Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan semakin pedulinya masyarakat terhadap kesehatannya, semakin tinggi


pula tuntutan masyarakat atas mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak Rumah
Sakit. Tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan menyebabkan banyaknya
pasien mencari rumah sakit yang dianggap lebih memberikan pelayanan yang prima.
Beberapa tahun terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia
yang berobat ke luar negeri terus meningkat. Hal terlihat berdasarkan data Kementerian
Kesehatan tahun 2013, sekitar 600.000 pasien Indonesia berobat ke luar negeri per tahun
(Dhae, 2014).

Dirjen Bina Pelayanan Medis Depkes RI (2012) menyatakan orang Indonesia


menemukan bahwa adanya dua faktor dominan penyebab besarnya minat masyarakat berobat
ke luar negeri yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kepercayaan
pasien akan kemampuan dokter luar negeri untuk mengatasi penyakit atau masalah yang
diderita oleh pasien, pasien lebih percaya akan akurasi diagnosis yang diberikan dokter luar
negeri transparasi diagnosis dan kebutuhan pasien terhadap pelayanan yang prima (Hanafie,
2007). Faktor eksternal meliputi fasilitas dan teknologi rumah sakit luar negeri yang canggih
dan modern, penanganan terhadap pasien lebih cepat, keramah tamahan dan keterampilan
tenaga medis dan tenaga keperawatan serta pelayanan kepada pasien lebih baik khususnya
dari segi asuhan keperawatannya (Hanafie, 2007).

Fenomena masyarakat Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri ini menandakan
ada sesuatu yang kurang dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Indonesia.
Masyarakat tidak puas dengan pelayanan yang mereka terima di Indonesia sehingga berobat
ke luar negeri. Pasien sering terpaksa menunggu lama untuk diperiksa oleh dokter.
Konsultasi juga dilakukan dalam waktu singkat karena waktu dokter yang terbatas. Perawat
tampak sibuk dan tidak dapat membantu banyak (Herkutanto, 2009). Keadaan ini
menunjukkan bahwa pelayanan perawat di rumah sakit – rumah sakit di Indonesia belum
memenuhi keinginan pasien / klien.
Disegi lain pemerintah Indonesia telah memberlakukan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang menanggung semua biaya pelayanan di rumah sakit, sehingga masyarakat
khususnya ekonomi menengah kebawah semakin banyak memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan dengan berobat langsung ke rumah sakit. Dilema tersebut beresiko terhadap stres
kerja bagi perawat karena banyaknya jumlah pasien sementara tenaga perawat kurang
sehingga menyebabkan beban kerja perawat meningkat (Lumintang, 2015).

1.2 Tinjauan Pustaka

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit


menyebabkan pasien mencari rumah sakit yang lebih memberikan pelayanan yang prima,
sehingga meningkatkan kecendrungan pasien untuk berobat keluar negeri.

Dilihat dari faktor penyebab besarnya minat masyarakat berobat keluar negeri menurut
Dirjen Bina Pelayanan Medis Depkes RI (2012) salah satunya dikarenakan mencari kepuasan
dalam pelayanan kesehatan. Keadaan seperti ini menunjukkan pelayanan di rumah sakit - rumah
sakit di Indonesia belum memenuhi keinginan pasien. Disegi lain dengan adanya kebijakan
pemerintah dengan memberlakukan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menanggung biaya
pengobatan di rumah sakit meningkatkan keinginan masyarakat khususnya ekonomi menengah
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dilema seperti ini menyebabkan stres
kerja perawat terutama perawat Instalasi Gawat Darurat. Pengalaman stres kerja yang dialami
oleh perawat Instalasi Gawat Darurat berdampak terhadap kurangnya kepuasan kerja perawat
yang juga memberikan dampak komplek terhadap kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien sehingga menyebabkan kurangnya kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Meskipun permasalahan diprediksi begitu luas dan kompleks,
namun belum ada penelitian spesifik mengarah kepada penggalian Pengalaman Perawat dalam
menggunakan mekanisme koping untuk mengatasi masalah stres kerja di Instalasi Gawat
Darurat. Pengalaman spesifik partisipan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bagaimana
perawat mengatasi stres kerja yang dialami, agar tidak berdampak terhadap kualitas pelayanan
keperawatan pada pasien dan memberikan dampak yang semakin komplek dikemudian hari.
Berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana mekanisme koping
perawat dalam mengatasi stres kerja di Instalasi Gawat Darurat.
1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Apa sajakah alasan masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri?

