suatu
kontinuitas
pelayanan.
Maksud
dan
tujuannya
adalah
tersedia
di
rumah
sakit,
mengkoordinasikan
pelayanan,
kemudian
Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tidak memerlukan tindakan darurat
Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah
Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe
A,B,C,D dan E (Azwar,1996):
1. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan umum dan 2 (dua) pelayanan
medik spesialis dasar.
2. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik 4 (empat) spesialis dasar
dan 4 (empat) pelayanan penunjang medik.
3. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 4
(empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lainnya dan 2 (dua)
subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi
persyaratan dan standar.
4. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 5
(lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lainnya dan 13 (tiga
belas) subspesialis serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi
persyaratan dan standar.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya
lewat skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergency dilaksanakan
melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil
dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa
keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil
skrining dan evaluasi.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit
Dalam, Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak. Pelayanan Spesialis
Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi,
Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik. Pelayanan Medik Spesialis lain
adalah pelayanan medik spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan
Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf,
Ortopedi. Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang
berkembang dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis
dasar adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik
spesialis 4 dasar. Dan Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan
subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya.
c. Batasan Operasional
1. Instalasi gawat darurat
Adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompkan
korban
yang
berdasarkan
atas
berat
ringannya
Pasien akibat musibah yang dating tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
9. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus peptikum, tbc kulit
10. Kecelakaan ( Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang dating secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulakan cedera fisik, mental, dan
social.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
1) Tempat kejadian
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan dilingkungan rumah tangga
Kecelakaan dilingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat-tempat umum lein seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, diarea olah raga dan lain-lain
2) Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3) Waktu kejadian
a) Waktu perjalanan (travelling/ transport time)
b) Waktu bekerja, sekolah, waktu bermain dan lain-lain
11. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system atau organ dibawah ini, yaitu:
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan system / organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
Trauma/ cedera
Infeksi
Keracunan
Degeneresasi (failure)
Asfiksia
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of
water and electrolit)
Kegagalan system susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat, sedangkan
kegagalan system organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang
lama.
Dengan demikian keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
BAB II
DEFINISI
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan
pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat
memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan
mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar.
IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua pengalaman
pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi pengaruh yang besar bagi
masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah Sakit itu sebenarnya. Fungsinya adalah
untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang
bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga
menyediakan sarana penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana,
hal ini merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi
di tiap daerah.
Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita gawat
darurat oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya instalasi gawat darurat harus
dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulang gawat darurat. Pelayanan
keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu
dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk Bio-Psiko-Sosio-Spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual atau
potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di
perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Skrining
(screening)
merupakan
pemeriksaan
sekelompok
orang
untuk
memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak
terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 ). Menurut
Rochjati P (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil
untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan
sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual
atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
1. Tujuan Skrining
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
a)
b)
c)
d)
e)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
TRIASE
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia. Dua jenis triase :
A. Multiple Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan rumah
sakit. Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan
mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.
B. Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah sakit.
Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan
waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan mendapatkan
prioritas penanganan lebih dahulu.
Pemberian label kondisi pasien pada musibah massal :
A. Label hijau
Penderita tidak luka . Ditempatkan di ruang tunggu untuk dipulangkan.
B. Label kuning
Penderita hanya luka ringan. Ditempatkan di kamar bedah minor UGD.
C. Label merah
Penderita dengan cedera berat. Ditempatkan di ruang resusitasi UGD dan
disiapkan dipindahkan ke kamar operasi mayor UGD apabila sewaktu-waktu
akan dilakukan operasi
D. Label biru
Penderita dalam keadaan berat terancam jiwanya. Ditempatkan di ruang
resusitasi UGD disiapkan untuk masuk intensive care unit atau masuk kamar
operasi.
E. Label hitam
Penderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar jenazah.
Alur Skema Triase
LANGKAH 2
III.
PRIMARY
TIDAK
YA. SURVEY
Panggil tim trauma atau
A. Airway
kontrol servikal
rujuk dengan
ke pusat trauma
1. Penilaian
a. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
Umur < 5 atau > 55 tahun Penyakit jantung-paru
2. Pengelolaan
airway
Hamil IDDM, Sirosis
a. Lakukan chin
lift dan morbid
atau jaw
thrust
dengan kontrol servikal in-line
Imunosupresi
obesity,
koagulopati
immobilisasi
b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat
YA. Panggil tim trauma
rujuk
pusat trauma
yangkerigid
LANGKAH 4
airway
Tidak sadar
Fraktur maksilofasial
Bahaya aspirasi
Perdarahan
Muntah - muntah
Bahaya sumbatan
Hematoma leher
Cedera laring, trakea
Stridor
Apnea
Paralisis neuromuskuler
Tidak sadar
Usaha nafas yang tidak adekuat
Takipnea
Hipoksia
Hiperkarbia
Sianosis
Cedera kepala tertutup berat yang
membutuhkan hiperventilasi singkat,
bila terjadi penurunan keadaan neurologis
Gambar 2
Algoritme Airway
Keperluan Segera Airway Definitif
Kecurigaan cedera servikal
Oksigenasi/Ventilasi
Apneic
Intubasi orotrakeal
dengan imobilisasi
servikal segaris
Bernafas
Intubasi Nasotrakeal
atau orotrakeal
dengan imobilisasi
servikal segaris*
Cedera
maksilofasial berat
Airway Surgical
* Kerjakan sesuai pertimbangan klinis dan tingkat ketrampilan/pengalaman
RESUSITASI
A. Re-evaluasi ABCDE
B. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan
20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat tabel 2 )
C. Evaluasi resusitasi cairan
1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat gambar 3,
tabel 3 dan tabel 4 )
2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta
awasi tanda-tanda syok
D. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.
