KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG
NOMOR : 109/RSIK/SK.DIR/VIII/2022
TENTANG
PANDUAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan dengan berpedoman pada
keselamatan pasien;
b. bahwa agar mutu pelayanan dapat dilaksanakan secara optimal maka
perlu dibuat panduan peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
b. bahwa dimaksud dalam poin a dan b diatas, maka perlu ditetapkan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Karawang tentang Panduan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien;
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG TENTANG
PANDUAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG
KEDUA : Memberlakukan Panduan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit Islam Karawang sebagaimana dimaksud Diktum PERTAMA
dalam Keputusan ini untuk dijadikan acuan dalam menyelenggarakan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Islam
Karawang.
KETIGA : Panduan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Islam Karawang sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila dalam
keputusan ini terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di :Karawang
Pada tanggal : 01 Agustus 2022
BAB I
DEFINISI
Pelayanan yang baik dan bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
diperlukan setiap orang. Pendekatan mutu yang ada saat ini berorientasi pada kepuasan
pelanggan atau pasien. Salah satu factor kunci sukses pelayanan kesehatan di rumah sakit
adalah dengan mengembangkan mutu pelayanan klinis sebagai inti pelayanan. Selain itu
dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan social ekonimi masyarakat, maka
sistem nilai dan orientasi dalam masyarakat pun mulai berubah. Masyarakat mulai
cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu
termasuk pelayanan kesehatan.
Rumah sakit harus memiliki program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
(PMKP) yang menjangkau seluruh unit kerja dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
dan menjamin keselamatan pasien. Direktur menetapkan Komite/Tim Penyelenggara Mutu
untuk mengelola program peningkatan mutu dan keselamatan pasien, agar mekanisme
koordinasi pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit
dapat berjalan lebih baik.
Standar ini menjelaskan pendekatan yang komprehensif untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien yang berdampak pada semua aspek pelayanan, mencakup:
a. Peran serta dan keterlibatan setiap unit dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
b. Pengukuran data objektif yang tervalidasi.
c. Penggunaan data yang objektif dan kaji banding untuk membuat program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien.
Standar PMKP membantu profesional pemberi asuhan (PPA) untuk memahami
bagaimana melakukan perbaikan dalam memberikan asuhan pasien yang aman dan
menurunkan risiko. Staf non klinis juga dapat melakukan perbaikan agar proses menjadi
lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya dan risiko dapat dikurangi. Standar
PMKP ditujukan pada semua kegiatan di rumah sakit secara menyeluruh dalam spektrum
yang luas berupa kerangka kerja untuk perbaikan kinerja dan menurunkan risiko akibat
variasi dalam proses pelayanan. Kerangka kerja dalam standar PMKP ini juga dapat
terintegrasi dengan kejadian yang tidak dapat dicegah (program manajemen risiko) dan
pemanfaatan sumber daya (pengelolaan utilisasi).
Rumah sakit yang menerapkan kerangka kerja ini diharapkan akan:
a. Mengembangkan dukungan pimpinan yang lebih besar untuk program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien secara menyeluruh di rumah sakit;
b. Melatih semua staf tentang peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit;
c. Menetapkan prioritas pengukuran data dan prioritas perbaikan;
d. Membuat keputusan berdasarkan pengukuran data; dan
e. Melakukan perbaikan berdasarkan perbandingan dengan rumah sakit setara atau data
berbasis bukti lainnya, baik nasional dan internasional.
Fokus standar peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah:
a. Pengelolaan kegiatan peningkatan mutu, keselamatan pasien dan manajemen risiko.
b. Pemilihan dan pengumpulan data indikator mutu.
c. Analisis dan validasi data indikator mutu.
d. Pencapaian dan upaya mempertahankan perbaikan mutu.
e. Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien rumah sakit (SP2KP-RS)
f. Penerapan manajemen risiko.
Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit meliputi tapi tidak
terbatas pada:
a) Pengukuran mutu indikator termasuk indikator nasional mutu (INM), indikator mutu
prioritas rumah sakit (IMP RS) dan indikator mutu prioritas unit (IMP Unit).
b) Meningkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan berkelanjutan.
c) Mengurangi varian dalam praktek klinis dengan menerapkan PPK/Algoritme/Protokol
dan melakukan pengukuran dengan clinical pathway.
d) Mengukur dampak efisiensi dan efektivitas prioritas perbaikan terhadap keuangan dan
sumber daya misalnya SDM.
e) Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien.
f) Penerapan sasaran keselamatan pasien.
g) Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen.
h) Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
i) Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu dan capaian data
kepada staf.
