NO IZIN : 441/0010/DPMPTSP/VII/2021
Dsn.Binong Tengah Ds.Citrajaya, Binong – Subang – Jawa Barat .
Email: buanasyifa.klinik@gmail.com
SURAT KEPUTUSAN
PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA BUANA SYIFA
Nomor : KBS / SK / 019 / 2024
TENTANG
KEBIJAKAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU LAYANAN KLINIS DAN
KESELAMATAN PASIEN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA BUANA SYIFA
a. TOGETHERNESS (KEBERSAMAAN)
Sebuah ikatan organisasi yang menjalankan program program kerjanya
dengan saling bekerjasama dan bahu membahu untuk memenuhi
tujuan visi dan misi organisasi
b. WISE ( BIJAKSANA)
Sebuah kesesuaian dalam pengambilan keputusan yang didadapat
melalui koordinasi dan komunikasi serta memperhatikan kebutuhan
petugas dan pengguna layanan
c. INTEGRITY (INTEGRITAS)
Kesesuaian dalam fikiran dan tindakan dalam menjalankan program
kerja
d. NORM ( ATURAN)
Melaksanakan kegiatan dan kerja selalu berdasarkan aturan dan
perundangundangan
e. NO DISCRIMINATION (TIDAK MEMBEDA-BEDAKAN)
Setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan secara merata tidak
memandang perbedaan SARA, relasi,maupun jabatan
f. ENERGIC (SEMANGAT)
Adanya semangat dalam bekerja yang tergambar dalam setiap nuansa
kerja
g. RESPONSIVE (CEPAT TANGGAP)
Tanggap dan peduli dengan pengguna layanan secara cepat
h. SAFETY (AMAN)
Keamanan dalam melakukan tindakan pelayanan baik untuk petugas
maupun untuk pengguna layanan
9. Kebijakan mutu dan tata nilai Klinik dalam memberikan pelayanan
disusun secara bersama dan dituangkan dalam pedoman mutu dan
kinerja.
10. Pedoman mutu dan perencanaan mutu/kinerja disusun berdasarkan visi,
misi, dan tujuan Klinik .
11. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Klinik Pratama buana
syifa dengan pendekatan multi disiplin, dan dikoordinasikan oleh
Penanggung jawab Manajemen Mutu.
12. Perencanaan mutu/kinerja meliputi perencanaan mutu/ kinerja
manajemen, perencanaan mutu/ kinerja UKM, dan perencanaan mutu
pelayanan klinis.
13. Perencanaan mutu/kinerja manajemen meliputi;
a. Penilaian kinerja manajemen
b. Pelaksanaan audit internal
c. Pelaksanaan pertemuan tinjauan manajemen
d. Kaji banding kinerja dengan Klinik lain
e. Penilaian perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga
14. Perencanaan mutu/kinerja UKM meliputi penilaian kinerja UKM dan
tindak lanjutnya.
15. Perencanaan mutu/kinerja pelayanan klinis dan keselamatan pasien
berisi paling tidak:
a. Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil
monitoring dan evaluasi indikator, maupun keluhan
pasien/keluarga/staf dengan mempertimbangan high volume, high
cost, kekritisan, risiko tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah.
b. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien.
c. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu dan
keselamatan pasien yang terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit
pelayanan.
d. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan
pemilihan indikator, pengumpulan data, untuk kemudian dianalisis
dan ditindak lanjuti dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
e. Indikator meliputi indikator manajerial, indikator kinerja UKM, dan
indikator klinis.
f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melalui
standarisasi, perancangan sistem, rancang ulang sistem untuk
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
g. Penerapan manajemen risiko pada semua lini pelayanan baik
pelayanan klinis maupun penyelenggaraan UKM.
h. Manajemen risiko klinis untuk mencegah terjadinya kejadian sentinel,
kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, dan keadaan
potensial cedera.
i. Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien yang terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD), Kejadian Potensial Cedera (KPC), dan Kejadian
Nyaris Cedera (KNC).
j. Semua petugas di Klinik Pratama Buana Syifa apabila menemukan
kasus Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Potensial Cedera dan
Kejadian Nyaris Cedera mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
identifikasi.
k. Semua petugas di Klinik Pratama Buana Syifa apabila menemukan
kasus Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Potensial Cedera dan
Kejadian Nyaris Cedera wajib melakukan dokumentasi dan membuat
laporan.
l. Program dan Kegiatan-kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis
dan keselamatan pasien, termasuk di dalamnya program peningkatan
mutu laboratorium dan program peningkatan mutu pelayanan obat.
m. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
n. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan
permasalahan, tindak lanjut, dan kemajuan tindak lanjut yang
dilakukan.
o. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan
pasien.
p. Penyampaian informasi hasil peningkatan mutu dan keselamatan
pasien melalui rapat atau lokakarya mini.