1. Respon cepat
- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance
- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian
-
darah
Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin
masih diperlukan
2. Respon Sementara
- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian
darah
- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
- Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ).
3. Tanpa respon
- Konsultasikan pada ahli bedah
- Perlu tindakan operatif sangat segera
- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade
-
Gambar 3
a. Rapid response
b. Transient response
c. No response
KELAS I
Kehilangan Darah (mL) Sampai 750
Kehilangan Darah (% Sampai 15%
Kelas II
750-1500
15%-30%
Kelas III
1500-2000
30%-40%
Kelas IV
>2000
>40%
volume darah)
Denyut Nadi
Tekanan Darah
Tekanan nadi
(mm Hg)
<100
Normal
Normal atau
>100
Normal
Menurun
>120
Menurun
Menurun
>140
Menurun
Menurun
Naik
14-20
>30
20-30
20-30
30-40
5-15
>35
Tidak berarti
Frekuensi Pernafasan
Produksi Urin
(mL/jam)
CNS/ Status
Mental
Penggantian Cairan
(Hukum 3:1)
darah
KONDISI
Tension
Pneumothorax
Massive hemothorax
Cardiac tamponade
PENILAIAN
(Pemeriksaan Fisik)
Deviasi Tracheal
Distensi vena leher
Hipersonor
Bising nafas (-)
Deviasi Tracheal
Vena leher kolaps
Perkusi : dullness
Bising nafas (-)
Distensi vena leher
Bunyi jantung jauh
Ultrasound
PENGELOLAAN
Needle decompression
Tube thoracostomy
Venous access
Perbaikan Volume
Konsultasi bedah
Tube thoracostomy
Pericardiocentesis
Venous access
Perbaikan Volume
Pericardiotomy
Thoracotomy
Venous access
Perbaikan Volume
Konsultasi bedah
Jauhkan uterus dari vena
cava
Kontrol Perdarahan
Direct pressure
Bidai / Splints
Luka Kulit kepala yang
berdarah : Jahit
Vertical shear
Sumber perdarahan
banyak
Potensial kehilangan
darah
Hanya dilakukan bila
hemodinamik stabil
INTERVENSI
Perbaikan Volume
Mungkin Transfuse
Hindari manipulasi
berlebih
Perbaikan Volume
Mungkin Transfusi
Pelvic volume
Rotasi Internal Panggul
PASG
External fixator
Angiography
Traksi Skeletal
Konsultasi Ortopedi
Perbaikan Volume
Mungkin Transfusi
Konsultasi Bedah
PEM.FISIK
Distensi Abdomen
Fraktur Pelvis
Fraktur Pelvis
Perdarahan Luar
PEM.DIAGNOSTIK
TAMBAHAN
DPL atau
ultrasonografi
atau
Perdarahan Berlanjut
Nonhemorrhagic
Distensi vena leher Pericardiocentesis
Cardiac
Bunyi jantung jauh
Ultrasound
tamponade
Bising nafas normal
Recurrent/
Deviasi Tracheal
persistent tension Distensi versa leher
pneumothorax
Hipersonor
Bising nafas (-)
INTERVENSI
Konsultasi Bedah
Perbaikan Volume
Mungkin Transfusi
Pasang bidai
Reevaluasi toraks
Dekompresi jarum
Tube thoracostomy
PEM.FISIK
PEM.DIAGNOST
IK
TAMBAHAN
DPL/USG
Distensi Vena
Leher
Trachea tergeser
Suara nafas
tamponade
Distensi vena
leher
Bunyi jantung
Intervensi segera
(ahli bedah)
Perbaikan Volume
Resusitasi Operatif
Chest Decompresion
(Needle
thoracocentesis
diteruskan
dengan tube
menghilang
Hipersonor
Nonhemorrhagic
Cardiac
INTERVENSI
thoracostomy)
Mungkin diperlukan
penggunaan
monitoring
invasive
Pericardiocentesis Nilai ulang ABCDE
Nilai ulang jantung
Pericardiocentesis
jauh
Ultrasound
Bising nafas
Cedera tumpul
jantung
normal
Nadi # teratur
Perfusi jelek
EKG : kelainan
iskemik
Transesophageal
Persiapan OK
Invasive monitoring
Inotropic support
echocardiography Pertimbangkan
Ultrasonography
operasi
(pericardial)
V.
kontra indikasi
VI.