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan peningkatan mutu dan keselamatan pasien ini digunaka sebagai acuan
dalam meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di pelayanan rumah sakit, sehingga
perlu dipahami oleh selurug unite kerja, yaitu:
1. Bagian Tata Usaha 15. Instalasi Rawat Inap Pediatri
2. Bidang Pelayanan Medis 16. Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan
3. Bidang Penunjang Medis Penyakit kandungan
4. Bidang Keuangan 17. Unit Perinatologi
5. Instalasi Gawat Darurat 18. Instalasi Care Unit
6. Instalasi Rawat Jalan 19. Instalasi Rekam Medik
7. Instalasi Farmasi 20. Unit Verifikasi dan Casemix
8. Instalasi Radiologi 21. Unit Pendaftaran
9. Instalasi Gizi 22. Instalasi PKRS
10. Instalasi Rehabilitasi 23. Unit Laundry
11. Instalasi Laboratorium 24. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan
12. Instalasi Kamar Operasi Prasarana
13. Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam
14. Instalasi Rawat Inap Bedah
KOMITE MEDIK
TIM KPRS
Keterangan :
1. KOMITE MEDIK
a) Bidang Mutu dan Risiko bekerjasama dengan Komite Medik menyusun mutu
clinical pathway agar dapat dievaluasi dan mutu yang dicapai dapat baik.
b) Koordinasi dilakukan dengan cara pertemuan langsung, atau dalam Rapat Triwulan
Koordinasi Mutu.
2. KOMITE KEPERAWATAN
a) Bidang Mutu dan Risiko bekerjasama dengan Komite Keperawatan melakukan
evaluasi etika tenaga keperawatan.
b) Koordinasi dilakukan dengan cara pertemuan langsung, atau dalam Rapat Triwulan
Koordinasi Mutu
3. TIM KPRS
a) Bidang Mutu dan Ketua Tim KPRS adalah orang yang berbeda.
b) Laporan Keselamatan Pasien dibahas bersama – sama Bidang Mutu RS, dalam
suatu rapat integrasi dibahas bersama – sama dalam suatu rapat integrasi
pertriwulan antara Bidang Mutu dan Risiko dengan Tim KPRS.
c) Bidang Mutu dan Risiko bekerjasama dengan tim KPRS untuk menyusun mutu
tentang insiden - insiden keselamatan pasien yang terjadi.
4. TIM PPI
a) Bidang Mutu dan Ketua Tim PPI adalah orang yang berbeda.
b) Laporan bulanan hasil surveilans dari PPI ditembuskan ke Bidang Mutu.
c) Hasil surveilans dibahas bersama – sama dalam suatu rapat integrasi pertriwulan
antara Bidang Mutu dan Risiko dengan Tim PPI.
d) Bidang Mutu bekerja sama dengan Tim PPI menyusun mutu yang berhubungan
dengan infeksi diantaranya persentase infeksi jarum infus, dower kateter,
kepatuhan cuci tangan dan evaluasi cuci tangan.
5. TIM K3RS
a) Bidang Mutu dan Ketua Tim K3RS adalah orang yang berbeda.
b) Laporan Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS, dibahas bersama –
sama Bidang Mutu RS dalam suatu rapat integrasi pertriwulan antara Bidang Mutu
dan Risiko dan Tim K3RS.
c) Bidang Mutu dan Risiko bekerjasama dengan Tim K3RS untuk menyusun mutu
tentang program manajemen risiko dan evaluasi program secara
berkesinambungan.
6. BIDANG LAINNYA
a) Bidang Mutu dan Risiko bekerjasama dengan Bidang Pelayanan Medis, Bidang
Penunjang Medis, Bidang Keperawatan, Bagian Personalia, Bagian Marketing,
Bagian Keuangan, serta Bagian Rumah Tangga, untuk menyusun indikator mutu
pada bagian atau bidang tersebut.
b) Laporan Mutu dan Risiko dibahas bersama – sama dalam suatu rapat koordinasi
per triwulan antara semua Bidang dan Bagian di RS Islam Karawang.