1.3.2 Apa sajakah dampak berobat ke luar negeri untuk negara?

1.3.3 Apa sajakah faktor faktor yang mempengaruhi berobat ke luar negeri?

1.3.4 Bagaimanakah perbandingan sistem kesehatan di negara maju dan berkembang?

1.3.5 Bagaimana cara menanggulangi tren berobat ke luar negeri?

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Dapat mengetahui alasan masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri

1.4.2 Dapat mengetahui dampak berobat ke luar negeri

1.4.3 Dapat mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi berobat ke luar negeri

1.4.4 Dapat mengetahui perbandingan sistem kesehatan di negara maju dan berkembang

1.4.5 Dapat mengetahui cara penanggulangan tren berobat ke luar negeri


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alasan Berobat ke Luar Negeri

Setiap tahunnya diperkirakan 1 juta orang Indonesia menjalani pengobatan ke luar negeri. Walau
fasilitas kesehatan dalam negeri terbilang baik, ada berbagai alasan berobat ke luar negeri.
Beberapa motivasi pasien maupun keluarga seperti:

1. Efektivitas Biaya

Salah satu alasan berobat ke luar negeri biasanya karena pertimbangan efektivitas biaya.
Prosedur medis tertentu di negara asal mungkin jadi lebih mahal dibandingkan melakukan
perjalanan internasional dan mendapat pengobatan di luar negeri. Alasan ini umumnya jadi
dorongan untuk pasien-pasien di negara maju seperti Amerika Serikat untuk melakukan medical
tourism. Jika dihitung, biaya berobat di luar negeri mungkin bisa lebih hemat 80% untuk
beberapa prosedur medis. Penyebab biaya yang lebih murah contohnya kurs yang lebih kuat serta
ketentuan pelayanan medis yang berbeda. Misalnya di Amerika Serikat, untuk pemeriksaan dan
pembelian obat-obatan biayanya tergolong tinggi. Ditambah di negara tersebut tidak ada sistem
jaminan kesehatan secara nasional.

2. Mencari Second Opinion

Berobat ke luar negeri jadi cara untuk mencari pendapat lain atau second opinion. Bisa jadi,
pengalaman dokter yang berbeda dan teknologi di luar negeri memungkinkan adanya metode
pengobatan lain yang dilakukan, dengan kesempatan sembuh lebih tinggi.

3. Waktu Tunggu Lebih Singkat

Di beberapa negara, untuk mendapatkan penanganan medis tergolong rumit seperti operasi besar
mungkin butuh menunggu cukup lama hingga semua persyaratan terpenuhi. Bisa juga harus
menunggu giliran karena keterbatasan tenaga kesehatan. Pasien yang membutuhkan penanganan
cepat biasanya memilih untuk berobat di luar negeri, dengan pertimbangan tidak perlu menunggu
terlalu lama hingga mendapat penanganan. Contohnya pada pasien masalah jantung, di negara
asal mungkin untuk melakukan operasi tersebut harus menunggu giliran dengan pasien lain
karena terbatasnya dokter spesialis. Namun dengan berobat ke luar negeri, lebih banyak dokter
spesialis untuk kasus serupa sehingga operasi bisa segera dilaksanakan. Inilah alasan berobat ke
luar negeri cukup populer, terutama untuk mereka yang ingin segera mendapat penanganan
medis.
4. Menemui Dokter Spesialis Lebih Cepat

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan perbandingan ideal adalah 23 dokter spesialis
untuk 100 pasien. Namun perbandingan jumlah dokter spesialis dengan pasien di dalam negeri
masih jauh dari angka tersebut, sehingga akses pasien untuk menemui dokter spesialis tidak bisa
selalu cepat. Dengan berobat ke luar negeri, waktu tunggu bertemu dokter spesialis mungkin
relatif lebih sebentar. Bahkan bisa lebih cepat dibanding saat berobat di dalam negeri.

5. Prosedur Medis yang Lebih Beragam

Alasan berobat ke luar negeri tentu didasari niat utama untuk segera sembuh. Mungkin potensi
kesembuhan lebih besar jika melakukan prosedur medis tertentu, tapi tidak tersedia di negara
asal. Demi kesembuhan, pasien dan keluarga bisa jadi tidak ragu-ragu untuk berangkat ke luar
negeri untuk menjalani prosedur medis yang dimaksud. Pertimbangan lainnya seperti lebih
beragam prosedur medis yang ditawarkan. Adanya alternatif dari jenis pembedahan atau terapi
tertentu memperbesar peluang untuk sembuh. Atas dasar inilah pasien dan keluarga lebih
bersemangat mencoba walau harus terbang ke mancanegara dan mengeluarkan uang lebih.

