Anda di halaman 1dari 38

PENGUKURAN DAN

INTERPRETASI
MORBIDITAS
Pembimbing : Prof. Dr. Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA,
Subsp. AIBK(K), M.Psi, FSCDA, FiADH.
Dibuat oleh : dr. Triyanti K. Ananta Putri, Sp.PD
drg. Nur Rosyidah Hani
dr. Nisa Ulina
UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA
SANJAYA
OKTOBER 2023
PENGERTIAN MORBIDITAS

Leon Gordis dalam bukunya


Yaitu tingkat atau frekuensi yang terkenal, "Epidemiology"
penyakit atau gangguan mendefinisikan morbiditas
kesehatan di dalam suatu sebagai "keadaan penyakit
populasi pada suatu waktu atau keberadaan
tertentu. abnormalitas fisiologis atau
psikologis."
Penguraian Definisi Morbiditas oleh Leon
Gordis:

PENGERTI Keadaan Penyakit:

AN
• Morbiditas mencakup berbagai kondisi penyakit. Ini
bisa melibatkan penyakit menular, penyakit kronis, atau
gangguan kesehatan lainnya yang mempengaruhi
MORBIDIT kesehatan fisik atau mental seseorang.
Keberadaan Abnormalitas Fisiologis atau
AS Psikologis:
• Morbiditas tidak hanya terbatas pada penyakit secara
fisik, tetapi juga mencakup abnormalitas fisiologis atau
psikologis. Ini mencakup kondisi seperti gangguan
mental, kelainan perilaku, atau kondisi fisiologis yang
tidak sesuai dengan keadaan kesehatan normal.
PENGERTIAN MORBIDITAS
Morbiditas mengukur sejauh mana suatu penyakit atau gangguan
kesehatan mempengaruhi kesehatan populasi  dinyatakan dalam
berbagai bentuk, seperti insidensi, prevalensi dan tingkat keparahan.

Penting untuk memahami morbiditas sebagai indikator


kesehatan populasi memberikan wawasan tentang beban
penyakit, membantu perencanaan layanan kesehatan, dan
mendukung pengembangan intervensi kesehatan masyarakat.

Epidemiologi menggunakan konsep morbiditas bersama dengan


konsep mortalitas untuk memberikan gambaran lengkap tentang
status kesehatan suatu populasi.
KESEHATAN POPULASI
Kesehatan penduduk mengacu pada pengukuran status
kesehatan yg dipengaruhi oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan
fisik, praktik kesehatan pribadi, kapasitas individu dan
keterampilan mengatasi masalah, biologi manusia,
perkembangan anak usia dini, dan layanan kesehatan.

Kesehatan masyarakat berfokus pada kondisi2 dan faktor2 yang


saling terkait, mengidentifikasi variasi sistematis dalam pola
kejadiannya, dan menerapkan pengetahuan yang dihasilkan
untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan tindakan
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan menjadi
populasi tersebut.
KESEHATAN POPULASI
Kesehatan penduduk mengacu pada pengukuran status kesehatan yg
dipengaruhi oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan fisik, praktik
kesehatan pribadi, kapasitas individu dan keterampilan mengatasi
masalah, biologi manusia, perkembangan anak usia dini, dan layanan
kesehatan.

