DAFTAR ISI
Daftar Isi 2
BAB I. PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan Pedoman 5
C. Ruang Lingkup Pelayanan 9
D. Batasan Operasional 11
E. Landasan Hukum
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 12
B. Distribusi Ketenagaan 12
BAB III STANDAR FASILITAS 14
A. Sarana 14
B. Prasarana 14
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN 16
A. Jenis Layanan 16
B. Proses Inti 16
1. Penyusunan Sasaran Keselamatan Pasien 16
2. Penyusunan Sasaran Keselamatan Pasien Kunci 18
3. Penyusunan Sasaran Keselamatan Pasien Baru 19
4. Monitoring dan Evaluasi 19
5. Validasi 20
6. Audit Keselamatan Pasien Internal 20
7. Analisa Data 21
8. Benchmarking 21
9. Rapat Koordinasi 22
10. Root Cause Analysis (RCA) 22
11. Failure Mode Analysis (FMEA) 22
12. Laporan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KP-RS) 23
BAB V. LOGISTIK 24
BAB VI. SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT 25
A. Ketepatan Identifikasi Pasien 25
B. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif 26
C. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-Alert) 27
D. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi 29
E. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan 31
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 2
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
A.LATAR BELAKANG
Program Keselamatan Pasien di rumah sakit penting dilaksanakan karena keselamatan
pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan merupakan bagian dari upaya peningkatan
mutu pelayanan di setiap rumah sakit. Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di
Indonesia sudah mulai dicanangkan oleh Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadillah Supari, Sp.JP
(K) pada 21 Agustus 2005 dalam seminar PERSI di Jakarta.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS. SANTA ELISABETH BATAM, maka rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman melalui program peningkatan keselamatan pasien.
Guna memberikan pedoman dalam melaksanakan program keselamatan pasien di RS .
St. Elisabeth Batam, maka disusun Pedoman Program Keselamatan Pasien RS SANTA
ELISABETH BATAM mengacu pada Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Dep.Kes. 2006) dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/Menkes/per/VIII/2011. Pedoman ini merupakan revisi dari Pedoman Pencatatan,
Pengumpulan dan Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien tahun 2008.
B.TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Memberikan informasi dan acuan bagi petugas di RS SANTA ELISABETH BATAM
dalam melaksanakan program keselamatan pasien rumah sakit guna meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 3
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 4
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 5
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 6
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Adapun Ruang lingkup pelayanan Komite KP-RS RS St. Elisabeth Batam adalah mengelola
sistem manajemen keselamatan pasien dan keselamatan pasien yang terdiri atas:
1. Memfasilitasi semua gugus tugas untuk menetapkan sasaran keselamatan pasien,
mengukur, memonitor, mengevaluasi dan meningkatkan keselamatan pasien pelayanan
melalui prinsip P-D-C-A.
2. Melakukan monitoring dan validasi sasaran keselamatan pasien RS St. Elisabeth Batam
secara berkala.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 7
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
D. BATASAN OPERASIONAL
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KP-RS) menjalankan fungsinya yaitu:
1. Fasilitasi
Adalah kegiatan mendampingi bagian / instalasi di RS St. Elisabeth Batam dalam
proses membangun sistem keselamatan pasien yang baku. Kegiatan fasilitasi meliputi
penyusunan dan pengukuran sasaran keselamatan pasien bagian / instalasi dan
indikator keselamatan pasien RS St. Elisabeth Batam, pelaporan sasaran keselamatan
pasien dan indikator keselamatan pasien , pelaksanaan tindakan perbaikan dan
pencegahan/ RCA, FMEA dan menyusun program kerja Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 9
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Pedoman Upaya Peningkatan Keselamatan pasien Rumah Sakit, Depkes, 1994
3. Sistem Pencatatan dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien – PERSI
4. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), DepKes,2008
5. PMK 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien RS
6. PMK 1438/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
BAB II
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 10
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
a. Pelayanan Komite KP-RS terkait dengan semua bagian / instalasi yang ada di RS.
