Anda di halaman 1dari 12

KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI

KOTA JAKARTA SELATAN

NOMOR 016 TAHUN 2018

TENTANG

PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIMPINAN KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI


KOTA JAKARTA SELATAN,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu klinis yang aman, berfokus
kepada keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan di Klinik Pratama
Cahaya Madani, maka diperlukan penyelenggaraan peningkatan mutu
klinis dan keselamatan pasien yang bermutu tinggi;

b. bahwa sehubungan dengan pernyataan butir a di atas, agar


penyelenggaraan peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Kepala Klinik sebagai
landasan bagi penyelenggaraan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien di Klinik Pratama Cahaya Madani;

c. bahwa sehubungan dengan pernyataan pada butir a dan b tersebut


diatas, perlu menetapkan Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Cahaya
Madani tentang Kebijakan Mutu Dan Keselamatan Pasien di Klinik
Pratama Cahaya Madani;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

3. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun


2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun


2017 tentang Keselamatan Pasien;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun


2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI TENTANG


KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN KLINIK PRATAMA
CAHAYA MADANI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN.

KESATU : Kebijakan mutu dan keselamatan pasien Klinik Pratama Cahaya Madani
sebagaimana tercantum dalam lampiran surat keputusan ini.

Kebijakan Mutu dan Keselamatan Pasien Klinik Pratama Cahaya Madani


KEDUA : sebagaimana dimaksud dalam lampiran Surat keputusan ini harus digunakan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan atau
perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 September 2018

Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani

Mas’ud
Lampiran I : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani
Kota Jakarta Selatan
Nomor : 018 tahun 2018
Tanggal : 11 januari 2018

KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN


KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI

1. Pimpinan klinik, Penanggung jawab, seluruh tenaga klinis, pelaksana kegiatan, dan pihak-
pihak terkait wajib memahami masing-masing peran dan berpartisipasi aktif dalam program
mutu dan keselamatan pasien mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi dalam rangka perbaikan mutu dan kinerja klinik serta memberikan kepuasan pada
pengguna klinik.

2. Pernyataan Kebijakan Mutu Klinik adalah :


”Kami berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan untuk mencapai Klinik berkualitas dan bermutu tinggi”.

3. Klinik Pratama Cahaya Madani memastikan Kebijakan Mutu dan Keselamatan Pasien :
a. Sesuai dengan Visi dan Misi, dan Motto Klinik Pratama Cahaya Madani
b. Mencakup komitmen bersama untuk memenuhi, baik persyaratan pelanggan maupun
peraturan perundang-undangan.
c. Kebijakan mutu juga harus membuat komitmen untuk senantiasa memperbaiki
efektifitas sistem manajemen mutu.
d. Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau indikator mutu.
e. Harus didokumentasikan, disosialisasikan, dan dipahami oleh seluruh karyawan
melalui rapat.
f. Dikomunikasikan dan dipahami oleh seluruh karyawan.
g. Senantiasa ditinjau untuk memastikan kesesuaiannya dalam perkembangan jaman dan
tuntutan masyarakat.

4. Pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien yang diselenggarakan di Klinik Pratama Cahaya Madani.

5. Pengguna layanan Klinik dan masyarakat diharapkan berperan serta dalam upaya
perbaikan mutu dan kinerja klinik, melalui keterlibatan dalam memberi masukan, ide-ide
yang diperoleh dari survey, kotak saran, SMS center, ataupun email.

6. Dalam menilai keberhasilan pencapaian mutu layanan klinis dan keselamatan pasien, maka
perlu ditetapkan target (batasan) yang harus dicapai untuk tiap-tiap indikator yang dipilih
dengan acuan yang jelas. Target tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan
pencapaian mutu sebelumnya, pencapaian optimal pada sarana kesehatan, dan sumber
daya yang dimiliki. Indikator mutu klinis prioritas dan kinerja Klinik sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II pada Surat Keputusan ini.

7. Tenaga klinis wajib berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien, mulai dari identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, melakukan
analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan, dan menindaklanjuti. Kewajiban
tenaga klinis dalam upaya peningkatan keselamatan pasien sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III pada Surat Keputusan ini.
8. Tenaga klinis terdiri dari dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain yang
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan pasien.

9. Identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, potensi terjadinya risiko dilakukan dengan
menggunakan indikator-indikator pelayanan klinis yang ditetapkan oleh Klinik dengan acuan
yang jelas.

10. Pernyataan kebijakan mutu dapat ditinjau minimal 3 tahun sekali sejak ditetapkan dan untuk
disesuaikan, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku atau sesuai kebutuhan.

11. Perencanaan mutu/kinerja pelayanan klinis dan keselamatan pasien berisi :


a. Pemantauan kinerja dan pelaksanaan kegiatan dan keselamatan pasien
b. Evaluasi dan tindak lanjut penilaian indikator mutu klinis dan keselamatan pasien
c. Menentukan area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil monitoring
dan evaluasi indikator, maupun keluhan pasien/keluarga/staf dengan
mempertimbangkan kekritisan, resiko tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah
d. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien.
e. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengenalan mutu dan keselamatan pasien yang
terkoordinasi dari semua unit kerja
f. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan pemilihan indikator,
pengumpulan data untuk kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti dalam upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
g. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melalui standarisasi,
perancangan sistem, rancang ulang sistem untuk peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
h. Penerapan dan monitoring manajemen risiko
i. Manajemen resiko klinis untuk mencegah kejadian sentinel, Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Keadaan Potensial Cedera (KPC) dan Kejadian
Tak Cedera (KTC).
j. Program dan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan
pasien termasuk di dalamnya program peningkatan mutu Farmasi.
k. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
l. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan permasalahan,
tindak lanjut dan kemajuan tindak lanjut yang dilakukan.
m. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan pasien.
n. Pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan perbaikan inovatif

12. Pimpinan klinik, tenaga klinis serta pelaksana kegiatan pelayanan bertanggung jawab
dalam membudayakan perbaikan kinerja dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan
secara berkesinambungan, konsisten dengan visi dan misi.
a. Pelaksana melakukan evaluasi hasil pengukuran kinerja dan mengumpulkan ke
pimpinan klinik setiap triwulan.
b. Melakukan pertemuan evaluasi hasil kegiatan setiap triwulan, membuat rencana
perbaikan dan tindak lanjut, serta memonitor hasil perbaikan.
b. Melakukan perbaikan secara terus menerus terkait layanan tidak sesuai.

13. Perancangan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir di bawah ini :


a. Konsisten dengan visi dan misi klinik.
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, masyarakat dan staf.
c. Menggunakan pedoman keselamatan pasien, pedoman praktik klinis, standar pelayanan
klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai panduan dari profesi maupun panduan dari
Kementerian Kesehatan.
d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.
e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko.
f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang ada di Klink.
g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik.
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang terkait.
i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses dan sistem pelayanan.

14. Penanganan terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) dilaksanakan sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ditetapkan.

15. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera
(KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) harus dilakukan :
a. Identifikasi kasus.
b. Pelaporan kasus, melalui :
1) Secara lisan kepada penanggung jawab layanan terkait pada saat kejadian untuk
pencegahan cedera atau pemberian pertolongan sesegera mungkin
2) Secara tertulis kepada Tim PMKP dalam waktu paling lambat 2x24 jam
c. Analisis kasus oleh Tim PMKP
d. Tindak lanjut berupa penyusunan rencana perbaikan dan pencegahan terhadap kasus
yang sama oleh semua tenaga klinis di Klinik
e. Implementasi/pelaksanaan perbaikan pada mutu layanan klinis oleh semua tenaga klinis

16. Seluruh kegiatan kebijakan mutu dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.

17. Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) melaporkan kegiatan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien kepada Pimpinan Klinik tiap triwulan.

18. Hasil evaluasi terhadap upaya peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
perlu dikomunikasikan untuk meningkatkan motivasi petugas dan meningkatkan
keberlangsungannya. Penyampaian informasi hasil peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV pada Surat Keputusan ini.

19. Perilaku petugas layanan klinis harus mencerminkan budaya keselamatan dan budaya
perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan.

