Disusun Oleh :
Unit Rekam Medis
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS
DI RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI
Bismillahirrohmaanirrohiim
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS DI RUMAH
SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA.
Kedua : Mengamanatkan kepada bidang pelayanan medik untuk melakukan
pemantauan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan panduan ini.
Ketiga : Keputusan ini berlaku tahun sejak tanggal ditetapkannya.
Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan
ini, maka akan diadakan perbaikan dan perubahan seperlunya.
Ditetapkan di : Surabaya
Surabaya : 1 September 2015
Direktur,
Tembusan :
1. Yth. Yayasan RS Islam Surabaya
2. Yth. Pejabat terkait
Visi
Rumah Sakit Islam Berstandar Internasional.
Misi
a. Memberikan pelayanan jasa rumah sakit secara prima dan Islami menuju
Standar Mutu Pelayanan Internasional dengan dilandasi prinsip kemitraan
b. Melaksanakan Manajemen Rumah Sakit berdasarkan Manajemen Syariah yang
berstandar Internasional
c. Membangun SDM Rumah Sakit yang profesional sesuai standar Internasional
yang Islami dengan diiringi integritas yang tinggi dalam pelayanan
d. Menyediakan sarana prasarana rumah sakit untuk mewujudkan implementasi
pelayanan Islami dan berstandar Internasional.
Direktur
RS Islam Jemursari
i
Keputusan Direktur
Nomor JS.A.SKR.318.09.15
Tentang
Pedoman Pelayanan Rekam Medis
Disusun oleh :
Unit Rekam Medis
Disetujui oleh :
Wakil Direktur Medis
Ditetapkan oleh :
Direktur Utama RS Islam Jemursari
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridhoNya Pedoman
Pelayanan Rekam Medis di Rumah Sakit Islam Jemursari dapat dibuat. Panduan ini akan
dijadikan panduan dalam segenap Struktural maupun pegawai RS Islam Jemursari dalam
memberikan pelayanan yang aman dan bermutu pada pasien.
Pada Kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan Panduan Pedoman Pelayanan Rekam Medis di Rumah Sakit Islam Jemursari,
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Islam jemursari.
Pedoman ini akan terus mengalami perbaikan kedepan seiring dengan peningkatan
pengetahuan Rumah Sakit terhadap kesehatan yang ada, sehingga kedepan masih perlu adanya
perbaikan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Pedoman ini,
kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Semoga amal kebaikan diterima
oleh Allah SWT.
i
DAFTAR ISI
Halaman
Cover
Surat Keputusan
Visi dan Misi i
Halaman persetujuan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUANG LINGKUP PELAYANAN 3
C. BATASAN OPERASIONAL 8
D. DASAR HUKUM 8
E. ASPEK HUKUM REKAM MEDIS 9
BAB II STANDAR KETENAGAAN 17
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA 17
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN 24
C. PENGATURAN JAGA 25
BAB III STANDAR FASILITAS 26
A. DENAH RUANG 26
B. STANDAR FASILITAS 27
BAB IV TATA LAKSANA 30
A. PENERIMAAN PASIEN 30
B. PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN 30
C. PELAYANAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT 30
DARURAT 31
D. ALUR PASIEN RAWAT JALAN 32
E. PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT INAP 33
F. ALUR PASIEN RAWAT INAP 34
G. SISTEM IDENTIFIKASI DAN PENOMORAN 44
H. KALSIFIKASI PENYAKIT 44
I. PENGOLAHAN, ANALISA DATA DAN PELAPORAN 48
J. SIMBOL, TANDA KHUSUS DAN SINGKATAN 54
K. PENCATATAN DAN PENGISIAN REKAM MEDIS
L. PEMINJAMAN DAN PEMELIHARAAN REKAM 77
MEDIS 79
M. PELEPASAN INFORMASI 82
N. PENYIMPANAN REKAM MEDIS 84
O. PEMISAHAN DAN PEMUSNAHAN REKAM MEDIS
INAKTIF
P. PENYIMPANAN, RETENSI, DAN PEMUSNAHAN
ARSIP REKAM MEDIS
BAB V LOGISTIK 98
BAB VI KESELEMATAN KERJA 99
BAB VII PENGENDALIAN MUTU 101
BAB VIII PENUTUP 109
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lahirnya rekam medis berjalan sejajar dengan lahirnya ilmu kedokteran
karenanya sejak Zaman Batu (Paleolithic) lebih kurang 25.000 SM di Spanyol rekam
medis telah ada, tetapi dalam bentuk yang primitif sekali berupa pahatan pada dinding
gua.
Pada zaman Mesir Kuno (Egyptian Period) telah dikenal Dewa Thoth ahli
pengobatan yang dianggap Dewa Kebijaksanaan dikenal sebagai dewa berkepala iblis.
Ia mengarang 3642 buah buku. Diantaranya 6 buku mengenai masalah kedokteran
(tubuh manusia, penyakit, obat-obatan penyakit mata dan kebidanan)
Pada zaman Yunani dikenal Aesculapius yang dianggap sebagai dewa
kedokteran dan mempunyai tongkat dililit ular yang hingga kini masih dipakai sebagai
simbol ilmu kedokteran diseluruh dunia. Aesculapius melakukan praktek ilmu
kedokteran di Delphi, bekas reruntuhan kuilnya berada di dekat gunung Parna Zeus.
Pada 460 SM dikenal Hippocrates yang hingga kini disebut sebagai Bapak Ilmu
Kedokteran. Ia yang mulai mengesampingkan ramalan dan pengobatan secara mistik
dengan praktek kedokteran secara ilmu pengetahuan modern. Hipocrates yang
membuat sumpah Hipocrates dan banyak menulis tentang pengobatan penyakit, dengan
observasi penelitian yang cermat dan sampai kini dianggap benar. Hasil pemeriksaan
pasiennya (rekam medis) diajarkan pada Putra Hipocrates Thesalius, Racon, dan
Dexxippus yang hingga kini masih dapat dibaca oleh para dokter. Kecermatan cara
kerja Hipocrates dalam pengelolaan rekam medisnya sangat menguntungkan para
dokter sekarang.
Pada zaman Islam dikenal dokter-dokter yang beragama Islam dan praktek di rumah
sakit Persia (Iran) antara lain Imam Gozali (Rhazes) tahun 865 — 925 SM, yang telah
menulis banyak buku kedokteran, antara lain mengenai pengobatan penyakit cacar
"Treatise on Smallpox and Measles" yang merupakan buku pertama yang membahas
penyakit menular. Ia juga merupakan dokter pertama yang menggunakan alkohol dan
usus kambing untuk menjahit luka. Kemudian Ibnu Sina (Avicena) hidup 980-1037 M
yang bekerja berdasarkan tulisan Hipocrates dan menggabungkan dengan sumber-
sumber kedokteran lainnya yang is dapat. Ia telah menggunakan sistem pencatatan
klinis yang baik.
Pada abad XVIII Benyamin Franklin dari USA mempelopori berdirinya rumah
sakit Pennsylvania di Philadelpia (1752). Rekam medis sudah ada pada tahun 1873 dan
indeks pasien baru disimpan.
Tahun 1771 Rumah Sakit New York dibuka, pada tahun 1793 register pasien
dikerjakan. Tahun 1862 mulai dicoba menggunakan indeks penyakit. Pada tahun 1914
istilah-istilah kepenyakitan barn dapat diterangkan.
Pada tahun 1801 Rumah Sakit Umum Massacussect di Boston dibuka. Rumah
Sakit ini telah memiliki rekam medis dan katalog lengkap. Tahun 1871 mulai
diinstruksikan bahwa pasien dirawat harus dibuat KIUP (Kartu Indeks Utama Pasien).
Tahun 1870-1893 Library Bureu mulai mengerjakan penelitian katalog pasien. Tahun
1895 -1867 Ny. Grece Whiting Myerors terpilih sebagai Presiden pertama dari
Association of Record Librarian of North America. la adalah ahli medical record
pertama di rumah sakit.
Pada abad XX rekam medis barn menjadi pusat perhatian secara khusus pada
beberapa rumah sakit dan perkumpulan ikatan dokter/rumah sakit di negara-negara
barat. Tahun 1902 American Hospital Association untuk pertama kalinya melakukan
diskusi rekam medis. Tahun 1905 beberapa buah pikiran dokter diberikan untuk
perbaikan rekam medis. Tahun 1905 Dokter George Wilson seorang dokter kebangsaan
Amerika dalam rapat tahunan American Medical Association ke 56 membacakan
naskahnya : "A Clinical Chart for The Record of Patient in Small Hospital " yang
1
kemudian diterbitkan dalam Journal of American Association pada 23 september1905.
Isi naskah itu adalah tentang pentingnya nilai medical record yang lengkap isinya demi
kepentingan pasien maupun bagi pihak rumah sakit.
Berikut adalah perkembangan selanjutnya :
a. Tahun 1935 di USA muncul 4 buah sekolah Rekam Medis.
b. Tahun 1955 berkembang menjadi 26 sekolah dan terdapat 1000 lulusan.
c. Tahun 1948 Inggris membuat 4 sekolah rekam medis.
d. Tahun 1944 didirikan sekolah rekam medis di Australia oleh seorang ahli Rekam
Medis dari Amerika yang bernama Ny. Huffman, di Sydney dan Melbourne..
Dengan demikian dunia internasional sudah menyadari bagaimana pentingnya
tulisan-tulisan serta catatan mengenai penyakit seseorang sehingga harus disusun
dengan sebaik-baiknya dan catatan medis inilah yang kita namakan dengan rekam
medis.
Kongres Rekam Medis pertama diselenggarakan di London pada tahun 1952
yang dihadiri oleh 9 negara. Pertemuan pertemuan berikutnya diadakan dalam kurun
waktu dekat setelah kongres yang pertama hingga Kongres yang kelima dimana pada
kongres ini terbentuk Organisasi Rekam Medis Dunia yang dikenal dengan IFHRO
(International Federation of Health Record Organization ). Kongres keenam yang
juga merupakan pertemuan pertama dari federasi ini diadakan di Sidney Australia
pada tahun 1972. Salah satu tujuan dari organisasi ini adalah sebagai sarana
komunikasi bagi profesi Rekam Medis dan meningkatkan standar ilmu Rekam Medis
itu sendiri di berbagai negara. Federasi ini mengenalkan perkembangan tehnik barn
dalam Rekam medis untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Hal ini dilakukan
secara terpisah dengan program pendidikan dan media pengembangan lain untuk
memperbarui ide dan pengalaman bagi para praktisi Rekam medis dalam skala
internasional.
Semenjak masa pra-kemerdekaan di Indonesia, beberapa rumah sakit sudah
melakukan kegiatan pencatatan, hanya saja penataannya masih belum dilaksanakan
dengan baik atau belum mengikuti sistem informasi yang benar. Penataan masih
tergantung pada selera pemimpin masing-masing rumah sakit.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966, kepada semua
petugas kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas
rekam medis. Kemudian pada tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
RI. No. 034/Birhup/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk
menyelenggarakan rekam medis. Pada bab I pasal 3 menyatakan bahwa guna
menunjang terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik. Maka setiap
rumah sakit :
1. Mempunyai dan merawat statistik yang up to date.
2. Membuat rekam medis yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut adalah agar di institusi pelayanan
kesehatan termasuk rumah sakit, penyelenggaraan rekam medis dapat berjalan dengan
baik. Pada kurun waktu 1972 — 1989, penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit
masih belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, sehingga perlu dipertegas lagi
tentang pengelolaan rekam medis. Diharapkan dengan diberlakukannya Permenkes No.
749a/Menkes/per/X/1989tentang rekam medis/Medical Record yang merupakan
landasan hukum, semua tenaga medis dan paramedic di rumah sakit yang terlibat di
dalam penyelenggaraan rekam medis dapat melaksanakannya.
Dalam pasal 22 sebagai salah satu pasal Permenkes no. 749a tahun 1989 tersebut
disebutkan bahwa hal-hal teknis yang belum diatur dan Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan ini akan ditetapkan oleh Direktorat Jendral sesuai dengan bidang tugas
masing-masing. Sejalan dengan pasal 22 tersebut maka Direktorat Jenderal Pelayanan
Medis telah menyusun Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis/Medical
Record di Rumah Sakit dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medis
No. 78 tahun 1991 tentang petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah
2
Sakit. Dengan adanya perkembangan akan kebutuhan serta mengantisipasi
perkembangan pelayanan maupun IPTEK maka dilakukan penyempurnaan petunjuk
tentang pengelolaan rekam medis rumah sakit.
Fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan pokok sasarannya masing masing. Selain itu, juga mempunyai
kewajiban administrasi untuk membuat dan memelihara rekam medis pasien. Hal ini
ditegaskan dalam beberapa peraturan dan undang-undang misalnya undang-undang
praktek kedokteran atau yang dikenal dengan UUPK no 29 tahu 2004 pasal 46 ayat 1
yaitu "Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib
membuat rekam medis." Seiring dengan perkembangannya maka diterbitkan Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia no 269/PER/I11/2008 tentang Rekam Medis.
Peraturan ini menjadi salah satu landasan hukum penyelenggaraan Rekam Medis di
Rumah sakit. Dengan disahkannya Permenkes yang baru ini sekaligus mencabut
peraturan yang lama yaitu Permenkes No. 749a/Menkes/per/X/1989
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
meliputi pengelolaan berkas Serta Pengolahan data dan Pelaporan.
1. Pengertian Rekam Medis
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien Namun dalam arti luas rekam medis adalah suatu sistem
penyelenggaraan Rekam Medis (DEPKES RI, 1997).
Penyelenggaraan Rekam Medis merupakan proses kegiatan yang dimulai
pada saat diterimanya pasien di RS, diteruskan dengan pencatatan data medis
pasien, selama di Rawat di RS kemudian dilanjutkan dengan pengamanan berkas
Rekam Medis yang meliputi pengolahan data, penyimpanan serta pengeluaran
berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman guna
keperluan lain.
2. Kegunaan Rekam Medis
Ada banyak pendapat tentang tujuan kegunaan rekam medis. Salah satu cara untuk
mengingatnya secara mudah digunakan akronim mnemonic 'ALFRED' yang berarti
mempunyai nilai untuk kepentingan administrative, hukum (legal), financial, riset,
edukasi, dan dokumentasi (Hatta, 1985).
a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggungjawab sebagai tenaga
medis dan paramedis dalam pencapaian tujuan pelayanan kesehatan
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut
masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka
usaha menegakakan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk
menegakkan keadilan.
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya
menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.
3
f. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya
menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dapat dipakai
sebagai bahan pertangungjawaban dan laporan rumah sakit.
Selanjutnya, dengan majunya teknologi informasi, kegunaan rekam medis
dapat dilihat dalam 2 kelompok besar (Dick et al., 1997, hlm. 77-79) Pertama, yang
paling berhubungan langsung dengan pelayanan pasien (primer). Kedua, yang
berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubungan
langsung secara spesifik (sekunder).
a. Tujuan utama (primer) Rekam Medis terbagi dalam 5 (lima) kepentingan yaitu
1) Pasien, rekam medis merupakan alat bukti utama yang mampu
membenarkan adanya pasien dengan identias yang jelas dan telah
mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan
kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya.
2) Pelayanan pasien, rekam medis mendokumentasikan pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain yang
bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian
rekaman itu membantu pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan,
dan penentuan diagnosis pasien. Rekam medis juga sebagai sarana
komunikasi antar tenaga kesehatan lain yang sama-sama terlibat dalam
menangani dan merawat pasien. Rekaman yang rinci dan bermanfaat
menjadi alat penting dalam menilai dan mengelola resiko manajemen.
Selain itu rekam medis setiap pasien juga berfungsi sebagai tanda bukti
sah yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena itu
rekam medis yang lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi
data/informasi tentang pemberian pelayanan kesehatan secara jelas.
3) Manajemen pelayanan, rekam medis yang lengkap memuat segala aktivitas
yag terjadi dalam manajemen pelayanan sehingga digunakan dalam
menganalisis berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik, serta untuk
mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan.
4) Menunjang pelayanan, rekam medis yang rinci akan mampu menjelaskan
aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber-sumber yang ada pada
organisasi pelayanan di RS, menganalisis kecenderungan yang terjadi dan
mengkomunikasikan informasi di antara klinik yang berbeda.