St. Elisabeth Batam ,sehingga anggota Komite KP-RS harus merepresentasikan
semua profesi yang ada di RS. St. Elisabeth Batam yaitu:
i. Tenaga Medis (Dokter)
ii. Tenaga Keperawatan (Perawat, Bidan)
iii. Tenaga Penunjang (Apoteker, Analis, Radiografer, Ahli Gizi, RM, Fisioterapi)
iv. Tenaga Non Medis (Umum)
b. Jam kerja Komite KP-RS adalah sesuai jam dinas di RS. St. Elisabeth Batam yaitu
jam 07.30 sampai dengan jam 14.30
c. Karena hanya dilaksanakan dalam 1 shift, maka tidak ada pengaturan jaga.
d. Pembagian tugas dibagi menjadi 3 yaitu
i. Tugas Manajerial (Sistem Manajemen Keselamatan pasien)
ii. Tugas Administrasi (Pendokumentasian dan Pengendalian Dokumen)
iii. Tugas pelayanan (Audit, Verifikasi, Validasi, Analisis, TPP)
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 11
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. SARANA
Untuk menunjang pelaksanaan tugas Komite KP-RS,maka sarana yang digunakan adalah
sebagai berikut:
N Ruangan Ukuran Fungsi
o
a. Ruang Rapat 3 X3 Pertemuan Komite KP-RS dan koordinasi
(Ruang POKJA ) dengan pihak lain
b. Rak Dokumen Tidak ada Cukup untuk menyimpan dokumen
ketentuan keselamatan pasien dan dokumen
pelaksanaan tugas Komite KP-RS
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 12
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Dalam pelaksanaan tugas Komite KP-RS tidak memerlukan ruang khusus untuk setiap
harinya, sehingga ruang belajar rumah sakit bisa dipakai untuk pertemuan rutin komite KP-RS
atau koordinasi dengan bagian lain.
B. PRASARANA
Prasarana yang dibutuhkan Komite KP-RS merupakan dukungan teknologi yang dapat
membantu mempercepat proses penghitungan, pelaporan dan pengolahan data yang
terdiri atas
No Kegiatan Kebutuhan tehnologi bagian / instalasi
1. Pengukuran sasaran SIM RS, semua bag / inst
keselamatan pasien
2. Entry data indikator Manual sekretaris komite
KP-RS
3. Pengolahan data indikator Manual sekretaris komite
KP-RS
4. Analisa Data Manual sekretaris komite
KP-RS
5. Penyusunan rencana perbaikan/ Manual Komite KP-RS
peningkatan dan semua
bag/instalasi
6. Pelaksanaan rencana Manual Komite KP-RS
perbaikan/ peningkatan dan semua
bag/instalasi
7. Evaluasi hasil perbaikan/ Manual Komite KP-RS
peningkatan dan semua
bag/instalasi
8. Penyusunan Laporan Manual Komite KP-RS
dan semua
bag/instalasi
9. Sosialisasi perbaikan/ Intranet, email Komite KP-RS
peningkatan dan semua
bag/instalasi
10. Pelaporan hasil sarmut intranet, email Komite KP-RS
dan semua
bag/instalasi
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 13
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. JENIS LAYANAN
Jenis layanan Komite KP-RS meliputi di bawah ini.