20. Perilaku petugas layanan klinis dievaluasi setiap bulan oleh Pimpinan Klinik.

21. Melaksanakan kajian untuk menilai dampak negatif yang mungkin dihasilkan akibat
pelaksanaan pelayanan Klinik, sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dan pencegahan.

22. Kajian dampak negatif diwujudkan dengan menerapkan manajemen risiko dalam
pelaksanaan pelayanan di Klinik

23. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluarga dan staf, serta


mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial bermasalah, maka area prioritas
yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah :
a. Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien;
b. Pelayanan rawat jalan;
c. Pelayanan Farmasi;

24. Sasaran-sasaran keselamatan pasien di Klinik Pratama Cahaya Madani meliputi :


1) Ketepatan identifikasi Pasien
Unit : Loket
Indikator : Kesesuaian nama, usia, jenis kelamin dan poli tujuan
Target : 100%

2) Peningkatan komunikasi yang efektif


Unit : Poli Kesehatan Ibu
Indikator : komunikasi efektif
Target : 100%

3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


Unit : Farmasi
Indikator : Peningkatan keamanan obat LASA
Target : 100%

4) Kepastian lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


Unit : Poli Gigi
Indikator : Ketepatan lokasi, prosedur, pasien operasi pencabutan gigi pada poli gigi
Target : 100%

5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Unit : Poli Gigi, Poli KB, Poli KI, Poli Imunusasi, Poli Tindakan
Indikator : Kepatuhan Tenaga Kesehatan Melakukan Cuci Tangan Higienis
Target : 100%

6) Pengurangan resiko pasien jatuh


Unit : Poli KI, Poli Umum
Indikator : Tidak ada pasien jatuh
Target : 100%

Cara pengukuran indikator sasaran keselamatan pasien sebagaimana tercantum pada


Lampiran V Surat Keputusan ini.

25. Upaya perbaikan mutu layanan klinis diprioritaskan berdasarkan kriteria tertentu seperti
tingkat risiko kejadian (high risk), tingkat frekuensi kejadian (high volume), tingkat biaya yang
dibutuhkan (high cost), dan kecenderungan terjadi masalah (problem prone), atau
didasarkan atas penyakit, kelompok sasaran, program prioritas atau pertimbangan lain.

26. Menetapkan pelayanan farmasi sebagai area prioritas yang perlu diperbaiki dalam
pelaksanaan manajemen risiko.

27. Menetapkan pedoman manajemen risiko sebagai paduan dalam melaksanakan kegiatan
manajemen risiko di Klinik.

28. Penerapan manajemen risiko terdiri dari beberapa proses sebagai berikut :
a. Identifikasi risiko, merupakan kegiatan mengklasifikasikan jenis-jenis risiko yang ada di
lingkungan Klinik Pratama Cahaya Madani.
b. Pengukuran risiko, merupakan kegiatan mengukur tingkat kemungkinan dan dampak
terjadinya risiko.
c. Prioritas risiko, merupakan kegiatan mengurutkan jenis risiko berdasarkan hasil
pengukuran risiko dari risiko tertinggi ke risiko terendah.
d. Penanganan risiko, merupakan kegiatan merumuskan dan melaksanakan tindakan yang
harus dilakukan untuk meminimalisasi risiko.

29. Identifikasi dan analisis risiko di Klinik dilaksanakan melalui FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) terhadap kejadian dan/atau kasus yang terjadi di Klinik.
30. Root Cause Analysis (RCA) dibuat oleh unit terkait jika terdapat masalah pada unit tersebut.

31. Pengelolaan lingkungan fisik Klinik perlu dibuat perencanaan, meliputi :


a. Kesehatan dan keamanan. Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana
gedung, halaman/ground dan peralatan tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi
pasien, staf dan pengunjung. Keamanan adalah proteksi dari kehilangan, pengrusakan
dan kerusakan, atau akses serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.
b. Bahan berbahaya, yang meliputi : penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan
berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang secara
aman.
c. Manajemen emergensi, yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan
emergensi direncanakan dan efektif.
d. Pengamanan kebakaran : Klinik wajib melindungi properti dan penghuninya dari
kebakaran dan asap.
e. Peralatan medis : untuk mengurangi risiko, peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan
sesuai dengan ketentuan.
f. Sistem utilitas, meliputi listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk
meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.