5) Pembiayaan, rekam medis yang akurat mencatat segala pemberian
pelayanan kesehatan yang diterima pasien. Informasi ini menentukan
besarnya tagihan yang harus dibayar, baik secara tunai atau melalui asuransi
b. Tujuan sekunder rekam medis
Tujuan sekunder rekam medis ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan
lingkungan seputar pelayanan pasien yaitu untuk kepentingan edukasi, riset,
peraturan dan pembuatan kebijakan. Adapun yang dikelompokkan dalam
kegunaan sekunder adalah kegiatan yang tidak berhubungan secara spesifik
antara pasien dan tenaga kesehatan (Dick, Steen dan Detmer 1997, hlm. 76-77).
1) Edukasi
a) Mendokumentasikan pengalaman profesional di bidang kesehatan
b) Menyiapkan sesi pertemuan dan presentasi
c) Bahan pengajaran
2) Peraturan (regulasi)
4
a) Bukti pengajuan perkara ke pengadilan (litigasi)
c) Membantu pemasaran pengawasan (surveillance)
d) Menilai kepatuhan sesuai standar pelayanan
e) Sebagai dasar pemberian akreditasi bagi profesional dan rumah sakit
f) Membandingkan organisasi pelayanan kesehatan
3) Riset
a) Mengembangkan produk baru
b) Melaksanakan riset klinis
c) Menilai teknologi
d) Studi keluaran pasien
e) Studi efektivitas serta analisis manfaat dan biaya
pelayanan pasien Mengidentifikasi populasi yang beresiko
g) Mengembangkan registrasi dan basis/pangkalan data (data base)
h) Menilai manfaat dan biaya sistem rekaman
4) Pengambilan Kebijakan
a) Mengalokasikan sumber-sumber
b) Melaksanakan rencana strategis
c) Memonitor kesehatan masyarakat
5) Industri
a) Melaksanakan riset dan pengembangan
b) Merencanakan strategi pemasaran
Dalam penggunaannya secara umum rekam medis digunakan sebagai:
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lain yang telah
memberikan pelayanan, pengobatan dan perawatan kepada pasien.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus
diberikan pada pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit
dan pengobatan selama pasien dirawat di Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya.
d. Sebagai bahan untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan pada pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, Rumah Sakit maupun dokter
dan tenaga kesehatan lain.
5
peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang optimal, melalui informasi yang
lengkap tentang data sosial, data medis dan pelayanan kesehatan pasien yang telah
diberikan selama berada di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
5. Isi Rekam Medis
Ketentuan mengenai isi rekam medis telah ditetapkan dalam Permenkes No.
269/MENKES/PER/I11/2008 Bab II tentang Jenis dan Isi Rekam Medis. Dalam
ketentuan tersebut rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau
secara elektronik. Sedangkan untuk penyelenggaraan rekam medis dengan
menggunakan teknologi informasi secara elektronik diatur lebih lanjut dengan
peraturan tersendiri. Pada pasal 3 isi rekam medis terbagi menjadi 6 yaitu;
a. Berkas Rekam Medis Rawat Jalan
Isi berkas rekam medis pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat:
1) Identitas pasien
a) Tanggal dan waktu
b) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
c) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
2) Diagnosis
3) Rencana penatalaksanaan
a) Pengobatan dan atau tindakan
b) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
c) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan
d) Persetujuan tindakan bila diperlukan
b. Isi Rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari
sekurang- kurangnya memuat:
1) Identitas pasien
2) Tanggal dan waktu
3) Hasil anamnesa mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksaan
7) Pengobatan dan atau tindakan
8) Persetujuan tindakan bila diperlukan
9) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10) Ringkasan pulang
11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang
12) memberikan pelayanan kesehatan
13) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
14) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
c. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat :
1) Identitas pasien
2) kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
3) Identitas pengantar pasien
4) Tanggal dan waktu
5) Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
a) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
b) Diagnosis
c) Pengobatan atau tindakan
d) Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit
gawat darurat dan rencana tindak lanjut
6) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
6
tertentu yang memberikan pelayanan tindak lanjut
7) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
8) Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke
sarana pelayanan kesehatan lain dan
9) Pelayanan lain yang diberikan kepada pasien
d. Isi rekam medis pasien dalam keadaan bencana selain memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (point c) ditambah dengan;
1) Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan.
2) Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal dan
Sarana transportasi yang digunakan
e. Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Pelayanan yang diberikan dalam
ambulance atau pengobatan masal dicatat dalam rekam medis sesuai ketentuan
sebagaimana diatur pada ayat 3 (point c) dan disimpan pada sarana pelayanan
kesehatan yang merawatnya.
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Managemen Rekam Medis
Adalah kegiatan penyelenggaraan rekam medis di Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya yang terdiri dari koding, indeksing, assembling, penyimpanan rekam
medis, pendistribusian rekam medis dan pelaporan rekam medis.
2. Rekam Medis
Adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnese,
penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan
maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat".
3. Tracer
suatu metode yang digunakan sebagai pengendali berkas rekam medis, pengendali
yang dimaksud adalah dengan adanya tracer maka dapat diketahui keberadaan
berkas rekam medis yang telah keluar dari ruang penyimpanan rekam medis. Tracer
secara umum diartikan sebagai lembar perunut yaitu suatu lembaran dengan kualitas
kertas tebal dan tidak mudah sobek yang didalamnya memuat informasi mengenai
tanggal keluar berkas rekam medis, tempat / peminjam berkas rekam medis, nama
petugas rekam medis dan tanggal kembali berkas rekam medis.
4. ICD-10
Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease Ten Revision.
ICD-10
digunakan untuk mengkode diagnosa penyakit pasien rawat jalan maupun rawat inap
5. ICD-9-CM
Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease Nine Revision
Clinical Modification. ICD-9-CM digunakan untuk mengkode/mengklasifikasikan
tindakan atau prosedur pasien rawat jalan maupun rawat inap.
6. Kartu Berobat
Adalah kartu yang diberikan kepada pasien dimana isi kartu tersebut adaalah nomor
rekam medis dan nama pasien. Kartu tersebut digunakan untuk mempermudah
pencarian kembali rekam medis pasien yang akan berobat.
D. LANDASAN HUKUM
Instalasi Rekam Medis di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya adalah
merupakan bagian yang harus terselenggara sesuai dengan :
1. Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis merupakan
landasan hukum yang harus dipedomani bagi semua tenaga medis dan para medis
7
serta tenaga kesehatan lainnya yang terlibat di dalam penyelenggaraan rekam
medis.
2. Undang Undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ( Pasal 46-47
tentang rekam medis dan pasal 48 tentang wajib simpan rahasia kedoketeran)
3. Permenkes no 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang persetujuan tindakan
kedokteran
4. Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga rekam medis.
7. Keputusan Menteri Kesehatan no 377/Menkes/SK/111/2007 tentang Standar
Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
8. Surat Keputusan Menkes RI No.034/BIRHUP/1972. Ada kejelasan bagi rumah
sakit menyangkut kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis dengan
kegiatannya menunjang pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, meliputi
membuat rekam medis berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan, serta merawat
statistik yang telah up to date. Melalui peraturan-peraturan tentang rekam medis,
diharapkan rumah sakit dapat menyelenggarakan rekam medis berjalan
sebagaimana yang diharapkan.
5. SK Dir Jen Yan Medik tahun 1996, Nomor : YM.00.03.2.2. 1296 Revisi Pedoman
Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit.
6. Kebijakan Pelayanan Rekam medis Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
E. ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
1. Aspek Persyaratan Hukum
Sesuai dengan PERMENKES No. 269/MENKES/PER/M/2008, tentang
Rekam Medis serta keputusan Ditjen Yan Med Nomor YM.00.03.2.2. 1296 maka
tenaga yang berhak mengisi rekam medis di Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya adalah:
1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis yang melayani
pasien di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.
2. Dokter tamu yang merawat pasien di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.
3. Residen yang sedang melakukan kepaniteraan klinik
4. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat langsung dalam
pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium
Klinik, Gizi, Anastesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medis, Rekam Medis dan
lain sebagainya.
5. Dalam hal dokter ke luar negeri maka yang melakukan tindakan/konsultasi
kepada pasien yang mengisi rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh
Direktur Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.
2. Pemilikan Rekam Medis
Berdasarkan Bab V pasal 12 ayat 1 dan 2 Permenkes no 269/PER/H1/2008
menyebutkan bahwa kepemilikan berkas rekam medis secara hukum adalah milik
sarana pelayanan kesehatan namun isinya adalah milik pasien. Oleh karena itu
berkas rekam medis tidak diperbolehkan keluar dari sarana pelayanan kesehatan
kecuali untuk kasus-kasus tertentu seperti digunakan untuk kasus pengadilan.
Pasien diberbolehkan memiliki isi rekam medis namun dengan ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam Protap dan Kebijakan rekam medis.
3. Kerahasiaan Rekam Medis
Rekam Medis adalah catatan penting tentang identitas pasien yang bersifat
sangat pribadi sehingga harus dijaga kerahasiaannya. Hal ini telah diatur dalam
permenkes no 269/PER/111/2008 Bab IV Pasal 10 yang berbunyi : Informasi
tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan pasien harus dijaga kerahasiannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga
8
kesehatan tertentu, petugas pengelolaan dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Meskipun kita ketahui bahwa pada dasamya pasien dapat mengetahui tentang
keadaan sakitnya melalui dokter, dan bahwa pasien berkewajiban untuk
memberikan ijin/kuasa kepada pihak ke 3 yang ingin mengetahui keadaan
sakitnya kecuali berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku namun
satu hal yang harus dilakukan petugas rekam medis dalam menjalankan tugasnya
terhadap pembukaan informasi medis pasien yaitu melaksanakannya dengan teliti
dan hati-hati.
Ketelitian dan sifat hati-hati ini membuat petugas medis untuk memperhatikan:
1. Memastikan secara pasti informasi apa yang kiranya dapat memenuhi
kebutuhan si penanya, serta hanya informasi itu yang hanya dikirimkan.
2. Bila ada pertanyaan tentang kebenaran atau sah tidaknya tanda tangan pada
surat kuasa pasien di surat ijin, lakukan pengecekan dengan tanda tangan lain
pada saat pasien dirawat dan surat ijin lainya yang ada dalam RM.
3. Bila tidak ada tanda tangan sebagai pembanding dan ada keraguan tentang sah
tidaknya tanda tangan itu, maka orang itu harus mengesahkan tanda tangannya
dinotaris terlebih dahulu . Demikian pula bila terjadi perubahan tanda tangan
dari masa gadis kemasa nikah (nona menjadi Nyonya )
Resume pasien cukup digunakan sebagai penjelas informasi yang diinginkan,
kecuali bila telah ditentukan lebih dari pada itu ( Misal seluruh berkas)
Sumber hukum yang bisa dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan suatu
informasi yang menyangkut Rekam Medis pasien adalah peraturan pemerintah No.
10 tahun 1966 yaitu mengenai "wajib simpan rahasia kedokteran", Dengan adanya
peraturan permerintah itu maka siapapun yang bekerja di rumah sakit. Khususnya
bagi mereka yang berhubungan dengan data Rekam Medis wajib memperhatikan
ketentuan tersebut.
Pasal 1 :
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan
pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.
Pasal 3 :
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah :
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tenaga kesehatan
(lembaran Negara th. 1963 No. 78)
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan
pengobatan dan/ atau perawatan & orang lain yang ditetapkan oleh menteri
Kesehatan.
9
yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan
bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan
terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah suatu
perjanjian antar dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas
layanan yang ditawarkan pihak lain. Dengan demikian cukup ditandatangani oleh
pasien dan/atau walinya, sedangkan pihak rumah sakit, termasuk dokternya,
hanya menjadi saksi. Sebenarnya, consent (persetujuan) dapat diberikan dalam
bentuk:
1. Dinyatakan (expressed): (a) secara lisan, dan (b) secara tertulis.
2. Tidak dinyatakan (implied). Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan
maupun tertulis, namun melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan
jawabannya; misalnya menggulung lengan baju ketika akan diambil darahnya.
Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan bukti dikemudian hari,
umumnya pada tindakan yang invansif atau yang beresiko mempengaruhi kesehatan
pasien secara bermakna. UU No 29 Tahun 2004 tentang Paktik Kedokteran dan
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
menyatakan bahwa setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan.
Informed consent memiliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah dinyatakan
sebelumnya, dan tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas semua tindakan yang
akan dilakukan. Dokter dapat bertindak melebihi yang telah disepakati hanya apabila
terjadi keadaan gawat darurat dan keadaan tersebut membutuhkan waktu yang singkat
untuk mengatasinya.
Proxy-consent adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan pasien itu
sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara
pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan
oleh pasien apabila is mampu memberikannya (baik buat pasien, bukan baik buat
orang banyak). Umumnya urutan orang yang dapat memberikan Proxy-consent
adalah suami/istri, anak yang sudah dewasa (umur 21 tahun atau pemah menikah),
orangtua, saudara kandung, dan lain-lain.
Hak menolak terapi lebih sulit diterima oleh profesi kedokteran daripada hak
menyetujui terapi. Banyak ahli yang mengatakan bahwa hak menolak terapi
bersifat tidak absolute, artinya masih dapat ditolak atau diterima oleh dokter akan
mengalami konflik moral dengan kewajiban menghormati kehidupan, kewajiban
untuk mencegah perbuatan yang bersifat bunuh diri atau self inflicted, kewajiban
melindungi pihak ketiga, dan integritas etis profesi dokter. Namun perkembangan
nilai demikian cepat terjadi sehingga saat ini telah banyak dikenal permintaan pasien
untuk tidak diresusitasi, terapi minimal, dan menghadapi kematian yang alami tanpa
menerima terapi/tindakan yang extraordinary.
Dalam praktik sehari-hari, informed consent tidak hanya diperlukan pada
tindakan operatif, melainkan juga pada prosedur diagnostik atau tindakan
pengobatan yang invasif lainnya, misalnya pada waktu arteriografi, pemeriksaan
laboratorium tertentu, kateterisasi, pemasangan alat bantu napas, induksi partus,
ekstraksi vakum dan lain-lain.
Dalam Pelaksanaannya Informed consent memiliki 7 elemen (Beauchamp and
Childress, 1994), yaitu:
1. Kompeten untuk memahami dan membuat keputusan,
2. Sukarela dalam membuat keputusan
3. Penjelasan yang informative dan lengkap
4. Rekomendasi atau rencana tindakannya
5. Pemahaman atas informasi yang diberikan
6. Pembuatan keputusan, dan
10
7. Otorisasi.
Menurut SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor : HK.00.06.3.5.1866
Tentang Pedoman Persetujuan Tindakan Medik , Pelaksanaan informed consent
dianggap benar jika memenuhi ketentuan dibawah
1. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis yang
dinyatakan secara spesifik (the consent must be for what will be actually
performied)
2. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan (voluntary)
3. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh seseorang (pasien)
yang sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi hukum
4. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan setelah diberikan cukup
(adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan.
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran mengatur tentang tata laksana pengadaan informed consent, atau dalam
Permenkes ini disamakan dengan Pesetujuan Tindakan Medik (Pertindik). Dan SK
Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor : HK.00.06.3.5.1866 Tentang Pedoman
Persetujuan Tindakan Medik (informed consent) serta UU Praktik Kedokteran Pasal
45 ayat (3) memberikan
panduan pemberian informasi dalam rangka informed consent,yaitu sekurang -
sekurangnya meliputi diagnosis dan tata cara tindakan, alternatif tindakan lain dan
risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
tindakan yang dilakukan.
Dengan merujuk kepada doktrin dan ketentuan hukum di atas maka pelaksanaan
informed consent adalah sebagai berikut :
1. Pertindik dalam bentuk tertulis diperlukan pada tindakan medis yang
mengandung risiko tinggi atau yang membutuhkan bukti.
2. Selalu didahului dengan penjelasan oleh dokter yang merawat atau oleh dokter
penggantinnya
3. Informasi dapat diberikan secara lisan ataupun tertulis dengan memberikan
kesempatan yang cukup untuk Tanya-jawab. Bentuk tertulis dapat dijadikan bukti
bahwa informasi tersebut telah diberikan.
