Disusun oleh :
Bidang Pelayanan Medis
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI
Nomor : JS.A.SKR.218.09.15
Tentang
PANDUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN
DI RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI
Bismillahirrohmaanirrohiim
Direktur Rumah Sakit Islam Jemursari
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN PANDUAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN DI RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI
Kedua : Surat Keputusan ini agar disosialisasikan kepada pelaksana untuk
diketahui dan dilaksanakan.
Ketiga : Mengamanatkan kepada bidang pelayanan medik untuk
melakukan pemantauan, monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan panduan ini.
Keempat : Panduan akan dilakukan review setiap tiga tahun atau waktu
tertentu apabila diperlukan.
Kelima : Surat Keputusan ini berlaku tanggal 1 September 2015 dan akan
dilakukan perbaikan apabila ditemukan ketidaksesuaian dalam
penetapannya.
Ditetapkan di : Surabaya
Surabaya : 01 September 2015
Direktur,
Misi
a. Memberikan pelayanan jasa rumah sakit secara prima dan Islami
menuju Standar Mutu Pelayanan Internasional dengan dilandasi prinsip
kemitraan
b. Melaksanakan Manajemen Rumah Sakit berdasarkan Manajemen Syariah
yang berstandar Internasional
c. Membangun SDM Rumah Sakit yang profesional sesuai standar
Internasional yang Islami dengan diiringi integritas yang tinggi dalam
pelayanan
d. Menyediakan sarana prasarana rumah sakit untuk mewujudkan
implementasi pelayanan Islami dan berstandar Internasional.
Direktur
RS Islam Jemursari
i
Keputusan Direktur
Nomor JS.A.SKR.218.09.15
Tentang
Panduan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
Disusun oleh :
Bidang Pelayanan Medis
Disetujui oleh :
Wakil Direktur Medis
Ditetapkan oleh :
Direktur Utama RS Islam Jemursari
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan
Ridhlo dari Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Panduan Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Panduan ini akan dijadikan
panduan dalam segenap Struktural maupun pegawai Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya dalam memberikan pelayanan yang aman dan bermutu pada pasien.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim
penyusun dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan Panduan
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Kami
menyadari bahwa panduan tidak luput dari kekurangan, namun upaya
penyempurnaan akan terus dilaksanakan dan saran dari pembaca dan pengguna
panduan ini akan sangat kami perhatikan guna penyempurnaan panduan ini.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Cover
Surat Keputusan
Visi dan Misi i
Halaman persetujuan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Lampiran v
BAB I DEFINISI 1
A. Definisi 1
B. Dasar Hukum 2
BAB II RUANG LINGKUP 4
BAB III TATA LAKSANA 5
A. Kewenangan Klinis dan Evaluasi Kinerja 5
B. Pengelompokan dan Penunjukan Dokter Penanggung 5
Jawab Pelayanan
C. Tata Laksana Dokter Penanggung Jawab Pelayanan 6
BAB IV DOKUMENTASI 8
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
DEFINISI
A. DEFINISI
1. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) adalah seorang dokter, sesuai
dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan
medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patologi/penyakit, dari
awal sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan
rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen
medis sampai dengan implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai
kebutuhan pasien.
2. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai
kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi.
Contoh: pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh
lebih dari satu DPJP: Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata
dan Dokter Spesialis Saraf.
3. DPJP Utama: bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan
medis tersebut dilakukan secara terintegrasi atau secara tim diketuai oleh
seorang DPJP Utama.
4. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien yang bersangkutan ("Kapten Tim"), dengan tugas menjaga
terlaksananya asuhan medis komprehensif terpadu efektif, keselamatan
pasien, komunikasi efektif, membangun sinergisme, mencegah duplikasi.
5. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan
uraian/data tentang hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah
DPJP, karena tidak memberikan asuhan medis yang lengkap.
6. Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pelayanan Berfokus pada
Pasien (Patient Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader)
dari tim yang terdiri dari para professional pemberi asuhan pasien/staf klinis
dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang antara lain terdiri
dari: dokter, perawat, ahli gizi, farmasi klinis, fisioterapis, dan sebagainya.
