DEPARTEMEN AGAMA
DEPARTEMEN AGAMA RI
INSPEKTORAT JENDERAL
2009
KATA PENGANTAR
KERJA .................................................................. 62
A. Gugus Tugas ............................................ 62
B. Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Kerja ........ 66
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
E. Sistematika
A. Pengertian
Gambar 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
(Sumber : Robbins, 1996)
Hal tersebut menunjukkan bagaimana pegawai mempersep-
sikan kerja berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki akan
BEHAVIOR
(Action/Decision)
ATTITUDES
(Inclination to Act)
VALUES
(Basic Belief)
Gambar 2
Hubungan antara nilai, sikap, dan perilaku
(Sumber : Davis dan Frederick, 1984)
D. Persepsi Kerja
Ruang
Indikasi dilakukannya
lingkup Langkah-langkah
sosialisasi
sosialisasi
Institusionali- • “Ikhlas Beramal” ditetapkan • Diterbitkannya Keputusan
sasi sebagai nilai dasar kelem- Menteri Agama (KMA) yang
bagaan Departemen Aga- berisi penetapan “Ikhlas
ma dalam bentuk Keputus- Beramal” sebagai nilai da-
an Menteri Agama (KMA). sar dalam kerangka Budaya
Kerja Departemen Agama.
Ruang
Indikasi dilakukannya
lingkup Langkah-langkah
sosialisasi
sosialisasi
fungsi dakwah bagi apara- fungsi kinerja, dan fungsi
tur Departemen Agama” di- dakwah bagi aparatur De-
sampaikan pada diklat pra- partemen Agama”.
jabatan, struktural, fungsio- • Timbulnya rasa memiliki
nal dan teknis. dan hasrat untuk mengak-
tualisasikan “Ikhlas Ber-
amal” sebagai fungsi jati
diri, fungsi kinerja, dan
fungsi dakwah.
Gambar 3
Hubungan Nilai Dasar dengan Persepsi Kerja
di Lingkungan Departemen Agama
memberdayakan, merumuskan/membuat/menjalankan/me-
negakkan aturan, mengorganisasikan sumber daya, dan
membangun/mengadakan fasilitas/sarana untuk bekerjanya
organisasi dan melayani masyarakat. Pada hakikatnya dari 5
(lima) fungsi dimaksud, yakni melayani (servicing), member-
dayakan (empowering), mengatur (regulating), mengelola
(managing), dan membangun (developing), dapat disarikan
menjadi 2 (dua) esensi yang penting, yakni melayani dan
memberdayakan masyarakat. Hasil identifikasi terhadap
sejumlah fungsi satuan organisasi/kerja di lingkungan Depar-
temen Agama, maka fungsi memberdayakan meliputi aspek
pembinaan dan bimbingan.
Selain itu, berdasarkan sejarah pendirian dan per-
kembangan kelembagaan Departemen Agama, status seba-
gai pejuang penjaga moral bangsa juga diemban oleh ke-
lembagaan Departemen Agama. Untuk mampu berlaku
sebagai pejuang penjaga moral bangsa, maka salah satu
fungsi lainnya perlu dikembangkan, yakni meneladani, dalam
pengertian bahwa setiap aparatur Departemen Agama me-
miliki kesadaran untuk menjadi teladan bagi rekan sejawat,
masyarakat, dan organisasi lain. Meneladani dalam bersila-
turrahim, berkehidupan, dan berorganisasi.
Dengan demikian persepsi kerja dalam kerangka
Budaya Kerja Departemen Agama dapat diformulasikan
menjadi 3 (tiga) elemen, yakni: melayani, memberdayakan,
dan meneladani. Pada hakikatnya persepsi terhadap peker-
jaan (jabatan) adalah amanah dari Allah SWT.
Kualitas pelayanan yang baik sebagaimana yang
diharapkan masyarakat (kepuasan pelanggan) dan yang di-
tetapkan organisasi (standar pelayanan minimum) harus
digali dan dipenuhi, sehingga prinsip pelayanan Departemen
Agama dapat dikenali dan membentuk citra pelayanan
prima. Konsep pelayanan 5 (lima) S perlu ditumbuhkem-
Gambar 4
Hubungan Persepsi Kerja dengan Sikap Kerja
di Lingkungan Departemen Agama
Perilaku Kerja
Sikap Kerja Mencatat dan
Bekerja atas dasar melaporkan hasil Menunaikan amanah
rencana kerja kerja waktu kerja
(plan) (result) (time)
Komitmen
Fastabiqul Khairat
Etika, akhlak mulia,
dan keteladanan
Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Menjalankan
Taat hukum dan Merekam/mencatat/ monitoring dan Melaksanakan
Jujur dan keputusan mentabulasikan evaluasi pembinaan terhadap
integritas data informasi (dafo) (monev) bawahan
(coaching)
Hormat sejawat
Tanggungjawab dan
akuntabel
Memelihara martabat
Bersahaja Menjalankan Melahirkan gagasan
Transparansi dan diri, harmoni kerja,
pelayanan, untuk pengembangan
koordinasi hormat pimpinan, dan
pembinaan, dan sistem dan kinerja
memelihara citra
bimbingan (developing)
Disiplin organisasi
(servicing)
(performing)
Gambar 5
Hubungan Sikap Kerja dengan Perilaku Kerja
di Lingkungan Departemen Agama
Nilai Dasar :
Ikhlas
Beramal
Perilaku Kerja :
Gambar 6
Diagram Hierarki Budaya Kerja
di Lingkungan Departemen Agama
BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA
A. Gugus Tugas
1. Sosialisasi
Dalam perubahan budaya kerja, terdapat tiga tahap, ya-
itu:
a. Invensi atau proses nilai-nilai budaya kerja diciptakan
dan dikembangkan.
