Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN

ANALISIS MODUS
KEGAGALAN DAN DAMPAK (AMKD)
Failure Mode, Effect and Analysis (FMEA)

RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG


Jl. Pangkal Perjuangan KM.2 By Pass Kel. Tanjung Pura Kab. Karawang
Telp. (0267) 414520/414524 Fax (0267) 413277
KARAWANG
RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan KM 2 (By Pass) Tanjung Pura Karawang–Jawa Barat
Telp. (0267) 414520-524. Fax. (0267) 413277
E-mail : rsi_karawang@yahoo.com. Website : www.rsislam-karawang.com

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG
NOMOR : 114/RSIK/SK.DIR/VIII/2022

TENTANG
PANDUAN ANALISI MODUS KEGAGALAN DAN DAMPAK (AMKD)/
FAILURE MODE, EFFECT AND ANALYSISI (FMEA)

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG

Menimbang : a. bahwa dalam upaya mengantisipasi dan menangani segala bentuk resiko
secara efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pelayanan dengan
berpedoman pada keselamatan pasien;
b. bahwa agar manajemen resiko dapat dilaksanakan secara optimal;
b. bahwa dimaksud dalam poin a dan b diatas, maka perlu ditetapkan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Karawang tentang Panduan
Analisis Modus Kegagalan dan Dampak (AMKD)/Failure Mode, Effect
and Analysis (FMEA);

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 496 tahun
2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2020
tentanf Akreditasi Rumah Sakit
7. Peratiuran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 tahun
2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2020
tentang Komite Mutu Rumah Sakit
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidan Perumahsakitan

MEMUTUSKAN
Menetapkan:
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG TENTANG
PANDUAN ANALISIS MODUS KEGAGALAN DAN DAMPAK (AMKD)/
FAILURE MODE, EFFECT AND ANALYSISI (FMEA)
KEDUA : Memberlakukan Panduan AMKD/FMEA Rumah Sakit Islam Karawang
sebagaimana dimaksud Diktum PERTAMA dalam Keputusan ini untuk
dijadikan acuan dalam menyelenggarakan Manajemen Risiko di Rumah
Sakit Islam Karawang.
KETIGA : Panduan AMKD/FMEA di Rumah Sakit Islam Karawang sebagaimana
terlampir dalam keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila dalam
keputusan ini terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di :Karawang
Pada tanggal : 01 Agustus 2022

RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG


Direktur,

dr. H. Deddy Leto, MARS


LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM KARAWANG
NOMOR : 114/RSIK/SK.DIR/VIII/2022
TENTANG : PANDUAN ANALISIS MODUS KEGAGALAN DAN DAMPAK (AMKD)/
FAILURE MODE, EFFECT AND ANALYSIS (FMEA)

BAB I
DEFINISI

Pada saat ini pencegahan kesalahan medis belum menjadi fokus utama untuk asuhan
perawatan pasien di rumah sakit. Sebagian besar sistem pelayanan kesehatan tidak
didesain untuk mencegah terjadinya error.
Definisi dari FMEA (Failue Mode and Effect Analysis) adalah :
1) Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan
sebelum terjadi.
2) Proses proaktif dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi.
3) Mengantisipasi kesalahan dan meminimalkan dampak buruk.
Secara umum definisinya adalah : metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi
dan mencegah Potensi Kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut  didesain  untuk
meningkatkan  keselamatan pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Memilih proses yang beresiko tinggi dan membentuk tim.


2. Membuat diagram proses.
3. Bertukar pikiran tentang modus kegagalan dan menetapkan dampaknya.
4. Memprioritaskan modus kegagalan.
5. Identifikasi akar masalah.
6. Redesain proses
7. Analisis dan uji prose baru
8. Implementasi dan monitor perbaikan proses.
BAB III
TATALAKSANA

Tata laksana Analisis Modus Kegagalan & Dampak (Failure Mode Effect and Analysis /
FMEA) ada 5 tahap, yaitu :

I. LANGKAH 1. Pilih proses yang beresiko tinggi dan membentuk tim


A. Pilih proses yang beresiko tinggi.
1. Proses yang beresiko tinggi meliputi :
a. Proses baru.
Misalnya : staf mengoperasikan alat / instrumen medis yang baru.
b. Proses yang sedang berjalan.
Misalnya : proses pengadaan, penyimpanan & distribusi tabung gas medis
(O2, N2O).
c. Proses klinis.
Misalnya : proses pengambilan darah di laboratorium.
d. Proses non klinis.
Misalnya : mengkomunikasikan hasil laborat ke dokter atau identifikasi
pasien yang beresiko jatuh.
2. Proses yang beresiko tinggi biasanya memiliki satu atau lebih karakteristik.
a. Variabel individu :
 Pasien : tingkat keparahan penyakit, keinginan pribadi pasien, proses
pengobatan.
 Pemberi layanan : tingkat ketrampilan, cara pendekatan dalam
pelaksanaan tugas.
b. Kompleksitas :
 Proses dalam layanan kedokteran sangat kompleks, terdiri puluhan
langkah. Semakin banyak langkah dalam suatu proses, semakin tinggi
probabilitas terjadinya kesalahan.
 Teori Donald Berwick bahwa :
 Bila proses terdiri dari 1 langkah, kemunginan salah 1%.
 Bila proses 25 langkah, kemungkinan salah 22%
 Bila proses 100 langkah, kemungkinan salah 63%
c. Tidak standar.
Proses dilakukan menurut persepsi pemberi pelayanan berdasarkan
kebiasaan atau prosedur yang sudah ketinggalan jaman.
Diperlukan : SPO, Protokol atau Clinical Pathways untuk membatasi
pengaruhdari variabel ini.
d. Proses tanpa jeda.
 Perpindahan satu langkah ke langkah lain dalam waktu berurutan tanpa
jeda sehingga seringkali baru disadari terjadi penyimpangan pada
langkah berikutnya. Misal : NORUM.
 Keterlambatan dalam suatu langkah akan mengakibatkan gangguan
pada seluruh proses.
 Kesalahan dalam suatu langkah akan menyebabkan penyimpangan pada
langkah berikut.
 Kesalahan biasanya terjadi pada perpindahan langkah atau adanya
langkah yang diabaikan. Kesalahan pada satu langkah akan segera
diikuti oleh kesalahan berikutnya, terutama karena koreksi tidak sempat
dilakukan.
e. Proses yang sangat tegantung pada intervensi petugas.
 Ketergantungan yang tinggi akan intervensi seseorang dalam proses
dapat menimbulkan variasi kesalahan. Misal : penulisan resep dengan
singkatan dapat menimbulkan Medication error.
 Sangat tergantung pada pendidikan dan pelatihan yang memadai sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
f. Kultur garis komando ( Hierarchical culture ).
Suatu proses akan menghadapi resiko kegagalan lebih tinggi dalam unit
kerja dengan budaya hirarki dibandingkan dengan unit kerja yang
budayanya berorientasi tim. Hal ini karena :
 Staf enggan berkomunikasi & berkolaborasi satu dengan yang lain.
 Perawat enggan bertanya kepada dokter atau petugas farmasi tentang
medikasi, dosis serta elemen perawatan lainnya.
g. Keterbatasan waktu.
Proses yang memiliki keterbatasan waktu cenderung meningkatkan resiko
kegagalan.
3. Pertimbangkan :
 Yang paling tinggi potensi resikonya
 Yang paling “saling berkaitan” dengan proses lain
 Ketertarikan orang untuk memperbaiki
B. Membentuk tim.
1. Komposisi tim.
a. Multidisiplin & multi personal
 Berbagai macam profesi yang terkait dilibatkan menjadi anggota tim.
 Beberapa karakter seperti : orang yang memiliki kewenangan
memutuskan, orang yang penting untuk penerapan perubahan yang
mungkin diperlukan, pemimpin yang memiliki pengetahuan-dipercaya-
dihormati, orang dengan pengetahuan yang sesuai.
b. Jumlahnya tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang)
2. Pembagian peran tim
a. Team leader
 Pemimpin yang memiliki pengetahuan, dipercaya dan dihormati.
 Mempunyai kemampuan membuat keputusan.
 Orang yang memiliki ‘critical thinking’ saat perubahan akan dilaksanakan.
b. Fasilitator.
 Fungsi fasilitator bisa dirangkap oleh team leader.
 Orang yang ditunjuk sebagai fasilitator bukan berasal dari area yang
dianalisis.
 Memandu tim dalam proses diskusi.
 Memilah temuan atau masukan yang tidak penting.
 Memastikan bahwa anggota tim menyelesaikan setiap langkah dan
mendokumentasikan hasil.
 Mengarahkan tim untuk fokus pada masalah yang sedang dibicarakan.
 Anggota tim merasa nyaman dengan adanya fasilitator.
c. Expert.
 Petugas yang menguasai dan ahli dalam bidang yang dianalisis.
 Dengan keahliannya diharapkan memberikan masukan berupa
perubahan proses.
d. Perwakilan dari disiplin ilmu terkait.
e. Notulen
 Bertanggung jawab mencatat dan membagikan notulen.
 Fungsi notulen bisa dirangkap oleh anggota secara bergantian. Fungsi
notulis dapat menghambat kemampuannya dalam mengemukakan
pendapat, sehingga perlu bergantian.
 Membuat dokumentasi.
II. LANGKAH 2. Membuat alur proses
Pilihlah salah satu diagram / mapping Process
 Mapping Process juga dikenal sebagai Flowchart, menggambarkan semua langkah
dalam proses.
 Mapping Process membantu Tim mengidenLfikasi masalah yang dapat diperbaiki.
 Tool ini sangat mendasar yang sebaiknya digunakan pada langkah awal karena
dapat memberikan pandangan yang jelas tentang proses.
 Tim sebaiknya memulai dengan Process Map level tinggi (5-12 langkah).Kemudian
memilih proses yang mempunyai masalah yang paling besar.
 Contoh :
a. Detail
Process Map paling umum digunakan

.
b. High-Level.
Process Map tercepat, paling sederhana dan detil

c. High--‐low (Top--‐down)
Menambahkan pada kedalaman pada high--‐level Process Map, namun tanpa
mapping yang detil
III. LANGKAH 3. Brainstorm potensial modus kegagalan dan dampaknya.
Dalam tahap ke 3, proses harus menggunakan alat bantu berupa :
1. Failure Mode.
 Jenis potensi kegagalan dalam proses untuk memenuhi persyaratan atau tujuan
proses.
 Berasal dari proses yang tidak sempurna.
 Menyebabkan dampak.
 Contoh : tidak berfungsi, fungsi menurun, fungsi menyimpang, jatuh, salah
identifikasi dll.
2. Efek.
 Akibat dari kegagalan, yang mengganggu / merugikan.
 Dirasakan pasien
 Contoh : keterlambatan penanganan, kematian, cacat, kerusakan jaringan, tidak
dapat diperbaiki, melanggar ketentuan, kerugian finansial.

Contoh diagram 1 proses


N
Sub Proses Failure Mode Effect
o
1 Print charge slip & Charge slip & etiket Dampak pada pasien : salah obat,
etiket berbeda dengan resep salah harga, terapi irasional
Dampak pada pengunjung : -
Dampak pada staf : komplain
pasien, sangsi atasan
Peralatan / fasilitas : -
Charge slip & etiket Dampak pada pasien : salah
buram minum obat
Dampak pada pengunjung : -
Dampak pada staf : komplain dari
pasien
IV. LANGKAH 4. Hitung skala prioritas kegagalan.
 Seberapa parah efek yang ditimbulkan.
Tingkat kefatalan dampak menggunakan alat bantu berupa tabel Severity.
 Seberapa sering potensi penyebab terjadi.
Tingkat kemungkinan terjadi menggunakan alat bantu berupa tabel Occurrence.
 Seberapa mudah potensi penyebab terdeteksi.
Kemampuan deteksi dari sistem yang ada menggunakan tabel Detection.

