TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu klinis yang aman, berfokus
kepada keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan di Klinik Pratama
Cahaya Madani, maka diperlukan penyelenggaraan peningkatan mutu
klinis dan keselamatan pasien yang bermutu tinggi;
KESATU : Kebijakan mutu dan keselamatan pasien Klinik Pratama Cahaya Madani
sebagaimana tercantum dalam lampiran surat keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan atau
perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 September 2018
Mas’ud
Lampiran I : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani
Kota Jakarta Selatan
Nomor : 018 tahun 2018
Tanggal : 11 januari 2018
1. Pimpinan klinik, Penanggung jawab, seluruh tenaga klinis, pelaksana kegiatan, dan pihak-
pihak terkait wajib memahami masing-masing peran dan berpartisipasi aktif dalam program
mutu dan keselamatan pasien mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi dalam rangka perbaikan mutu dan kinerja klinik serta memberikan kepuasan pada
pengguna klinik.
3. Klinik Pratama Cahaya Madani memastikan Kebijakan Mutu dan Keselamatan Pasien :
a. Sesuai dengan Visi dan Misi, dan Motto Klinik Pratama Cahaya Madani
b. Mencakup komitmen bersama untuk memenuhi, baik persyaratan pelanggan maupun
peraturan perundang-undangan.
c. Kebijakan mutu juga harus membuat komitmen untuk senantiasa memperbaiki
efektifitas sistem manajemen mutu.
d. Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau indikator mutu.
e. Harus didokumentasikan, disosialisasikan, dan dipahami oleh seluruh karyawan
melalui rapat.
f. Dikomunikasikan dan dipahami oleh seluruh karyawan.
g. Senantiasa ditinjau untuk memastikan kesesuaiannya dalam perkembangan jaman dan
tuntutan masyarakat.
4. Pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien yang diselenggarakan di Klinik Pratama Cahaya Madani.
5. Pengguna layanan Klinik dan masyarakat diharapkan berperan serta dalam upaya
perbaikan mutu dan kinerja klinik, melalui keterlibatan dalam memberi masukan, ide-ide
yang diperoleh dari survey, kotak saran, SMS center, ataupun email.
6. Dalam menilai keberhasilan pencapaian mutu layanan klinis dan keselamatan pasien, maka
perlu ditetapkan target (batasan) yang harus dicapai untuk tiap-tiap indikator yang dipilih
dengan acuan yang jelas. Target tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan
pencapaian mutu sebelumnya, pencapaian optimal pada sarana kesehatan, dan sumber
daya yang dimiliki. Indikator mutu klinis prioritas dan kinerja Klinik sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II pada Surat Keputusan ini.
7. Tenaga klinis wajib berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien, mulai dari identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, melakukan
analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan, dan menindaklanjuti. Kewajiban
tenaga klinis dalam upaya peningkatan keselamatan pasien sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III pada Surat Keputusan ini.
8. Tenaga klinis terdiri dari dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain yang
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan pasien.
9. Identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, potensi terjadinya risiko dilakukan dengan
menggunakan indikator-indikator pelayanan klinis yang ditetapkan oleh Klinik dengan acuan
yang jelas.
10. Pernyataan kebijakan mutu dapat ditinjau minimal 3 tahun sekali sejak ditetapkan dan untuk
disesuaikan, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku atau sesuai kebutuhan.
12. Pimpinan klinik, tenaga klinis serta pelaksana kegiatan pelayanan bertanggung jawab
dalam membudayakan perbaikan kinerja dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan
secara berkesinambungan, konsisten dengan visi dan misi.
a. Pelaksana melakukan evaluasi hasil pengukuran kinerja dan mengumpulkan ke
pimpinan klinik setiap triwulan.
b. Melakukan pertemuan evaluasi hasil kegiatan setiap triwulan, membuat rencana
perbaikan dan tindak lanjut, serta memonitor hasil perbaikan.
b. Melakukan perbaikan secara terus menerus terkait layanan tidak sesuai.
14. Penanganan terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) dilaksanakan sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ditetapkan.
15. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera
(KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) harus dilakukan :
a. Identifikasi kasus.
b. Pelaporan kasus, melalui :
1) Secara lisan kepada penanggung jawab layanan terkait pada saat kejadian untuk
pencegahan cedera atau pemberian pertolongan sesegera mungkin
2) Secara tertulis kepada Tim PMKP dalam waktu paling lambat 2x24 jam
c. Analisis kasus oleh Tim PMKP
d. Tindak lanjut berupa penyusunan rencana perbaikan dan pencegahan terhadap kasus
yang sama oleh semua tenaga klinis di Klinik
e. Implementasi/pelaksanaan perbaikan pada mutu layanan klinis oleh semua tenaga klinis
16. Seluruh kegiatan kebijakan mutu dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.
17. Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) melaporkan kegiatan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien kepada Pimpinan Klinik tiap triwulan.
18. Hasil evaluasi terhadap upaya peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
perlu dikomunikasikan untuk meningkatkan motivasi petugas dan meningkatkan
keberlangsungannya. Penyampaian informasi hasil peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV pada Surat Keputusan ini.
