Anda di halaman 1dari 8

ELA NURLAELASARI

P2.06.20.1.19.012
TINGKAT 2A
D3 KEPERAWATAN
MANAJEMEN PATIENT SAFETY

MONITORING DAN EVALUASI PATIENT SAFETY

Monitoring (bahasa Indonesia : pemantauan) adalah pemantauan yang dapat dijelaskan


sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar
tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan
pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu. Monitoring akan memberikan informasi
tentang status dan kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang
dari waktu ke waktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk
memeriksa terhadap proses berikut objek atau untuk mengevaluasi kondisi atau kemajuan
menuju tujuan hasil manajemen atas efek tindakan dari beberapa jenis antara lain tindakan
untuk mempertahankan manajemen yang sedang berjalan.
Evaluasi adalah memposisikan data-data tersebut agar dapat digunakan dan diharapkan
memberikan nilai tambah. Evaluasi adalah mempelajari kejadian, memberikan solusi untuk
suatu masalah, rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan perbaikan.
Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan karena tidak memiliki data
dasar untuk dilakukan analisis, dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi, oleh karena
itu Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiring.
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu  sistem yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

A. CARA MELAKUKAN MONITORING DAN EVALUASI PATIENT SAFETY


1. Di Rumah Sakit
a. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan
susunan organisasi sebagai berikut : Ketua : dokter, Anggota : dokter, dokter gigi,
perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
b. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden
c. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
d. Rumah sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
e. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan
hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang
baru dikembangkan.
2. Di Propinsi/Kabupaten/kota
a. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit - rumah sakit di
wilayahnya
b. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran
terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit
c. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit.
3. Di Pusat
a. Membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia.
b. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
c. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas
Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan
dengan jejaring pendidikan
d. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan pasien.

Menurut Soebandi (2015) hal-hal yang menjadi tolak ukur yang dikaji saat
pelaksanaan monitoring dan evaluasi patient safety adalah sebagai berikut :
a. Budaya keselamatan pasien
b. Pendidikan dan latihan
c. Leadership
d. Pelaporan
e. Standar
f. Implementasi sasaran keselamatan pasien

B. ORGANISASI MONITORING DAN EVALUASI PATIENT SAFETY


KKPRS
Organisasi monitoring dan evaluasi patient safety yakni KKPRS (Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
 Ruang Lingkup Organisasi Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Ruang lingkup pengelolaan organisasi Komite Keselamatan Pasien dalam rangka
perencanaan, diseminasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara terus menerus
terdiri atas kegiatan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Manajemen Tata Kelola Keselamatan Pasien
Meliputi kebijakan, panduan, pedoman dan SPO untuk dilaksanakannya proses
PDCA (Plain Do Check and Action) di rumah sakit, yang berupa sosialisasi,
implementasi, monitoring dan evaluasi.
2. Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien (sentinel, KTD,KTC, KNC, Clinical Risk
Management)
 Penerapan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit:
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2) Pimpin dan dukung staf
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4) Kembangkan sistem pelaporan
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7) Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
 Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi 6 (enam) sasaran:
1) Ketepatan identifikasi keselamatan pasien
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5) Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanana kesehatan
6) Pengurangan resiko pasien jatuh
 Manajemen resiko klinik
1) Pelaporan insiden: KPC, sentinel, KTD, KTC dan KNC dari masing-masing unit
2) RCA (Route Couse Analysis) atau analisis akar penyebab meliputi:
− Identifikasi insiden
− Pembentukan tim
− Pengumpulan data
− Pemetaan data
− Identifikasi masalah
− Analisis informasi
− Rekomendasi dan solusi
− Dokumentasi
3) Asesmen risiko secara proaktif
Failure Mode And Effects Analysis (FMEA) terdiri atas:
a. Memilih proses yang beresiko tinggi dan membentuk tim
b. Membuat diagram proses
c. Bertukar pikiran tentang modus kegagalan dan menetapkan dampaknya
d. Memprioritaskan modus kegagalan
e. Identifikasi akar masalah
f. Redesain proses
g. Analisis dan uji prose baru
h. Implementasi dan monitor perbaikan proses
4) Pendidikan dan pelatihan keselamatan pasien
Bersama dengan unit pengembangan staf mengadakan pelatihan baik in house
ataupun ex house training
5) Pelaporan program keselamatan pasien baik ke direksi maupun yayasan