32. Petugas pelayanan klinis Klinik Pratama Cahaya Madani diharuskan untuk meletakkan
peralatan di lingkungan unit pelayanan dengan tepat atau sesuai tempatnya dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Alat-alat yang telah digunakan harus diletakkan terpisah dengan alat-alat bersih.
b. Alat-alat yang telah dipakai dan memerlukan sterilisasi diletakkan terpisah untuk
kemudian di kirim ke ruang sterilisasi.
c. Alat-alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (rusak) diinformasikan kepada
Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani untuk ditindak lanjuti.
d. Alat-alat yang membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakkannya (steril) diletakkan
didalam lemari tertutup yang bersih dan steril.

PIMPINAN KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI


KOTA JAKARTA SELATAN,

Mas’ud

Lampiran II : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani


Kota Jakarta Selatan
Nomor : 018 tahun 2018
Tanggal : 11 januari 2018

INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN


KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI

KLINIS DAN PENUNJANG KLINIS

NO UNIT KRITERIA TARGET


1 Loket Pendaftaran Waktu tunggu layanan ≤ 15 menit ≥ 90%
2 Poli Umum Waktu tunggu layanan Poli Umum ≤ 1 jam ≥ 90%
5 Poli Gigi Waktu tunggu layanan Poli Gigi ≤ 1 jam ≥ 80%
8 Farmasi Waktu tunggu layanan pemberian obat racikan ≤ 30 menit ≥ 80%

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

NO UNIT KRITERIA TARGET


Ketepatan identifikasi pasien (Kesesuaian nama, usia, dan poli
1 Loket 100%
tujuan)
2 Farmasi Peningkatan keamanan obat LASA 100%
Ketepatan lokasi, prosedur, pasien operasi pencabutan gigi
3 Poli Gigi 100%
pada poli gigi
Poli Gigi
Kepatuhan Tenaga Kesehatan Melakukan Cuci Tangan
4 Poli Umum 100%
Higienis
Ruang Tindakan
Poli Gigi Penggunaan APD secara lengkap pada saat melakukan
5 100%
Ruang Tindakan tindakan
Poli Umum
6 Tidak ada pasien jatuh 100%
Poli Gigi
Poli Umum
7 Komunikasi efektif antar poli layanan 100%
Poli Gigi

PIMPINAN KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI


KOTA JAKARTA SELATAN,

Mas’ud
Lampiran III : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani
Kota Jakarta Selatan
Nomor : 018 tahun 2018
Tanggal : 11 januari 2018

KEWAJIBAN TENAGA KLINIS DALAM UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN


DI KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI

A. Kewajiban Dokter / Dokter Gigi / Apoteker :


1. Harus mempunyai STR /STR A dan SIP/SIPA dalam menjalankan asuhan pasien.
2. Harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah kedokteran.
3. Harus senantiasa menjalankan profesinya menurut ukuran tertinggi.
4. Dalam melakukan praktik kedokteran, tidak boleh dipengaruhi untuk mengambil
keuntungan pribadi.
5. Setiap dokter wajib melindungi makhluk insani.
6. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan
kesehatan yang menyeluruh.
7. Mengikuti perkembangan teknologi melalui kegiatan seminar/bimbingan teknologi dan
lainnya.
8. Tenaga medis dalam melakukan praktik kedokteran harus sesuai dengan kewenangan dan
kompetensi yang dimiliki.
9. Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang kepada tenaga paramedis sesuai
kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
10. Tanggung jawab ada ditangan pemberi pelimpahan, selama tindakan yang dilakukan
sesuai dengan pelimpahan yang diberikan.

Dalam melaksanakan praktik kedokteran, Tenaga Medis / Apoteker wajib untuk :


1. Menghormati hak pasien.
2. Memperhatikan peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
4. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang diibutuhkan.
6. Mematuhi standar operasional prosedur (standar pelayanan).

B. Kewajiban Tenaga Para Medis dan tenaga Kesehatan Lainnya :


1. Harus mempunyai SIB/SIP/SIK dalam menjalankan asuhan pasien.
2. Tenaga paramedis dan kesehatan lainnya dalam menjalankan praktik tugasnya wajib
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan menampilkan kepribadian
yang bermartabat dan memeberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
4. Berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat
meningkatkan mutu dan citra profesinya.
5. Mengikuti perkembangan tehnologi melalui kegiatan seminar/bimbingan teknologi dan
lainnya.

Lampiran IV : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani


Kota Jakarta Selatan
Nomor : 018 tahun 2018
Tanggal : 11 januari 2018

PENYAMPAIAN INFORMASI HASIL PENINGKATAN MUTU LAYANAN KLINIS DAN


KESELAMATAN PASIEN DI KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI

A. Penyampaian informasi hasil peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien dapat
melalui rapat.

B. Laporan peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien di Klinik, berupa :
1. Indikator layanan klinis/sasaran mutu klinis diukur sesuai prosedur pengukuran sasaran mutu
unit layanan menggunakan format yang sudah ditetapkan
2. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas unit layanan masing-masing
3. Pelaporan dilakukan setiap bulan kepada Pimpinan Klinik
4. Tim PMKP bersama pimpinan klinik melakukan rapat untuk mengevaluasi hasil pencapaian
peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
5. Laporan dari unit direkap oleh Tim PMKP setiap triwulan dan dilaporkan kepada pimpinan
Klinik
6. Hasil evaluasi pencapaian peningkatan mutu disampaikan kepada petugas, melalui rapat.

PIMPINAN KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI


KOTA JAKARTA SELATAN,

Mas’ud
Lampiran V : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani
Kota Jakarta Selatan
Nomor : 018 tahun 2018
Tanggal : 11 januari 2018

CARA PENGUKURAN INDIKATOR


SASARAN-SASARAN KESELAMATAN PASIEN

1. Kesesuaian Nama, Tanggal Lahir, Jenis Kelamin Pasien dan Poli Tujuan

Adalah kesesuaian identifikasi Nama, Tanggal Lahir, Jenis kelamin Pasien dan poli tujuan
dengan verifikasi yang dilakukan di poli tujuan.

Petugas unit melakukan identifikasi :


a. Nama, Tanggal Lahir, Jenis Kelamin dan Poli Tujuan Pasien
b. Jika tidak sesuai petugas poli mencatat dalam formulir pemantauan ketepatan identifikasi
c. Petugas melaporkan ke loket melalui bahwa data yang tercantum tidak sesuai

Formula Rumus :

Jumlah pasien dengan identifikasi yang sesuai X 100 % = .....%


Jumlah pasien yang terdaftar dalam 1 bulan

2. Ketepatan Lokasi Pencabutan Gigi pada Poli Gigi

Adalah kesesuaian lokasi gigi yang dicabut dengan lokasi gigi yang tercantum pada
diagnosis dokter

Formula Rumus :

Jumlah gigi yang dicabut yang sesuai dengan diagnosa X 100 % = .....%
Jumlah diagnosa gigi yang akan dicabut

3. Kepatuhan Tenaga Kesehatan Melakukan Cuci Tangan Higienis

Adalah Kepatuhan tenaga kesehatan melakukan 6 langkah cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan di Poli Umum, Poli Gigi dan Ruang Tindakan

Formula Rumus :

Jumlah tenaga medis yg dipantau yg melakukan 6 langkah cuci tangan X 100 % = .....%
Jumlah tenaga medis yang dipantau
4. Tidak ada pasien jatuh

Adalah tidak ditemukan kejadian jatuh pada pasien selama mereka berada di dalam
lingkungan Klinik

Formula Rumus :

____Jumlah pasien lansia/bersalin yang tidak jatuh_____ X 100 % = …..%


Jumlah pasien lansia/bersalin yang berobat ke klinik

PIMPINAN KLINIK PRATAMA CAHAYA MADANI


KOTA JAKARTA SELATAN,

Mas’ud

Anda mungkin juga menyukai