7. Manajer Pelayanan Pasien adalah professional di rumah sakit yang
melaksanakan manajemen pelayanan pasien, yaitu proses kolaboratif
mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan
advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan
keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya yang
tersedia sehingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya-
efektif.
8. Pelayanan kesehatan di rumah sakit: dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 44 tahun 2009 pasal 5 huruf b, dinyatakan bahwa pelayanan
kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat
kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
9. Pada penjelasan pasal 5 huruf b, disebutkan: yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan
perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan spesialistik. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut
dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub
spesialistik. Dengan demikian asuhan medis kepada pasien diberikan oleh
dokter spesialis.
1
10. Asuhan pasien dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered
Care), dilakukan oleh semua professional pemberi asuhan, antara lain: dokter,
perawat, ahli gizi, farmasi klinis, dan lain sebagainya, disebut sebagai Tim
interdisiplin.
11. Asuhan pasien yang dilakukan oleh masing-masing pemberi asuhan, terdiri dari
2 blok kegiatan: Asesmen Pasien dan Implementasi Rencana.
a. Asesmen Pasien
Terdiri dari 3 langkah:
1) Pengumpulan informasi, antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan sebagainya.
2) Analisis informasi menghasilkan diagnosis, masalah atau kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien.
3) Menyusun rencana (care plan) pelayanan dan pengobatan, untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan pasien.
b. Implementasi Rencana dan Monitor
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut
sebagai DPJP. Di instalasi gawat darurat, dokter jaga yang telah menjalani
pelatihan bersertifikat kegawatdaruratan, antara lain: ATLS, ACLS, PPGD,
menjadi DPJP pada saat asuhan awal pasien gawat darurat. Saat pasien
dikonsulkan/dirujuk ke dokter spesialis dan dokter spesialis tersebut
memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis menjadi DPJP pasien
tersebut menggantikan DPJP sebelumnya.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep KKI no
18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan panduan ini selain menjaga mutu asuhan dan
keselamatan pasien, juga dapat menghindari pelanggaran disiplin.
Asas, Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya
adalah sebagai berikut:
1) Asas: nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta
perlindungan dan keselamatan pasien.
2) Kaidah dasar moral:
a) Menghormati martabat manusia (respect for person).
b) Berbuat baik (beneficence).
c) Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence).
d) Keadilan (justice).
3) Tujuan:
a) Memberikan perlindungan kepada pasien.
b) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik.
c) Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan
dokter gigi.
B. DASAR HUKUM
1 . Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pasal 5, Rumah Sakit mempunyai fungsi: huruf b. pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
2 . Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pasal 29, setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban: huruf r. menyusun dan
melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws). Penjelasan
Pasal 29 huruf r: yang dimaksud dengan peraturan internal Rumah Sakit (hospital
bylaws) adalah peraturan organisasi Rumah Sakit (corporate by laws) dan
peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff by law) yang disusun dalam
2
rangka menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) dan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Dalam
peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff by law) antara lain diatur
kewenangan klinis (Clinical Privilege).
3. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran pasal 3, pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk:
a. Memberikan perlindungan kepada pasien;
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan
oleh dokter dan dokter gigi; dan
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.
4. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pasal 43, menyatakan rumah sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan
Pasien.
5. Permenkes 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
6. Pasal 7 Permenkes 1691/2011 mengatur hal berikut:
a. Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
b. Standar Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1) Hak pasien.
2) Mendidik pasien dan keluarga.
3) Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan.
4) Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
7. Pada lampiran Permenkes 1691/2011 pengaturan tentang Standar I. Hak pasien,
sebagai berikut:
a. Standar
1) Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
b. Kriteria
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan.
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
8. Permenkes 755/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
9. Permenkes 1438/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
10. Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
11. Kode Etik Kedokteran Indonesia, PB IDI, 2012.
12. SK Pengurus Besar IDI nomor 111/PB/A.4/02/2013 tentang Penerapan Kode Etik
Kedokteran Indonesia.
13. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang
Pengesahan Standar Kompetensi Dokter dan Keputusan Konsil Kedokteran
Indonesia no 23/KKI/KEP/XI/2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi
Dokter Gigi.
14. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 18/KKI/KEP/IX/2006 tentang Buku
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran yang Baik di Indonesia.
15. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin
Profesional Dokter dan Dokter Gigi.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang meliputi:
Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Bedah Sentral (IBS), Instalasi Perawatan Intensif, Instalasi Laboratorium, Instalasi
Radiologi.
4
BAB III
TATA LAKSANA
5
C. TATA LAKSANA DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN
1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan
maupun rawat inap harus memiliki DPJP.
2. Di Instalasi Gawat Darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian
asuhan medis awal/penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya
saat dikonsulkan/dirujuk ditempat (on-site) atau lisan ke dokter spesialis,
dan dokter spesialis tersebut memberikan asuhan medis (termasuk instruksi
secara lisan) maka dokter spesialis tersebut telah menjadi DPJP pasien yang
bersangkutan, sehingga DPJP berganti.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus
ditunjuk DPJP Utama yang berasal dari para DPJP pasien tersebut. Kesemua
DPJP bekerja secara tim dalam tugas mandiri maupun kolaboratif. Peran
DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis
bagi pasien yang bersangkutan (sebagai "Kapten Tim"), dengan tugas
menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif terpadu efektif,
keselamatan pasien, komunikasi efektif, membangun sinergisme, mencegah
duplikasi.
4. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan/atau keluarga
pasien.
5. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan
tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam
medis harus jelas tentang alih tanggung jawabnya.
6. Di Instalasi Perawatan Intensif (IPI), DPJP Utama adalah dokter spesialis
anestesi. Koordinasi dan tingkatan keikut-sertaan para DPJP terkait,
tergantung kepada sistem yang ditetapkan. IPI di Rumah Sakit Islam
Jemursari menggunakan sistem tertutup.
7. Di kamar operasi, DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada
saat di kamar operasi tersebut.
8. Pada keadaan khusus, misalnya: seperti konsul saat diatas meja
operasi/sedang dioperasi, maka dokter yang dikonsulkan tersebut melakukan
tindakan/memberikan instruksi, maka otomatis menjadi DPJP juga bagi
pasien tersebut.
9. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibant u oleh
dokter lain (antara lain: dokter jaga ruangan), maka DPJP yang bersangkutan
harus memberikan supervisi, dan melakukan validasi berupa pemberian
paraf/tandatangan pada setiap catatan kegiatan tersebut di rekam medis.
10. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para profesional pemberi asuhan yang
bekerja secara tim interdisiplin sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien
(Patient Centered Care), DPJP sebagai ketua tim (Team Leader) hams
proaktif melakukan koordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta
berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim.
11. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi/informasi kepada
pasien karena merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan
Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), selain juga merupakan
kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3 (Standar Kompetensi Do kter
Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di
Indonesia, KKI 2006).
12. Pada kasus tertentu DPJP sebagai ketua tim dari para profesional pemberi
asuhan bekerjasama erat dengan Manajer Pelayanan Pasien (Hospital Case
Manager), sesuai dengan Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien,
agar terjaga kontinuitas pelayanan.
6
13. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan tentang DPJP, dalam satu
formulir yang diisi secara periodik sesuai kebutuhan, yaitu nama dan gelar
setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama
dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini bukan
berfungsi sebagai daftar hadir.
14. Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis (Clinical Pathway), setiap
DPJP bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan
medis maupun asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan
kepada pasien patuh pada Alur Perjalanan Klinis (Clinical Pathway) yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit. Tingkat kepatuhan pada Alur Perjalanan
Klinis (Clinical Pathway) ini akan menjadi objek Audit Klinis dan Audit
Medis.
7
BAB IV
DOKUMENTASI
2. Pada setiap rekam medis hams ada pencatatan tentang DPJP, dalam satu
formulir yang diisi secara periodik sesuai kebutuhan, yaitu nama dan gelar
setiap DPJP, tanggal mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama
dan gelar, tanggal mulai dan akhir sebagai DPJP Utama. Daftar ini bukan
berfungsi sebagai daftar hadir.
8
DOKTER PENANGGUNGJAWAB PELAYANAN (DPJP)
RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA