alam, dan
penyusunan usulan perubahan program, anggaran dan keluaran, serta
rencana kegiatan pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan.
Susunan organisasi Bidang Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur
Jalan terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional.
34

C. Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan


Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan rencana kerja pengendalian dan pengawasan, serta pemanfaatan
sumber daya konstruksi pelaksanaan pembangunan jalan, pengendalian
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kegiatan pembangunan jalan dan
jembatan sesuai dengan kewenangannya, pengawasan penerapan analisis
harga satuan pekerjaan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan,
pengendalian pelaksanaan perubahan kontrak pekerjaan konstruksi
pembangunan jalan dan jembatan, penerapan hasil pengembangan
teknologi bahan dan peralatan jalan dan jembatan, pelaksanaan program
kelaikan jalan dan jembatan nasional termasuk uji laik fungsi, pengendalian
dan pengawasan pengadaan lahan pembangunan jalan nasional, jalan bebas
hambatan, dan jalan tol, pelaksanaan koordinasi, evaluasi, dan pengawasan
terhadap pembangunan jalan bebas hambatan dan jalan tol, koordinasi
pelaksanaan uji teknis dan operasi jalan tol dalam rangka laik fungsi jalan
tol yang berada di wilayah kerjanya, pengendalian penerapan sistem
manajemen keselamatan konstruksi dan lingkungan di bidang
pembangunan jalan dan jembatan, pelaksanaan pengujian, pemantauan,
dan pengendalian bahan dan hasil pekerjaan konstruksi pembangunan jalan
dan jembatan serta evaluasi terhadap hasil pengujian; penyediaan
konsultasi teknik pembangunan jalan dan jembatan yang berada di jalan
daerah, pengendalian pelaksanaan pekerjaan bidang pembangunan jalan
dan jembatan, penyiapan bahan dan pendampingan dalam periode audit
internal dan eksternal dalam rangka penuntasan temuan terkait
pembangunan jalan dan jembatan, pelaksanaan evaluasi kinerja penyedia
jasa pembangunan jalan dan jembatan, dan penerapan standar pelayanan
minimal bidang pembangunan jalan dan jembatan.
Susunan organisasi Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan terdiri atas
Kelompok Jabatan Fungsional.
35

D. Bidang Preservasi I
Bidang Preservasi I mempunyai tugas melaksanakan penyiapan rencana
kerja pengendalian dan pengawasan, serta pemanfaatan sumber daya
konstruksi pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan, pengendalian
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kegiatan preservasi jalan dan
jembatan sesuai dengan kewenangannya, pengawasan penerapan analisis
harga satuan pekerjaan kegiatan preservasi jalan dan jembatan,
pengendalian pelaksanaan perubahan kontrak pekerjaan konstruksi
preservasi jalan dan jembatan, pengadaan atau penyediaan, penyimpanan,
pemeliharaan, penggunaan, dan pemantauan bahan dan peralatan untuk
jalan dan jembatan termasuk suku cadang sesuai dengan kewenangannya,
pelaksanaan audit keselamatan jalan dan jembatan, koordinasi dan
pemantauan kegiatan operasi dan pemeliharaan jalan bebas hambatan dan
jalan tol, pengendalian penerapan sistem manajemen keselamatan
konstruksi dan lingkungan di bidang preservasi jalan dan jembatan,
pelaksanaan pengujian, pemantauan, dan pengendalian bahan dan hasil
pekerjaan konstruksi preservasi jalan dan jembatan serta evaluasi terhadap
hasil pengujian, penyediaan konsultasi teknik preservasi jalan dan jembatan
yang berada di jalan daerah, pengendalian pelaksanaan pekerjaan bidang
preservasi jalan dan jembatan, penyiapan bahan dan pelaksanaan
pendampingan dalam periode audit internal dan eksternal dalam rangka
penuntasan temuan terkait preservasi jalan dan jembatan, pelaksanaan
evaluasi kinerja penyedia jasa preservasi jalan dan jembatan, penerapan
standar pelayanan minimal bidang preservasi jalan dan jembatan,
pengendalian teknis fungsi dan pemanfaatan bagian - bagian jalan,
pengendalian pelaksanaan penilikan jalan dan jembatan pengendalian
pencegahan /mitigasi dan pengendalian pelaksanaan penanggulangan
bencana yang berdampak pada jalan dan jembatan, dan sertifikasi laik
produksi mesin pencampur aspal (asphalt mixing plant).
Susunan organisasi Bidang Preservasi I terdiri atas Kelompok Jabatan
Fungsional.
36

E. Bidang Preservasi II
Bidang Preservasi II mempunyai tugas melaksanakan penyiapan rencana
kerja pengendalian dan pengawasan, serta pemanfaatan sumber daya
konstruksi pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan, pengendalian
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kegiatan preservasi jalan dan
jembatan sesuai dengan kewenangannya, pengawasan penerapan analisis
harga satuan pekerjaan kegiatan preservasi jalan dan jembatan,
pengendalian pelaksanaan perubahan kontrak pekerjaan konstruksi
preservasi jalan dan jembatan, pengadaan atau penyediaan, penyimpanan,
pemeliharaan, penggunaan, dan pemantauan bahan dan peralatan untuk
jalan dan jembatan termasuk suku cadang sesuai dengan kewenangannya,
pelaksanaan audit keselamatan jalan dan jembatan, koordinasi dan
pemantauan kegiatan operasi dan pemeliharaan jalan bebas hambatan dan
jalan tol, pengendalian penerapan sistem manajemen keselamatan
konstruksi dan lingkungan di bidang preservasi jalan dan jembatan,
pelaksanaan pengujian, pemantauan, dan pengendalian bahan dan hasil
pekerjaan konstruksi preservasi jalan dan jembatan serta evaluasi terhadap
hasil pengujian, penyediaan konsultasi teknik preservasi jalan dan jembatan
yang berada di jalan daerah, pengendalian pelaksanaan pekerjaan bidang
preservasi jalan dan jembatan, penyiapan bahan dan pelaksanaan
pendampingan dalam periode audit internal dan eksternal dalam rangka
penuntasan temuan terkait preservasi jalan dan jembatan, pelaksanaan
evaluasi kinerja penyedia jasa preservasi jalan dan jembatan, penerapan
standar pelayanan minimal bidang preservasi jalan dan jembatan,
pengendalian teknis fungsi dan pemanfaatan bagian - bagian jalan,
pengendalian pelaksanaan penilikan jalan dan jembatan pengendalian
pencegahan atau mitigasi dan pengendalian pelaksanaan penanggulangan
bencana yang berdampak pada jalan dan jembatan, dan sertifikasi laik
produksi mesin pencampur aspal (asphalt mixing plant).
37

II.3 .4 Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
16/PRT/M/2020 tanggal 2 Juni 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Kementerian PUPR, struktur organisasi Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan berdasarkan keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 542/KPTS/M/2020 tanggal 03
Juni 2020 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan
Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Selanjutnya Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 1080/KPTS/M/2020 tanggal 19 Juni 2020 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Administrator di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Revisi Penempatan
Pegawai Negeri Sipil Di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan
Nomor : 775/KPTS/Bb5/2020 tanggal 10 Juli 2020 .

Gambar II.9 Struktur Organisasi Balai Besar BBPJN Sumatera Selatan


38

Pembagian wilayah Preservasi I dan Preservasi II sebagai berikut.


39

Gambar II.10 Pembagian Ruas Preservasi I dan Preservasi II

II.3.5 Isu Strategis

Pada tahun 2020, BBPJN Sumatera Selatan mendapatkan dana penanganan yang
berasal dari sumber dana SBSN MYC yang dialokasikan ke Lintas Timur Sumsel
dan untuk mendukung KEK Tanjung Api-Api.
Paket-paket diskresi yang dikerjakan di luar Ruas Jalan Nasional pada tahun 2020
antara lain:

1. Pembangunan Jalan Akses Bandara Silampari (Lubuk Linggau) dengan


nilai kontrak sebesar Rp 19.976.900.000 yang PHO pada tanggal 31
Desember 2020.
2. Pembangunan Jembatan Paiker (Ponton) dengan nilai kontrak sebesar Rp
27.186.209.000 yang akan PHO pada Tahun Anggaran 2021.
3. Pembangunan Exit Tol Mesuji - Jalan Lintas Timur dengan nilai kontrak
sebesar Rp 64.550.277.000 yang akan PHO pada Tahun Anggaran 2021.
40