1. Membuat program / pedoman peningkatan keselamatan pasien dan keelamatan pasien
2. Fasilitasi penyusunan Sasaran Keselamatan pasien
3. Monitoring dan evaluasi sasaran keselamatan pasien
4. Validasi hasil sasaran keselamatan pasien
5. Audit keselamatan pasien internal
6. Analisa data ( termasuk didalamya Insiden Keselamatan Pasien )
7. Benchmarking Internal
8. Benchmarking Eksternal
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 14
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
B. PROSES INTI
Proses inti yang dilakukan oleh Komite KP-RS adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Sasaran Keselamatan pasien
a. Direktur menetapkan Kebijakan Keselamatan pasien RS. St. Elisabeth Batam “
b. Komite KP-RS menerjemahkannya dengan mengidentifikasi kebijakkan
keselamatan pasien dari fokus layanan yang telah ditetapkan dan
menginformasikan kepada setiap bagian / instalasi untuk menyusun sasaran
keselamatan pasien di bagian / instalasi
c. Sasaran Keselamatan pasien ditetapkan berdasar kepentingan unsur-unsur
yang ada dalam suatu sistem antara lain:
Unsur Penjelasan/ Contoh
1. Input Kompetensi SDM, Anggaran, Peralatan, SOP
2. Proses Pelaksanaan pelayanan apakah sesuai Standar,
Prosedur, harapan customer, angka KTD.
3. Output Adalah hasil dari Input dan Proses
Misalnya: sembuh, meninggal, cacat
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 15
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 16
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 17
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
5. Validasi
a. Adalah tatacara untuk memastikan bahwa data dan penghitungan yang dilakukan
oleh bagian / instalasi dalam mengukur indicator keselamatan pasien sudah
benar dan sah sebelum dipublikasikan ke pihak eksternal.
b. Kegiatan Validasi diatur dan dijadwalkan secara berkala 3 bulan sekali oleh
sekretaris KP-RS.
c. Kegiatan validasi dirangkum secara berkala dalam Laporan Validasi.
d. Hasil sasaran keselamatan pasien yang tidak valid tidak boleh diinformasikan.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 18
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
e. Hasil sasaran keselamatan pasien yang tidak valid dilakukan validasi lagi pada
bulan berikutnya. Bila 3 kali berturut-turut hasil tidak valid maka perlu dilakukan
pendampingan perhitungan terhadap gugus tugas sampai dipastikan tidak ada
perbedaan dalam cara pengukuran.
7. Analisa Data
a. Adalah tatacara pengambilan kesimpulan terhadap data dengan melakukan
pembandingan data tersebut dengan standar, teori maupun capaian tertinggi
yang pernah ada.
b. Yang bertanggung jawab melakukan analisa data adalah Sekretaris KP-RS yang
merangkum data-data sasaran keselamatan pasien.
c. Sekretaris KP-RS bisa melibatkan semua pihak dan menggunakan data referensi
yang ada untuk keperluan analisa data.
d. Analisa data harus menghasilkan informasi yang digunakan untuk melengkapi
evaluasi sasaran keselamatan pasien maupun program Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
e. Analisa data dilakukan setiap 3 bulan sekali sebelum dilaporkan dalam Rapat
Rapat Koordinasi.
8. Benchmarking
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 19
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
a. Adalah proses yang sistematis yang dilakukan oleh Komite KP-RS dengan cara
membandingkan data-data sasaran keselamatan pasien yang sama antar
bagian / RS satu dengan yang lainnya sehingga teridentifikasi keselamatan
pasien dari masing-masing bagiab / instalasi di RS. St. Elisabeth Batam “.
b. Yang bertanggung jawab melakukan benchmarking baik internal dan eksternal
adalah Sekretaris KP-RS.
c. Data internal diperoleh dari hasil sasaran keselamatan pasien yang dikumpulkan
oleh setiap bagian / instalasi
d. Data eksternal diperoleh dengan minta data benchmarking yang ada di Kantor
Yayasan Fransiskanes Santa Elisabeth Batam.
e. Benchmarking eksternal dilakukan minimal setiap 6 bulan sekali.
f. Pelaksanaan benchmarking eksternal dan internal diatur dalam SPO
Benchmarking internal dan SPO Benchmarking eksternal.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 20
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
d.2. Tindak lanjut yang harus dilakukan terhadap masalah yang terjadi dengan
kegiatan yang jelas, waktu yang jelas dan bagian yang jelas yang harus
menindak lanjuti
e. Pelaksanaan RTM diatur dalam SPO RTM.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 21
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB V
LOGISTIK
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 22
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB VI
SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi
pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar,
bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat
situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu:
pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 23
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 24
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang
mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan
atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke
unit pelayanan.
a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
b. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 25
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan.