4. Informasi yang diberikan setidak-tidaknya meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternative tindakan lain
dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan
5. Kemungkinan perluasan tindakan (operasi), bila ada, harus diinformasikan
sebelumnya perluasan operasi yang tidak terduga dan belum diinformasikan
hanya dapat dilakukan pada keadaan darurat
6. Pertindik tertulis diberikan oleh pasien sendiri bila ia kompeten (dewasa, sadar
dan sehat mental), atau oleh keluarga terdekat atau walinya dalam hal ia tidak
kompeten
7. Pertindik tidak diperlukan apabila pasien tidak kompeten dan tidak ada keluarga
yang mendampingi, sedangkan tindakan medis sangat diperlukan oleh karena
pasien dalam keadaan darurat
Urutan prioritas pemberi persetujuan yang umum adalah pasien sendiri,
suami/istri, anaknya yang sudah dewasa, orangtuanya dan saudara kandungnya.
Sedangkan keluarga lain, teman dan kenalan lain dapat memberikan persetujuan
dalam hal orang- orang yang disebut sebelumnnya tidak ada.
Dengan memperhatikan kaidah-kaidah diatas maka Rumah Sakit Islam
Jemursari Surabaya, membuatkebijakan tentang informed consent adalah sebagai
berikut;
1. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapatkan
persetujuan dari pasien sendiri atau keluarga atau wali jika pasien dalam keadaan
11
tidak sadar atau dibawah pengampuan;
2. Persetujuan dapat diminta secara lisan jika tindakan medis yang dilakukan
merupakan tindakan yang tidak invasif dan tidak mengandung resiko tinggi;
3. Persetujuan tertulis apabila tindakan medis yang dilakukan merupakan tindakan
invasif dan tindakan yang beresiko tinggi;
4. Apabila pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri sedangkan harus dilakukan
tindakan medis untuk menyelamatkan nyawanya. sementara keluarga pasien
tidak ada, maka pihak Rumah sakit dapat melakukan tindakan terlebih dahulu,
demi keselamatan jiwa pasien. untuk kemudian apabila pasien sadar dan/atau
ada keluarga informasi harus tetap diberikan;
5. Pengisian form informed consent dilakukan setelah informasi diberikan dan
harus diisi dengan lengkap
Selain kaidah diatas juga terdapat kaidah umum terkait dengan pemberian
12
informasi rekam medis pasien yaitu :
1. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki oleh rumah sakit tidak boleh
disebarkan oleh pegawai rumah sakit itu, kecuali bila ada pimpinan rumah sakit
mengijinkan.
2. Rumah sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan rekam medis dengan
cara yang dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah sakit itu
sendiri yang akan menggunakan rekam medis tersebut bila perlu untuk melindungi
dirinya atau mewakilinya.
3. Para asisten dan dokter yang bertanggung jawab boleh dengan bebas
berkonsultasi dengan bagian rekam medis dengan catatan yang ada
hubungannya dengan pekerjaannya. Andaikata ada keragu-raguan di pihak staf
rekam medis, maka persetujuan masuk ke tempat rekam medis itu boleh ditolak dan
persoalannya hendaknya diserahkan kepada keputusan pimpinan rumah sakit.
Bagaimanapun salinan rekam medis tidak boleh dibuat tanpa persetujuan khusus dari
kepala bagian rekam medis, yang akan bermusyawarah dengan pimpinan rumah sakit
jika ada keragu-raguan. Tidak seorangpun boleh memberikan informasi lisan atau
tertulis kepada seorang diluar organisasi rumah sakit tanpa persetujuan tertulis dari
pihak pimpinan rumah sakit (perkecualian : mengadakan diskusi mengenai kemajuan
dari pada kasus dengan keluarga atau wali pasien yang mempunyai kepentingan yang
syah).
4. Dokter tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan asuransi atau badan
lain untuk memperoleh rekam medis.
5. Badan-badan social boleh mengetahui isi data social dari rekam medis, apabila
mempunyai alasan-alasan yang sah untuk memperoleh informasi, namun untuk data
medisnya tetap diperlukan surat persetujuan dari pasien yang bersangkutan.
6. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan dirinya diserahkan
kepada dokter yang bertugas merawatnya.
7. Permohonan secara lisan, permintaan informasi sebaiknya di tolak. Karena cara
permintaanya harus tertulis.
8. Informasi rekam medis hanya boleh dikeluarkan dengan surat kuasa yang ditanda
tangani dan diberi tanggal oleh pasien (walinya jika pasien tersebut secara mental
tidak kompeten atau pasien meninggal dunia ahli warisnya), atau keluarga terdekat
kecuali jika ada ketentuan lain dalam peraturan. Surat kuasa hendaklah juga ditanda
tangani dan di bed tanggal oleh orang yang mengeluarkan rekam medis dan disimpan
di dalam berkas rekam medis tersebut.
9. Informasi di dalam rekam medis boleh diperlihatkan kepada perwalian rumah sakit
yang syah untuk melindungi kepentingan rumah sakit dalam hal-hal yang
bersangkutan dengan pertanggung jawaban.
10. Informasi boleh diberikan kepada rumah sakit lain tanpa surat kuasa yang ditanda
tangani oleh pasien berdasarkan permintaan dari rumah sakit itu yang menerangkan
bahwa si pasien sekarang dalam perawatan mereka.
11. Dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien pada suatu
rumah sakit, harus memiliki surat kuasa dari pasien tersebut. Tidak boleh seorang
beranggapan bahwa karena pemohon seorang dokter maka seolah-olah lebih berhak
untuk memperoleh informasi dari pemohon yang bukan dokter. Rumah sakit dalam hal
ini akan berusaha memberikan segala pelayanan yang pantas kepada dokter luar, tetapi
selalu berusaha lebih memperhatikan kepentingan pasien dan rumah sakit.
12. Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi bagian rekam medis, tetapi juga berlaku bagi
semua orang yang menangani rekam medis dibagian perawatan, bangsal-bangsal dan
lain-lain.
13. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit, kecuali bila atas
permintaan pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dari pimpinan rumah sakit.
14. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk dibawa kebagian
lain dari rumah sakit, kecuali jika diperlukan untuk transaksi dalam kegiatan rumah
13
sakit itu. Apabila mungkin rekam medis ini hendaknya diperiksa dibagian setiap waktu
dapat dikeluarkan bagi mereka yang memerlukan.
15. Dengan persetujuan dari pimpinan rumah sakit, pemakaian rekam medis untuk
keperluan riset diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf medis rumah sakit,
apabila ingin melakukan riset harus memperoleh persetujuan tertulis dari pimpinan
rumah sakit.
16. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa kepengadilan segala ikhtiar hendaklah
dilakukan supaya pengadilan menerima salinan foto static rekam medis yang
dimaksud. Apabila hakim minta yang asli, tanda terima harus diminta dan disimpan di
folder jangan sampai rekam medis yang asli tersebut kembali.
17. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui untuk membayar
ongkos rumah sakit bagi seorang pegawainya, tidak dapat dijadikan alasan bagi rumah
sakit untuk memberikan informasi medis pegawai tersebut kepadanya tanpa surat
kuasa atau persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang syah.
18. Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi mengenai periode-
periode perawatan tertentu. Surat kuasa atau persetujuan itu hanya berlaku untuk
informasi medis termasuk dalam jangka waktu atau tanggal yang tertulis didalamnya.
Di sisi lain, rumah sakit sebagai institusi tempat dilaksanakannya pelayanan medis,
memiliki Kode Etik Rumah Sakit (Kodersi) yang diantaranya juga berkaitan dengan
rekam medis, yaitu :
1. Pasal 04 : Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip, baik medik
maupun nonmedik secara baik.
2. Pasal 09 : Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien
3. Pasal 10 : Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien dan
tindakan apa yang hendak dilakukan
4. Pasal 11 : Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent
sebelum melakukan tindakan medik
14
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
15
Keterangan :
Volume Hasil : diperoleh dengan mengalikan volume hasil rata-rata
dengan hasil rata-rata
Jam kerja dihitung 7 jam per hari
Assigment : penugasan oleh atasan diluar tugas utama namun dipandang
perlu untuk kelancaran pelaksanaan tugas secara keseluruhan. Sesuai
ketentuan yang
berlaku (BAKN), jumlah yang digunakan adalah 5% dari beban kerja
Tabel 2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusi Unit Rekam Medis Rumah Sakit Islam
Jemursari
Kualifikasi
Kemampuan Sikap Kemampuan
No Jabatan/Bagian Kemampuan teknis
Kerja (Soft Lainnya (Other
(Hard Competency)
Competency) Competency)
1 Kepala Bagian 1. S2 Sistem Informasi 1. Sehat jasmani 1. Berstatus
Rekam Medis RS atau S2 dan rohani dan sebagai
2. Bidang Pelayanan tidak sedang karyawan
Kesehatan, Sarjana dalam proses organik dan
Kesehatan masalah telah bekerja di
Masyarakat, Sarjana keduanya. RSIJS minimal
Perekam Kesehatan. 2. Memiliki 4 tahun
(basic D3 Rekam kemampuan 2. Diutamakan
Medis) Manajemen yang pernah
3. D3 Rekam MediS 3. Pengelolaan menjabat di
dengan pengalaman Rekam Medis Pimpinan
kerja dibidang 4. Memiliki visi Persyarikatan
Rekam Medis > 3 pengembangan Nahdatul
tahun. perekam- Ulama minimal
4. Memiliki Sertifikat medisaNndan setingkat
Manajemen Rekam informasi Cabang atau
Medis kesehatan RS Kecamatan
5. Mampu yang nyata dan 3. Aktif dalam
mengoperasionalkan dapat dicapai kegiatan
komputer minimal dalam waktu 2 Persyerikatan
microsoft office — 3 tahun yang Nahdatul
akan datang. Ulama sampai
5. Memiliki Saat ini
kesehatan yang 4. Memiliki
baik untuk pengalaman
melakukan tugas organisasi
internal maupun
eksternal.
6. Inisiatif dan
kreatif, dapat
16
Kualifikasi
Kemampuan Sikap Kemampuan
No Jabatan/Bagian Kemampuan teknis
Kerja (Soft Lainnya (Other
(Hard Competency)
Competency) Competency)
mengambil
keputusan
dengan cepat dan
tepat serta
mampu
menganalis dan
membuat sintesa
berbagai
informasi yang
abstrak
7. Memiliki
komitmen dan
loyalitas yang
tinggi.
8. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik.
9. Mampu
mengarahkan,
membina dan
mengembangkan
potensi staf.
10. Mampu
mempersiapkan
dan memberikan
presentasi.
2 Kepala Sub 1. S1 Kesehatan 1. Sehat jasmani dan 1. Berstatus
Bagian Masyarakat (basic rohani dan tidak sebagai
Pendaftaran dan D3 Rekam Medis) / sedang dalam karyawan
pengelolaan D3 Rekam Medis proses maslaah organik dan
berkas dengan pengalaman keduanya telah bekerja di
kerja dibidang rekam 2. Memiliki RSIJS minimal
medis >3 tahun kemampuan 3 tahun
2. Memiliki sertifikat manajemen 2. Aktif dalam
manajemen rekam pendaftaran dan kegiatan
medis pengelolaan Persyerikatan
3. Mampu berkas rekam Nahdatul
mengoperasikan medis Ulama sampai
komputer minimal 3. Memiliki Saat ini
microsoft office kesehatan yang 3. Memiliki
baik untuk pengalaman
melakukan tugas organisasi
internal maupun
eksternal
4. Inisiatif dan
kreatif, dapat
mengambil
17
Kualifikasi
Kemampuan Sikap Kemampuan
No Jabatan/Bagian Kemampuan teknis
Kerja (Soft Lainnya (Other
(Hard Competency)
Competency) Competency)
keputusaan
dengan cepat dan
tepat
5. Memiliki
komitmen dan
loyalitas tinggi
6. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik
7. Mampu
mengarahkan,
membina dan
mengembangkan
potensi staf
3 Kepala sub 1. S1 Kesehatan 1. Sehat jasmani dan 1. Berstatus
bagian pelaporan Masyarakat (basic rohani dan tidak sebagai
dan pengolahan D3 Rekam Medis) / sedang dalam karyawan
data S1 Statistik dengan proses maslaah organik dan
pengalaman kerja keduanya telah bekerja di
dibidang rekam 2. Memiliki RSIJS minimal
medis >3 tahun kemampuan 3 tahun
2. Memiliki sertifikat manajemen 2. Aktif dalam
statistik rekam medis pendaftaran dan kegiatan
3. Mampu pengelolaan Persyerikatan
mengoperasikan berkas rekam Nahdatul
komputer minimal medis Ulama sampai
microsoft office 3. Memiliki Saat ini
kesehatan yang 3. Memiliki
baik untuk pengalaman
melakukan tugas organisasi
internal maupun
eksternal
4. Inisiatif dan
kreatif, dapat
mengambil
keputusaan
dengan cepat dan
tepat
5. Memiliki
komitmen dan
loyalitas tinggi
6. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik
7. Mampu
18
Kualifikasi
Kemampuan Sikap Kemampuan
No Jabatan/Bagian Kemampuan teknis
Kerja (Soft Lainnya (Other
(Hard Competency)
Competency) Competency)
mengarahkan,
membina dan
mengembangkan
potensi staf
4 Koding dan 1. DIII Rekam Medis 1. Sehat jasmani dan 1. Berstatus
indeksi dan Informasi rohani dan tidak sebagai
Kesehatan sedang dalam karyawan di
2. Mampu proses maslah RSIJ
mengoperasikan keduanya 2. Aktif dalam
komputer minimal 2. Memiliki kegiatan
microsoft office kesehatan yang persyarikatan
baik untuk Nahdatul
melakukan tugas Ulama sampai
3. Memiliki saat ini
loyalitas yang
tinggi
4. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik
5 Pelaporan Intern 1. DIII Rekam Medis 1. Sehat jasmani dan 1. Berstatus
dan Informasi rohani dan tidak sebagai
Kesehatan sedang dalam karyawan di
2. S1 statistik atau DIII proses masalah RSIJ
statistik yang keduanya 2. Aktif dalam
memiliki setrifikat 2. Memiliki kegiatan
pelatihan manajemen kesehatan yang Persyarikatan
rekam medis baik untuk Nahdatul
khususnya mengenai melakukan tugas Ulama sampai
statistik ream medis 3. Memliki saat ini
3. Mampu komitmen dan
mengoperasikan loyalitas yang
komputer minimal tinggi
rekam medis 4. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik
5. Memliki
kemampuan
mengolah dan
menyajikan data
rekam medis
6. Memiliki
kemampuan
dalam
menginterpretasik
an data rekam
19
Kualifikasi
Kemampuan Sikap Kemampuan
No Jabatan/Bagian Kemampuan teknis
Kerja (Soft Lainnya (Other
(Hard Competency)
Competency) Competency)
medis
6 Pelaporan 1. DIII Rekam Medis 1. Sehat jasmani dan 1. Berstatus
Ekstern dan Informasi rohani dan tidak sebagai
Kesehatan sedang dalam karyawan di
2. S1 statistik atau DIII proses masalah RSIJ
statistik yang keduanya 2. Aktif dalam
memiliki setrifikat 2. Memiliki kegiatan
pelatihan manajemen kesehatan yang Persyarikatan
rekam medis baik untuk Nahdatul
khususnya mengenai melakukan tugas Ulama sampai
statistik ream medis 3. Memliki saat ini
3. Mampu komitmen dan
mengoperasikan loyalitas yang
komputer minimal tinggi
rekam medis 4. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik
5. Memliki
kemampuan
mengolah dan
menyajikan data
rekam medis
6. Memiliki
kemampuan
dalam
menginterpretasik
an data rekam
medis
7 Assembling 1. Pendidikan minimal 1. Sehat jasmani dan 1. Berstatus
SMA rohani dan tidak sebagai
2. Memiliki sertifikat sedang dalam karyawan di
pelatihan manajemen proses masalah RSIJ
rekam medis keduanya 2. Aktif dalam
3. Mampu 2. Memiliki kegiatan
mengoperasikan kesehatan yang Persyarikatan
komputer minimal baik untuk Nahdatul
mocrosoft office melakukan tugas Ulama sampai
3. Memliki saat ini
komitmen dan
loyalitas yang
tinggi
4. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik
8 Filling 1. Pendidikan minimal 1. Sehat jasmani dan 1. Berstatus
20
Kualifikasi
Kemampuan Sikap Kemampuan
No Jabatan/Bagian Kemampuan teknis
Kerja (Soft Lainnya (Other
(Hard Competency)
Competency) Competency)
SMA rohani dan tidak sebagai
2. Memiliki sertifikat sedang dalam karyawan di
pelatihan manajemen proses masalah RSIJ
rekam medis keduanya 2. Aktif dalam
3. Mampu 2. Memiliki kegiatan
mengoperasikan kesehatan yang Persyarikatan
komputer minimal baik untuk Nahdatul
mocrosoft office melakukan tugas Ulama sampai
3. Memliki saat ini
komitmen dan
loyalitas yang
tinggi
4. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik
5. Memiliki
ketelitian dalam
mengelola
penyimpanan
berkas
9 Surat 1. Pendidikan minimal 1. Sehat jasmani dan 1. Berstatus
Keterangan SMA rohani dan tidak sebagai
Medis 2. Memiliki sertifikat sedang dalam karyawan di
pelatihan manajemen proses masalah RSIJ
rekam medis keduanya 2. Aktif dalam
3. Mampu 2. Memiliki kegiatan
mengoperasikan kesehatan yang Persyarikatan
komputer minimal baik untuk Nahdatul
mocrosoft office melakukan tugas Ulama sampai
3. Memliki saat ini
komitmen dan
loyalitas yang
tinggi
4. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik
10 Visum 1. Pendidikan minimal 1. Sehat jasmani dan 1. Berstatus
SMA rohani dan tidak sebagai
2. Memiliki sertifikat sedang dalam karyawan di
pelatihan manajemen proses masalah RSIJ
rekam medis keduanya 2. Aktif dalam
3. Mampu 2. Memiliki kegiatan
mengoperasikan kesehatan yang Persyarikatan
komputer minimal baik untuk Nahdatul
mocrosoft office melakukan tugas Ulama sampai
21
Kualifikasi
Kemampuan Sikap Kemampuan
No Jabatan/Bagian Kemampuan teknis
Kerja (Soft Lainnya (Other
(Hard Competency)
Competency) Competency)
3. Memliki saat ini
komitmen dan
loyalitas yang
tinggi
4. Mampu
berkomunikasi
verbal dan non
verbal dengan
baik
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
SDM instalasi rekam medis Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya berjumlah 18 orang
dan sesuai dengan struktur organisasi bagian rekam medis terbagi menjadi 2 sub bagian yaitu
sub pengelolaan berkas serta sub bagian Pengolahan data dan Pelaporan
Instalasi rekam medis Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya dikepalai oleh seorang kepala
instalasi dengan pendidikan D3 Rekam Medis yang sudah berpengalaman minimal 5 tahun, dan
bersertifikat. Adapun pendistribusian SDM instalasi rekam medis adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Distribusi Ketenagaan Unit Rekam Medis Rumah Sakit Islam Jemursari
No Pendidikan Keterangan Jabatan Jumlah
1 D3 Rekam Medis Sudah mengikuti Kepala Bagian 1
Pelatihan manajemen Rekam Medis
RM dasar, statistik
RS, koding
2 D3 Rekam Medis Staf Pelaksana 2
Analisa Berkas
Rekam Medis Rawat
Inap
3 D3 Rekam Medis Staf Pelaksana 3
Koding Rawat Jalan
dan Rawat Inap
4 D3 Rekam Medis Staf Pelaksana 9
Pengelolaan Berkas
Rekam Medis Rawat
Jalan
5 SLTA Staf Pelaksana 1
Pengelolaan Berkas
Rekam Medis Rawat
Jalan
6 SLTA Staf Pelaksana 2
Helper dan Filling
Total 18
C. PENGATURAN SHIFT
Rekam Medis Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya dibagi menjadi dua sub bagian
yaitu sub bagian pengelolaan berkas serta sub bagian Pengolahan data dan pelaporan.