BAB III
TATALAKSANA
A. INDIKATOR MUTU
Penyusunan indikator Mutu dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Bidang Mutu dan Resiko bersama manager Bidang/Bagian RS Islam karawang
dipimpin oleh Direktur melakukan pembahasan untuk memilih indikator mutu yang
diusulkan untuk periode berikutnya setiap akhir tahun.
2. Pemilihan indikator perlu memperhatikan hasil evaluasi mutu yang ada dan proses
pelayanan yang harus diperbaiki dengan memperhatikan aspek keselamatan
pasien, legal, dan kebijakan dari instansi terkait serta Standar Akreditasi
Kemenkes.
3. Hasil pemilihan dilakukan dengan menginventarisasi indikator mutu yang mampu
laksana dan sesuai dengan kondisi rumah sakit.
4. Hasil inventarisasi indikator mutu diajukan kepada Dewan Pengawas selaku
perwakilan dari pemilik untuk disetujui.
5. Indikator mutu yang telah disetujui oleh Dewan Pengawas dikembalikan RS Islam
karawang.
6. Hasil yang telah disetujui tersebut dibahas dengan Bidang/ Bagian terkait dan
ditetapkan melalui Keputusan Direktur RS Islam Karawang
7. Tim PMKP membuat definisi operasional terhadap indikator–indikator yang dipakai
dan menentukan standar berdasarkan science (kepustakaan ilmiah) atau
benchmarking rumah sakit lain.
8. Indikator mutu yang telah ditetapkan tersebut akan dilaporkan ke Dewan Pengawas
agar diberlakukan secara resmi dan dilaksanakan secara konsekuen.
Indikator mutu terpilih apabila sudah tercapai dan dapat dipertahankan selama 1 (satu)
tahun, maka dapat diganti dengan indikator mutu yang baru. Setiap indikator mutu baik
indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP-RS) maupun indikator mutu prioritas unit
(IMP-Unit) agardilengkapi dengan profil indikator sebagai berikut:
a) Judul indikator.
b) Dasar pemikiran.
c) Dimensi mutu.
d) Tujuan.
e) Definisi operasional.
f) Jenis indikator.
g) Satuan pengukuran.
h) Numerator (pembilang).
i) Denominator (penyebut).
j) Target.
k) Kriteria inklusi dan eksklusi.
l) Formula.
m) Metode pengumpulan data.
n) Sumber data.
o) Instrumen pengambilan data.
p) Populasi/sampel (besar sampel dan cara pengambilan sampel).
q) Periode pengumpulan data.
r) Periode analisis dan pelaporan data.
s) Penyajian data
t) Penanggung jawab.
B. KESELAMATAN PASIEN
Rumah Sakit Islam Karawang membuat perencanaan keselamatan pasien dengan
membentuk Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (PMKP).
Ketua Tim PMKP berkoordinasi dengan Bidang Mutu dan Resiko, yang bertanggung
jawab langsung terhadap Direktur RS.
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka RS harus merancang proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut mengacu pada Visi, Misi, dan Tujuan RS, kebutuhan
pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat,
dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien dengan menggunakan “Tujuh
Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
Pelaksanaan Kegiatan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS islam
Karawang adalah sebagai berikut:
1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil dengan langkah
penerapan sebagai berikut :
a. Tingkat Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam karawang telah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-
langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf, pasien dan keluarga :
1) Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
2) Rumah sakit telah berupaya menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari
insiden yang terjadi di rumah sakit.
3) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
b. Tingkat Unit Kerja / Tim
1) Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
2) Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang dipakai di RS
Islam karawang untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan
terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan / solusi yang tepat.
2. Pimpin dan Dukung Staf RS
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di
seluruh jajaran RS Islam karawang dengan langkah penerapan sebagai berikut :
a. Tingkat Rumah Sakit
1) Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien.
2) Telah dibentuk Tim PMKP yang ditugaskan untuk menjadi “penggerak” dalam
gerakan keselamatan pasien.
3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran Direksi maupun
rapat-rapat manajemen rumah sakit.
4) Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program orientasi dan
pelatihan di RS Islam karawang dan dilaksanakan evaluasi dengan pre dan
post test.
b. Tingkat Unit Kerja / Tim
1) Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin gerakan Keselamatan Pasien.
2) Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta
manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien.
3) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Resiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah dengan langkah penerapan sebagai
berikut :
a. Tingkat Rumah Sakit
1) Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen resiko klinis dan
non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan
Keselamatan Pasien dan staf.