SECONDARY SURVEY
A. Anamnesis (khusus pasien trauma)
Anamnesis yang harus diingat :
S : Syndrome
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
B. Pemeriksaan Fisik ( lihat tabel 7 )
Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey
Hal yang Identifikasi/
Penilaian
dinilai
Tentukan
Tingkat
Beratnya
Skor GCS
Kesadaran
trauma
Pupil
Kepala
kapitis
Jenis cedera Ukuran
Bentuk
kepala
Reaksi
Luka pada
mata
Luka pada
kulit kepala
Fraktur
tulang
tengkorak
Inspeksi
adanya
Penemuan Klinis
8, cedera kepala berat
9 -12, cedera kepala sedang
13-15, cedera kepala ringan
Konfirmasi
dengan
CT Scan
Ulangi tanpa
relaksasi Otot
"mass effect"
Diffuse axional injury
Perlukaan mata
CT Scan
CT Scan
Foto tulang
luka dan
fraktur
Palpasi
adanya
Maksilofas Luka
ial
jaringan
lunak
Fraktur
Kerusakan
fraktur
Inspeksi :
deformitas
Cedera jaringan lunak
Maloklusi
Palpasi :
krepitus
wajah
CT Scan tulang
wajah
syaraf
Luka dalam
Leher
mulut/gigi
Cedera pada Inspeksi
Deformitas faring
Palpasi
Emfisema subkutan
faring
Auskultasi Hematoma
Fraktur
Murmur
servikal
Tembusnya platisma
Kerusakan
Nyeri, nyeri tekan C spine
vaskular
Cedera
esofagus
Foto servikal
Angiografi/
Doppler
Esofagoskopi
Laringoskopi
Gangguan
neurologis
Perlukaan
Toraks
dinding
toraks
Emfisema
subkutan
Pneumo/
Inspeksi
Jejas, deformitas, gerakan
Palpasi
Paradoksal
Auskultasi Nyeri tekan dada, krepitus
Bising nafas berkurang
Bunyi jantung jauh
Krepitasi mediastinum
Nyeri punggung hebat
hematotorak
Cedera
Foto toraks
CT Scan
Angiografi
Bronchoskopi
Tube torakostomi
Perikardio
sintesis
USG TransEsofagus
bronchus
Kontusio
paru
Kerusakan
aorta
torakalis
Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey ( lanjutan )
Hal yang
Dinilai
Abdomen/
pinggang
Identifikasi/
tentukan
Perlukaan dd.
Abdomen
Cedera intraperitoneal
Cedera
Pelvis
retroperitoneal
Cedera Genitourinarius
Fraktur pelvis
Penilaian
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Tentukan arah
penetrasi
Penemuan klinis
Nyeri, nyeri tekan
abd.
Iritasi peritoneal
Cedera
retroperitoneal
rinarius (hematuria)
Fraktur pelvis
Perlukaan
perineum, rektum,
vagina
Konfirmasi
dengan
DPL
FAST
CT Scan
Laparotomi
Foto dengan
kontras
Angiografi
Foto pelvis
Urogram
Uretrogram
Sistogram
IVP
CT Scan dengan
kontras
Medula
spinalis
Kolumna
vertebralis
syaraf
Ekstremitas Cedera jaringan Inspeksi
Palpasi
lunak
Fraktur
Kerusakan sendi
Defisit neurovascular
VII.
"mass effect"
unilateral
Tetraparesis
Paraparesis
Cedera radiks syaraf
Fraktur atau
dislokasi
Jejas,
pembengkakan,
pucat
Mal-alignment
Nyeri, nyeri tekan,
Krepitasi
Pulsasi hilang/
Foto polos
MRI
Foto polos
CT Scan
Foto ronsen
Doppler
Pengukuran
tekanan
kompartemen
Angiografi
berkurang
Kompartemen
Defisit neurologis
TAMBAHAN PADA SECONDARY SURVEY
A. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan
teliti dan pastikan hemodinamik stabil
B. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan
kebijakan ini serta kebijakan, SPO dan formulir lain yang terkait
Adanya SPO tertulis yang mendukung dan patuh pada kebijakan ini
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasien dapat mengakses layanan perawatan di unit emergensi dan VK 24 jam/hari,
7 hari/minggu, 52 minggu/tahun. Pasien akan ditriase dan dikategorikan untuk penilaian
dan perawatan dapat dilakukan pada saat yang bersamaan.
Pasien dapat melakukan akses untuk mendapat perawatan :
a. Rawat Jalan Poliklinik dan one day care (ODC)
b. Unit Emergensi
c. VK
d. Pendaftaran langsung (Direct Admission) ke unit rawat inap (Booked admission)
sebagaiman diterangkan pada point 7.1 kebijakan ini.
Pasien dapat mengakses layanan perawatan di medical center dengan membuat
perjanjian atau dengan datang langsung. Medical center dapat diakses mulai dari senin
sampai sabtu, pagi hari mulai dari jam 08.00 sampai 14.00 dan sore hari mulai jam 17.0020.00.
.Pasien hanya dapat dilayani di RSB ASIH jika tersedia jenis layanan yang di
butuhkan. Apabila layanan yang di butuhkan tidak memadai atau tidak ada, maka pasien
harus di rujuk ke rumah sakit lain yang memiliki kebutuhan jenis layanan yang
dibutuhkan pasien saat itu dengan sebelumnya dilakukan test pemeriksaan penunjang
sebagai dasar pengambilan keputusan sesuai standard pelayanan medis.
Pasien akan dipindahkan ke rumah sakit lain, untuk mendapatkan pelayanan yang
sesuai, ketika tidak tersedianya pelayanan tersebut di RSB ASIH atau jika pasien ingin
untuk dipindahkan ke rumah sakit dikarenakan asuransi atau masalah lainnya (merujuk
kepada kebijakan transfer pasien).
Pada pasien dengan hambatan/keterbatasan/kendala fisik / komunikasi / bahasa /
budaya, RSB Asih memfasilitasi untuk menyelesaikan kendala tersebut.
BAB III
TATA LAKSANA
Semua pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan, atau yang akan
mendapatkan pelayanan kesehatan, harus diregistrasikan di dalam data pasien dan
mendapatkan nomor rekam medis. Ini meliputi pasien rawat inap (termasuk bayi baru
lahir), pasien rawat jalan, dan pasien yang hanya memeriksakan spesimen (contoh:
sample darah) diregisterkan sebagai pasien. Keberhasilan mengidentifikasi pasien
menurunkan angka duplikasi registrasi. Jika pasien tidak mempunyai satu identitas unik
dan spesifik maka hal ini dapat mengganggu pelayanan pasien.