Adapun penempatan staf dan pengaturan shift pada bagian rekam medis Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya dapat dijabarkan dalam tabel berikut :
22
Nama jabatan Kualifikasi formal dan Waktu kerja Jumlah
informal
Kepala Bagian Rekam DIII Rekam Medis Non Shift 1
Medis (Pengalaman minimal 2
tahun + Pelatihan
Rekam medis dan
Customer Service)
Staf Pelaksana Analisa DIII Rekam Medis 2 Shift 2
Berkas Rekam Medis
Rawat Inap
Staf Pelaksana Koding DIII Rekam Medis 3 Shift 3
Rawat Jalan dan Rawat
Inap
Staf Pelaksana DIII Rekam Medis / 2 Shift 6
Pengelolaan Berkas SMA
Rekam Medis Rawat
Jalan
Staf Pelaksana DIII Rekam Medis 3 Shift 4
Pengelolaan Berkas
Rekam Medis Rawat
Darurat
Staf Pelaksana Helper SMA 2 Shift 2
dan Filling
Jumlah 18
23
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
24
B. Standar Fasilitas
Berdasarkan pedoman teknis sarana dan prasarana Rumah Sakit, Kebutuhan fasilitas untuk
bagian rekam medis dapat dijabarkan dalam tabel berikut :
No Nama Fungsi Besaran Kebutuhan Fasilitas
Ruangan Ruang / Luas
25
4 Ruang Berkas Tempat penyimpanan 3-5 m2 / Meja, Kursi, Lemari arsip,
Rawat Inap berkas rekam medis petugas (min. 9 telepon, komputer, printer,
rawat jalan yang m2) dan peralatan kantor
meliputi informasi lainnya.
tentang identitas pasien,
diagnosis ,perjalanan
penyakit, proses
pengobatan dan
tindakan medis serta
dokumentasi hasil
pelayanan.
Standar Fasilitas yang ada pada bagian rekam medis disesuaikan dengan kebutuhan
petugas dalam kegiatan pengelolaan rekam medis. Fasilitas pada setiap uraian tugas dapat
di jabarkan sebagai berikut :
1. Kepala Bagian Rekam Medis
Fasilitas ruangan kepala bagian Rekam medis bersih dan ber AC. Tempat tertutup
dan penerangan yang memenuhi kualifikasi standar K3. Fasilitas dan peralatan yang
digunakan antara lain :
a. 1 Set Meja Kantor untuk Pejabat
b. 1 Note Book
c. Printer
d. Scaner
e. Telepon
f. Antar jemput saat melaksanakan Dinas Luar
g. Barang Habis Pakai untuk Perkantoran
h. Buku Master Plan dan Strategic Plan RSIJS
i. Buku Kebijakan Operasional Umum RSIJS
j. Buku Peraturan Kekaryawanan RSIJS
k. Buku Program Pengembangan SDI 5 Tahunan
1. Buku Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia
m. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit
n. Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya
o. Peraturan Perundang — undangan lain yang terkait
2. Staf Pelaksana
Fasilitas ruangan bagian analisa berkas rekam medis rawat inap bersih dan
dengan fasilitas AC. Penerangan harus memadai sesuai dengan kualifikasi standart
K3. Fasilitas yang digunakan petugas pendaftaran antara lain:
a. 1 Set Meja Kantor
b. 1 Set Komputer
c. Antar jemput saat melaksanakan Dinas Luar
d. Barang Habis Pakai untuk Perkantoran
e. Buku Master Plan dan Strategic Plan RSIJS
f. Buku Kebijakan Operasional Umum RSIJS
g. Buku Peraturan Kekaryawanan RSIJS
26
h. Buku Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia
1. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit
m. Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya
n. Peraturan Perundang — undangan lain yang terkait
27
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PENERIMAAN PASIEN
Pasien adalah pelanggan utama yang tidak dapat tergantikan di dalam suatu instansi
kesehatan. Pasien dirumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien poliklinik (pasien
berobat jalan), pasien gawat darurat dan pasien rawat inap. Sedangkan berdasarkan jenis
jenisnya dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Dilihat dan segi pelayanan rumah sakit pasien datang ke rumah sakit dibedakan menjadi
:
a. Pasien yang dapat menunggu
b. Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian
c. Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat
d. Pasien yang segera ditolong (pasien gawat darurat)
2. Sedangkan menurut jenis kedatangannya, pasien dapat dibedakan menjadi :
a. Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit
untuk keperluan berobat.
b. Pasien lama : adalah pasien yang pernah datang sebelumnya untuk
keperluan berobat.
3. Kedatangan pasien ke rumah sakit dapat terjadi karena :
a. Dikirim oleh dokter praktek di luar rumah sakit.
b. Dikirim oleh rumah sakit lain, Puskesmas atau jenis pelayanan kesehatan
lainnya.
c. Datang atas kemauan sendiri.
29
FLOWCHART REKAM MEDIS RAWAT JALAN
Gambar 5
Mulai
Pasien daftar
mandiri
addmision
Poliklinik
Pasien pulang
Selesai
30
4. Lokasi yang tepat dari bagian penerimaan pasien.
Untuk memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan proses
penerimaan pasien, telah diatur dalam ketentuan penerimaan pasien.
Ketentuan umum dalam penerimaan pasien adalah sebagai berikut :
1. Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya mengenai pencatatan
seluruh informasi yang berkenaan dengan diterimanya seorang pasien di rumah sakit.
2. Bagian penerimaan pasien harus segera memberitahukan bagian-bagian lain terutama
bagian yang berkepentingan langsung, setelah diterimanya seorang pasien untuk
dirawat.
3. Rekam medis yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh semua bagian
selama pasien dirawat.
4. Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja dalam proses
penerimaan dan pemulangan pasien.
5. Semua pasien yang menderita segala macam penyakit, selama ruangan dan fasilitas
yang memadai tersedia, dapat diterima di rumah sakit.
6. Tanpa diagnosa yang tercantum dalam surat permintaan dirawat, pasien tidak dapat
diterima.
7. Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan untuk tindakan operasi dan sebagainya
(apabila dilakukan) dilaksanakan di IGD untuk kasus cito dan di Instalasi Rawat Inap
untuk kasus el elctif.
8. Pasien dapat diterima apabila :
a. Ada surat rekomendari dan dokter yang mempunyai wewenang untuk merawat
pasien di rumah sakit.
b. Dikirim oleh dokter poliklinik
c. Dikirim oleh dokter Instalasi Gawat Darurat.
9. Pasien gawat darurat perlu diprioritaskan.
31
diserahkan ke unit rekam medis.
12. Petugas verifikasi rawat inap (rekam medis), melakukan verifikasi terhadap
kelengkapan pengisian berkas rekma medis rawat inap.
13. Setelah pasien keluar dari rumah sakit, berkas rekam medis pasien segera
dikembalikan ke unit rekam medis paling lambat 1 x 24 jam setelah pasien keluar,
dalam keadaan lengkap dan benar.
14. Petugas rekam medis mengelola berkas rekam medis (assembling, evaluasi
kelengkapan dan penyimpanan) dan mengolah rekam medis yang sudah lengkap
(kartu indeks penyakit, indeks Operasi, indeks kematian, dsb) untuk membuat
laporan dan statistik rumah sakit.
15. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi sensus harian setiap akhir bulan dan
menganalisa hasil kegiatan tersebut kemudian mengirimkan ke sekretariatan untuk
bahan laporan rumah sakit.
16. Bagian rekam medis menyimpan berkas-berkas rekam medis menurut nomor rekam
medisnya.
17. Petugas Bagian rekam medis mengeluarkan berkas rekam medis, apabila ada
permintaan baik untuk keperluan pasien berobat ulang atau keperluan lain.
18. Setiap permintaan rekam medis harus mengisi dalam buku peminjaman berkas
rekam medis dengan membubuhkan tanda tangan dan nama terang peminjam.
19. Apabila rekam medis yang dipinjam sudah kembali, peminjam menandatangani
dalam buku peminjaman pada kolom tanda tangan pengembalian berkas. Petugas
rekam medis mengentry tangal pengembalian berkas pada program peminjaman
berkas rekam medis.
20. Rekam medis pasien yang tidak pernah berobat lagi kerumah sakit selama tiga
tahun terakhir, dinyatakan sebagai Berkas In-Aktif.
21. Berkas-berkas rekam medis yang sudah dinyatakan sebagai berkas In-Aktif
dikeluarkan dari rak penyimpanan berkas aktif dan disimpan ditempat In-Aktif dan
dibuat pertelaahan berkas untuk dialihkan dalam bentuk soft file (scan), kemudiaan
dapat dimusnahkan.
32
Cara Penggunaan Unit Numbering System adalah pada saat seorang pasien
berkunjung pertama kali ke rumah sakit apakah sebagai pasien berobat jalan
ataupun pasien rawat inap, kepadanya diberikan satu nomor (Admison number)
yang digunakan selamanya untuk kunjungan seterusnya. Sehingga rekam medis
pasien tersebut tersimpan dalam berkas di bawah satu nomor.
Dengan sistem ini, semua rekam medis pasien memiliki satu nomor dan
terkumpul dalam satu map (folder). Sistem ini secara cepat memberikan kepada
rumah sakit/staf medis satu gambaran lengkap mengenai riwayat penyakit dan
pengobatan seorang pasien. Sistem unit menghilangkan kerepotan
mencari/mengumpulkan rekam medis seorang pasien yang terpisah-pisah dalam
sistem seri. Sistem ini juga menghilangkan kerepotan mengambil rekam medis
lama, untuk disimpan kedalam nomor barn dalam sistem seri unit.
Dalam hal penggunaan sistem unit, kepada petugas yang memberikan
nomor masuk (admision number), diperintahkan agar selalu mengecek apakah
seorang pasien sudah pernah berkunjung ke rumah sakit ini sebelumnya. Pasien
lama tidak akan diberikan nomor baru karena rekam medisnya yang sekarang akan
diberi nomor yang sama dengan nomor yang telah dimiliki pada kunjungan yang
pertama.
Kadang-kadang terjadi kekeliruan dimana seorang pasien diberikan lagi
nomor yang baru. Padahal ia telah mempunyai nomor, kekeliruan ini dapat
diperbaiki dengan membatalkan nomor baru dan tetap memakai nomor yang lama.
Sistem nomor yang digunakan juga mempengaruhi rencana perkembangan
ruangan tempat penyimpanan. Diperlukan ruang kosong pada rak penyimpanan
sebanyak 25% karena tempat tersebut berguna untuk penyimpanan rekam medis
yang makin tebal.
Dalam hal sistem angka akhir, nomor-nomor rekam medis tidak
menunjukkan tua atau mudanya suatu rekam medis sehingga untuk memilih
rekam medis yang tidak aktif harus dilhat satu persatu. Tahun berapa seorang
pasien terakhir dirawat atau berkunjung ke poliklinik. Sehingga satu pasien hanya
mempunyai satu unit nomor seumur hidup kemanapun ia berobat di suatu rumah
sakit yang sama. Untuk itu, setiap pasien dapat dimasukkan dalam kartu indeks
pasien
Dalam penyelenggaraan sistem penomoran memiliki ketentuan sebagai berikut ;
a. Sumber Nomor
Satu rumah sakit membuat satu "bank nomor" dengan menentukan sampai
nomor tertinggi yang keberapa, baru mulai lagi dengan nomor satu. Sangat sukar
untuk mengerjakan atau mengingat nomor-nomor yang lebih dari enam angka,
meskipun sistem angka akhir (terminal digit) digunakan. Untuk hampir semua
rumah sakit, nomor yang dimulai dan 000001 sampai dengan 999999 menjadi
sumber (patokan) pemberian nomor yang bisa berjalan sampai bertahun-tahun.
Suatu cara penomoran dengan memberikan seri tahun pada setiap nomor,
misalnya dengan menuliskan angka tahun pada awal nomor seperti 95456231
tidak dianjurkan, karena kesalahan menulis angka tahun mengakibatkan sangat
sukarnya mengetahui lokasi berkas rekam medis.
Untuk menunjang tertib administrasi selain menggunakan nomor rekam medis
juga menggunakan nomor transaksi yaitu nomor ID, nomor ini memiliki tujuan
sebagai nomor transaksi pasien dalam suatu waktu, kegunaannya adalah untuk
menggumpulkan semua pelayanan yang diberikan pasien dalam suatu waktu yaitu
mulai dari pendaftaran sampai dengan KRS (keluar rumah sakit). Sehingga jika
kunjungan pasien 3 kali maka pasien tersebut memiliki 3 nomor ID yang berbeda
namun dalam berkas yang sama.
b. Distribusi Nomor Rekam Medis
Pemberian Nomor Rekam Medis (No. RM) kepada pasien adalah yang
terpenting karena nomor tersebut sebagai acuan dan seluruh pelayanan yang
33
diberikan kepada pasien, oleh karena itu setiap pasien di Rumah Sakit Islam
Jemursari Surabaya diberikan satu nomor rekam medis yang berlaku selamanya.