Tantangan yang dihadapi dalam proyek strategis salah satunya adalah permasalahan
Over Dimension Over Load (ODOL) yang terjadi di ruas Jalan Lintas Timur.
Permasalahan ODOL ini mengakibatkan infrastruktur jalan cepat rusak dan
meningkatkan tingkat kecelakaan lalu intas sehingga membutuhkan dana lebih
untuk perbaikan jalan dan kerugian bagi pemerintah dan masyarakat.
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Dari uraian di atas penulis bisa merumuskan sebagai berikut :

1. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan sudah melakukan


pengukuran kinerja secara terukur untuk mencapai misi organisasi dengan
sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan.
2. Pengukuran Kinerja diukur dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) yang merupakan perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
program dan kegiatan yang telah diamanatkan dalam rangka mencapai misi
organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah
ditetapkan.
3. Dalam metode dan teknik penyusunan Kinerja berpedoman pada Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah dengan turunannya.
4. Dalam pengukuran kinerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Sumatera Selatan sudah menggunakan Indikator Kinerja seperti pengukuran
terhadap kondisi infrastruktur Program 2 (IKP-2) Rating Kondisi memiliki
4 (empat) kompenen antara lain:
 Kekasaran / Roughness (nilai international roughness index, IRI)
 Kondisi Permukaan Perkerasan / Pavement Surface Condition (PCI)
 Sisa Umur Perkerasan / Remaining Useful Life (Pavement Strength)
 Efektivitas Drainase / Drainage Effectiveness (Surface Drainage and
Subsoil Drainage)
5. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Satuan Kerja Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan mengalami kendala baik yang
berasal dari luar (ekternal) maupun dari dalam (internal).

41
42

Tantangan Eksternal
a. Pada tahun 2020 terdapat Pandemi COVID-19 yang membatasi
pergerakan manusia dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala
besar (PSBB) yang diberlakukan di berbagai kota besar di Indonesia
sehingga membuat koordinasi dan pengawasan sulit untuk
dilakukan serta terjadinya relaksasi dan optimasi paket – paket
kontrak TA. 2020.
b. Proses revisi terlalu lama sehingga beberapa kegiatan tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal.

Tantangan Internal
a. Lamanya terbit DIPA revisi untuk pemanfataan sisa lelang membuat
masa kontrak paket Penyusunan Dokumen Lingkungan menjadi
berkurang, dari semula 4 bulan menjadi 2 bulan.
b. Adanya pengadaan langsung yang dilaksanakan pada akhir tahun
dan tidak terencana dengan baik sehingga proses pembayaran tidak
dapat diproses lebih lanjut.
c. Jumlah Sumber Daya Manusia dengan latar belakang pendidikan
Teknik Sipil dengan status pegawai PNS masih sangat kurang,
sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan banyak memerlukan tenaga
non PNS. Diperlukan segera alokasi tambahan SDM terutama di
bidang Teknik untuk mengisi kekurangan pegawai.

III.2. Saran

Dalam rangka pemantapan pelaksanaan tugas ke depan untuk dapat


mencapai tujuan, program, dan sasaran yang telah ditetapkan, diharapkan semua
pemangku kepentingan baik dari Satuan Kerja maupun Instansi terkait atau
masyarakat, agar dapat memberikan masukan secara aktif dan mendiskusikan isu
aktual yang berkembang serta permasalahan yang masih perlu dicarikan solusinya.
Dalam hal ini khususnya diharapkan dukungan sebagai berikut :
43

a. Dukungan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan agar tujuan dan


sasaran Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan yang
ditetapkan dapat selaras dengan kepentingan Provinsi Sumatera Selatan.
b. Dukungan dan partisipasi masyarakat agar program penanganan jalan dapat
dilaksanakan dengan lancar, khususnya apabila ada pembebasan lahan serta
adanya kesadaran untuk mempunyai rasa memiliki terhadap hasil-hasil
pembangunan jalan.