A. Proses Penerimaan Pasien Rawat Jalan:
1. Pasien datang di bagian loket pendaftaran dan diterima oleh petugas loket
pendaftaran.
2. Petugas menanyakan apakah pasien tersebut merupakan pasien baru (pasien yang
baru pertama kali berkunjung, tidak membawa kartu berobat dan kehilangan
kartu) atau pasien lama;
3. Jika pasien tersebut adalah pasien baru, maka petugas pendaftaran mendaftar
pasien sbb:
Petugas pendaftaran melengkapi formulir rekam medis penerimaan pasien baru
dengan mewawancarai pasien tersebut;
1) Petugas pendaftaran mencetak KIB (Kartu Identitas Berobat) dan IUP (Index
Utama Pasien);
2) Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien;
3) Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis pasien kepoli / unit
pelayanan yang dituju;
4. Di Unit Pelayanan / Poliklinik:
a) Petugas di unit pelayanan memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien;
b)
Apakah pasien perlu dirujuk ke unit pelayanan penunjang yang lain?
Jika Ya petugas, maka petugas membawa formulir rujukan ke unit yang dituju;
Jika tidak, maka pasien / keluarganya dipersilahkan mengambil obat di bagian
farmasi;
Kemudian
c)
petugas
mempersilahkan
pasien
menyelesaikan
administrasi
pembayaran di kasir.
Jika pasien tersebut adalah pasien lama, maka petugas pendaftaran mendaftar
pasien sebagai berikut:
Petugas menerima dan meneliti kartu identitas berobat pasien;
Petugas pendaftaran mendaftar pasien sesuai dengan pelayanan yang akan dituju
tersebut;
Apakah berkas rekam medis pasien sudah terkumpul?
Jika berkas belum terkumpul, maka petugas menunggu sampai berkas terkumpul
farmasi.
Petugas mempersilahkan pasien menyelesaikan administrasi pembayaran di kasir
Petugas mempersilahkan pasien pulang
Jika prosedur diatas tidak diindahkan oleh petugas pendaftaran dan terkait, maka,
petugas yang bersangkutan mendapatkan sangsi oleh pihak manajemen maupun direktur.
Merujuk ke prosedur registrasi pasien rawat jalan dan rawat inap untuk informasi proses
yang lebih rinci.
B.
dilakukan verfikasi terlebih dahulu mengenai kelayakan pasien serta kesediaan unit
pelayanan sesuai kebutuhan pasien untuk dirawat di RSB ASIH
Semua admission, tidak termasuk perinatologi, memerlukan kelengkapan lembar
kerja admission dari dokter spesialis atau dokter umum dengan instruksi dari dokter
spesialis, yaitu:
1.
Lembar admission (Surat Pengantar Rawat ARM)
2.
Diagnosis saat datang
Jenis-jenis pendaftaran :
i.
Pendaftaran yang direncanakan (elektif): Pendaftaran yang sudah direncanakan
merupakan pendaftaran rawat inap dari pasien yang sudah direncanakan
sebagai tindak lanjut untuk mendapatkan pelayanan rawat inap. Semua data
akan
ii.
dikumpulkan
sebelum
tanggal
yang
sudah
ditentukan.
Pasien
iii.
iv.
v.
administrasi
2. Lingkup Area
Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi Gawat
3. Prinsip
Semua pasien rawat inap, IGD, dan yang akan menjalani suatu prosedur harus
diidentifikasi dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama masa
perawatannya.
Kapanpun dimungkinankan, pasien rawat inap harus menggunakan gelang
Tanda pengenal ini digunakan pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika
pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
e) Pada kondisi tidak memakai baju, gelang pengenal harus menempel pada
badan pasien dengan menggunakan perekat transparan/tembus pandang. Hal
ini harus dicatat di rekam medis pasien.
f) Gelang pengenal hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari rumah
sakit.
g) Gelang pengenal pasien sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat
mengidentifikasi pasien, yaitu:
i. Nama pasien dengan minimal 2 suku kata
ii. Tanggal lahir pasien (tanggal/bulan/tahun)
iii. Nomor rekam medis pasien
h) Detail lainnya adalah warna gelang pengenal sesuai jenis kelamin pasien.
i) Nama tidak boleh disingkat. Nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam
medis.
j) Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang pengenal. Ganti gelang
pengenal jika terdapat kesalahan penulisan data.
k) Jika gelang pengenal terlepas, segera berikan gelang pengenal yang baru.
l) Gelang pengenal harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan di rumah
sakit.
m) Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasien.
n) Periksa ulang 3 detail data di gelang pengenal sebelum dipakaikan ke pasien.
o) Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka,
misalnya: Siapa nama Anda? (jangan menggunakan pertanyaan tertutup
seperti Apakah nama anda Ibu Susi?)
p) Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pasien
tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas pasien kepada
keluarga / pengantarnya. Jika mungkin, gelang pengenal jangan dijadikan
satu-satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi. Tanya
ulang nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan jawaban pasien
dengan data yang tertulis di gelang pengenalnya.
q) Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani prosedur menggunakan 1
gelang pengenal. Untuk pasien anak dan neonatus, gunakan 2 gelang pengenal
pada ekstremitas yang berbeda.
r) Pengecekan gelang pengenal dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.
s) Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan
pastikan gelang pengenal terpasang dengan baik.
t) Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien
dan membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang
pengenal.
u) Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang pengenal:
i. Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:
Menolak penggunaan gelang pengenal
lahirnya.