Risk Priority number (RPN)


Sering digunakan untuk mengkalkulasi kritisnya keadaan sebagai suatu a risk priority
number (RPN), juga disebut Criticality Index (CI), berdasarkan derajat
Severity,Probability dan Deteksi.

Risk Priority Number = severity x Occurence x Detection

 Modus kegagalan dengan nilai RPN yang tinggi, otomatis menjadi perhatian untuk
diatasi / menjadi PRIORITAS.
 Memilih skala peringkat :
 JCI tidak secara spesifik menentukan “skala” mana yang harus digunakan dalam
menilai modus kegagalan.
 Skala yang dipilih adalah skala 1-10

A. Severity
 Yaitu efek pada pelanggan.
 Nilai 10 adalah ekstrem (komplain) dan nilai 1adalah pelanggan tidak nyaman.
 Contoh skala 1-10

RATING DESKRIPSI DEFINISI


Dampak minor atau tidak Tidak akan disadari oleh orang yang
1
ada mengalami dan tidak mempengaruhi proses
2
Dapat mempengaruhi orang yang mengalami
3
dan akan sedikit berpengaruh pada proses.
4
Dapat berpengaruh pada orang yang
5 Dampak moderat mengalami & menyebabkan dampak serius
pada proses.
Akan berpengaruh pada orang dan
6 Cedera ringan
menyebabkan dampak serius pada proses.
7
Akan mengakibatkan cedera serius pada
8 Cedera berat orang & menyebabkan dampak serius pada
proses.
9
Sangat berbahaya : kegagalan akan
Bencana, cacat seumur menyebabkan kematian pada orang yang
10
hidup / meninggal dilayani & menyebabkan dampak serius pada
proses.
B. Occurance
 Contoh skala 1-10

DESKRIPSI KEMUNGKINAN DEFINISI


Tidak ada / sedikit diketahui terjadinya,
Sangat jarang &
1 1 dalam 10.000 sangat tidak mungkin kondisi akan
hampir tidak ada
pernah terjadi
2
Mungkin, tapi tidak diketahui datanya,
Kemungkinan
3 1 dalam 5.000 kondisi terjadi dalam kasus terisolasi,
rendah
tetapi kemungkinannya rendah
4
Didokumentasikan, tetapi jarang, kondisi
Kemungkinan
5 1 dalam 200 tersebut memiliki kemungkinan cukup
moderat
besar terjadi
6
Didokumentasikan & sering, kondisi
7 Kemungkinan tinggi 1 dalam 100 tersebut terjadi sangat teratur dan /
selama jangka waktu yang wajar.

8
Didokumentasikan, hampir pasti, kondisi
tersebut pasti akan terjadi selama
9 Yakin terjadi 1 dalam 20
periode panjang yang spesifik untuk
langkah / hubungan tertentu
1
Selalu terjadi 1 dalam 10
0

C. Detection
 Menggunakan skala 1-10

1 Pasti terdeteksi 10 dari 10 Hampir selalu terdeteksi dengan segera


2
3 Kemungkinan rendah 7 dari 10 Mungkin terdeteksi
4
5 Kemungkinan moderat 5 dari 10 Kemungkinan sedang terdeteksi
6
7 Kemungkinan tinggi 2 dari 19 Tidak akan terdeteksi dengan mudah
8
Hampir pasti tidak Tidak mungkin terdeteksi tanapa upaya
9 0 dari 10
terdeteksi serius
Tidak ada mekanisme deteksi atau
10 Tidak ada upaya deteksi
proses baru

Prioritaskan Modus Kegagalan


 Modus kegagalan harus dilakukan prioritas sesuai dengan prioritas tindakan.
 Jika modus kegagalan menggunakan RPN, mungkin dapat memilih “cut off
point” untuk menentukan prioritas.
 Nilai dibawah cutoff point tidak memerlukan tindakan segera kecuali tersedia
waktu.
 Nilai di atas cutoff point , harus dilakukan eksplorasi.