Nomor Rekam Medis ini didapatkan saat pasien pertama kali mendaftar di
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya dan muncul secara otomatis melalui
program personal detail saat petugas mendaftar pasien baru. Entry pendaftaran
pasien baru untuk mendapatkan nomor rekam medis pasien dijabarkan lebih
lanjut dalam panduan pendaftaran
2. Pemberian Identitas Pasien Umum
Indentitas merupakan data awal atau data yang pertama kali di catat oleh
petugas pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, informasi demografi
merupakan informasi yang diperlukan dalam pengisian data dasar indentitas diri
seorang pasien.
Menurut Buku pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Revisi Juknis
penyelenggaraan rekam medis Rumah Sakit (1991) dan pedoman pengelolaan
rekam medis rumah sakit di Indonesia (1994,1997) pada BAB 6 oleh Gemala
Hatta, Isi data demografi bersifat permanen (kekal) dan setidaknya mencakup
informasi tentang :
a. Nama Lengkap (nama sendiri dan nama keluarga yaitu nama
ayah/suami/marga/she). Tuliskan nama keluarga, ben tanda koma, bare nama
sendiri. Artinya, semua nama dimuka tanda koma adalah nama keluarga.
Tulisan demikian menyamarkan identitas pasien dan pihak yang tidak
berwenang namun saat memanggil nama pasien disesuaikan dengan kebiasaan
yang diinginkan.
b. Nomor Rekam kesehatan pasien dan nomor identitas lain (asuransi).
c. Alamat lengkap pasien nama jalan/gang, nomor rumah, wilayah, kota yang
dihuni.
d. Tanggal lahir pasien (tanggal, bulan, tahun) dan kota tempat kelahiran.
e. Jenis kelamin (perempuan atau laki-laki).
f. Status pernikahan(sendiri, janda, duda, cerai)
g. Nama dan alamat keluarga terdekat yang sewaktu-waktu dapat dihubungi
h. Tanggal dan waktu terdaftar ditempat penerimaan pasien rawat inap/rawat
jalan/rawat darurat.
i. Nama Rumah sakit ( tertera pada kop formulir: nama, alamat, telepon, kota)
Tujuan dan pengumpulan informasi demografi ini adalah untuk
menginformasikan identitas pasien secara lengkap. Rumah sakit dan organisasi
pelayanan kesehatan yang terkait juga menggunakan informasi demografi pasien
sebagai basis data statistik, riset dan sumber perencanaan.
Untuk memberikan kemudahan dalam pengumpulan data demografi di atas
digunakan formulir identitas pasien yang isinya mencakup diantaranya yaitu;
a. No KTP / KR
b. Nama Lengkap
c. Alamat
d. Telepon/HP
e. Tempat/Tgl Lahir
f. Jenis Kelamin dan umr pasien
g. Agama dan Suku bangsa
h. Golongan Darah
i. Alergi
j. Status pemikahan
k. Pendidikan
l. Pekerjaan
m. Nama suami/istri pasien
n. Pekerjaan suami/istri Pasien
o. Bahasa yang dimengerti
34
p. Nama orang tua kandung pasien dan pekerjaan orang tua
q. Nama, Alamat dan No Tlp/HP penanggung jawab pasien
r. Cara pembayaran pasien
s. Ringkasan Masuk pasien
t. Tanda tangan dan nama terang pembuat pernyataan dan petugas pendaftaran
Cara pemberian identitas pasien dewasa/umum adalah setiap pasien yang
datang pertama kali berobat atau disebut dengan pasien baru selain bayi baru lahir
di dalam rumah sakit atau pelayanan kesehatan harus mengisi formulir indentitas
pasien yang telah disediakan di loket-loket pendaftaran baik di tempat pendaftaran
poliklinik maupun di tempat pendaftaran IGD.
Pemasangan gelang pasien dilakukan saat pasien datang di IGD atau saat
pasien ditentukan untuk rawat inap. Pemasangan gelang pasien dilakukan dengan
prosedur yang telah ditetapkan sebagai alat identifikasi pasien saat berada di ruang
perawatan. Gelang pasien dipakai selama pasien dirawat di Rumah Sakit dampai
dengan pasien pulang.
38
Contoh :
Tn Xfl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas
pendaftaran yang berinisial F, Ny Xf2 untuk pasien tanpa identitas kedua,
Tn Xnl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas
pendaftaran yang berinisial N, dan seterusnya
g. Suku kata nama yang disingkat pada saat penulisan nama pasien
h. Nama pasien dengan minimal dua suku kata dan memiliki awalan kata
"Muhammad" dan ejaan sejenisnya dalam sistem penamaan disingkat menjadi
huruf "M".
Hal ini
untuk
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas rekam medis
harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang tepat.
Pengkodean di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya telah menggunakan
fasilitas komputer artinya terdapat program aplikasi yang memuat kode-kode
penyakit. Istilah atau nama penyakit tidak sama sebagaimana nama atau istilah
penyakit yang terdapat dalam ICD 10. Ketentuan ini dibuat untuk mempermudah
kelancaran pelayanan dan pekerjaan petugas.
Istilah atau penyakit yang pernah terjadi di Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya dibahas dalam Panitia Rekam Medis kemudian dibuat kode ICD nya dan
diajukan ke Direktur untuk ditetapkan dalam penggunaan Istilah tersebut.
Istilah atau penyakit yang telah ditetapkan tersebut dimasukkan dalam database
program aplikasi pengkodean.
Petunjuk teknis dalam penggunaan program aplikasi pengkodean
1. Masukkan login petugas koding
39
2. Pilih tab 3. Transaksi, kemudian 3.05 pelayanan kunjungan
3. Pilih tanggal, jenis layanan dan tempat layanan. Pilih status dilayani “sudah”
4. Pilih nomor RM pasien dan pilih tab diagnosa
5. Input kode diagnosa sesuai ICD X, centang pada prioritas apabila kode diagnosa
tersebut adalah diagnosa utama, dan hapus centang ap[abila kode diagnosa
tersebut bukan diagnosa utama.
6. Piih baru (jika diagnosa tersebut adalah kasus baru bagi pasien, dan pilih lama
jika diagnosa tersebut adalah kasus lama bagi pasien atau pernah di derita oleh
pasien.
7. Petunjuk teknis ini juga berlaku untuk entry kode tindakan sesuai dengan ICD 9.
7. Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat
kedalam indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau komputerisasi).
Pengindeksan di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya mengunakan komputer
adapun secara standar jenis indeks yang biasa dipakai adalah ;
a. Indeks pasien
Pengertian Indeks Utama Pasien adalah satu kartu katalog yang berisi nama
semua pasien yang pernah berobat di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.
Informasi yang ada dalam kartu indek ini adalah :
1) Isi Indeks Pasien : Nama lengkap, Nomor Rekam medis, jenis kelamin,
umur atau tanggal lahir, nama ayah/Ibu, Pekerjaan Tanggal masuk, hasil,
dokter
Kegunaan indeks pasien adalah kunci untuk menemukan berkas rekam
medis seorang pasien.
2) Cara Penyimpanan :
Indeks pasien elektronik tersimpan dalam serverdomain yang ter-backup 2
kali setiap hari
3) Lama Penyimpanan : disimpan selamanya
Penggunaan Indeks Pasien di Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya adalah dengan Program Personal Detail sebagaimana pada
pembahasan IUPE.
b. Index Penyakit
Pengertian Index penyakit dan index operasi adalah satu kartu katalog yang berisi
kode
40
penyakit dan kode tindakan operasi yang ada di rumah sakit.
Informasi yang ada di dalam kartu adalah : Kode ICD; Judul; Bulan; Tahun; No.
RM pasien; Jenis Kelamin; Umur.
Untuk Index Operasi ditambah : dokter bedah, dokter anesthesia, hari pre OP,
Post OP, cara pasien keluar (sembuh, cacat, meninggal)
Untuk Index penyakit ditambah : diagnose lain, dokter, hari perawatan, cara
keluar (sembuh, cacat, meninggal)
Kegunaan
Untuk mengambil berkas RM tertentu, guna keperluan-keperluan sebagai berikut :
1) Mempelajari kasus-kasus terdahulu dad satu penyakit untuk memperoleh
pengertian tentang penanggulangan terhadap penyakit-penyakit atau
masalah-masalah kesehatan pada saat ini.
2) Untuk menguji teori-teori membandingkan data-data tentang penyakit /
pengobatan dalam rangka penyuguhan tulisan-tulisan ilmiah
3) Menyuguhkan data menggunakan fasilitas rumah sakit untuk menyusun
keperluan alat-alat baru, tempat tidur dan lain-lain.
4) Menilai kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit.
5) Menyuguhkan data pelayanan yang diperlukan dalam survey kemampuan
rumah sakit.
6) Menemukan RM dimana dokternya hanya ingat diagnosa atau operasinya
sedangkan nama pasien yang bersangkutan lupa.
7) Menyediakan materi pendidikan untuk mahasiswa kedokteran, perawat dll.
Cara Penyimpanan :
Indeks penyakit elektronik tersimpan dalam serverdomain yang ter-backup 2 kali
setiap hari
c. Index Dokter
Pengertian Index Dokter adalah daftar/tabulasi yang berisi nama dokter
yang memberikan pelayanan medik pada pasien.
Kegunaan adalah untuk menilai pekerjaan dokter dan bisa sebagai bukti
pengadilan
d. Index Kematian
Informasi yang ada dalam index kematian adalah : Nama pasien, No. RM, Jenis
Kelamin, Umur, dokter yang merawat, Hari perawatan, wilayah, Kematian
kurang dari sej am post OP.
Kegunaan index kematian adalah untuk statistik menilai mutu pelayanan dasar
menambah dan meningkatkan peralatan / tenaga.
2. Assembling ( Perakitan )
Assembling atau perakitan adalah kegiatan yang harus ada di dalam system
penyelenggaraan rekam medis. Kegiatan Assembling dapat dikategorikan sebagai
kegiatan dalam proses penyelenggaraan rekam medis dan dapat juga dikategorikan
sebagai kegiatan dalam proses pengolahan rekam medis. Kegiatan yang termasuk
dalam proses penyelenggaraan rekam medis adalah kegiatan perakitan berkas rekam
medis yaitu menyiapkan berkas rawat jalan dan menyiapkan berkas rawat inap
Penyusunan berkas rekam medis kemudian mengevaluasi kelengkapan berkas
rekam medis adalah kegiatan Assembling yang terkait dengan proses pengolahan
rekam medis. Penyusunan berkas rekam medis dilakukan setelah berkas kembali
dari Ruang Perawatan. Berkas rekam medis disusun berdasarkan ketentuan
mengenai urutan berkas tersebut. Urutan berkas tersebut adalah ;
1. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap (umum)
2. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus kebidanan
3. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus medical bedah
4. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus neonatus.
Tujuan penyusunan berkas rekam medis adalah agar rekam medis tertata
dengan rapi sehingga diharapkan fungsi dan kegunaan rekam medis dapat berguna
lebih optimal.
Selain penyusunan berkas rekam medis juga dilakukan evaluasi mengenai
kelengkapan berkas rekam medis, evaluasi tersebut antara lain ;
1. Evaluasi ketepatan penyerahan berkas rekam medis
2. Evaluasi Kelengkapan Berkas Rekam Medis tentang ;
a. Indentitas pasien
b. Keterisian setiap lembaran rekam medis
c. Autentikasi setiap lembaran rekam medis (Nama terang dan tanda tangan)
Evaluasi yang dilakukan hanya sebatas kuantitatif artinya hanya melihat terisi
atau tidak tanpa memperhatikan kebenaran isian tersebut. Evahuisi sampai dengan
kebenaran isian rekam medis adalah kewenangan Panitia Rekam Medis, evaluasi
tersebut bersifat kualitatif yang memuat kriteria 4 C yaitu ;
1. Clear / Jelas artinya pengisian setiap lembaran rekam medis adalah jelas dan
mudah dibaca
43
2. Clean / Bersih artinya setiap lembaran tidak ada coretan yang tidak pada
tempatnya
3. Complite / Lengkap artinya berkas rekam medis terisi dengan lengkap
4. Correct / Benar artinya isian di dalam berkas rekam medis adalah benar dan
sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku (Juknis dan SOP)
Petunjuk teknis tentang proses evaluasi diatas sesuai dengan pembahasan serta
petunjuk teknis dalam proses penyelenggaraan pengembalian berkas rekam medis
d) Pencatatan bagi :
a)Dokter :
1. Mencatat triage, anamnesa, hasil pemeriksaan, diagnosa,
terapi dan tindakan yang dilakukan pada berkas rekam medis
bencana disertai tanda tangan dan code/nama dokter
2. Memberi surat pengantar untuk pemeriksaan penunjang
diagnostik/MRS/dirujuk ke RS lain/dikonsulkan ke dokter
spesialis
b)Perawat :
1. Mencatat tekanan darah, nadi, suhu, dan identifikasi pasien
(warna rambut, bentuk rambut, ukuran rambut, bentuk tubuh,
ukuran tubuh, warna kulit,) pada berkas rekam medis bencana
2. Melakukan Sensus Harian, Pencatatan tindakan yang
diberikan kepada pasien serta pencatatan lainnya
54
pasien
5) Pencatatan Identifikasi Bayi Baru Lahir
1) Perawat
a. Mengisi Identitas bayi baru lahir meliputi : identitas pribadi dan
sosial, tanggal masuk, kelas perawatan dan paviliun tempat pasien
dirawat.
b. Segera setelah lahir, bayi ditunjukkan langsung ke ibunya atau
keluarganya
c. Setelah ditunjukkan kepada ibu / keluarganya, bayi diberi identitas
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pemasangan gelang tangan dan cap kaki bayi dilakukan
di depan ibu yang barn melahirkan bayi tersebut atau
saksi lain bila ibu dalam keadaan tidak sadar
2) Gelang Tangan Bayi
a) Warna biru untuk bayi laki — laki
b) Warna merah muda untuk bayi perempuan
3) Gelang tangan bayi ditulis : Nomor Register dan nama
ibu yang melahirkannya disertai "By Ny" serta tanggal
dan jam lahir bayi dengan menggunakan bolpoint tinta
hitam tahan air
4) Gelang tangan bayi dipakai selama di rawat di rumah
sakit sampai bayi dipulangkan dad rumah sakit
d. Mengisi formulir identitas bayi secara lengkap dengan
1) Mencantumkan nama dan tanda tangan dokter / bidan
yang menolong / perawat pelaksana
2) Mencantumkan cap ibu jari tangan, dan ibunya bayi
3) Mencantumkan cap telapak kaki bayi kin dan kanan
e.Pada saat memulangkan bayi, tali gelang digunting dan identitas
bayi ditunjukkan ke orang tuanya
f. Apabila dinyatakan benar, orang tua bayi menandatangani
pernyataan yang tercantum pada formulir identitas bayi yang
disiapkan perawat / bidan
2) Dokter
a) Merawat pasien dan mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan
fisik, terapi, basil pemeriksaan penunjang, tindakan yang telah
diberikan kepada pasien serta membubuhkan tanda tangan dan
nama terang pada berkas rekam medis.
b) Membuat persetujuan tindakan medis dengan keluarga pasien
untuk mendapatkan persetujuan terhadap tindakan yang berisiko
tinggi sesuai protap yang berlaku jika dibutuhkan.
c) Membuat Resume Medis, lembar pesanan pasien pulang, serta
melengkapi ringkasan masuk dan keluar pasien dalam jka pasien
pulang
b. Perawat
1) Mengisi atau mencatat perkembangan keadaan pasien pada lembar
yang menjadi tanggung jawabnya
2) Mengisi atau membuat asuhan keperawatan dengan tulisan yang jelas,
benar dan mudah dibaca
3) Menuliskan tanggal, jam, tanda tangan dan nama terang perawat
yang memberikan tindakan atau pelayanan kepada pasien dalam
lembar CPPT
4) Menuliskan nama pasien dan nomor rekam medis pada tiap dokumen
yang menjadi tugas dan kewenangannya
5) Melihat apakah Ringkasan Pasien dan Ringkasan Penyakit sudah
terisi atau belum, apabila belum segera memintakan ke dokter yang
bersangkutan / yang merawat pasien
6) Bertanggung jawab terhadap pengisian dan kelengkapan dokumen
rekam
medis pada :
a. Lembar asuhan keperawatan dan observasi perawat
UGD/Poliklinik Diisi oleh Perawat Poliklinik atau IGD (yang
menerima pasien)
b. catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), pengkajian
keperawatan baik maternitas, neonatus, medical bedah, maupun
kajian keperawatan umum diisi oleh Perawat Ruang rawat Inap
(yang merawat pasien)
c. Pesanan Pulang diisi oleh Kepala Ruang Rawat Inap dimana
pasien dirawat atau Perawat Penanggung Jawab Shift.
7) Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, dalam waktu 2 x 24 jam
harus segera mengembalikan berkas rekam medis ke Bagian Rekam
Medis dalam kondisi telah terisi dengan lengkap dan benar.
c. Petugas Penunjang Pelayanan Medis
1) Menyertakan data penunjang ke dalam dokumen rekam medis
57
2) Menuliskan data pada formulir rekam medis dengan jelas, benar dan
mudah dibaca
3) Mencantumkan tanggal, jam, nama dan tanda tangan petugas yang
memberi pelayanan atau tindakan
4) Bertanggung jawab terhadap kebenaran data penunjang
d. Petugas Pelayanan kesehatan lain
1) Mengisi lembar CPPT pada setiap observasi tang telah dilakukan
2) Petugas Fisioterapy mengisi lembar konsultasi fisioterapy pada
pasien dengan tindakan fisioterapy
3) Petugas Binroh (Bimbingan Rohani) melakukan pencetakan status
binroh untuk pasien rawat inap yang mendapatkan layanan binroh
e. Petugas Rekam Medis
1) Melengkapi identitas pasien baik data pribadi, nama ibu kandung
serta data sosial pada dokumen yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya
2) Mencantunikan nomor rekam medis pada folder / map rekam medis
dan dokumen yang menjadi tanggung jawabnya
3) Melakukan pencetakan label pasien rawat bap dan label map untuk
berkas rekam medis pasien rawat inap
4) Penulisan data identitas pasien dan data sosial pada dokumen rekam
medis harus menggunakan tinta hitam tahan air, huruf cetak serta
dengan penulisan yang jelas dan mudah dibaca.
5) Bertanggung jawab untuk mengevaluasi dokumen rekam medis guna
menjamin kelengkapan isinya.
6) Bertanggung jawab terhadap dokumen rekam medis dan menjaga
kerahasiaannya
3. Informed Consent
a. Prosedur Pelaksanaan Informed Consent di Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya
i. Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat
a. Menerima pasien dan melakukan diagnosa terapeutik untuk pertama
kali;
b. Dokter atau perawat IGD/Poli wajib memberikan informasi kepada
pasien/keluarga untuk setiap tindakan medis/tindakan keperawatan
yang akan dilakukan terhadap pasien, dengan bahasa yang bisa
difahami oleh pasien/keluarganya, yang kemudian pasien/keluarga
dapat menyatakan setuju atau menolak tindakan yang akan dilakukan;
c. Bentuk persetujuan pasien dapat dalam bentuk lisan maupun tertulis;
d. Persetujuan lisan untuk tindakan beresiko kecil atau tidak invasif
dapat diberikan oleh pasien/keluarga dalam bentuk anggukan,
menyodorkan anggota tubuh yang akan dilakukan tindakan, maupun
bentuk lain yang menunjukkan persetujuannya. Persetujuan untuk
dilakukan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan keperawatan
dan penunjang juga telah dijelaskan pada form persetujuan umum
(general consent) yang di tandatangani oleh pasien/penanggung jawab
saat pasien akan medapatkan pelayanan di Rumah Sakit Islam
Jemursari Surabaya.
e. Persetujuan tertulis untuk tindakan beresiko tinggi atau tindakan
invasif dilakukan oleh pasien/keluarganya dengan mengisi dan
menandatangani form persetujuan (form informed consent) yang
disediakan oleh Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya;
f. Petugas IGD/poli membantu pengisian dan mengarahkan agar
58
pasien/keluarga dapat mengisinya dengan baik dan lengkap;
g. Apabila pasien ada indikasi operasi/tindakan invasif/tindakan beresiko
tinggi di ruangan selain IGD/Poli, maka pengisian informed consent
(identitas pasien, identitas keluarga, hubungan keluarga dengan
pasien, cek list tindakan) dapat dilakukan di IGD/Poli, petugas
IGD/Poli memberitahu bahwa penjelasan dan penandatanganan akan
dilakukan di ruangan/tempat dilakukannya tindakan;
ii. Petugas Ruangan/Perawat Instalasi Bedah Sentral
a. Melihat informed consent di status pasien dan IGD;
b. Menyiapkan from yang sudah siap ditandatangani dari IGD dan
mengarahkan pasien/keluarga ke dokter yang akan melakukan
tindakan medis;
c. Setelah diberikan penjelasan apabila pasien/keluarga menolak, maka
petugas ruangan/perawat IBS memberikan form penolakan untuk
diisi dan ditandatangani oleh pasien/keluarga;
d. Mengarsip dengan baik form informed consent yang telah
ditandatangani oleh pasien dan dokter pada berkas rekam medis;
iii. Tenaga Medis (dokter)
a. Dokter yang akan melakukan tindakan operasi/tindakan invasif
memberikan penjelasan mengenai diagnosa dan tata cara tindakan
medis; tujuan tindakan medis yang dilakkukan; resiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan medis; alternatif
tindakan lain termasuk keuntungan dan kerugiannya; prognosis
terhadap tindakan medis yang dilakkukan, dengan bahasa sesuai
tingkat pendidikan pasien/keluarga;
b. Setelah pasien merasa paham dan setuju, pasien diminta untuk
menandatangani form yang telah diisi di IGD, dan dokter juga ikut
menandatangani sebagai bukti telah memberikan informasi;
c. Dokter dapat melakukan tindakan medis yang dimaksud setelah
form ditandatangani ;
d. Ketentuan Lain Mengenai Informed Consent
Ketentuan lain yang sangat terkait dengan informed consent adalah otopsi
dan adopsi, yang dalam penerapannya membutuhkan proxy consent.
1) Otopsi
Otopsi (juga dikenal pemeriksaan kematian atau nekropsi) adalah
investigasi medis jenazah untuk memeriksa sebab kematian.
Perintah pelaksanaan otopsi dapat ditinjau dalam dua kejadian:
a. Otopsi atas permintaan keluarga pasien, dimana didalamnya terdapat
tanda tangan keluarga si pasien.
b. Otopsi atas permintaan polisi untuk pembuktian.
Adanya permintaan akan jenazah pasien, bagian tubuh tertentu,
kremasi ataupun pernyataan bahwa jenazah tidak diambil keluarga dan
lain sebagainya harus senantiasa dikuatkan oleh tanda tangan dan
berbagai pihak termasuk di dalam saksi I, II sesuai dengan prosedur yang
berlaku ,dalam kaftan ini selain intalasi kamar jenazah maka dalam
berkas rekam medis pun juga harus memiliki dasar penguat dalam bentuk
formulir persetujuan yang telah ditanda tangani oleh pihak yang
bersangkutan, dalam hal ini pihak yang bersangkutan harus bertanggung
jawab untuk segera menandatangani formulir atau keterangan otopsi.
Pihak rumah sakit harus melibatkan unsur saksi sebagai penguat
disamping adanya pernyataan resmi secara tertulis dan pihak yang
menerima.
59
Prosedur terkait dengan permintaan otopsi di Rumah Sakit Islam
Jemursari Surabaya adalah sebagai berikut;
a. Dilakukan otopsi (pemeriksaan dalam) apabila
1) Atas permintaan keluarga atau ahli waris pasien
2) Kematian yang tidak wajar, Death on Arrival dan atau dengan
adanya surat permintaan pemeriksaan dalam (otopsi) dan
kepolisian
b. Pemeriksaan dalam pada korban/jenazah dapat dilakukan di Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya.
c. Pemeriksaan dalam apabila dikerjakan di Rumah Sakit Islam
Jemursari Surabaya akan dilakukan oleh dokter jaga yang saat itu
menerima VER dari pihak Kepolisian. Apabila diperlukan tenaga
ahli dalam pemeriksaan dalam maka Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya dapat meminta bantuan dr Spesialis Forensik dari RS
Rujukan.
d. Korban dapat dirujuk ke RS Rujukan bila diperlukan
e. Surat Kematian boleh diberikan jika ada permintaan tertulis dari
Pihak Kepolisian untuk keperluan tertentu
2) Adopsi
Adopsi : Asal kata adop yang artinya Mengangkat anak
Pedoman rekam medis menghadapi rekam medis dengan kasus
adopsi adalah sebagai berikut ;
a. Adopsi telah mengakibatkan orang tua kandung melepaskan hak
mereka untuk memeriksa berkas rekam medis anaknya yang
telah diangkat. Sebab, dengan pengangkatan itu seluruh hak
orang tua telah berakhir.
b. Adopsi telah mengakibatkan orang tua ba' menerima hak sebagai
orang tua asli yang berarti berhak untuk memeriksa berkas rekam
medis anak angkatnya hingga mencapai dewasa. Namun orang
tua bare tidak boleh melihat berkas rekam medis masa lampau si
anak. Dalam hal ini petugas rekam medis wajib mengeluarkan
semua identitas masa lampaunya yang berkaitan dengan orang
tua ash sewaktu orang tua barn memeriksa berkas rekam medis
anak angkat yang telah menjadikan anak kandung.
c. Anak angkat mempunyai hak untuk membaca berkas rekam
medis dirinya pada saat mencapai usia dewasa namun petugas
rekam medis harus menurut identitas orang tua aslinya, seperti
keterangan diatas.
Kebijakan yang berlaku mengenai pengurusan surat keterangan medis adalah :
1. Berkas Rekam Medis milik rumah sakit dan tidak boleh keluar dari rumah
sakit.
2. Permintaan Resume Medis harus oleh pasien sendiri. Apabila diwakilkan harus
dengan Surat Kuasa bermaterai 6000.
3. Untuk pasien anak (usia < 14 tahun), permintaan Resume Medis bisa oleh
orang tuanya tanpa Surat Kuasa dengan melampirkan fotocopy kartu keluarga.
4. Pelayanan permintaan Resume Medis selesai maksimal dalam waktu 3 hari.
Jika dokter yang merawat berhalangan hadir dalam waktu tersebut, maka
blangko dapat diisi oleh dokter lain yang berwenang yaitu :
a. Dokter lain yang pernah merawat/memeriksa.
b. Dokter jaga ruangan.
62
1) Mencetak hasil visum rangkap 2
2) Memintakan tanda tangan dan hasil visum yang telah di print
Membubuhkan stempel pada hasil Visum yaitu pada tanda
tangan dokter Merekam permintaan visum dan mengevaluasi
persentase pengisian visum oleh dokter.
7. Penulisan Diagnosis
Penulisan diagnosis mengacu pada klasifilcasi penyakit yang diterbitkan oleh
WHO yaitu ICD 10, sedangkan untuk tindakan kedokteran menggunakan ICD 9
CM. Database penyakit yang ada di RSIJS adalah diagnose atau tindakan untuk
kasus yang sering muncul dan yang ada di RSIJS. Database akan selalu diperbarui
seiring penambahan kasus baru yang muncul.
Sistem pengkodean ini telah ditetapkan dalam daftar singkatan yang
digunakan di RSIJS dan telah terkode sesuai dengan ICD 10.
Pencatatan dan pengisian yang terkait dengan adanya penulisan diagnosis
terletak pada
1) Berkas rekam medis elektronik pada rawat jalan dan instalasi gawat darurat.
Untuk penulisan diagnosa dan tindakan kedokteran pada berkas rekam
medis rawat jalan dan instalasi gawat darurat telah menggunakan data base
penyakit dengan istilah yang biasa digunakan di RSIJS sedangkan untuk
pengkodean mengacu pada kode WHO ICD 10 dan ICD 9 CM.
2) Berkas rekam medis rawat inap.
Penulisan secara manual pada berkas rekam medis rawat inap yang terdiri
dan diagnosa awal, diagnosa utama, diagnosa kerja, diagnosa komplikasi
dengan ketentuan yang sama dengan database penyakit dan singkatan yang
telah baku digunakan di RSIJS
3) Penulisan diagnosa pada berkas summary /ringkasan penyakit elektronik
menggunakan database yang sama dengan rawat jalan.
Selain ketentuan keamanan dan kerahasiaan diatas juga terdapat ketentuan dasar
pemeliharaan berkas rekam medis yang dapat membantu memperlancar pekerjaan
pengelolaan rekam medis yaitu:
a) Pada saat rekam medis dikembalikan kebagian rekam medis, harus disortir
menurut nomor, sebelum disimpan.
b) Hanya petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam medis. Dokter,
staf rumah sakit, pegawai dari bagian lain tidak diperkenankan mengambil rekam
medis dan tempat penyimpanan.
c) Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas, harus segera
diperbaiki untuk mencegah makin rusak/ hilangnya lembaran-lembaran yang
diperlukan.
d) Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara periodik untuk
menemukan salah simpan dan menemukan kartu pinjaman (tracer) yang rekam
medisnya masih belum dikembalikan.
70
e) Petugas penyimpanan harus memelihara kerapian dan keteraturan rak
penyimpanan yang menjadi tanggung jawabnya.
f) Berkas rekam medis yang sedang diproses/dipakai untuk keperluan lain harus
diletakkan diatas meja/rak tertentu dengan maksud bahwa Berkas tersebut setiap
saat dapat dipergunakan.
g) Rekam Medis sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid.
M. PELEPASAN INFORMASI
Pelepasan informasi medis adalah prosedur melepaskan, membeberkan atau
mengungkapkan data atau informasi medis pasien untuk kepentingan pasien dan kepentingan
lainnya yang tidak merugikan pasien yang telah diatur oleh undang — undang
Pelepasan informasi medis harus memenuhi kaidah :
1. Kaidah autonomy bahwa pasienlah yang memutuskan boleh atau tidaknya akses
terhadap informasi kesehatannya, bukan pasangannya ataupun pihak ketiga .
2. Kaidah beneficence bahwa informasi hanya diungkapkan kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka melakukan perbuatan yang menguntungkan atau
untuk kepentingan pasien (misalnya kepada perusahaan asuransi dalam rangka
pembayaran Maim)
3. Kaidah nonmaleficence bahwa informasi tidak diberikan kepada pihak yang tidak
berwenang dan yang mungkin merugikan pasien (misalnya perusahaan asuransi
meminta informasi kesehatan untuk tujuan diskriminasi).
4. Kaidah justice bahwa informasi harus menerapkan ketentuan secara adil dan konsisten
untuk semua orang
5. Pengungkapan informasi kesehatan secara terbatas, yaitu:
a. untuk kepentingan kesehatan pasien
b. untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum
c. permintaan pasien sendiri
d. berdasarkan ketentuan undang-undang
Selain kaidah diatas juga terdapat kaidah umum terkait dengan pemberian informasi
rekam medis pasien yaitu :
1. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki oleh rumah sakit tidak boleh
disebarkan oleh pegawai rumah sakit, kecuali bila pimpinan rumah sakit
mengijinkan.
2. Rumah sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan rekam medis
dengan cara yang dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah
sakit itu sendiri yang akan menggunakan rekam medis tersebut bila perlu untuk
melindungi dirinya atau mewakilinya.
3. Para asisten dan dokter yang bertanggung jawab dapat berkonsultasi dengan bagian
rekam medis sehubungan dengan pencatatan berkas rekam medis pasien yang
dirawat.
4. Dokter tidak diperkenankan memberikan resume medis pasien yang dirawat secara
langsung kepada perusahaan asuransi atau badan lain. Permintaan resume dan surat
keterangan medis diatur dalam prosedur permintaan resume medis di bagian rekam
medis.
5. Informasi rekam medis hanya boleh dikeluarkan dengan surat kuasa bermaterai
yang ditanda tangani oleh pasien (walinya jika pasien tersebut secara mental tidak
kompeten)
6. Dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien melalui data
rekam medis pasien yang dirawat di rumah sakit, harus memiliki surat kuasa dan
pasien tersebut.
7. Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi bagian rekam medis, tetapi juga berlaku bagi
71
semua orang yang menangani rekam medis dibagian perawatan, bangsal-bangsal
dan lain-lain.
8. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit, kecuali bila atas
permintaan pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dan pimpinan rumah
sakit.
9. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk dibawa kebagian
lain dari rumah sakit, kecuali jika diperlukan untuk transaksi dalam kegiatan rumah
sakit itu.