Periksa dan bandingkan data pada gelang pengenal dengan rekam
medis.Jika data yang diperoleh sama, lakukan prosedur.
Identifikasi,
pengambilan,
pengiriman,
penerimaan,
dan
penyerahan
mengambil darah.
Dua orang staf RS yang kompeten harus memastikan kebenaran: data
demografik pada kantong darah, jenis darah, golongan darah pada pasien dan
yang tertera pada kantong darah, waktu kadaluasanya, dan identitas pasien
iii.
iv.
lahirnya
Jika staf RS tidak yakin / ragu akan kebenaran identitas pasien, jangan lakukan
transfusi darah sampai diperoleh kepastian identitas pasien dengan benar.
b) Pasien poliklinik mata yang akan menjalani prosedur berikut ini harus
menggunakan gelang pengenal.
i. Angiogram fluoresens
ii. Terapi fotodinamik (photo dynamic therapy)
iii. Infus intravena
c) Sebelum melakukan suatu prosedur/ terapi, tenaga medis harus menanyakan
identitas pasien berupa nama dan tanggal lahir. Data ini harus dikonfirmasi
dengan yang tercantum pada rekam medis.
d) Jika pasien adalah rujukan dari dokter umum / puskesmas / layanan kesehatan
lainnya, surat rujukan harus berisi identitas pasien berupa nama lengkap,
tanggal lahir, dan alamat. Jika data ini tidak ada, prosedur / terapi tidak dapat
dilaksanakan.
e) Jika pasien rawat jalan tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri, verifikasi
data dengan menanyakan keluarga / pengantar pasien.
11. Pasien dengan Nama yang Sama di Ruang Rawat
a) Jika terdapat pasien dengan nama yang sama, harus diinformasikan kepada
perawat yang bertugas setiap kali pergantian jaga.
b) Berikan label / penanda berupa pasien dengan nama yang sama di lembar
pencatatan, lembar obat-obatan, dan lembar tindakan.
c) Kartu bertanda pasien dengan nama yang sama harus dipasang di tempat
tidur pasien agar petugas dapat memverifikasi identitas pasien.
12. Pasien yang identitasnya tidak diketahui
a) Pasien akan dilabel menurut prosedur setempat sampai pasien dapat
diidentifikasi dengan benar. Contoh pelabelan yang diberikan berupa:
Pria/Wanita Tidak Dikenal; Alfa alfa, dan sebagainya.
b) Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang pengenal baru dengan
identitas yang benar.
13. Prosedur Identifikasi Pasien pada Unit Gangguan Jiwa
a) Kapanpun dimungkinkan, pasien gangguan jiwa harus menggunakan gelang
pengenal.
b) Akan tetapi terdapat hal-hal seperti kondisi pasien atau penanganan pasien
yang menyebabkan sulitnya mendapat identitas pasien dengan benar sehingga
perlu dipertimbangkan untuk menggunakan metode identifikasi lainnya.
c) Identifikasi pasien dilakukan oleh petugas yang dapat diandalkan untuk
mengidentifikasi pasien, dan lakukan pencatatan di rekam medis.
d) Pada kondisi di mana petugas tidak yakin / tidak pasti dengan identitas pasien
(misalnya saat pemberian obat), petugas dapat menanyakan nama dan tanggal
lahir pasien (jika memungkinkan) dan dapat dicek ulang pada rekam medis.
e) Jika terdapat 2 pasien dengan nama yang sama di ruang rawat, berikan
tanda / label notifikasi pada rekam medis, tempat tidur pasien, dan dokumen
lainnya
14. Pasien yang Meninggal
a) Pasien yang meninggal di ruang rawat rumah sakit harus dilakukan konfirmasi
terhadap identitasnya dengan gelang pengenal dan rekam medis (sebagai
bagian dari proses verifikasi kematian).
b) Semua pasien yang telah meninggal harus diberi identifikasi dengan
menggunakan 2 gelang pengenal, satu di pergelangan tangan dan satu lagi di
pergelangan kaki.
c) Satu salinan surat kematian harus ditempelkan di kain kafan. Salinan kedua
harus ditempelkan di kantong jenazah (body bag). Salinan ketiga disimpan di
rekam medis pasien.
15. Melepas Gelang Pengenal
a) Gelang pengenal hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari rumah
sakit.
b) Yang
bertugas
melepas
gelang
pengenal
adalah
perawat
yang
iv.
Mis identifikasi data / pencatatan di rekam medis
v.
Mis identifikasi pemeriksaan radiologi (rontgen)
vi.
Mis identifikasi laporan investigasi
vii.
Mis identifikasi perjanjian (appointment)
viii. Registrasi ganda saat masuk rumah sakit
ix.
Salah memberikan obat ke pasien
x.
Pasien menjalani prosedur yang salah
xi.
Salah pelabelan identitas pada sampel darah
d) Kesalahan juga termasuk insidens yang terjadi akibat adanya misidentifikasi,
dengan atau tanpa menimbulkan bahaya, dan juga insidens yang hampir terjadi
e)
i.
ii.
iii.
keterbatasan bahasa
Kegalan untuk pembacaan kembali
Kurangnya kultur / budaya organisasi
f) Jika terjadi insidens akibat kesalahan identifikasi pasien, lakukan hal berikut
ini:
i.
ii.
iii.
H. IMPLEMENTASI
Kebijakanpenundaanatauperubahanjadwalpelayananataupengobatanpadapasiendibe
rikankepadaseluruhstafbarudalam proses pengenalan / orientasi.