6. Teknologi Lebih Canggih

Rumah sakit dan klinik yang menawarkan prosedur pada pasien-pasien internasional umumnya
memiliki teknologi terbaru, canggih, dan lebih efisien. Tentunya ini salah satu alasan berobat ke
luar negeri yang dicari orang. Misalnya untuk operasi plastik di negara-negara seperti Korea
Selatan dan Thailand, klinik maupun rumah sakit memiliki metode khusus yang belum
diterapkan di negara lain. Bagi pasien yang ingin mendapat hasil terbaik, berobat ke luar negeri
untuk prosedur lebih canggih tentu bukan masalah. Bisa juga di negara asal teknologi untuk
pengobatan tertentu belum sepenuhnya mendukung. Maka pasien dan keluarga memilih berobat
ke luar negeri dengan harapan teknologi yang lebih canggih di negara tujuan memperbesar
peluang sembuh.

7. Berlibur dan Mobilitas

Alasan berobat ke luar negeri salah satunya sekaligus momen untuk berlibur. Suasana baru di
negara tujuan mungkin tidak bisa didapatkan jika berobat di dalam negeri. Sambil berusaha
berobat di fasilitas kesehatan terbaik, keluarga dan pasien juga bisa merasakan berlibur sejenak,
menemukan hal-hal baru, atau menikmati keindahan kota tempat berobat. Mobilitas yang lebih
efisien juga bisa jadi alasan berobat ke luar negeri. Misalnya jika Anda berobat ke Eropa, karena
negara-negara Uni Eropa menerapkan sistem satu visa, Anda dan keluarga lebih bebas berpindah
negara mencari alternatif rumah sakit maupun klinik yang menyediakan prosedur medis sesuai
kebutuhan.
2.2 Dampak Berobat ke Luar Negeri

2.3 Faktor yang mempengaruhi Berobat ke Luar Negeri

Terdapat beberapa faktor utama penyebab orang untuk cenderung berobat ke luar negeri, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor Internal orang berobat ke luar negeri antara lain keyakinan akan kemampuan dokter untuk
mengatasi penyakit/masalah yang diderita oleh pasien, tingkat kepercayaan pasien akan akurasi
diagnosis yang diberikan dokter luar negeri, transparansi hasil diagnosis yang disampaikan oleh
tenaga medis pada pasiennya, adanya kebutuhan atas pelayanan prima, dan yang terakhir adalah
sugesti bila berobat di luar negeri akan lebih cepat sembuh.

2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal orang berobat ke luar negeri antara lain adanya fasilitas dan teknologi
rumahsakit / pelayanan kesehatan lebih canggih dan modern, kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik oleh rumah sakit/pelayanannya kepada pasien-pasiennya, terdapatnya
pelayanan dalam satu paket sehingga lebih praktis, cara dan sistem penanganan terhadap pasien
dinilai lebih cepat, dengan adanya sistem paket maka biaya yang dikeluarkan akan lebih murah,
keramahtamahan / keterampilan tenaga medis lebih baik, dan yang terakhir adalah rekomendasi
atau anjuran dari dokter dalam negeri untuk berobat ke luar negeri (Akhmadi, 2008).

2.4 Perbandingan Sistem Kesehatan di Negara Maju dan Negara Berkembang

Ada perbedaan menonjol antara sistem kesehatan di negara maju dan negara berkembang.
Permasalahan pelayanan kesehatan primer di negara berkembang adalah lambatnya proses
pelayanan kesehatan. Di negara berkembang pemanfaatan akses terhambat dikarenakan jauhnya
jarak tempuh, belum optimalnya pemanfaatan akses, dan penggunaan akses sesuai regulasi yang
masih belum optimal oleh petugas, sementara di negara maju permasalahan yang terjadi adalah
sulitnya mendapat perjanjian dengan dokter terutama setelah jam kerja dikarenakan kesibukan
yang padat. Upaya pencegahan dan promosi kesehatan di negara maju sudah lebih baik
dilakukan dibandingkan negara berkembang yang lebih ke kuratif daripada preventif.
Memang terdapat kesenjangan yang cukup besar tentang sistem kesehatan di negara maju dan
berkembang. Sistem kesehatan yang ada di negara maju memang lebih baik dari negara
berkembang, karena berbagai factor seperti keuangan negara, fasilitas, sumber daya manusia,
dan masih banyak lagi. Untuk mengatasi kesenjangan ini, program kesehatan dunia dalam
development sustainable goals, harus lah mendapatkan dukungan penuh dari seluruh negara,
untuk menciptakan sistem kesehatan yang mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan tanpa
adanya kesenjangan.