Kesehatan masyarakat berfokus pada kondisi2 dan faktor2 yang saling


terkait, mengidentifikasi variasi sistematis dalam pola kejadiannya, dan
menerapkan pengetahuan yang dihasilkan untuk mengembangkan dan
menerapkan kebijakan dan tindakan untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan menjadi populasi tersebut.
KESEHATAN POPULASI
Pengukuran morbiditas atau penyakit merupakan metrik penting bagi kesehatan
masyarakat, namun ini bukan satu-satunya. McDowell, Spasoff, dan Kristjansson (2004)
membedakan empat jenis tindakan kesehatan masyarakat dan penerapannya.
1. Deskriptif. Pengukuran status kesehatan, skala disabilitas, dan pengukuran lainnya
menggambarkan beban penyakit atau disabilitas.
2. Prediktif. Penerapan prediktif atau prognostik memerlukan tindakan yang mengantisipasi beban
morbiditas di masa depan, seperti yang diperoleh dari tes skrining atau indikator risiko lainnya.
3. Analitis. Epidemiologi analitik mengacu pada sejauh mana faktor-faktor penentu perilaku,
sosial, ekonomi, lingkungan, dan lainnya meningkatkan risiko penyakit.
4. Evaluasi. Langkah-langkah evaluasi mencakup indikator kesehatan, penyakit, atau status
fungsional yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan program atau kebijakan dengan
mengukur perubahan yang relatif kecil pada kesehatan di tingkat individu.
Penyakit dapat didefinisikan dalam
beberapa cara:
Merrill (2016, 50) mendefinisikan
penyakit sebagai “gangguan,
penghentian, atau gangguan fungsi,
sistem, atau organ tubuh.”
Weiss dan Koepsell (2014, 10)
mendefinisikannya sebagai “hampir
semua penyimpangan dari kesehatan
yang sempurna.”
Porta (2014, 189) sebagai “setiap
penyimpangan, subjektif atau

SIFAT DAN objektif, dari keadaan kesejahteraan


fisiologis atau psikologis,” sebuah
PENGERTIAN PENYAKIT definisi yang mencakup penyakit dan
penyakit.
Penyakit dapat diklasifikasikan berdasarkan cara
penularannya—misalnya penyakit yang ditularkan
SIFAT melalui udara, makanan, vektor

DAN Kita juga dapat mengklasifikasikan penyakit

PENGERTI berdasarkan sumbernya, misalnya penyakit yang


disebabkan oleh mikroorganisme atau sumber benda

AN
mati

Metode klasifikasi penyakit yang paling komprehensif


PENYAKIT dan banyak digunakan adalah International
Classification of Diseases (ICD), yang kini memasuki
edisi kesepuluh (ICD-10-CM), yang
mengklasifikasikan penyakit ke dalam lebih dari
65.000 kategori.
RIWAYAT/
SEJARAH ALAMI
PENYAKIT
Mengacu pada perjalanan
penyakit dari waktu ke waktu,
mulai dari timbulnya hingga
sembuh bagaimana penyakit
berkembang seiring berjalannya
waktu.
Riwayat alami penyakit terdiri
dari sejumlah fase yang berbeda
SUMBER DATA MORBIDITAS
1. Data morbiditas dapat diperoleh dari sejumlah sumber dokter dan laboratorium yang
menyerahkan datanya ke departemen kesehatan masyarakat, misalnya CDC di AS. Penyakit
tertentu dapat dilaporkan harus dilaporkan dalam jangka waktu tertentu, tergantung pada tingkat
ancaman terhadap kesehatan masyarakat.
2. Catatan klinis dari dokter dan rumah sakit. Rekam medis merupakan sumber statistik morbiditas
yang bias karena orang yang dirawat di fasilitas kesehatan mungkin tidak mewakili masyarakat luas.
Beberapa orang sakit tetapi tidak mencari pertolongan medis karena berbagai alasan, seperti
kesulitan dalam mengakses layanan atau kurangnya asuransi.
3. Pencatatan morbiditas
4. Survei berkala yang dilakukan oleh berbagai lembaga federal, negara bagian, dan lokal.
PENGUKURAN
MORBIDITAS
Tiga parameter pada epidemiologi: rasio, proporsi, dan angka tingkat.
Rasio diperoleh dengan membagi satu bilangan independen dengan
bilangan independen lainnya; dengan kata lain, pembilangnya bukan
merupakan bagian dari penyebutnya. Contoh : korban jiwa pada peristiwa
gempa bumi adalah 1.000 orang, terdiri dari 600 pria dan 400 wanita.
Maka rasio korban jiwa berdasarkan jenis kelamin adalah 600/400 = 6/4.
Proporsi adalah suatu ukuran yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebutnya. Menggunakan contoh yang sama, maka proporsi korban
jiwa pria adalah 600/1.000 = 0,6.
PENGUKURAN MORBIDITAS