Risk Priority Number (RPN)


FM # Failure Mode Severity Frequency Detectability RPN
Choose incorrect
2 10 7 7 490
medication
6 No double check 10 7 7 490
4 Error due to Baker Cells 10 8 6 480
Poor flow refilling
1 7 10 6 420
Cut of process
point 1 Dispense not
7 10 5 350
0 documented in computer
5 Labeled incorrectly 7 8 3 168
7 Illegible initials 4 10 4 160
No double check of bag
9 7 7 3 147
contents
3 Count incorrect quantity 2 7 10 140
Prescription bagged
8 4 4 1 16
incorrecly

Tabel RPN dan Criticality


Sub Failure Potential
No Effect S O D RPN
Proses Mode Cause
1 Print Charge slip Dampak pada 9 Petugas 3 7 189
charge slip & etiket pasien : salah salah input
& etiket berbeda dg obat, salah
resep harga, terapi
irasional
Dampak pada
pengunjung : -
Dampak pada
staf : komplain
pasien, sangsi
atasan
Peralatan /
fasilitas : -
Charge slip Dampak pada Tinta mesin 4 1 36
& etiket pasien : salah printer hampir
buram minum obat habis
Dampak pada
pengunjung : -
Dampak pada
staf : komplain
dari pasien
Target RPN = 150
Maka :
 Dibawah 150 resiko diterima oleh rumah sakit.
 Diatas atau sama dengan 150 maka resiko akan di kontrol atau dieleminasi
dengan rencana tindak lanjut.

V. LANGKAH 5. Identifikasi akar masalah modus kegagalan


 Dalam konteks FMEA : RCA digunakan untuk menganalisa kemungkinan salah
dalam Proses dan sistem.
 Desainnya adalah Kegagalan dimasa datang bisa dicegah. Kalaupun tidak dapat
dicegah, pasien harus di proteksi terhadap dampak kegagalan tsb atau Dampak di
mitigasi. Alat bantu yang bisa digunakan untuk analisa akar penyebab :
1. Brainstorming
Analisa akar penyebab : jika diinginkan ide / solusi yang tidak terbatas
untuk menemukan akar masalah dari semua pihak dalam proses
perbaikan.
Tujuan : untuk menghasilkan beberapa ide-ide dalam waktu minimum melalui
proses kreatif dalam kelompok.
2. Cause & Effect Diagram
Analisa akar penyebab : ketika masalah memiliki beberapa penyebab.
Tujuannya : untuk menampilkan gambaran yang jelas dari beberapa hubungan
sebab akibat antara hasil dan faktor yang mempengaruhi.
Menggunakan 5 faktor yaitu = 5 M + 1 E
1 Tulang mencakup “Why” sebanyak 5 kali.

VI. LANGKAH 6. Redesain Proses


Hal yg perlu dilakukan adalah :
a) Lakukan studi literatur untuk mengumpulkan informasi dari literatur ilmiah.
b) Belajar dari rumah sakit lain dalam mengatasi masalah untuk problem yang sama.
c) Berkomitmen untuk mencapai berubahan baru dalam cara pandang baru.
Strategi Redesain
1) Desain atau desain ulang proses untuk eleminasi peluang terjadinya
kegagalan (mencegah terjadinya kegagalan).
2) Mencegah kegagalan sampai ke pasien dg meningkatkan deteksi kegagalan.
3) Fokus pada mitigasi dampak kesalahan yang sampai ke pasien.

VII. LANGKAH 7. Analisis dan Uji Coba Proses Baru.


1. Panduan Analisis.
a. Bagaimana proses baru tersebut dapat diterapkan.
b. Kapan proses yg baru akan diterapkan
c. Siapa yang akan bertindak & bertanggung jawab.
d. Dimana proses baru tersebut akan diterapkan.
2. Panduan Pengujian.
a. Pengujian diatas kertas.
b. Simulasi
c. Uji coba terbatas.
3. Pengumpulan Data.
a. Tinjauan terhadap catatan hasil pengujian,
b. Survei sebelum dan sesudah perubahan.
c. Sistem pelaporan.
d. Pengamatan di lapangan
e. Diskusi kelompok terfokus (FGD).
f. Kehadiran pada program pendidikan.
g. Evaluasi kompetensi.

