Anda di halaman 1dari 9

PENATAAN

SISTEM PELAYANAN
KESEHATAN RUJUKAN

MEWUJUDKAN SISTEM PELAYANAN NASIONAL YANG


BERORIENTASI PELAYANAN PRIMER DALAM MENUJU UNIVERSAL
COVERAGE
DAN MEMENANGKAN PERSAINGAN DI ERA GLOBALISASI

IKATAN DOKTER INDONESIA


PENGURUS BESAR 2015-2018
PENATAAN SISTEM PELAYANAN
RUJUKAN KESEHATAN

I. PENDAHULUAN
Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan
biaya cukup besar ketika berobat ke rumah sakit.Apalagi, jika
sakit yang dideritanya merupakan penyakit yang kronis atau
tergolong berat. Untuk memberikan keringanan biaya,
pemerintah mengeluarkan Program JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional). Program pelayanan kesehatan yang merata dan
tidak diskriminatif, diatur dalam Undang-undang Nomor 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
kemudian diimplementasikan ke dalam Undang-Undang (UU)
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Pengelola Jaminan
Sosial (BPJS).
Kedua aturan itu, dimaksudkan untuk menjamin pemerataan
dan keadilan serta kemandirian masyarakat. Pada bidang
kesehatan akan dikelola dan dilaksanakan BPJS Kesehatan.
Dalam dua tahun pelaksanaan JKN yang dilaksanakan
BPJS Kesehatan sebagai operator, memang sudah berjalan relatif
baik. Namun upaya reformasi program jaminan sosial untuk
memberikan perlindungan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, masih dihadapkan dengan berbagai
permasalahan di lapangan.

PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 1


II. PERMASALAHAN

PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 5


II. SISTEM RUJUKAN

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan


kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
yang timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
Sistem rujukan mengatur alur dari mana dan harus ke
mana seseorang yang mempunyai masalah kesehatan
tertentu untuk memeriksakan masalah kesehatannya. Sistem ini
diharapkan semua memperoleh keuntungan. Misalnya:
- Pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy
maker), manfaat yang akan diperoleh di antaranya,
membantu penghematan dana dan memperjelas sistem
pelayanan kesehatan.
- Masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan akan
meringankan biaya pengobatan karena pelayanan yang
diperoleh sangat mudah.
- Pelayanan kesehatan (health provider), mendorong jenjang
karier tenaga kesehatan, selain meningkatkan
pengetahuan maupun keterampilan, serta meringankan
beban tugas.
Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara
berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis.
Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta dapat
berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, klinik,
atau dokter keluarga/praktek mandiri yang tercantum pada kartu
peserta BPJS Kesehatan.
Apabila peserta memerlukan pelayanan lanjutan oleh
dokter spesialis, maka peserta dapat dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat kedua atau fasilitas kesehatan sekunder,
6 PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
dalam hal ini FKTL.
II. PERMASALAHAN

PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 7


III. SISTEM
RUJUKAN

Pelayanan kesehatan di tingkat ini hanya bisa diberikan


jika peserta mendapat rujukan dari fasilitas primer/FKTP.
Rujukan ini hanya diberikan jika pasien membutuhkan
pelayanan kesehatan spesialistik dan fasilitas kesehatan
primer yang ditunjuk untuk melayani peserta, tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
peserta karena keterbatasan fasilitas, pelayanan, dan atau
ketenagaan. Jika penyakit peserta masih belum dapat
tertangani di fasilitas kesehatan sekunder, maka peserta
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier. Di sini, peserta
akan mendapatkan penanganan dari dokter sub-spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub-
spesialiastik.
Peserta BPJS harus mengikuti sistem rujukan yang ada. Sakit
apapun, kecuali dalam keadaan darurat, harus berobat ke
fasilitas kesehatan primer, tidak boleh langsung ke rumah sakit
atau dokter spesialis. Jika ini dilanggar peserta harus membayar
sendiri. Khusus mengenai keadaan gawat darurat ini diperlukan
kesamaan pandang antara BPJS dengan FKTP dan FKTL.
Namun realitas di lapangan tak semudah membalikkan
telapak tangan. Perpindahan jaminan kesehatan ini banyak
mengalami kendala.
Sistem rujukan pasien dirasakan masih tidak efektif dan
efisien, masih banyak masyarakat belum dapat menjangkau
pelayanan kesehatan, akibatnya terjadi penumpukan pasien
yang luar biasa di rumah sakit besar tertentu. Pemahaman
masyarakat tentang alur rujukan sangat rendah sehingga
mereka tidak mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya.
Pasien menganggap sistem rujukan birokrasinya cukup rumit,
sehingga pasien langsung merujuk dirinya sendiri untuk
mendapatkan kesehatan tingkat kedua atau ketiga.

PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN 7


III. SISTEM
RUJUKAN

8 PENATAAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


III. SISTEM
RUJUKAN

Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial,


maka penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan
perujuk.
Dari berbagai survey diketahui sejak berlangsungnya
pemberlakuan pelayanan melalui BPJS didapati adanya kasus-
kasus rujukan yang terlalu besar diperkirakan sekitar 80 %
daripada kasus di rujuk ke Fasilitas Pelayanan Tingkat Lanjut /
FKTL , dan sekitar 20 % daripada kasus dapat diselesaikan di
Fasilitas Pelayanan Tingkat Pertama / FKTP. Harus di
upayakan agar 80 % dari kasus dapat diselesaikan di FKTP,
dan hanya 20 % kasus yang di rujuk ke FKTL. Hal ini bisa
terlaksana dengan baik apabila di FKTP juga di laksanakan
upaya – upaya pola hidup sehat sehingga orang tidak sakit
artinya Upaya Kesehatan Masyarakat berupa upaya promotif dan
preventif harus dilaksanakan, tentunya juga dengan pembiayaan
dari pihak Pemerintah.
Bila di review permasalahan dalam dua tahun
penyelenggaraan JKN ini maka masalah yang dapat dilihat
sebagai berikut:
- sosialisasi yang perlu di tingkatkan lagi
- system BPJS yang belum siap benar
- masih perlu ditingkatkan kualitas pelayanan medik dan
penunjang lainnya
- layanan rujukan yang belum sesuai harapan
- infrastruktur layanan yang belum sesuai harapan
- tarif INA CBG’s yang masih belum sesuai dengan pembiayaan.

Pengurus Besar 2015-2018


Jl. Dr. G.S.S.Y. Ratulangie No. 29 Jakarta 10350
Telp. 021-3150679
PENATAAN - 3900277 KESEHATAN
SISTEM PELAYANAN Fax. 3900473
RUJUKAN 9

Anda mungkin juga menyukai