Tingkat (rate) mencakup:


1. Frekuensi kejadian (misalnya penyakit, kematian, kecelakaan) pada pembilang (X).
2. Populasi berisiko pada penyebut (Y), dan
3. Waktu terjadinya kejadian tersebut. muncul.
Tingkat (rate) biasanya dinyatakan sebagai faktor per kelipatan 10 (k)

Contoh: Pada tahun 2021 terjadi 1.000 kematian akibat penyakit TBC di
Kecamatan Sindang Rejo (X), dengan populasi yang terkena risiko sebanyak
900.000 (Y), maka, apabila dinyatakan dalam tingkat kejadian per 10.000 (k),
sebagai berikut:
1.000/900.000 x 10.000 = 11,1 per 10.000
PENGUKURAN MORBIDITAS
Beban penyakit dapat dinyatakan dalam dua jenis tingkatan (rate): insidensi dan
prevalensi.
• Insiden terdiri dari insidensi kumulatif, yang memeriksa jumlah anggota suatu
kelompok yang menderita penyakit selama periode tertentu; dan insidensi
kepadatan (incidence density), yang juga dikenal sebagai tingkat insidensi
(incidence rate), yaitu mengukur berapa banyak kasus baru suatu penyakit yang
terjadi pada populasi tertentu yang berisiko selama periode tertentu dan dihitung
dengan membagi kejadian kumulatif dengan ukuran waktu-orang.
• Penting diperhatikan bahwa pembaginya benar-benar mengukur populasi
sebenarnya yang “berisiko”.
PENGUKURAN MORBIDITAS
Prevalensi mengukur kasus penyakit lama dan baru pada suatu populasi
dalam periode tertentu. Terdiri dari:
• Prevalensi titik, adalah proporsi orang dalam suatu populasi yang mengidap
penyakit atau kondisi tertentu pada suatu waktu tertentu. Contohnya: 200
kematian akibat penyakit jantung per 100.000 jiwa di Sulawesi Selatan pada
tahun 2015.
• Prevalensi periode, mengukur jumlah penderita penyakit tertentu selama
periode tertentu (misalnya satu tahun) dan menyatakan angka ini sebagai
proporsi atau angka kejadian.
INSIDENSI
Insidensi mengukur jumlah kasus baru dalam suatu populasi dalam jangka waktu tertentu.
Insidensi merefleksikan jumlah kasus baru (insiden) yang berkembang dalam suatu
periode waktu di antara populasi yang berisiko.
Kasus baru adalah perubahan status seseorang dari sehat menjadi sakit (mengalami suatu
kondisi). Periode waktu yang digunakan merupakan jumlah waktu yang diamati selama
sehat menjadi sakit. Pengukuran insiden terbagi menjadi 2, yaitu : insidensi kumulatif dan
tingkat insidensi.
Insiden kumulatif adalah rata-rata risiko seorang individu
terkena penyakit. Insiden kumulatif merupakan proporsi
populasi yang pada awalnya bebas dari penyakit hingga
berkembang menjadi penyakit, terluka/cedera atau
meninggal selama periode waktu tertentu
Insiden kumulatif juga bisa diartikan sebagai probabilitas
INSIDENSI individu berisiko berkembang menjadi penyakit dalam
periode waktu tertentu
KUMULAT Metode pengukuran untuk menghitung insiden kumulatif
IF (IK/risiko) yakni :
CONTOH KASUS
Sebuah penelitian dilakukan di ketahui dari 597 pasien DM dengan usia rata-rata 51,28 tahun.
Penelitian dilakukan selama 9 tahun dan didapatkan teridentifikasi sebanyak 65 kasus stroke baru
(Lai, et al., 2017). Hitung nilai Insiden Kumulatif kasus stroke dari penelitian tersebut.