I. PEMANTAUAN DAN AUDIT
1. Dokumeniniakandipantauuntukmenjaminefektifitasdanjaminkepatuhan.
Indicator kuncinyasebagaiberikut :
a. Jumlahkejadian di tiap unit yang merugikandanyang
hamperterdajiberkaitandenganpenundaanatauperubahanjadwalpelayananat
aupengobatanpasien.
b. Jumlahkeluhanberkaitandenganpenundaan /
perubahanjadwalpelayananataupengobatanpadapasien.
c. Jumlahpenundaanatauperubahanjadwalpelayananpadapasien di tiap unit
d. Jumlahpemulangandiluar jam normal dari unit rawatinap.
2. Hasil audit, trend / tema yang
teridentifikasidaripelaporankejadiandanrencanapelayananataupengobatanharus
dilaporkankepada Chief Operating Officer oleh Manager terkait.
Tujuan
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
-
tinggi.
Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar
serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan
V. Pengaturan Transfer
1. RSIA PETUKANGAN memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter dr
IGD/ dr ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien, petugas
medis, dan petugas ambulans. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan metode
transfer mana yang akan dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di RSIA PETUKANGAN
a. LayananAntar-Jemput Pasien: merupakan layanan / jasa umum khusus untuk
pasien RSIA PETUKANGAN dengan tim transfer dari petugas IGD, di mana
tim tersebut akan mengambil / menjemput pasien dari rumah/ rumah sakit
jejaring untuk dibawa ke RSIA PETUKANGAN.
b. Tim transfer local:RSIA PETUKANGAN memiliki tim transfernya sendiri
dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain, tetapi bila tim transfer
dan faslitas transfer di RSIA PETUKANGAN sedang tidak siap, maka transfer
dilakukan dengan menggunakan jasa tim transfer dari ambulan gawat darurat
RS LAIN
3. RSIA PETUKANGAN mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer
untuk pasien-pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.
4. Dokter senior / spesialis (DPJP) yang bertanggungjawab dalam tim transfer pasien
harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer
pasien sakit berat / kritis antar-rumah sakit.
VI.
1.
2.
3.
4.
PETUKANGAN
Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi dan
5.
persiapan.
Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan
matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit
akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat
6.
pasien.
Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih
7.
8.
9.
10.
tim transfer
RSIA
medis.
Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat beratnya
3.
4.
berlangsung.
Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
5.
proses transfer.
Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr
Ruangan/DPJP selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan
tidak membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah Do Not Resuscitate (DNR)
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6.
7.
8.
9.
10.
IX.
Derajat 0
Derajat
(orang
tua/delirium)
Derajat 1
Derajat 2
0,5
Petugas
keterampilan yang
pendamping
dibutuhkan
(minimal)
TPK/ Petugas
Keamanan
TPK/ Petugas
Peralatan Utama
Keamanan
Perawat/Petugas
yang
berpengalaman
(sesuai dengan
kebutuhan pasien)
suction
Perawat dan
Semua ketrampilan di atas,
Oksigen
Suction
Tiang infus portabel
Pompa infus dengan
baterai
Oksimetri denyut
Semua peralatan di
Petugas
ditambah;
atas, ditambah;
Dua
tahun
pengalaman
dalam
Monitor
EKG dan
keamanan/ TPK
perawatan intensif (oksigenasi,
tekanan darah
Defibrillator
sungkup pernapasan,
Derajat 3
Dokter, perawat,
defibrillator, monitor)
Standar kompetensi dokter harus Monitor ICU
dan TPK/
Petugas
Dokter:
keamanan
portabel yang
lengkap
Ventilator dan
peralatan transfer
yang memenuhi
standar minimal.
Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas dan
pernapasan, minimal level ST
3 atau sederajat.
Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit
berat / kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja di ICU
Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut
Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit
berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)
TRANSFER INTRA-RUMAH SAKIT
1. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman;
diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah sakit
2. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
3. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
4. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan.
5. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus paham
akan bahaya potensial yang ada.
6. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien
2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
Pasien
Derajat 0
Petugas
keterampilan yang
pendamping
dibutuhkan
Jenis Kendaraan
(minimal)
petugas
ambulan
Derajat
(orang
Dependency
0,5 petugas
ambulan
Kendaraan
High
Service
(HDS)/ Ambulan
Kendaraan
HDS/
Ambulan
tua/delirium)
Derajat 1
paramedis
Petugas
ambulan
perawat
dan
Derajat 2
Dokter,
perawat,dan
ditambah;
Penggunaan alat pernapasan
Bantuan hidup lanjut
Penggunaan kantong
petugas
ambulans
Derajat 3
Dokter,
perawat,
Kendaraan
HDS/
Ambulan
Oksigen
Suction
Tiang infus portabel
Infus pump dengan
baterai
Oksimetri
Ambulans
EMS
Mercedes 515
Semua peralatan di atas,
ditambah;
Monitor EKG
dan
petugas
ambulan
AGD 118
Monitor ICU portabel
yang lengkap
Ventilator dan peralatan
transfer
memenuhi
minimal.
yang
standar
X.
PEMANTAUAN,
OBAT-OBATAN,
DAN
PERALATAN
SELAMA
10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam
11.
jarum suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia3
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan
12.
13.
baik.1
Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan
14.
baik.
Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
15.
ambulans.2
Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
16.
17.
transfer.
Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
18.
19.
listrik)
Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
20.
21.
22.
23.
24.
obat-obatan.1
Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini
25.
26.
lembar pemantauan.
Monitor, ventilator, dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas
dan harus dalam posisi aman di bawah level pasien.
XI.
XII.
1.