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip
dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look
Alike Sound Alike/LASA). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan
pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium
klorida 2 meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila
perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila
perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada
keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi
kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang
perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan
pasien ke farmasi.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 26
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang
membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian
label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut,
sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang
hati-hati.
c. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-
hati di area tersebut sesuai kebijakan.
d. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 27
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan
tulisan tangan yang tidak terbaca (illegiblehandwritting) dan pemakaian singkatan
adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini.
Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety
Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal
Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu tanda yang
dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus
dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien
terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat.
Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality),
multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (tulang belakang).
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 28
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
a. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
b. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi
saat pre-operasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 29
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca pada kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan internasional.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 30
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
a. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh
dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
BAB VII
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan untuk menuju keselamatan
pasien. Rumah sakit merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif untuk
menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan
oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak
harus serentak. Langkah-langkah dipilih yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di
rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum
dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat menambah
penggunaan metoda-metoda lainnya.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 31
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 32
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
a.2. Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk
menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
a.4. Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit
dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
b.2. Jelaskan kepada tim relevansi dan pentingnya serta manfaat menjalankan
gerakan Keselamatan Pasien
a.2. Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat
dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit
a.3. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh darisi stem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 33
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
b.2. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko
rumah sakit
b.3. Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap risiko, dan ambil langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut
b. Untuk Unit/Tim
Berikan semangat kepada rekan sekerja untuk secara aktif melaporkan setiap insiden
yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
5. Melibatkan dan Berkomunikasi Dengan Pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit
a.1. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-
cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para
pasien dan keluarganya.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 34
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
a.2. Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas
bilamana terjadi insiden.
a.3. Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarganya.
b. Untuk Unit/Tim
b.1. Pastikan tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya
bila telah terjadi insiden
b.2. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden,
dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat
b.3. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 35
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit
a.1. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi
setempat.
a.2. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan proses),
penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan
instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
a.5. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
yang dilaporkan.
b. Untuk Unit/Tim
b.1. Libatkan tim dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan
pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
b.3. Pastikan tim menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan.
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 36
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB VIII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN SDM
Dalam upaya menjaga keselamatan dan kesehatan maka SDM Komite KP-RS diwajibkan bekerja
dengan ketentuan:
1. Menjaga kesehatan dan kebersihan ruang kerja dengan:
a Membersihkan ruangan setiap hari
b Ventilasi udara yang cukup (membuka menutup jendela)
c Suhu udara yang sesuai (23-28 derajad Celcius)
2. Menjaga keamanan ruang kerja
a Mematikan listrik dan alat kerja bila tidak digunakan
b Memastikan semua jaringan listrik aman dan tidak membahayakan.
3. Menjaga kesehatan SDM
a Membiasakan cuci tangan sebelum makan dan minum
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 37
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG
Nomor : 137/RSPWDC/SK.010/III/2014
Tanggal : 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Keselamatan Pasien di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
b Istirahat secukupnya
c Pemeriksaan kesehatan berkala
4. Pemeriksaan Kesehatan Berkala mengikuti ketentuan pemeriksaan kesehatan berkala
RS. St. Elisabeth Batam “.
BAB IX
PENUTUP
Demikian Pedoman Pelayanan Pedoman KP-RS ini disusun untuk menjadi Pedoman pelaksanaan
tugas di Komite KP-RS dan bagian lain yang terkait.
Ditetapkan di : Batam
Pada tanggal : 01 Pebruari 2016
DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH BATAM,
Ped.Pely.KP-RS2016 Page 38