Berdasarkan hasil tersebut didapatkan nilai insiden kumulatif sebesar 10,88%.


Angka serangan (attack rate) digunakan untuk
mengamati kejadian penyakit di populasi pada waktu
yang terbatas/spesifik, contohnya selama terjadinya
wabah atau KLB.
Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu
ANGKA penyakit yang ditemukan pada saat tertentu
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
SERANGA terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam
persen. Rumus angka serangan :
N Angka serangan = jumlah penderita baru pada satu
saat /
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut pada saat itu X 100%
CONTOH KASUS
Pada tanggal 11 November 2020 telah terjadi KLB penyakit`diare sebanyak 10 kasus di
Desa A dan Desa B yang merupakan wilayah kerja Puskesmas C kabupaten D, kemudian
ditemukan 1 orang meninggal dunia. Jumlah penduduk Desa A sebanyak 1.000 jiwa dan
Desa B sebanyak 1.200 jiwa. Berapa angka serangan (attact rate) pada KLB diare?
Jawab :
Angka serangan = 10 / 1000 + 1.200 X 100%
= 10 / 2.200 X 100%
= 0,45%
ANGKA SERANGAN
KEDUA
Angka serangan kedua (secondary attack rate) adalah jumlah
penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua
dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi jumlah penduduk
yang telah pernah terkena serangan pertama dalam persen.

Rumus untuk menghitung angka serangan kedua:


Angka serangan kedua = jumlah penderita baru pada serangan kedua /
Jumlah total penduduk – jumlah penduduk yang terkena serangan
pertama X 100%
CONTOH KASUS
Pada tanggal 10 September 2023 telah terjadi KLB penyakit`diare sebanyak 10 kasus di Desa A
dan Desa B yang merupakan wilayah kerja Puskesmas C kabupaten D, kemudian ditemukan 1
orang meninggal dunia. Jumlah penduduk Desa A sebanyak 1.000 jiwa dan Desa B sebanyak
1.200 jiwa. Satu minggu kemudian, terdapat 4 orang lainnya yang terkena diare maka angka
serangan kedua adalah sebagai berikut:
Diketahui jumlah penderita baru serangan kedua sebanyak 4 orang, jumlah total penduduk
sebanyak 2.200 orang, dan jumlah penduduk yang terkena serangan pertama sebanyak 10 orang.

Angka serangan kedua = 4 / 2.200 -10 X 100% = 0,18%


TINGKAT INSIDENSI
(INCIDENCE RATE / INCIDENCE
DENSITY)
Tingkat insidensi orang-waktu (person-time) merupakan pengukuran insidensi
yang menggunakan waktu secara langsung sebagai penyebut/denominator 
dihitung berdasarkan waktu pengamatan (follow-up) pada penelitian kohort 
dilakukan pencatatan dimana seluruh responden dalam penelitian diikuti hingga
munculnya responden menjadi sakit.
Setiap orang yang diobservasi akan dihentikan dari pengamatan ketika timbul
penyakit, mengalami kematian, pindah atau hilang dari pengamatan (”loss to
follow-up/LFU”) atau karena waktu pengamatan penelitian telah berakhir.
Pada tingkat insidensi, denominator dihitung berdasarkan jumlah waktu
kontribusi setiap orang selama masa pengamatan penelitian  waktu kontribusi
ini merupakan kontribusi peserta selama waktu sehat.
Perhitungan untuk tingkat insidensi (ID) yakni :