VIII. LANGKAH 8. Implementasi dan Monitor Proses yang Diredesain.


A. Strategi perubahan.
 Buat ‘sense of urgency’
 Bentuk tim pemandu.
 Buat visi dan strategi
 Komunikasikan visi yang berubah.
B. Strategi pemantauan.
 Dokumentasikan seluruh hasil proses yang baru, masukkan ke dalam prosedur
(sehingga menjadi standar baru).
 Berikan training dan sosialisasi menyeluruh.
 Jaga kestabilan proses selama beberapa waktu untuk memastikan
kekonsistenannya.

Contoh Tabel Implementasi dan Pemantauan :


Hasil Kegiatan
PIC
Dateline
Tindakan yg diambil (penanggung S O D RPN
(Batas waktu)
jawab)
Obat dg nama yg sama Michael 15 April 10 3 3 90
namun berbeda
sediaannya , diletakkan
terpisah (di rak yg
berbeda)

Tindakan dan pengukuran outcome


1) Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan akan di :
 Kontrol.
 Eliminasi.
 Terima.
2) Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan
dieliminasi atau dikontrol.
3) Identifikasi ukuran outcome yang digunakan untuk analisa dan uji re-desain
proses.
4) Identifikasi penanggung jawab dan deadline / target waktu untuk melaksanakan
tindakan tersebut.
5) Tentukan apakah perlu dukungan direktur atau tidak untuk menjalankan proses
baru tersebut.
6) Lakukan pengukuran S, O dan D kembali setelah tindak lanjut dilakukan.
7) Hitung kembali nilai RPN baru.
8) Jika nilai RPN sudah mencapai target maka cari kembali nilai RPN yang masih
diatas target.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi dalam buku panduan ini adalah menuliskan semua langkah dalam bentuk form
yang tersedia.
Contoh FMEA
FORM FAILURE MODE & EFFECT ANALYSIS
Unit Kerja Farmasi
Proses yang dianalisis Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam Pelayanan Farmasi
Tim FMEA Nama Peran
Ketua dr. Fidya Febriyanti Penanggung Jawab Pemberi Pelayanan Klinis
Rokinah, Amd Keb Penanggung Jawab PONED
Sucipto, S.Kep Ners Penanggung Jawab UGD / Rawat Inap
Anggota
Sinta Dewi, Amd Keb Penanggung Jawab Rekam Medik
Kasyono, AMK Penanggung Jawab Farmasi
Petugas pencatat (notulis) Mencatat hasil Fmea

I. Gambar alur proses yang akan dianalisis:


1. Petugas farmasi menerima Resep
2. Petugas Farmasi skrining resep.
3. Validasi resep
4. Konfirmasi dengan dokter penulis resep.
5. Penyerahan resep di bagian penyiapan obat
6. Penyiapan obat sesuai resep racikan/non racikan
7. Pelabelan
8. Petugas Farmasi menyerahkan obat ke bagian penyerahan obat
9. Koreksi dari petugas Farmasi penyerah obat
10. Petugas farmasi menyerahkan obat kepada Pasien
II. Identifikasi failure modes:
No Tahapan Proses Failure Modes
1 Petugas farmasi menerima Resep Asisten Apoteker gagal mendeteksi kesalahan identitas
pasien(salah nama pasien,tertukar resep pasien)
2 Petugas Farmasi skrining resep Asisten Apoteker gagal mendeteksi kelengkapan resep
3 Validasi resep 1. Kegagalan dalam membaca nama obat
2. Kegagalan dalam mendeteksi jumlah obat
3. Kegagalan dalam cara penggunaan obat
4. Kegagalan dalam mendeteksi petunjuk khusus
5. Kegagalan dalam perhitungan dosis
4 Konfirmasi dengan dokter penulis resep Kegagalan komunikasi dengan dokter
5 Penyerahan resep di bagian penyiapan obat Kegagalan dalam penyerahan resep
6 Penyiapan obat sesuai resep racikan/non racikan 1. Kegagalan dalam pengambilan obat
2. Kegagalan dalam peracikan
7 Pelabelan obat  Kegagalan dalam membaca aturan pakai
 Kegagalan dalam menempel etiket
 Kegagalan dalam pemberian label
8 Petugas Farmasi menyerahkan obat ke bagian penyerahan obat Kegagalan dalam penyerahan obat kebagian penyerahan
9 Koreksi dari petugas Farmasi penyerah obat Tidak dilakukan koreksi
10 Petugas farmasi menyerahkan obat kepada Pasien 1. Kegagalan dalam memberikan informasi obat
2. Kegagalan dalam memberikan obat(salah obat)
3. Kegagalan dalam penyerahan kepada pasien
III. Tujuan melakukan analisis FMEA:

Untuk perbaikan pelayanan Farmasi

IV. Identifikasi penyebab, akibat jika terjadi failure mode untuk tiap-tiap failure mode dan Penghitungan RPN
No Penyebab Akibat
1 - Tidak dilakukan skrining identitas,resep langsung diletakkan di - Kesalahan nomor antrian resep
kotak,tidak ada komunikasi - Waktu tunggu pasien lama
- Tidak ada petugas jaga diloket penerimaan - Proses lain tidak berjalan
2 - Tidak dilakukan skrining resep - Kelengkapan resep kurang
- Tidak ada petugas jaga diloket penerimaan - Waktu tunggu pasien lama
3 - Tulisan dokter yang tidak jelas - Salah dalam penyiapan obat,terapi tidak sempurna
- Kesalahan dalam penggunaan dosis
4 - Adanya rasa sungkan untuk adu urgumen dengan dokter - Akan terjadi salah interpretasi resep sehingga
- Dokter lupa karena banyak sekali pasien mengakibatkan salah dosis,salah obat,salah aturan pakai
5 - Kesalahan pengambilan urutan pengerjaan resep - Lama waktu tunggu,salah peracikan
6 - Letak obat yang berdekatan,nama obat yang hampir sama - Kegagalan pengobatan/terapi
7 - Tulisan kurang jelas,petugas kurang teliti,pasien terlalu banyak - Salah pemasangan etiket
- Salah aturan pakai obat
8 - Beban kerja yang terlalu tinggi,tidak teliti - Dapat terjadi salah pasien,tertukar obat
9 - Kelelahan karena proses yang cukup panjang,pasien terlalu - Dapat terjadi salah obat,salah pasien, salah etiket, salah
banyak pemberian obat
10 - Kurang teliti,nama yang mirip,beban kerja yang tinggi - Kegagalan pengobatan, pasien semakin parah, pasien tidak
sembuh, tidak mendapatka informasi

Risk Priority
Kemungkinan Tingkat Kemudahan
Number(RPN)
No Failure Modes terjadinya ( O= kepatahan (S= dideteksi (D= Ranking
RPN =
Occurrence) Severity) Detectability)
OxSxD

1 Petugas farmasi menerima Resep 6 6 2 72 6

2 Petugas Farmasi skrining resep 8 4 1 32 8

3 Validasi resep 3 9 2 54 7

4 Konfirmasi dengan dokter penulis resep 8 9 3 216 1

5 Penyerahan resep di bagian penyiapan obat 4 4 1 16 10

6 Penyiapan obat sesuai resep racikan/non racikan 3 9 5 135 4

7 Pelabelan obat 3 10 5 150 3

Petugas Farmasi menyerahkan obat ke bagian


8 3 2 5 30 9
penyerahan obat

9 Koreksi dari petugas Farmasi penyerah obat 4 9 5 180 2

Petugas farmasi menyerahkan obat kepada


10 2 9 5 90 5
Pasien
Failure modes: Persentase
No RPN
(urutkan dari RPN tertinggi ke terendah) Kumulatif