b. Difusi atau proses di mana nilai-nilai budaya kerja di-
komunikasikan ke dalam sistem kerja.
c. Konsekuensi, yaitu perubahan-perubahan yang ter-
jadi dalam sistem kerja akibat internalisasi budaya
kerja ataupun sebaliknya (Rogers & Shomaker,
1987).
Dari tahapan di atas dapat dipahami bahwa internalisasi
nilai-nilai budaya kerja sangat tergantung pada kualitas
komunikasi. Komunikasi adalah proses di mana pesan-
pesan ditransfer dari sumber kepada penerima, sebagai-
mana model berikut:
Model : S-M-C-R
Keterangan:
Sumber (source=S), pengirim pesan (massage=M)
melalui saluran (channel=C) tertentu kepada penerima
(receiver=R).
BAB V
AGENDA PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA
DEPARTEMEN AGAMA
A. Penanggung Jawab
Terlaksananya pengembangan budaya kerja di ling-
kungan Departemen Agama sangat tergantung pada kinerja
penanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan fungsi-
nya baik secara teknis maupun administratif. Penanggung
jawab teknis adalah gugus tugas yang dibentuk, ditetapkan,
dan disahkan melalui Keputusan Menteri Agama.
Gugus tugas terdiri dari Tim Kerja dan Tim Teknis
Pengembangan Budaya Kerja yang secara ex officio terdiri
dari pejabat struktural dan fungsional pada masing-masing
satuan organisasi/kerja di lingkungan Departemen Agama.
Tim Kerja adalah Tim yang bertugas mengkoordinasikan
upaya pengembangan budaya kerja di lingkungan Departe
men Agama. Tim Teknis adalah Tim yang bertugas secara
teknis operasional melaksanakan pengembangan budaya
kerja di lingkungan Departemen Agama. Tim Kerja dan Tim
Teknis Pengembangan Budaya Kerja dibentuk, ditetapkan,
dan disahkan melalui pejabat yang berwenang, terdiri dari:
a. Tingkat Pusat
1) Di tingkat Pusat perlu dibentuk Tim Pengembang-
an Budaya Kerja Nasional.
2) Tim Pengembangan Budaya Kerja Nasional di-
bentuk, ditetapkan, dan disahkan oleh Menteri
Agama melalui Keputusan Menteri Agama.
3) Tim bertanggung jawab kepada Menteri Agama,
dengan tugas:
a) mempersiapkan bahan pengembangan buda-
ya kerja;
b) menginternalisasikan pengembangan budaya
kerja;
5. Role Model
Setiap rencana aksi diperlukan role model atau figur
keteladanan yang mampu meprakarsai setiap kegiatan
rencana aksi. Role model adalah aparatur yang dinilai
dapat dijadikan teladan dan figur berdasarkan kriteria
tertentu. Hal ini berarti bahwa 11 rencana aksi yang
diagendakan, diperlukan 11 aparatur di lingkungan De-
partemen Agama yang dapat digunakan pelopor atau
teladan atau figur publik untuk melaksanakan setiap ren-
cana aksi. Pemilihan dan penetapan role model dilaku-
kan oleh Tim Kerja dan Tim teknis yang telah ditunjuk.
1. Monitoring
Untuk mewujudkan tingkat keberhasilan kinerja pengem-
bangan budaya kerja, maka salah satu siklus manaje-
man yaitu monitoring wajib dilakukan. Monitoring adalah
proses memantau terhadap kemajuan dan atau perkem-
bangan yang telah dicapai atas hasil sosialisasi pengem-
bangan budaya kerja yang dilakukan. Kegiatan ini dapat
memantau kemajuan, perubahan, kendala, dan dukung-
an yang diperoleh dari proses pengembangan budaya
kerja. Tujuannya adalah terpantaunya proses yang ter-
jadi selama pengembangan budaya kerja disosialisasi-
Pengembangan Budaya Kerja 115
Pengembangan Budaya Kerja 117
Pengembangan Budaya Kerja 119
BAB VI
PENUTUP
Pengembangan Budaya Kerja 121
Pengembangan Budaya Kerja 123
DAFTAR PUSTAKA
Davis, Keith dan William F, 1984. Business and Society. 5th Ed.
McGraw Hill, Japan.
Qodri A Azizy, 2004. Membangun Integritas Bangsa. Renaisan, Jakarta.
Pengembangan Budaya Kerja 125