10. Dengan persetujuan dan pimpinan rumah sakit, pemakaian rekam medis untuk
keperluan riset diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf medis rumah sakit,
apabila ingin melakukan riset harus memperoleh persetujuan tertulis dari pimpinan
rumah sakit.
11. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa kepengadilan segala ikhtiar
hendaklah dilakukan supaya pengadilan menerima salinan foto static rekam medis
yang dimaksud. Apabila hakim minta yang asli, tanda terima harus diminta dan
disimpan di folder jangan sampai rekam medis yang ash tersebut kembali.
12. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui untuk
membayar biaya rumah sakit bagi seorang pegawainya, tidak dapat dijadikan
alasan bagi rumah sakit untuk memberikan informasi medis pegawai tersebut
kepadanya tanpa surat kuasa atau persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang
syah.
13. Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi mengenai
periode-periode perawatan tertentu. Surat kuasa atau persetujuan itu hanya berlaku
untuk informasi medis termasuk dalam jangka waktu atau tanggal yang tertulis
didalamnya.
Di sisi lain, rumah sakit sebagai institusi tempat dilaksanakannya pelayanan medis,
memiliki Kode Etik Rumah Sakit (Kodersi) yang diantaranya juga berkaitan dengan
rekam medis, yaitu :
1. Pasal 04 : Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip, baik medik maupun
nonmedik secara baik
2. Pasal 09: Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien
3. Pasal 10 : Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien dan
tindakan apa yang hendak dilakukan
4. Pasal 11 : Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent
sebelum melakukan tindakan medik)
00 01 00
Angka kedua Angka ketiga Angka pertama
Secondary digits Tertiary digits Primary digits
Dalam penjajaran dengan sistem angka akhir (terminal digit filling sistem)
ada 100 kelompok angka pertama (primary section) yaitu 00 sampai dengan 99.
Pada waktu menyimpan, petugas harus melihat angka pertama dan
membawa rekam medis ke dalam rak penyimpanan untuk kelompok angka
pertama.
Pada kelompok angka pertama, berkas rekam medis disesuaikan urutan
letaknya menurut angka kedua, kemudian berkas rekam medis disimpan dan
dijajarkan ke dalam urutan sesuai dengan kelompok angka ketiga sehingga dalam
setiap kelompok penyimpanan nomor pada kelompok angka ketiga (tertiary
digits), yang selalu berlainan.
Contoh :
00-00-00 01-01-00 02-02-00
00-01-00 01-02-00 99-99-00
00-02-00 01-99-00 00-00-01
00-99-00 02-00-00 00-01-01
01-00-00 02-01-00 02-00-01
Keuntungan dari sistem penjajaran Angka Akhir atau Terminal Digit
Filling Sistem adalah :
a. Pertambahan jumlah rekam medis selalu tersebar secara merata ke
100 kelompok (section) di dalam rak penyimpanan. Petugas
penyimpanan tidak akan berdesak-desakkan di satu tempat (atau
section), dimana rekam medis harus di simpan di dalam rak.
73
b. Petugas diserahi tanggung jawab untuk sejumlah section tertentu
misalnya ada 4 petugas masing-masing diserahi : section 00-24,
section 25-49, section 5070, section 75-99
c. Pekerjaan akan terbagi rata mengingat setiap petugas rata-rata
mengerjakan jumlah rekam medis yang hampir sama setiap harinya
untuk setiap section.
d. Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan
dari setiap section, pada saat ditambahnya rekam medis bare
disection tersebut.
e. Jumlah rekam medis untuk setiap section terkontrol dan terhindar
dari timbulnya rak kosong.
f. Dengan terkontrolnya jumlah rekam medis, membantu memudahkan
perencanaan peralatan penyimpanan (jumlah rak).
g. Kekeliruan penyimpanan (missfile) dapat dicegah, karena petugas
penyimpanan hanya memperhatikan dua angka saja dalam
memasukkan rekam medis kedalam rak, sehingga resiko untuk
terjadi kekeliruan dalam membaca angka sangat kecil.
3. Kode Warna
a. Kode warna pada sampul berkas rekam medis rawat inap yang
digunakan di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya ada 3 warna
berbeda, yaitu :
1) Sampul warna kuning digunakan untuk pasien dengan tanggungan
jamkesmas, atau jamkesmas non kuota yang dirawat di Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya.
2) Sampul warna merah digunakan untuk pasien dengan tanggungan
BPJS
3) Sampul warna hijau digunakan untuk pasien umum atau pasien
tanggungan selain jamkesmas dan BPJS
b. Kode warna Untuk dua digit terakhir
Kode warna yang dimaksud adalah kode pembedaan warna
berdasarkan dua digit terakhir dari nomor register pasien yang berarti
menunjukan posisi rak masing-masing terminal digit. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan dalam memasukkan berkas
rekam medis kedalam rak penyimpanan. Kode warna ini masih
digunakan pada berkas rekam medis rawat jalan.
Ketentuan kode warna pada terminal digit yaitu mulai angka 0
sampai dengan 9 adalah sebagai berikut :
Angka 0 : Merah Tua
Angka 1 : Merah Muda
Angka 2 : Hijau Muda
Angka 3 : Biru muda
Angka 4 : Kuning
Angka 5 : Orange
Angka 6 : Ungu
Angka 7 : Coklat
Angka 8 : Biru Tua
Angka 9 : Hijau Tua
Misalnya :
Nomor register pasien 00-23-56 maka warna pada berkas rekam
medis rawat jalannya adalah orange dan ungu.
4. Penomoran
Pada deretan berkas rekam medis yang disimpan baik di dalam rak filling
maupun di dalam Odner diperlukan suatu cara/metode agar berkas rekam medis
74
mudah diketahui tempat/kelompok penyimpanannya yaitu dengan metode
Penomoran, dalam arti memberikan tanda penunjuk yang berupa angka/nomor
pada rak-rak atau odner penyimpanan. Dengan sistem penjajaran terminal digit
memberikan kemudahan dalam memberikan penunjuk rak yaitu dengan
menggunakan 2 digit terakhir atau primary digit pada rak atau odner karena
primary digit adalah acuan pengelompokan file, sehingga dengan memberikan
kode angka primary digit pada setiap rak dan odner akan mempermudah dan
mempercepat pekerjaan menyimpan dan menemukan rekam medis.
Contoh penunjuk :
Memberikan kode 2 angka primary digit pada rak dan odner
00 01 02 03 04 05
Yang diletakan pada petunjuk 00 adalah berkas rekam medis dengan nomor
sebagai berikut :
00-01-00, diikuti 00-02-00, 00-03-00, 00-04-00, 00-05-00 dan seterusnya.
Salah satu elemen yang diperlukan dalam penyusutan berkas adalah Jadwal
Retensi Arsip (JRA). JRA yang digunakan di Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya semuanya memiliki ketentuan yang sama yaitu dalam kurun waktu 2
75
tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan kemudian
berkas rekam medis statusnya menjadi berkas rekam medis In-Aktif.
Kemudian setelah 3 tahun in-aktif atau terhitung 5 tahun dari tanggal terakhir
kunjungan pasien maka berkas rekam medis dapat dimusnahkan.
Tujuan dari pemisahan dan penyusutan tersebut adalah :
1. Untuk mengurangi kapasitas berkas dari rak penyimpanan berkas rekam
medis aktif
2. Untuk mengakomodir keterbatasan kapasitas rak penyimpanan berkas
rekam medis aktif.
3. Untuk memudahkan pencarian berkas rekam medis yang akan
dimusnahkan nantinya.
4. Untuk terciptanya sistem penyimpanan arsip yang efektif dan efisien
5. Menyelamatkan berkas yang bernilai guna tinggi serta mengurangi berkas
rekam medis yang nilai gunanya telah menurun.
Dalam penyelenggaran rekam medis khususnya pada proses penyusutan dan
penyimpanan berkas In-Aktif, memiliki ketentuan sebagai berikut ;
1. Berkas in aktif adalah berkas yang telah disimpan minimal selama 2 tahun
di tempat penyimpanan berkas, terhitung sejak tanggal terakhir pasien
tersebut berobat atau dipulangkan.
2. Setelah diketahui berkas In-Aktif, Petugas meretensi berkas yang telah 2
tahun tersimpan dalam file aktif dengan melihat tahun terakhir kunjungan.
3. Berkas yang dikeluarkan dari rak penyimpanan tidak perlu diganti dengan
tracer tetapi dicatat dalam buku retensi berkas rekam medis.
4. Berkas yang telah dikeluarkan dari rak penyimpanan dialih wujudkan
dalam bentuk elektronik dengan cara di-scan
5. Berkas yang harus di scan, minimalnya adalah :
a. Berkas Poliklinik
b. Berkas IGD
c. Lembar Kematian
d. Indentifikasi bayi
DMK 1 : Ringkasan Pasien
e. DMK 3 : Catatan Visite Dokter
Lembar Konsultasi -› jika ada tindakan konsul
f. DMK 12 : Ringkasan Penyakit
Khusus untuk kasus — kasus operasi, ditambah dengan :
1) Laporan Operasi
2) Laporan Anestesi
3) Informed Consent
6. Setelah di-scan :
a. Berkas yang telah beralih wujud dalam bentuk elektronik
dikelompokkan berdasarkan terminal digit filling system (2 angka digit
terakhir), kemudian disimpan dalam bentuk CD
b. Berkas yang telah diretensi, disimpan di rak Filling in aktif dengan
sistem penyimpanan terminal digit filling system.
c. Untuk pasien yang datang kembali setelah masa retensi, maka
data pasien diambilkan dari berkas yang telah di scan dengan cara di
print
d. Hasil scan dimasukkan dalam program pertelaan.
7. Lama penyimpanan berkas di ruang In-Aktif adalah 3 tahun terhitung sejak
berkas masuk dalam ruang filling In-Aktif, dengan catatan tidak terdapat
transaksi/kunjungan selama berkas diruangan In-Aktif.
Sebagaimana Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Nomor :
YM.00.03.2.2.1996 pada Tanggal : 27 November 1996 tentang Revisi Pedoman
Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit, dalam buku revisi II trahun 2006 pada
76
Proses Pengolahan Rekam Medis dalam pembahasan mengenai Perencanaan
terhadap rekam medis yang tidak aktif (hal.97)menyebutkan "Apabila sudah tidak
tersedia lagi tempat penyimpanan rekam medis harus dilaksanakan kegiatan
pemilahan berkas rekam medis aktif dan inaktif. Berkas rekam medis yang tidak
aktif dapat disimpan di ruangan lain atau microfilm"
Ketentuan di atas menjadi pedoman bagi Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya untuk memutuskan perubahan file dari hardfile (berkas rekam medis
dalam bentuk lembaran-lembaran kertas) ke dalam bentuk softfile yaitu file
dengan format PDF/TIFF dengan cara menggunakan alat Scanner.
Penggunaan alat scanner jauh lebih mudah dan lebih menghemat biaya dan
mengenai kerahasiaan dan autentikasinya dapat dijaga dengan metode password.
Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem terminal digit filling
system yaitu file hasil scan disatukan dalam folder dengan nama 2 angka terakhir
atau primary digit. Kemudian data yang telah terkumpul dialih wujudkan dalam
bentuk CD/DVD, kemudian CD/DVD disimpan di ruang Rekam Medis.
Untuk arsip aktif dapat disimpan dengan retensi 1 (satu) sampai 2 (dua) tahun;
arsip semi aktif disimpan dengan retensi 3 (tiga) sampai 5 (lima) tahun. Arsip in
aktif disimpan dengan retensi 10-30 tahun/sesuai dengan nilai guna arsip.
b. Pengalihan bentuk arsip
Ketentuan di dalam Undang-undang No. 8 tahun 1997 tentang dokumen
perusahaan, memuat perubahan pengertian arsip, yaitu tidak hanya berupa hard paper,
namun juga dalam bentuk media elektronik (disket, mikrofilm, CD room) sebagai alat
bukti yang sah (pasal 12). Sehingga kendala yang dialami dalam penyimpanan arsip
kertas (daya tahan kertas terbatas, biaya pemeliharaan besar dan memakan banyak
tempat) dapat diminimalisasi dengan mengalihkan arsip kertas ke dalam media
elektronik, dengan jaminan bahwa isi naskah tetap benar dan sesuai dengan aslinya.
Berkaitan dengan hal tersebut, arsip-arsip yang penting dapat dialihkan ke dalam media
elektronik harus dengan dilegalisasi pimpinan Rumah Sakit. Berita Acara legalisasi
tersebut sekurang-kurangnya memuat :
Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukannya legalisasi;
Keterangan bahwa pengalihan dokumen yang dibuat diatas kertas ke dalam media
elektronik telah dilakukan sesuai aslinya. Tanda tangan dan nama jelas pimpinan
perusahaan.
Untuk arsip yang mempunyai kekuatan pembuktian otentik masih mengandung
kepentingan hukum tertentu seperti : sertifikat tanah, akta pendirian, dan lain-lain.
Wajib disimpan naskah aslinya meskipun sudah dialihkan ke dalam media
electronik/media lainnya.
c. Arsip rumah sakit
Arsip Rumah Sakit merupakan arsip yang bersifat khas karena selain mempunyai
peranan penting dalam pembuktian bagi rumah sakit, pasien, dan pihak lain berdasarkan
peraturan yang berlaku, beberapa arsip rumah sakit juga berkaitan dengan ketentuan
kode etik profesi kedokteran, sehingga diperlukan adanya kehati-hatian dalam
pengelolaannya. Secara umum arsip rumah sakit terdiri dari :
1) Arsip di bidang medis
Arsip Rumah Sakit yang penting dan bersifat khas adalah arsip Rekam Medis
(Medical Record), karena arsip Rekam Medis dapat merupakan catatan induk
bagi semua catatan/arsip mengenai penanganan terhadap pasien di sebuah
Rumah Sakit. Berdasarkan fungsi tersebut Rekam Medis mempunyai hubungan
dengan :
a) Kepentingan health care Provider (Pelaksana pelayanan kesehatan) sebagai
pemakai utama (primary users) diantaranya :
79
1. Sebagai media komunikasi diantara tenaga kesehatan selama episode
penyakit pasien sampai yang sekarang. Sebagai bahan referensi bagi
perawatan penyakit pasien di masa datang.
2. Untuk kepentingan follow up bagi pasien yang memerlukan pengobatan
lama serta untuk menilai efektifitas pengobatan yang telah diberikan.
b) Kepentingan Payers For Services (pembayaran biaya pelayanan), antara lain :
1. Sebagai bahan bukti bagi pengajuan klaim asuransi
2. Untuk audit bagi perusahaan asuansi terhadap pelayanan medis serta jasa
profesional
3. Untuk memonitor kualitas dan ekuitas pelayanan medis yang diasuransikan
4. Untuk menilai dan mengontrol biaya pelayanan medis
c) Kepentingan Social Users (pengguna dalam bidang social), antara lain :
1. Untuk kepentingan survey epidemiologik
2. Untuk menyelidiki pola penyakit, pengaruh penyakit terhadap kehidupan
sehari-hari, termasuk kesehatan kerja dan keamanan
3. Untuk bukti di pengadilan bagi penyelesaian perkara perdata atau pidana
4. Untuk membuktikan adanya kelainan mental
5. Untuk penegakan disiplin kedokteran dan etika kedokteran.
Ada beberapa hal dari rekam medis yang perlu dipahami dari aspek hukumnya
secara benar, hal-hal yang penting itu ialah :
a) Bentuk dokumen rekam medis
Berdasarkan pasal 2 Permenkes 269 tahun 2008 tentang rekam medis.
Dokumen tersebut harus dibuat secara tertulis, jelas & lengkap. Atau secara
electronik. Jadi bentuk dokumen rekam medis dapat berupa 2 (dua) : kertas
atau electronik.
b) Kepemilikan Rekam Medis
c) Pasal 12 ayat (1) Permenkes tentang Rekam Medis menyatakan bahwa
berkas rekam medis adalah milik sarana kesehatan (Rumah Sakit), sedangkan
dalam ayat (2) menyatakan bahwa isi dari rekam medis menjadi milik pasien.
Isi rekam medis dimaksud dalam ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam
medis. Berkas Rekam Medis adalah milik Rumah sakit, Direktur Rumah Sakit
bertanggungjawab atas :
1. Hilangnya, rusaknya atau pemalsuan Rekam Medis.
2. Penggunaan oleh badan lain yang tidak berhak.
Isi Rekam Medis adalah milik pasien yang wajib dijaga kerahasiaannya, dan
untuk melindungi kerahasiaan tersebut dibuat ketentuan sebagai berikut :
1. Hanya petugas Rekam Medis yang diijinkan masuk ruangan berkas Rekam
Medis.
2. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi Rekam Medis untuk badan
/perorangan, kecuali ada ijin tertulis dari pasien dan/atau sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Selama pasien dirawat di instalasi rawat inap maka data Rekam Medis
menjadi tanggungjawab perawat ruangan dan perawat ruangan wajib
menjaga kerahasiaan isinya.
83
ARSIP SELAMA MASA
LAMA
N PENYIMPANAN PENGALIHAN
JENIS DOKUMEN PENYIMPANAN
O KE MEDIA ELEKTRONIK DAN
ARSIP KERTAS
PEMUSNAHAN
1 Dokumen rekam medis: Point a dan b : setelah melampaui 5
a. Dokumen rekam medis 1. 5 tahun tahun, di scan disimpan dalam
rawat jalan bentuk elektronik. Setelah
b. Dokumen rekam medis 2. 5 tahun melampaui 5 tahun, dokumen
rawat inap kertas dimasukkan filling inaktif
c. Ringkasan penyakit / 3. 10 tahun dengan mengacu surat edaran
resume medis pasien. dirjen pelayanan medis no HK.
d. Form Informed 4. 10 tahun 00.06.1.5.01160 tahun 1995
consent. tentang jadwal retensi arsip.
Disimpan sampai mencapai 30
tahun.
Point c dan d : dokumen kertas
(hardcopi) disimpan selama 10
tahun, namun pada saat melampaui
5 tahun di scan disimpan dalam
bentuk elektronik sebagai back up.
Dokumen kertas dimasukkan
filling inaktif dengan mengacu
surat edaran dirjen pelayanan
medis no HK. 00.06.1.5.01160
tahun 1995 tentang jadwal retensi
arsip. Disimpan sampai mencapai
30 tahun.
Dokumen penunjang medis 1. 3 tahun. 1. Resep obat : setelah disimpan
: 2. Laboratorium. lebuh dari 3 tahun dapat
a. Resep obat. a. Surat diajukan pemusnahan ke direksi
b. Laboratorium : permintaan : RSI Jemursari. Rekap obat
1) Surat permintaan 1 tahun. elektronik disimpan untuk
pemeriksaan. 3. Hermotologi. jangka waktu paling sedikit 5
2) Kimia klinik : a. sr 1 tahun. tahun.
a) Lap. Umum. b. sr selamanya 2. Surat permintaan dan laporan
b) Lap. Khusus. 30 tahun umum : klaim klinik,
3) Mikrobiologi. 4. Selamanya (30 mikrobiologi, hermatologi 4
a) Sr lap. Umum / tahun) setelah lampaui 1 tahundi
lap khusus. scan/dialihkan elektronik dan
4) Hermatologi. hardcopi dapat diajukan
a) Sr lap umum / lap pemusnahan ke direksi RSI
khusus. Jemursari.
5) Laporan 3. Laporan khusu : kimia klinik,
pemeriksaan mikrobiologi, hermatologi,
sumsum tulang laporan pemeriksaan sumsum
belakang. tulang belakang pemeriksaan
6) Pemeriksaan. radioisotop : disimpan dalam
bentuk kertas selama 10 tahun,
setelah itu discan/dialihkan ke
medis elektronik, yang
disimpan 30 tahun dan yang
kertas dapat diajukan
pemusnahan ke direksi.
84
ARSIP SELAMA MASA
LAMA
N PENYIMPANAN PENGALIHAN
JENIS DOKUMEN PENYIMPANAN
O KE MEDIA ELEKTRONIK DAN
ARSIP KERTAS
PEMUSNAHAN
Radiologi : a. SP pemeriksaan : a. SP pemeriksaan setelah
a. Surat pengantar (SP) 1 tahun. disimpan 1 tahun dapat
pemeriksaan. b. Bacaan hasil foto diajukan pemusnahan dokumen
b. Bacaan hasil foto. : 5 tahun. kepada direksi. Rekap SP
pemeriksaan di file komputer
tetap disimpan selama 5 tahun.
b. Bacaan hasil foto tergabung
dalam arsip rekam medis,
disimpan sesuai masa aktif
arsip rekam medis. Data di
komputer tetap disimpan
selama 10 tahun.
Administrasi : a. Sesuai jangka a. Arsip kertas dapat dimusnahkan
a. Perjanjian kerjasama waktu perjanjian. setelah lewat/berakhirnya masa
pelayanan kesehatan b. Sampai ada perjanjian. Arsip digital (scan
jangka waktu tertentu. pemutusan dari dokumen) disimpan sampai 10
b. Perjanjian kerjasama salah satu pihak. tahun.
pelayanan kesehatan c. Sesuai masa b. Arsip kertas disimpan selam
jangka waktu garasi/after sales kerjasama berlangsung.
diperpanjang otomatis. servis. c. Arsip kertas disimpan
c. Perjanjian kerjasama d. Sampai tanggal dimusnahkan setelah
instansi lain. SIP & STR lewat/berakhirnya masa
d. Perjanjian jual beli alat berakhir. perjanjian. Arsip digital (scan
medis & non medis. e. Selamanya. dokumen) disimpan sampai 10
e. Perjanjian dokter mitra. f. 1 tahun. tahun.
f. Sertifikat tanah. g. 1 tahun. d. Seusai masa garansi alat,
g. Surat masuk ekstern h. 1 tahun. arsipberlaku SIP/STR dr ybs,
tentang penawaran dan i. 1 tahun. arsip digital (scan dokumen)
pemberitahuan. j. Selamanya disimpan selama 10 tahun.
h. Surat masuk draft berlakunya. e. Arsip otentik, sehingga harus
kerjasama. disimpan selamanya ditempat
i. Surat masuk dari khusus yang aman.
instansi lain. f. g, h, i ; setelah itu dapat
j. Sertifikat kalibrasi alat diajukan pemusnahan ke
& ijin-ijin RS. direksi. Arsip digital (scan
dokumen) disimpan selama 1
tahun.
g. Disimpan selama berlakunya,
setelah ijin yang terbaru terbit,
arsip digital (scan dokumen)
disimpan selama 10 tahun.
Kepegawaian : a. a dan b disimpan a. a dan b arsip kertas disimpan
a. SK karyawan tetap. selama karyawan selama menjadi karyawan arsip
b. Sertifikat pelatihan bekerja., didalam digital sebagai back up.
karyawan. file karyawan. b. c dan d : arsip kertas dapat
c. PK WT kontrak b. c dan d disimpan diajukan pemusnahan setelah 1
organik. selama masa tahun habisnya masa kontrak
d. Perjanjian kerja kontrak. kerja.
karyawan KKP S. c. Paling lama 3 c. Tenaga yang dibutuhkan &
85
ARSIP SELAMA MASA
LAMA
N PENYIMPANAN PENGALIHAN
JENIS DOKUMEN PENYIMPANAN
O KE MEDIA ELEKTRONIK DAN
ARSIP KERTAS
PEMUSNAHAN
e. Surat lamaran kerja. tahun. memenuhi syarat administrasi :
f. File mantan karyawan. d. Disimpan 5 tahun paling lam 3 tahun. Yang tidak
sejak terakhir memenuhi, dapat langsung
keliar RSI diajukan pemusnahan.
Jemursari. d. Disimpan selama 5 tahun,
sewtelah itu ybs dimusnahkan,
arsip digital (scan dokumen)
disimpan selama 10 tahun.
Keuangan : a dan b masing- Setelah selesai masa penyimpanan
a. Dokumen masing 10 tahun 10 tahun dan hasil audit keuangan
pendukung pajak. sudah keluar, maka dapat diajukan
b. Dokumen pemusnahan ke direksi RSI
pendukung Jemursari.
pembukuan.
88
BAB V
LOGISTIK
Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya setiap bulan
memiliki permintaan rutin berupa alat tulis kantor dan alat rumah tangga. Permintaan
bagian rekam medis terbagi dalam barang habis pakai dalam satu bulan serta barang
inventaris dalam satu tahun. Berikut tabel permintaan barang rutin yang dilakukan oleh
bagian rekam medis Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya :
No Jenis barang
1 Barang habis pakai
1. Askep Umum Set 23. Kertas Kwarto KOP
2. Askep Neo Set 24. Kertas Kop Radiologi
3. Askep RB Set 25. Kertas Kop Laborat Copy
4. Gelang tangan Px RI 26. Amplop Kop Sedang
5. Dewasa Pink 27. Amplop Kop Besar
6. Dewasa Biru 28. Kertas Struk
7. Anak Pink 29. Kwitansi MR
8. Anak Biru 30. Lem Povinal
9. Form Pendaftaran Px Ber-KTP 31. Map RM
10. Form Pendaftaran Px Non KTP 32. Map Transparan
11. Kartu Berobat Barcode 33. Materai 6000
12. Buku Ekspedisi 34. Materai 3000
13. Buku Kwarto 200 35. Refill Staples Kecil
14. Bulpoint 36. Selotip Plastik Kecil
15. Bulpoint Spiral 37. Spidol Marker
16. Baterai AAA 38. Refill Toner 12A
17. Baterai Besar 39. Refill Toner 35A
18. Clip Kecil 40. Catridge Epson TMU 220
19. Clip Binder Kecil 41. Catridge Black Zebra
20. Kertas HVS Folio 42. Pita Comp TMU
21. Kertas HVS Kwarto 43. Tissue Multi
22. Kertas Folio KOP 44. Refill Hand Wash
2 Barang Inventaris (dalam 1 tahun)
1. Album foto 10. Perforator kecil
2. Cutter besi 11. Pesawat telp wireless
3. Refill Cutter Besi 12. Printer & Scanner Epson
4. Keset 13. Stapler kecil
5. Kursi Cytos 14. Vas
6. Kursi putar Cytos 15. Bunga
7. Name Plate 16. Kipas angin dinding
8. Dokumen keeper 17. AC Panasonic
9. Perforator sedang 18. Tangga Stanless
89
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
4. atau terlalu dingin;
5. Tidak tersedia alat-alat pengaman;
6. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.
91
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Defenisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan
prinsip dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada
untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak
baik.
4. Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dan berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
Standart Pelayanan Minimal (SPM) Rekam Medis Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Angka kelengkapan rekam medis
Indikator : Angka kelengkapan rekam medis 1x24 jam sejak pasien pulang
92
Definisi Operasional : Rekam medik yang lengkap adalah, rekam medik yang diisi
lengkap oleh dokter pada DMK 1 dan DMK 12 dalam waktu < 24
jam setelah selesai pelayanan rawat jalan atau setelah pasien rawat
inap diputuskan untuk pulang, yang meliputi identitas pasien,
anamnesis, rencana asuhan, pelaksanaan asuhan, tindak lanjut dan
resume
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 3 Bulan.
Numerator : Jumlah DMK 1 dan DMK 12 yang disurvey dalam 1 bulan yang
diisi lengkap
Denominator : Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan
Sumber Data : Berkas Rekam Medis.
Nilai : 50%
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kepala Seksi Pendaftaran dan Pengelolaan Berkas
93
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 3 Bulan.
Numerator : Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan yang tidak diisi
lengkap
Denominator : Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan
Sumber Data : Berkas Rekam Medis.
Nilai : 50 %.
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kepala Seksi Pendaftaran dan Pengelolaan Berkas/Pelaksana
Assembling
94
6. Angka kelengkapan informed Concent
Indikator : Angka kelengkapan informed concent
Dimensi mutu : Keamanan dan keselamatan pasien
Tujuan : Tergambarnya tanggung jawab dokter untuk memberikan kepada
pasien dan mendapat persetujuan dan pasien akan tindakan medik
yang dilakukan
Definisi Operasional : Informed concent adalah persetujuan yang diberikan
pasien/keluarga pasien atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Frekuensi : 1 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 3 bulan
Numerator : Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvey yang
mendapat informasi lengkap sebelum memberikan persetujuan
tindakan medik dalam 1 bulan.
Denominator : Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvey
dalam 1 bulan
Sumber Data : Survey
Nilai : 100%
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kepala Seksi Pendaftaran dan Pengelolaan Berkas/Pelaksana
Assembling
95
Definisi Operasional : Mengevaluasi entryan data penyakit (koding) dalam system
dengan penyakit yang terdiagnosa oleh dokter
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 3 Bulan.
Numerator : Jumlah entryan kode ICD yang tidak sesuai dengan diagnose
Denominator : Jumlah pasien KRS yang telah terdiagnosa
Sumber Data : Program Summary dan DMK 1/DMK 12
Nilai : 100 %.
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kasie Pengolahan data dan Pelaporan/Pelaksana Koding
9. Kelengkapan MRE
Indikator : Kelengkapan Rekam Medis Elektronik
Dimensi mutu : Kesinambungan pelayanan dan kesehatan serta keselamatan
pasien
Tujuan : Tergambarnya tanggung jawab dokter dalam kelengkapan
informasi rekam medis rawat jalan
Definisi Operasional : Rekam Medis Elektronik adalah informasi bukti pelayanan rawat
jalan yang diberikan kepada pasien dalam program simple poly
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 3 Bulan.
Numerator : Jumlah rekam medis elektronik yang tidak lengkap
Denominator : Jumlah pasien rawat jalan yang diperiksa
Sumber Data : Program Simple Poly
Nilai : 100 %.
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kasie Pengolahan data dan Pelaporan
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 1 Bulan.
Numerator : Jumlah kejadian kesalahan identifikasi pasien
Denominator : Jumlah pasien yang dilayani dalam periode yang sama
96
Sumber Data : Program Personal Detail
Nilai : 100 %.
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kepala Seksi Pendaftaran dan Pengelolaan Berkas/Pelaksana
Pendaftaran
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 1 Bulan.
Numerator : Jumlah peserta asuransi yang terverifikasi dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah peserta asuransi yang sudsah bekerja sama
Sumber Data : Data Rekam Medis
Nilai : 100 %.
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kepala Seksi Pendaftaran dan Pengelolaan Berkas/Pelaksana
Pendaftaran
97
13. Keluhan pasien atau keluarga pasien
Indikator : Keluhan pasien atau keluarga pasien
Dimensi mutu : Kenyamanan pasien
Tujuan : Terciptanya pelayanan yang diharapkan pasien
Definisi Operasional : Keluhan pasien atau keluarga pasien adalah hal yang telah terjadi dan
tidak sesuai dengan harapan pasien atau keluarga
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 1 Bulan.
Numerator : Jumlah pasien yang memberi keluhan
Denominator : Jumlah pasien yang datang ke rumah sakit
Sumber Data : Pemasaran
Nilai : < 1%
Penanggung Jawab : _Kepala
. Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Pemasaran
Frekuensi : 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa : 1 Bulan.
Numerator : Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mendistribusikan
permintaan dokumen rawat inap pada pemeriksaan pasien rawat
jalan yang pemah MRS.
Denominator : Jumlah permintaan dokumen rekam medis
Sumber Data : Pemasaran
Nilai : Rerata < 10 menit
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kepala Seksi Pendaftaran dan Pengelolaan Berkas/Pelaksana
Pendaftaran
98
Numerator : Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mendistribusikan
permintaan dokumen lama rawat inap pada pemeriksaan pasien
lanjutan/MRS
Denominator : Jumlah permintaan dokumen rekam medis
Sumber Data : Pemasaran
Nilai : Rerata < 10 menit
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Rekam Medis
Pengumpulan Data Kepala Seksi Pendaftaran dan Pengelolaan Berkas/Pelaksana
Pendaftaran
99
BAB VIII
PENUTUP
Pedoman pelayanan rekam medis Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya tersusun
berdasarkan kolaborasi antara regulasi nasional, refrensi dan implementasi dilapangan.
Pedoman ini dibuat untuk menstandarisasi proses pemberian pelayanan rekam medis dengan
harapan terciptanya pelayanan yang bermutu dan berkualitas.
Pemberian pelayanan yang berkualitas selain adanya standarisasi tata cara
penyelengaraannya juga harus dilakukannya evaluasi secara berkala apakah standar yang
telah ditetapkan ini dapat diterapkan secara maksimal atau ketidak patuhan staf terhadap
standar yang dilakukan. Oleh karenanya, tidak ada gading yang tak retak, kesempurnaan
hanya milik Allah semata, sehingga pedoman ini tetap harus selalu dilakukan review secara
berkala agar tercipta pelayanan yang berkualitas secara terus menerus.
100