19. Perilaku petugas layanan klinis harus mencerminkan budaya keselamatan dan budaya
perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan.
20. Perilaku petugas layanan klinis dievaluasi setiap bulan oleh Pimpinan Klinik.
21. Melaksanakan kajian untuk menilai dampak negatif yang mungkin dihasilkan akibat
pelaksanaan pelayanan Klinik, sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dan pencegahan.
22. Kajian dampak negatif diwujudkan dengan menerapkan manajemen risiko dalam
pelaksanaan pelayanan di Klinik
25. Upaya perbaikan mutu layanan klinis diprioritaskan berdasarkan kriteria tertentu seperti
tingkat risiko kejadian (high risk), tingkat frekuensi kejadian (high volume), tingkat biaya yang
dibutuhkan (high cost), dan kecenderungan terjadi masalah (problem prone), atau
didasarkan atas penyakit, kelompok sasaran, program prioritas atau pertimbangan lain.
26. Menetapkan pelayanan farmasi sebagai area prioritas yang perlu diperbaiki dalam
pelaksanaan manajemen risiko.
27. Menetapkan pedoman manajemen risiko sebagai paduan dalam melaksanakan kegiatan
manajemen risiko di Klinik.
28. Penerapan manajemen risiko terdiri dari beberapa proses sebagai berikut :
a. Identifikasi risiko, merupakan kegiatan mengklasifikasikan jenis-jenis risiko yang ada di
lingkungan Klinik Pratama Cahaya Madani.
b. Pengukuran risiko, merupakan kegiatan mengukur tingkat kemungkinan dan dampak
terjadinya risiko.
c. Prioritas risiko, merupakan kegiatan mengurutkan jenis risiko berdasarkan hasil
pengukuran risiko dari risiko tertinggi ke risiko terendah.
d. Penanganan risiko, merupakan kegiatan merumuskan dan melaksanakan tindakan yang
harus dilakukan untuk meminimalisasi risiko.
29. Identifikasi dan analisis risiko di Klinik dilaksanakan melalui FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) terhadap kejadian dan/atau kasus yang terjadi di Klinik.
30. Root Cause Analysis (RCA) dibuat oleh unit terkait jika terdapat masalah pada unit tersebut.
32. Petugas pelayanan klinis Klinik Pratama Cahaya Madani diharuskan untuk meletakkan
peralatan di lingkungan unit pelayanan dengan tepat atau sesuai tempatnya dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Alat-alat yang telah digunakan harus diletakkan terpisah dengan alat-alat bersih.
b. Alat-alat yang telah dipakai dan memerlukan sterilisasi diletakkan terpisah untuk
kemudian di kirim ke ruang sterilisasi.
c. Alat-alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (rusak) diinformasikan kepada
Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani untuk ditindak lanjuti.
d. Alat-alat yang membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakkannya (steril) diletakkan
didalam lemari tertutup yang bersih dan steril.
Mas’ud
Mas’ud
Lampiran III : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani
Kota Jakarta Selatan
Nomor : 018 tahun 2018
Tanggal : 11 januari 2018
A. Penyampaian informasi hasil peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien dapat
melalui rapat.
B. Laporan peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien di Klinik, berupa :
1. Indikator layanan klinis/sasaran mutu klinis diukur sesuai prosedur pengukuran sasaran mutu
unit layanan menggunakan format yang sudah ditetapkan
2. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas unit layanan masing-masing
3. Pelaporan dilakukan setiap bulan kepada Pimpinan Klinik
4. Tim PMKP bersama pimpinan klinik melakukan rapat untuk mengevaluasi hasil pencapaian
peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
5. Laporan dari unit direkap oleh Tim PMKP setiap triwulan dan dilaporkan kepada pimpinan
Klinik
6. Hasil evaluasi pencapaian peningkatan mutu disampaikan kepada petugas, melalui rapat.
Mas’ud
Lampiran V : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Cahaya Madani
Kota Jakarta Selatan
Nomor : 018 tahun 2018
Tanggal : 11 januari 2018
1. Kesesuaian Nama, Tanggal Lahir, Jenis Kelamin Pasien dan Poli Tujuan
Adalah kesesuaian identifikasi Nama, Tanggal Lahir, Jenis kelamin Pasien dan poli tujuan
dengan verifikasi yang dilakukan di poli tujuan.
Formula Rumus :
Adalah kesesuaian lokasi gigi yang dicabut dengan lokasi gigi yang tercantum pada
diagnosis dokter
Formula Rumus :
Jumlah gigi yang dicabut yang sesuai dengan diagnosa X 100 % = .....%
Jumlah diagnosa gigi yang akan dicabut
Adalah Kepatuhan tenaga kesehatan melakukan 6 langkah cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan di Poli Umum, Poli Gigi dan Ruang Tindakan
Formula Rumus :
Jumlah tenaga medis yg dipantau yg melakukan 6 langkah cuci tangan X 100 % = .....%
Jumlah tenaga medis yang dipantau
4. Tidak ada pasien jatuh
Adalah tidak ditemukan kejadian jatuh pada pasien selama mereka berada di dalam
lingkungan Klinik
Formula Rumus :
Mas’ud