Konfirmasi dengan dokter penulis resep 216 22,15

2 Koreksi dari petugas Farmasi penyerah obat 180 18,46

3 Pelabelan obat 150 15,38

4 Penyiapan obat sesuai resep racikan/non racikan 135 13,84

5 Petugas farmasi menyerahkan obat kepada Pasien 90 9,23

6 Petugas farmasi menerima Resep 72 7,38

7 Validasi resep 54 5,53

8 Petugas Farmasi skrining resep 32 3,28

9 Petugas Farmasi menyerahkan obat ke bagian penyerahan obat 30 3,07

10 Penyerahan resep di bagian penyiapan obat 16 1,64

V. Solusi, dan Indikator untuk mengukur keberhasilan solusi


No Indikator
Mengukur
Tahapan Proses Failure Modes Penyebab Akibat Solusi
keberhasilan
solusi
1 Konfirmasi dengan Kegagalan  Adanya rasa  Akan terjadi salah Komunikasi yang Kepatuhan
dokter penulis komunikasi dengan sungkan untuk adu interpretasi resep baik dengan dokter terhadap SOP
resep dokter urgumen dengan sehingga penulis resep
dokter mengakibatkan
 Dokter lupa karena salah dosis,salah
banyak sekali obat,salah aturan
pasien pakai
2 Koreksi dari Tidak dilakukan  Kelelahan karena  Dapat terjadi salah Dibuatkan buku Kepatuhan
petugas Farmasi koreksi proses yang cukup obat,salah pasien, pencatatan pasien terhadap SOP
penyerah obat panjang,pasien salah etiket, salah beserta yanda
terlalu banyak pemberian obat terima penyerahan
obat
3 Pelabelan obat  Kegagalan dalam  Tulisan kurang  Salah Perbaikan dalam Kepatuhan
membaca aturan jelas,petugas pemasangan etiket penulisan resep terhadap SOP
pakai kurang teliti,pasien  Salah aturan pakai
 Kegagalan dalam terlalu banyak obat
menempel etiket
 Kegagalan dalam
pemberian label
4 Penyiapan obat  Kegagalan dalam  Letak obat yang  Kegagalan Adanya Kepatuhan
sesuai resep pengambilan obat berdekatan,nama pengobatan/terapi pemasangan nama terhadap SOP
racikan/non racikan  Kegagalan dalam obat yang hampir obat di setiap kotak
peracikan sama obat,stiker LASA
dan High Alert
5 Petugas farmasi  Kegagalan dalam  Kurang teliti,nama  Kegagalan Adanya nomor Kepatuhan
menyerahkan obat memberikan yang mirip,beban pengobatan, antrian yang di tulis terhadap SOP
kepada Pasien informasi obat kerja yang tinggi pasien semakin pada resep sebagai
 Kegagalan dalam parah, pasien tidak kroscek
memberikan sembuh, tidak
obat(salah obat) mendapatka
 Kegagalan dalam informasi
penyerahan
kepada pasien

VI. Pelaksanaan kegiatan, rekomendasi, penanggung jawab, evaluasi


Kegiatan yang
Kegiatan
Tahapan Failure direkomendas Penanggung
Akibat S Penyebab O Solusi D RPN yang S O D RP
Proses Modes i jawab
dilakukan
kan
Konfirmasi Kegagalan Adanya 9 Akan terjadi 8 Komunikasi 3 216 Perbaikan Tim Mutu Sosialisasi 7 2 3 42
dengan komunikasi rasa salah yang baik SOP, Tim Mutu SOP,
dokter dengan sungkan interpretasi dengan Sosialisasi Pelaksana Implementasi
penulis dokter untuk adu resep dokter SOP, FARMASI SOP,
resep urgumen sehingga penulis Implementasi Tim Mutu
dengan mengakibatkan resep SOP, Monitoring
dan Evaluasi
dokter salah
Monitoring kembali
dosis,salah
Dokter lupa dan Evaluasi
obat,salah kembali
karena
aturan pakai
banyak
sekali
pasien

Anda mungkin juga menyukai