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) bagi sistem pengelolaan resiko yang dapat dimonitor oleh
Direksi/Manager RS Islam karawang.
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen resiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan
kepedulian terhadap pasien.
b. Tingkat Unit Kerja / Tim :
1) Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada
Manager terkait.
2) Pastikan ada penilaian resiko pada individu pasien dalam proses asesmen
resiko rumah sakit.
3) Lakukan proses asesmen resiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap resiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat untuk
memperkecil resiko tersebut.
4) Pastikan penilaian resiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
asesmen dan pencatatan resiko rumah sakit.
DIREKTUR RS
Rumah sakit harus melaporkan data mutu dan keselamatan pasien ke eksternal
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan meliputi:
a. Pelaporan indikator nasional mutu (INM) ke Kementrian Kesehatan melalui aplikasi
mutu fasilitas pelayanan Kesehatan.
b. Pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) ke KNKP melalui aplikasi e-report.
C. MANAJEMEN RESIKO
Manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur resiko,
serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia di
rumah sakit. Ruang lingkup manajemen resiko Meliputi Urusan Resiko Klinis (Pasien
dan Tenaga Kesehatan), Resiko Manajemen (Karyawan, Properti RS, Keuangan,
Hukum).
Terdapat empat prasyarat utama manajemen resiko, yaitu:
1. Kebijakan Manajemen Resiko
2. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil
a. Komitmen Manajemen
b. Tanggung jawab dan kewenangan
c. Sumber Daya Manusia
3. Implementasi Program
4. Tinjauan Manajemen
PENETAPAN KONTEKS
PENILAIAN RESIKO
IDENTIFIKASI RESIKO
KOMUNIKASI
MONITORING
DAN ANALISIS RESIKO
DAN REVIEW
KONSULTASI
EVALUASI RESIKO
PENETAPAN KONTEKS
E. PENILAIAN KINERJA
1. Rumah Sakit
Penilaian menggunakan Laporan Kinerja RS yang dilaporkan secara rutin perbulan
dan pertriwulan dalam Laporan Eksekutif RS, Laporan Indikator Mutu RS.
2. Unit Kerja
Menggunakan indikator laporan Standar Mutu Pelayanan yang dilaporkan
pertriwulan.
3. Tenaga Profesi Dokter / Staf Medis
Kegiatan pemantauan staf medis di RSIA Herima Ciputat terdiri dari dua hal, yakni
pemantauan dari segi mutu profesi dan dari segi etika disiplin, dimana masing –
masing Sub Komite bertanggung jawab kepada Ketua Komite Medis. Manajemen
bersama – sama dengan Komite Medik menetapkan dua hal yang dievaluasi pada
pelayanan staf medis, yakni Evaluasi Kinerja Profesi yang berkesinambungan (on
going profesional practice) dan Evaluasi Kinerja Profesi yang terfokus (focused
profesional practice evaluation).
4. Para Pimpinan RS dan Staf
Penilaian kompetensi adalah suatu proses atau cara untuk melakukan pemberian
nilai atau angka terhadap suatu kewenangan untuk menentukan suatu ketrampilan,
pengetahuan dan perilaku karyawan yang dapat diamati dan diterapkan. Tujuan
penilaian kinerja adalah memberikan pedoman kepada para pejabat dan
karyawan dalam tata cara memberikan penilaian kompetensi. Standar kompetensi
terdiri dari kompetensi dasar, kompetensi teknis, kompetensi manajerial, kompetensi
leadership, dan kompetensi enterpreneurship. Kriteria penilaian kompetensi
karyawan dibedakan menjadi 2 yaitu jajaran struktural dan jajaran fungsional.
Periode penilaian kompetensi dilakukan 2 kali periode dalam setahun (setiap 6 bulan
sekali), tahapan penilaian dilakukan secara bertahap. Evaluasi kontrak termasuk
juga didalamnya dengan calon karyawan. Calon karyawan kontrak yang direkrut
harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan persyaratan pekerjaan
yang telah ditentukan. Setiap periode kontrak bulan ke-6 dan ke-9 dilakukan
evaluasi menggunakan tools kompetensi.
H. RAPAT
1. Rapat bulanan unit kerja dengan bagian mutu RS
2. Rapat triwulan seluruh unit kerja dengan mutu RS
NO NAMA UNIT KERJA PJ KETERANGAN
BAB IV
DOKUMENTASI