Langkah-langkah ke depan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Memulai proses pengadaan lebih cepat yaitu, dan memastikan pada bulan
Desember semua paket reguler tahunan sudah dilelangkan.
b. Melakukan monitoring dan evaluasi pekerjaan lebih intensif terutama untuk
paket-paket yang disinyalir akan terhambat baik dikarenakan revisi, kualitas
penyedia jasa maupun kekurangan alat/bahan.
c. Membuat tim percepatan pekerjaan yang akan memonitor paket-paket kritis,
termasuk memberikan laporan secara berkala.

Diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya capaian kinerja instansi


pemerintah khususnya Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatera Selatan
dapat terus meningkat sejalan dengan peningkatan kondisi kemantapan jalan dan
tingkat aksesibilitas jalan nasional dengan harapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan
Nasional Sumatera Selatan pada penanganan jalan dan jembatan 2020-2024 dapat
mendukung program Nawacita yang dicanangkan oleh pemerintah serta
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara umum.
DAFTAR PUSTAKA

Rivai, Veithzal. dan Ahmad Fawzi Mohd. 2005. Performance Appraisal.


Rajagrafindo Persada.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2006:67. di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.kompasiana.com/maruasas/552ff08f6ea83413698b46f0/apa-itu-
kinerja.
Mangkuprawira .dan Hubeis. 2007:153. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.kompasiana.com/maruasas/552ff08f6ea83413698b46f0/apa-itu-
kinerja.
Hersey. dan Blanchard. 1993. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.kompasiana.com/maruasas/552ff08f6ea83413698b46f0/apa-itu-
kinerja.
Hasibuan. 2002:160. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.kompasiana.com/maruasas/552ff08f6ea83413698b46f0/apa-itu-
kinerja
Donelly. Gibson dan Ivancevich. 1994. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.kompasiana.com/maruasas/552ff08f6ea83413698b46f0/apa-itu-
kinerja
Mahmudi. 2010. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.pelajaran.co.id/2020/08/pengertian-pengukuran-kinerja.html
Whittaker. dan Simons. 2000. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.pelajaran.co.id/2020/08/pengertian-pengukuran-kinerja.html
Yuwono. 2002. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.pelajaran.co.id/2020/08/pengertian-pengukuran-kinerja.html
Simamora, Henry. 2004. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.pelajaran.co.id/2020/08/pengertian-pengukuran-kinerja.html
Garpersz.2005. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.pelajaran.co.id/2020/08/pengertian-pengukuran-kinerja.html
Mutia. 2009. Di akses pada 03 Mei 2021 dari
https://www.pelajaran.co.id/2020/08/pengertian-pengukuran-kinerja.html

44
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel II.1 Hasil Survey Kondisi Jalan Semester 2 Tahun 2020
di Lingkungan BBPJN Sumsel ............................................ 15
Tabel II.2 Kondisi Jembatan Wilayah BBPJN Sumatera Selatan Berdasarkan
Jumlah Jembatan.................................................................. 18
Tabel II.3 Paket SBSN Provinsi Sumatera Selatan .............................. 21

45
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar II.1. Sistem Pelaporan Akuntabilitas Kinerja............................ 8
Gambar II.2 Grafik KPI Kondisi Permukaan Perkerasan ...................... 13
Gambar II.3 Perbandingan Kemantapan Jalan Tahun 2016 – 2020 ...... 14
Gambar II.4 Grafik KPI Kekasaran ....................................................... 15
Gambar II.5 Grafik KPI Sisa Umur Perkerasan..................................... 16
Gambar II.6 Nilai KPI Final Provinsi Sumatera Selatan ....................... 17
Gambar II.7 Presentase Kemantapan Jembatan Berdasarkan Jumlah dan
Panjang .............................................................................. 18
Gambar II.8 Wilayah Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Sumatera Selatan ............................................................... 29
Gambar II.9 Struktur Organisasi Balai Besar BBPJN
Sumatera Selatan ............................................................... 37
Gambar II.10 Pembagian Ruas Preservasi I dan Preservasi II................. 39

46

Anda mungkin juga menyukai