Gunakan mobil ambulan RSRP/ AGD 118. Mobil dilengkapi soket listrik 12 V,
2.
3.
Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer, dan
harus mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan transfer
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-transfer
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
2.
3.
transfer berlangsung
Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk
transfer intra- dan antar-rumah sakit.
Rekam medis harus mengandung:
a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi
4.
yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama
5.
6.
7.
9.
10.
merawat pasien.
Perlu penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa, dan sejumlah
radiologi,
dan
yang
lainnya
harus
2.
3.
4.
5.
Prosedur
1. Dokter menginformasikan kepada pasien bahwa pasien boleh pulang
2. Dokter menginstruksikan kepada perawat bahwa pasien boleh pulang dan
melengkapi :
a.
b.
c.
d.
Resume medik
Surat Pulang
Surat kontrol
Resep obat yang dibawa pulang
Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan perawatan yang terbaik untuk
pasien. Agar dapat memberikan dukungan dan respon yang baik sesuai dengan
kebutuhan pasien, juga untuk menjalankan prinsip satu level perawatan yang
bermutu keseragaman pemberian pelayanan kepada pasien tanpa membedakan
waktu, faktor ekonomi, sosial, agama, ras, suku, bangsa, maka dibutuhkan adanya
perencanaan dan koordinasi kerja yang baik.
Dilain pihak pasien dengan masalah yang sama berhak mendapatkan mutu
pelayanan yang sama disemua unit di rumah sakit. Mengingat hal ini maka diperlukan
adanya kebijakan dan prosedur disetiap unit agar dapat memberikan pelayanan yang
seragam setiap hari maupaun saat hari minggu atau hari libur besar.
Dengan
perawatan yang seragam akan memberikan dampak, baik pada efisiensi dan
memudahkan dalam melakukan evaluasi.
2.
TUJUAN
(a)
Menyediakan acuan kerja untuk menjamin pemberian pelayanan yang sama
(b)
3.
d.
3.
a.
diberikan pada pasien sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang dari
b.
rumah sakit
Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
c.
d.
e.
4.
sosial ekonomi
Setiap pasien yang datang berobat ke Unit Emergency dengan kasus gawat
maupun tidak gawat harus diberikan pelayanan yang cepat, tepat dan efisien
Terhadap pasien yang gawat dilakukan perawatan, tindakan dan observasi
kegawatan secara intensif oleh dokter dan perawat sampai dengan kondisi
klinis pasien stabil, tanpa mempertimbangkan biaya dan sumber
pembiayaannya
Pada pasien yang sudah dalam perawatan namun mengalami kesulitan dalam
pembiayaan perawatannya, maka yang bersangkutan dianjurkan untuk
berkonsultasi dengan bagian keuangan rumah sakit. Pada kondisi demikian
perawatan, tindakan dan observasi yang diberikan kepada pasien tetap sama
b.
Diluar jam kerja kantor dan hari libur ada petugas (dokter, perawat, petugas
pasien
Pada setiap kategori ketergantungan pasien tersedia fasilitas / sumber daya
yang sesuai
Penentuan petugas yang menangani pasien berdasarkan kompetensi yang
dimiliki dan tingkat ketergantungan pasien
d.
-
RS.
Tersedia sistim dan prosedur yang berlaku sama diseluruh unit pelayanan di RS
Semua pasien yang masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya dan
iii. DPJP harus membuat Rencana perawatan (care plan) untuk setiap pasien
-
yang dirawat
DPJP harus melakukan pengkajian ulang (Re-assessment) pasien rawat inap
sesuai dengan Kebijakan Pengkajian & Pengkajian Ulang Pasien
- Perkembangan asuhan pasien dievaluasi dan direvisi sesuai dengan
pengkajian ulang yang dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan.
e.
-
menerima
PENGERTIAN
Suatu tata cara pemberian informasi pelayanan kepada pasien dan keluarga
mengenai fasilitas Rumah Sakit, asuhan pelayanan, rencana pengobatan dan
tindakan yang akan dilakukan.
TUJUAN
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian informasi
pelayanan, sehingga:
1. Dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Pasien dan keluarga dapat memahami dan mengerti informasi pelayanan
yang diberikan oleh staf Rumah Sakit.
3. Pasien dan keluarga mengerti penyakit yang diderita dan dapat membuat
keputusan tanpa rasa takut dan terpaksa.
TATA CARA PEMBERIAN INFORMASI PELAYANAN
1) Bagian Informasi dan Tempat Penerimaan Pasien
Memberikan informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum meliputi:
a. Fasilitas pelayanan yang dimiliki rumah sakit
b. Fasilitas dan tarif kamar perawatan
c. Daftar dokter yang mempunyai surat ijin praktek dan yang merawat di rumah
sakit
d. Asuransi yang bekerjasama dengan rumah sakit
e. Informasi tentang hak pasien dan keluarga
f. Informasi prosedur pengurusan resume medis dan surat menyurat lainnya
g. Tata tertib dan peraturan rumah sakit
2) Bagian Keperawatan
Memberikan informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum dan khusus
meliputi:
a. Rencana pelayanan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
b. Informasi tentang biaya perawatan, biaya pemeriksaan penunjang, biaya obat,
biaya operasi, dll
c. Jam kunjungan dokter
d. Prosedur persiapan operasi
e. Prosedur pemulangan pasien
3) Dokter instalasi gawat darurat, dokter poli umum dan spesialis, dokter gigi,
dokter anasthesi dan dokter penanggung jawab pasien
Memberikan informasi mengenai:
a. Rencana pengobatan dan tindakan kedokteran yang akan dilakukan
b. Rencana operasi yang akan dilakukan
c. Prognosa penyakit, resiko, kemungkinan penyakit dan komplikasi, alternatif
pengobatan
d. Informasi hasil pengobatan dan hasil pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan selama pasien dalam perawatan di rumah sakit
4) Bagian Administrasi
Memberikan informasi tentang biaya rumah sakit secara keseluruhan
a. Bagian penunjang seperti laboratorium, radiologi, rehabilitasi medis
b. Berikan informasi mengenai:
c. Rencana tindakan yang akan dilakukan
d. Biaya tindakan
Pendahuluan
Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman.