2.5 Cara Menanggulangi Tren Berobat ke Luar Negeri

Ada beberapa hal sederhana yang bisa kita tingkatkan, seperti:

1. Pemerataan kualitas tim nonmedis, paramedis, dan medis: misalnya dokter,


perawat, apoteker, laboratorium, fisioterapis, bahkan tenaga kebersihan, keamanan dan
penyedia makanan di rumah sakit.

2. Aksesibilitas: kemudahan mendapatkan layanan kesehatan, sistem rujukan yang


baik, kecepatan mendapatkan layanan sesuai dengan skala prioritas. Kemampuan
berkomunikasi dan waktu yang diberikan oleh tenaga medis kepada pasien atau klien
juga perlu menjadi sorotan.

3. Harga: beberapa obat dan alat kesehatan konon masih diimpor dan mendapatkan
bea masuk yang tinggi, sehingga harga yang perlu dibayarkan oleh pasien lebih tinggi
dari pada bila membayar alat dan obat yang sama di luar negeri.

4. Pelayanan terbaik sesuai kebutuhan: Berbagai pusat layanan kesehatan di luar


negeri berlomba-lomba memberikan layanan yang terbaik.

Ada yang memberikan harga yang murah, ada yang menawarkan teknologi tinggi, ada
yang menawrkan kenyamanan, atau kecepatan layanan atau bahkan kombinasi
semuanya, yang meliputi pelayanan terbaik dan teknologi terkini dengan harga murah.

Mereka juga mempromosikan kualitas dokternya yang sepadan dengan sentra-sentra


terbaik di dunia.

5. Benchmarking dengan pusat terbaik dunia: Bagaimana caranya supaya dokter-


dokter Indonesia semakin banyak terekspos dengan sentra-sentra terbaik dunia?

Bagaimana caranya tenaga medis kita mendapatkan pelatihan di tempat terbaik di


dunia dan menularkannya kepada sejawat di Indonesia?
Bagaimana cara menjadi Center of Excellence dengan kualitas tim medis dan fasilitas
yang mumpuni? Apakah dokter spesialis lulusan dalam negeri masih alergi dengan
dokter lulusan luar negeri?

Pemerintah perlu memfasilitasi dengan segera dan dalam jumlah yang progresif
kesempatan ini.

Sehingga, dokter-dokter kita bisa secara objektif menyandang standar internasional.

Upaya mengundang kerjasama dengan Mayo Clinic di Bali adalah langkah baik, tapi
tentu tidak cukup sampai di situ.

6. Kerja sama dan kesinambungan layanan: Apakah setiap rumah sakit di Indonesia,


walaupun saling berkompetisi untuk tumbuh besar, dapat juga saling bekerja sama
demi efisiensi sumber daya?

Bagaimana membuat sistem rujukan yang baik. Bagaimana sistem layanan primer
dokter puskesmas, RS tipe D, C, B, A dan rujukan nasional.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kesehatan merupakan kebutuhan utama manusia, untuk mendapatkan derajat kesehatan yang
tinggi. Hak atas Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia. Hal tersebut sebagaimana tertuang
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pasal 25 yang menyebutkan bahwa
setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan, kesejahteraan dirinya
sendiri dan keluarganya termasuk dengan memilih pelayanan kesehatan. Setiap orang pasti
menginginkan pelayanan kesehatan terbaik. Bahkan, banyak yang rela berobat ke luar negeri
demi mendapat pelayanan kesehatan yang sesuai harapan.

Keputusan masyarakat berobat ke luar negeri bukan hanya karena faktor medis seperti dokter
spesialis, namun juga kualitas pelayanan kesehatan di luar negeri lebih bagus, alat-alat yang
digunakan lebih bagus dan juga berdasarkan kepercayaan karena fasilitas layanan kesehatan di
rumah sakit luar negeri jauh lebih bagus, karena itulah masyarakat memutuskan memilih berobat
ke luar negeri.

3.2 Saran

1. Bagi Pemerintah harus tahu apa saja penyebab orang berobat ke luar negeri agar dapat
membatu peningkatan kualitas mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Terutama peningkatan
sumber daya dalam bidang kesehatan sehingga dapat mewujudkan pembangunan kesehatan yang
optimal yang pada akhirnya dapat menambah pendapatan daerah.

2. Bagi tenaga medis dan paramedis yang ada di rumah sakit daaah agar memberikan pelayaaan
yang optimal kepada masyarakat

3. Bagi rumah sakit dalam negeri hendaknlah mampu mewujudkan rumah sakit yarg bekualitas
sehingga mampu bersaing dengan rumah sakit luar negeri dan masyarakat tidak lagi mencari
pengobatan ke luar negeri.
Saat ini kesehatan merupakan salah satu peluang bisnis yang cukup baik. Hal ini terbukti dengan
semakin banyaknya rumah sakit atau klinik swasta yang berdiri. Bahkan di Indonesia juga telah berdiri
beberapa rumah sakit bertaraf intenasional. Rumah sakit baik swasta maupun milik pemerintah
berusaha menjaring pasien sebanyakView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to
you by CORE provided by Gunadarma University: Ejournal UG Haryanto, Ollivia,, Pengaruh Faktor… 145
banyaknya dengan meningkatkan pelayanannya. Layanan yang diberikan rumah sakit Indonesia masih
kurang dibanding dengan pelayanan yang diberikan rumah sakit di luar negeri. Sering kali masyarakat
mendengar bahwa rumah sakit menolak pasiennya dikarenakan tidak ada tempat untuk merawat
pasien. Rumah sakit di Indonesia seharusnya dapat meniru rumah sakit di negara tetangga seperti
Singapura atau Malaysia. Rumah sakit di kedua negara itu mampu mengabungkan antara layanan rumah
sakit dengan paket wisata pasiennya (Sitonga, 2005). Masyarakat Indonesia beralasan bahwa
pengobatan di luar negeri lebih baik daripada pengobatan di dalam negeri. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh tim peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera (2005),
mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor utama penyebab orang untuk cenderung
berobat ke luar negeri. Faktor internal orang berobat ke luar negeri antara lain keyakinan akan
kemampuan dokter untuk mengatasi penyakit/masalah yang diderita oleh pasien, tingkat kepercayaan
pasien akan akurasi diagnosis yang diberikan dokter luar negeri, transparansi hasil diagnosis yang
disampaikan oleh tenaga medis pada pasiennya, adanya kebutuhan atas pelayanan prima, dan yang
terakhir adalah sugesti bila berobat di luar negeri akan lebih cepat sembuh. Faktor-faktor eksternal
orang berobat ke luar negeri antara lain adanya fasilitas dan teknologi rumahsakit / pelayanan
kesehatan lebih canggih dan modern, kemampuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik oleh
rumah sakit/pelayanannya kepada pasien-pasiennya, terdapatnya pelayanan dalam satu paket sehingga
lebih praktis, cara dan sistem penanganan terhadap pasien dinilai lebih cepat, dengan adanya sistem
paket maka biaya yang dikeluarkan akan lebih murah, keramahtamahan / keterampilan tenaga medis
lebih baik, dan yang terakhir adalah rekomendasi atau anjuran dari dokter dalam negeri untuk berobat
ke luar negeri (Akhmadi, 2008). Dalam memilih pengobatan di luar negeri, sebagian besar masyarakat
Indonesia memilih negara Singapura. Berdasarkan data tahun 2005, sekitar 40 persen jumlah pasien
internasional atau dari luar Singapura di Tan Tock Seng Hospital (TTSH) dan National University Hospital
(NUH) berasal dari Indonesia. Jumlah itu meningkat delapan persen dibanding tahun 2004. Di NUH,
tahun 2005 tercatat sekitar 49.000 pasien internasional, dan 44% merupakan pasien Indonesia. NUH dan
TTSH merupakan rumah sakit milik pemerintah Singapura. Bulan April 2008 lalu salah satu stasiun TV
swasta menayangkan bahwa tahun 2006 pasien dari Indonesia yang berobat di rumah sakit Singapura
sebanyak 30% dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 50% (http://www.rajawana.com). Dilihat
secara prosentase maka dapat disimpulkan bahwa beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan
jumlah pasien Indonesia yang berobat ke Singapura. Selain rumah sakit yang menjadi pertimbangan
pasien, faktor lain yang menjadi pertimbangan pasien adalah kualitas tenaga medisnya.Aspek kualitas
layanan juga mempengaruhi intensi dari seorang pasien untuk berobat atau memilih rumah sakit. Pasien
akan selalu membandingkan atau meminta rekomendasi orang lain untuk pertunjuk pengobatan. Aspek
yang dilihat pada kualitas layanan antara lain aspek yang berkaitan dengan tampilan fisik rumah sakit
(tangible), aspek keandalan (reability), cepat tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), dan aspek
empati (empathy) (Parasuraman,2006). 146 Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vo. 14, Agustus 2009 Oleh
karena itu penelitian ini membahas pengaruh antara faktor pendorong berobat pasien Indonesia
khususnya warga Semarang yaitu persepsi berkaitan tentang pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit,
kualitas tenaga medis, dan kualitas pelayanan rumah sakit dengan intensi untuk berobat pada Rumah
Sakit di Singapura

Anda mungkin juga menyukai