Catatan : ketika ada responden yang dilakukan observasi dan ditemukan ada satu orang yang
hilang dari pengamatan pada tahun bagi orang yang telah di lakukan pengamatan selama 1 tahun
dan hilang dari pengamatan pada tahun kedua, maka dapat dia asumsikan bahwa orang yang
hilang dari pengamatan rata-rata dalam bebas dari penyakit selama setengah tahun, jadi mereka
yang hilang dari pengamatan memiliki kontribusi sebesar 1⁄2 tahun pada denominator
CONTOH KASUS
Suatu penelitian dilakukan dengan mengumpulan sebanyak 2.100 wanita dan dilakukan
observasi yang dilakukan setiap tahunnya selama empat tahun untuk menganalisis faktor
determinan insiden density penyakit jantung.
Tahun pertama, tidak ada yang terdiagnosis penyakit jantung, tetapi sebanyak 100 peserta
hilang dari pengamatan.
Tahun kedua, terdapat satu peserta yang terdiagnosis terkena penyakit jantung, dan diketahui
sebanyak 99 peserta lainnya juga mengalami hilang dari pengamatan.
Tahun ketiga didapatkan sebanyak tujuh orang terdiagnosis penyakit jantung dan diketahui 793
orang telah hilang dari pengamatan.
Tahun keempat melakukan pengamatan, ditemukan sebanyak delapan peserta terdiagnosis
penyakit jantung dengan 392 peserta lainnya telah hilang dari pengamatan juga.
Hitunglah nilai tingkat insidensi penyakit jantung pada penelitian kohort tersebut!
JAWAB
PENGUKURAN MORBIDITAS
Contoh pada kejadian penyakit diabetes melitus (DM). Pada tahun 2015, kasus baru yang
terdiagnosis berjumlah 1,53 juta (M), namun diperkirakan 23,6 juta orang hidup dengan
DM. Angka pertama digunakan untuk menghitung angka insiden dan angka kedua untuk
menghitung angka prevalensi. Jadi dengan angka-angka tersebut, maka angka insiden
pada tahun 2015 adalah 6,19 per 1.000 orang dewasa berusia 20 tahun ke atas, dan angka
prevalensi adalah 95,5 per 1.000 orang dewasa berusia 20 tahun ke atas:
1,53M/247M (data est. populasi usia 18 th keatas) x 1.000 = 6,19/1.000
23,6M/247M (data est. populasi usia 18 th keatas) x 1.000 = 95,5/1.000
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama
dan baru yang ditemukan pada jangka waktu tertentu di
sekelompok masyarakat tertentu. Ukuran prevalensi penyakit
terdiri dari angka prevalensi periode (period prevalence rate)
dan angka prevalensi poin (point prevalence rate).

Angka periode prevalensi.

PREVALE Merupakan jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit


yang ditemukan pada suatu jangka waktu (interval waktu)

NSI tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada jangka waktu


yang bersangkutan dalam persen. Rumusnya sebagai berikut :
CONTOH KASUS
Suatu survei yang dilakukan pada 1.150 wanita yang melahirkan di suatu wilayah pada tahun
2000. Sebanyak 468 dilaporkan mengkonsumsi multivitamin paling sedikit sebanyak 4 kali setiap
minggu selama 1 bulan sebelum hamil. Hitunglah prevalen konsumsi multivitamin yang sering
pada kelompok tersebut.
Jawab
Angka prevalensi poin adalah jumlah penderita lama dan baru pada suatu saat, dibagi dengan
jumlah penduduk pada saat itu dalam persen. Angka prevalensi poin berguna untuk mengetahui
mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan menggambarkan keadaan suatu masalah
kesehatan pada satu saat. Rumus angka prevalensi poin:
CONTOH KASUS
Dari data dari Dinas Kesehatan A, ditemukan bahwa penderita HIV/AIDS pada tahun 2019
sebanyak 50 orang. Jumlah populasi yang berisiko terkena HIV/AIDS yang terdeteksi sebanyak
1000 orang. Pada tanggal 1 Desember 2019 dilakukan pemeriksaan sero survei pada wanita
penjaja seks (WPS) dan pelanggannya. Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa yang positif
dinyatakan menderita HIV/AIDS sebanyak 10 orang.
Jawab :
Angka prevalensi poin= 50+10 / 1000 X 100% = 6%. Artinya angka prevalensi poin kejadian
HIV/AIDS sebesar 6%.
SKRINING