16. Dalam upaya perbaikan mutu/kinerja Klinik dan keselamatan pasien
melibatkan/memberdayakan lintas sektor, lintas program, dan
masyarakat sebagai pengguna pelayanan untuk berperan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut
program-program kegiatan mutu/kinerja Klinik dan keselamatan pasien.
17. Perancangan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir di
bawah ini:
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Klinik , dan
perencanaan Klinik ,
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, masyarakat, dan staf,
c. Menggunakan pedoman penyelenggaraan UKM, pedoman praktik
klinis, standar pelayanan klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai
panduan dari profesi maupun panduan dari Kementerian Kesehatan,
d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat,
e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko,
f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang ada di
Klinik ,
g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik,
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang terkait,
i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses dan sistem
pelayanan.
18. Seluruh kegiatan mutu/kinerja Klinik dan keselamatan pasien harus
didokumentasikan.
19. Penanggung jawab Manajemen Mutu wajib melaporkan kegiatan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien kepada Kepala Klinik serta
disosialisasikan dan dikomunikasikan kepada semua petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan klinis tiap tribulan.
20. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluarga dan staf, serta
mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial bermasalah,
maka area prioritas yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan
mutu/kinerja pelayanan klinis dan keselamatan pasien adalah:
a. Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien.
b. Pelayanan Farmasi
c. Pelayanan Ruang Tindakan
d. Pelayanan rawat jalan gigi
e. Pelayanan rawat jalan umum
f. Pelayanan Pendaftaran dan Rekam medis
21. Menetapkan Program Mutu dan Keselamatan Pasien di Klinik adalah
penilaian kinerja layanan klinis dengan tindak lanjut,penilaian
pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien,kinerja dan perilaku SDM
klinis dan rekredensial, penyusunan dan monitoring pelaksanaan
pedoman praktis klinis,pelaporan dan tindak lanjut jika terjadi KTD, KTC,
KNC dan KPC,penyelenggaraan diklat mutu dan keselamatan pasien
untuk praktisi klinis, penerapan manajemen risiko pd area prioritas
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien lab, peningkatan mutu dan
keselamatan obat, keselamatan dan evaluasi kontrak kerja klinis (PKS
Klinis.
22. Menetapkan area pengukuran indikator mutu klinis wajib dilakukan di
bagian pendaftaran, pemeriksaan umum dan ruang tindakan,pelayanan
pemeriksaan gigi, pelayanan KB, pelayanan laboratorium, pelayanan
farmasi/obat, pelayanan onsultasi promosi Kesehatan.
23. Tenaga klinis wajib terlibat dalam penyusunan indikator – indikator klinis
dan indikator perilaku pemberi layanan klinis, yang dibahas dalam suatu
rapat Klinik , kemudian melakukan pengumpulan data, menetapkan
target, melakukan analisa, evaluasi dan tindak lanjut.
24. Menetapkan 6 Sasaran Keselamatan Pasien di Klinik Pratama Buana syifa
yaitu:
1) Ketepatan identifikasi pasien,
2) Komunikasi yang efektif,
3) Ketepatan prosedur atau tindakan medis,
4) Keamanan obat yang perlu diwaspadai yaitu high alert dan obat LASA
(look alike sound alike),
5) Pencegahan kemungkinan infeksi pada pasien dan petugas,
6) Pencegahan pasien jatuh,
25. Beserta target yang akan dicapai berdasarkan hasil pengumpulan data,
kemudian dilakukan analisa, monitoring, evaluasi dan tindak lanjut.
26. Menetapkan bahwa identifikasi pasien mutlak harus dilakukan oleh
setiap petugas pemberi layanan sebagai bagian dari keselamatan pasien,
dilaksanakan secara konsisten di semua unit kerja yang berupa nama ,
tanggal lahir/umur, alamat dan nama kepala keluarga.
27. Menetapkan pelaksanaan evaluasi dan perbaikan perilaku dalam
pelayanan klinis oleh tenaga klinis dalam pelayanan klinis yang
mencerminkan budaya keselamatan dan budaya perbaikan yang
berkelanjutan, secara evaluasi mandiri (self evaluation) atau rekan (peer
review) yang mengacu pada tata nilai Klinik Pratama Buana Syifa ,
dengan penanggung jawab
koordinator tim mutu, minimal 1 (satu) tahun sekali.
28. Tenaga klinis wajib menerapkan budaya mutu dan keselamatan pasien
dalam melakukan pelayanan klinis di Klinik , serta dilakukan evaluasi
dan perbaikan perilaku dalam pelayanan klinis .
29. Tenaga klinis wajib terlibat dalam upaya peningkatan mutu klinis dan
keselamatan pasien.
30. Hasil evaluasi dan tindak lanjut upaya peningkatan mutu klinis dan
keselamatan pasien harus diinformasikan dan dikomunikasikan kepada
seluruh karyawan Klinik melalui rapat Klinik dan tercatat dalam notulen.