Ada pasien-pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat, bahasa atau
dialeknya beragam, juga budayanya, atau ada hambatan lainnya yang membuat
proses mengakses dan menerima perawatan sangat sulit. Rumah sakit
mengidentifikasi hambatan hambatan tersebut dan menerapkan proses untuk
mengeliminasi atau mengurangi hambatan bagi pasien yang berupaya mencari
perawatan. Rumah sakit juga mengambil tindakan untuk mengurangi dampak dari
hambatan hambatan yang ada pada saat memberikan layanan.
II Pengertian
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (BaduduZain, 1994:489), Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik
maupun semantik), Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi
(Effendy, 1993:45), Efektivitas komunikasi salah satunya akan sangat tergantung
kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi.
perbedaan
makna
dan
pengertian
pada
kata-kata
yang
pengucapannya sama
Contoh: bujang (Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki)
3. Adanya pengertian konotatif
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang
berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara konotatif, banyak orang
2. Prasangka
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang
seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap
mereka. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai prasangka,
maka sebaiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian persepsi.
Persepsi adalah pengalaman objek pribadi, peristiwa faktor dari
hambatan : personal dan situasional.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka pada
komunikan, maka komunikator yang akan menyampaikan pesan melalui
media massa sebaiknya komunikator yang netral, dalam arti ia bukan orang
controversial, reputasinya baik artinya ia tidak pernah terlibat dalam suatu
peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan. Dengan kata lain
komunikator itu harus acceptable. Disamping itu memiliki kredibilitas
yang tinggi karena kemampuan dan keahliannya.
3. Stereotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat
negative (Gerungan,1983:169). Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya
berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
Contoh: Orang Batak itu berwatak keras sedangkan orang Jawa itu
berwatak lembut.
Seandainya dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki
stereotip tertentu pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan
apapun tidak dapat diterima oleh komunikan.
4. Motivasi
Merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasanalasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu (Gerungan 1983:142).
Motif adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi
tujuan dan arah pada tingkah laku manusia. Tanggapan seseorang terhadap
pesan komunikasi pun berbeda sesuai dengan jenis motifnya.
Motif dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a.
Motif Tunggal
Contoh: Motif seseorang menonton acara Seputar Indonesia yang
disiarkan RCTI adalah untuk memperoleh informasi.
b.
Motif Bergabung
Contoh: (kasus yang sama dengan motif tunggal) tetapi bagi orang lain
motif menonton televisi adalah untuk memperolh informasi sekaligus
mengisi waktu luang.
d.
berbeda
pasien (misalnya,
diam,
berbeda
yang mereka
tidak
tahuatau
mengerti.
Tahap-tahap ini:
Ketakutan: Setiap orang memandang orang lain sebagai berbeda dan, oleh
karena itu, berbahaya. Biasanya ketika orang-orang menjadi lebih baik
mengenal satu sama lain, ketakutan secara bertahap menghilang, hanya
untuk digantikan oleh sukai.
Tidak menyukai: Orang-orang dari budaya yang berbeda sering curiga
dari masing-masing orang lain tindakan dan motif karena mereka
kurang informasi
Penerimaan: Biasanya jika dua orang dari berbagi budaya yang berbeda
pengalaman cukup baik selama periode waktu
Respect: Jika individu dari beragam budaya berpikiran terbuka, mereka
akan memungkinkan mereka untuk melihat dan mengagumi kualitas
dalam satu sama lain
Percaya: Orang setelah dari beragam budaya telah menghabiskan cukup
berkualitas waktu bersama, mereka biasanya mampu saling percaya.
harus
mampu berkonsentrasi
mengikat orang
bersama-sama,
pada kualitas
manusia yang
menyediakan
alat-alat
(kata)
bahasa asing,
berbeda dialek dan regionalisms, dan
idiom dan "berbicara jalanan."
yang
memungkinkan
oranguntuk
Bahasa
asing,
Dialek,
dan
Regionalisms.
Bahkan
ketika
perawat
dan
pasien berbicara bahasa yang sama, kesalahpahaman dapat muncul. tapi ketika pasien
datang dari negara atau rumah tangga di mana bahasa Inggris bukan asli lidah,
hambatan bahasa yang dihasilkan dapat membawa komunikasi untuk berhenti,
menghasilkan frustrasi dan konflik.
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien yang tidakmahir dalam Inggris,
Anda akan perlu penerjemah. Seorang juru terampil dapat membantu anda, anda
pasien, dan keluarga pasien anda mengatasi kecemasan dan frustras yang dihasilkan
oleh hambatan bahasa
KONFLIK PERSEPSI DAN HARAPAN
Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya
terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan serius. di
bidang kesehatan situasi perawatan, kesalahpahaman seringkali muncul ketikaperawat
dan pasien memiliki persepsi yang berbeda dan harapan, dan akibatnya salah
menafsirkan satu sama lain 'pesan.
Harapan bahwa
pasien
dokter juga
dapat
menyebabkan