Skrining adalah “identifikasi


Tes skrining biasanya dilakukan Tes skrining diterapkan pada
penyakit atau cacat yang tidak
sebelum, bukan setelah gejala populasi sehat untuk
diketahui melalui penerapan tes,
muncul. Tes skrining tidak perlu mengidentifikasi penyakit
pemeriksaan, atau prosedur lain
dipesan oleh dokter dan dapat sebelum gejala muncul
yang dapat diterapkan dengan
diperoleh di tempat nonmedis, sehingga dapat diobati sejak
cepat dan murah pada populasi”
seperti pameran kesehatan. dini.
(Valanis 1999).
SKRINING
Dua pengukuran tes kualitas adalah validitas dan reliabilitas.
Validitas mengacu pada keakuratan suatu ukuran, seperti tes
penyaringan, yang mewakili fenomena tertentu.
Reliabilitas adalah pengukuran konsistensi. Tes skrining yang andal,
akan memberikan hasil yang sama terlepas dari berapa kali tes
tersebut diulang. Reliabilitas Interrater mengukur sejauh mana
reviewer yang berbeda mendapatkan hasil yang sama dengan
penerapan pengujian tunggal atau ganda. Sedangkan Reliabilitas
intrarater mengacu pada konsistensi hasil tes yang ditemukan oleh
reviewer yang sama.
SKRINING
Tes skrining harus membedakan individu yang memiliki penyakit (the true
positives) dari mereka yang tidak (the true negatives)  Harus
meminimalkan jumlah individu yang tidak memiliki penyakit tersebut tapi
hasil tesnya positif (the false positives) dan mereka yang memiliki penyakit
tapi tesnya negatif (the false negatives). Untuk memastikan bahwa mereka
yang dites positif memang benar-benar mengidap penyakit tersebut, kita
harus menerima lebih banyak hasil negatif palsu (false negatives).
Sensitivitas mengukur proporsi mereka yang mengidap penyakit tersebut
dan hasil tesnya positif, sedangkan Spesifisitas mengukur proporsi mereka
yang tidak mengidap penyakit tersebut dan hasil tesnya negatif. Jadi,
sensitivitas adalah kemampuan tes untuk mengidentifikasi siapa yang benar-
benar sakit, sedangkan spesifisitas adalah kemampuan tes untuk
mengidentifikasi dengan benar siapa yang sehat.
SKRINING
Tabel A: Skrining Penyakit
SKRINING
Digunakan juga untuk memprediksi penyakit  nilai prediktif (predictive value).
Seseorang dapat mengukur nilai prediksi positif dan negatif dari suatu tes. Nilai
prediksi positif (predictive positive value, PPV) adalah proporsi orang yang dites
positif dan yang benar-benar mengidap penyakit tersebut. Nilai prediksi negatif
(negative predictive value, NPV) adalah proporsi mereka yang hasil tesnya negatif
dan sebenarnya tidak mengidap penyakit tersebut.
Kembali ke tabel A, nilai prediksi positif dibagi a + b dan nilai prediksi negatif
adalah d dibagi c + d. Perhatikan PPV dan NPV pada table B dalam keadaan
dimana prevalensi penyakit adalah 50 persen, 10 persen, dan 1 persen. PPV turun
menjadi kurang dari 10 persen pada situasi dimana prevalensinya 1 persen.
SKRINING
Tabel B : Sensitifitas, Spesifisitas, PPV, NPV berdasarkan prevalensi penyakit
Sekian presentasi
dari kami,

Anda mungkin juga menyukai