C. LANGKAH-LANGKAH MONITORING DAN EVALUASI PATIENT SAFETY


Monitoring dan Evaluasi secara umum dilaksanakan dengan mengikuti beberapa
langkah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Persiapan dilaksanakan dengan mengidentifikasi hal-hal yang akan dimonitor, variabel
apa yang akan dimonitor serta menggunakan indikator mana yang sesuai dengan tujuan
program. Rincian tentang variabel yang dimonitor harus jelas dulu, serta pasti dulu
batasannya dan definisinya. “Variabel adalah karakteristik dari seseorang, suatu
peristiwa atau obyek yang bisa dinyatakan dengan data numerik yang berbeda-beda.”
(William N Dunn: 2000).
2.  Tahap Pelaksanaan
Monitoring ini untuk mengukur ketepatan dan tingkat capaian  dari pelaksaan program
atau kegiatan yang sedang dilakukan dengan menggunakan standar (variable) yang
telah dipersiapkan di tahap perencanaan. Setelah memastikan definisi yang tepat
tentang variabel yang dimonitor serta indikatornya, maka laksanakan monitoring
tersebut. Adapun indikator umum yang diukur dalam melihat capaian pekerjaan antara
lain adalah :
a. Kesuaian dengan tujuan proyek atau kegiatan
b. Tingkat capaian pekerjaan sesuai target
c. Ketepatan belanja budget sesuai plafon anggaran
d. Adanya tahapan evaluasi dan alat evaluasinya
e. Kesesuaian metode kerja dengan alat evaluasi
f. Kesesuaian evaluasi dengan tujuan proyek
g. Ketetapan dan pengelolaan waktu
h. Adanya tindak lanjut dari program tersebut.
3. Tahap Pelaporan
Pada langkah ketiga, yaitu menentukan apakah prestasi kerja itu memenuhi standar
yang sudah ditentukan dan di sini terdapat tahapan evaluasi, yaitu mengukur kegiatan
yang sudah dilakukan dengan standar yang harus dicapai. Selanjutnya temuan-temuan
tersebut ditindaklanjuti dan hasilnya menjadi laporan tentang program.

Adapun langkah monitoring dan evaluasi Patient safety, antara lain sebagai berikut :
1. Di Rumah Sakit
a. Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan
pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel)
pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
b. Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan
Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir
yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
c. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar penyebab masalah semua
kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja.
d. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan
masalah kepada Pimpinan rumah sakit.
e. Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) setiap terjadinya insiden dan setelah
melakukan analisis akar masalah yang bersifat rahasia.
2. Di Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi dan PERSI Daerah menerima produk-produk dari Komite
Keselamatan Rumah Sakit
3. Di Pusat
a. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) merekapitulasi laporan dari
rumah sakit untuk menjaga kerahasiaannya
b. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan analisis yang telah
dilakukan oleh rumah sakit
c. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan analisis laporan
insiden bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit yang ditunjuk
sebagai laboratorium uji coba keselamatan pasien rumah sakit
d. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan sosialisasi hasil
analisis dan solusi masalah ke Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah, rumah
sakit terkait dan rumah sakit lainnya.

Proses perancangan monitoring harus mengacu pada visi,misi, dan tujuan rumah sakit,
kebutuhan pasien, petuga pelayanan pasien,kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat,
dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah
sakit adalah sebagai berikut :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
Langkah penerapan:
a. Bagi rumah sakit:
1) Pastikan Rumah sakit memiliki kebijakan yang harus dilakukan staf segera
setelah terjadi insiden.
2) Pastikan rumah sakit memilki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bila mana ada insiden.
3) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah
sakit.
4) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
b. Bagi unit atau tim:
1) Pastikan rekan kekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian
mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
2) Demonstrasikan pada team ukuran-ukuran yang dipakai di rumahsakit untuk
memastikan semua laporan dibuat terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan tindakan yang tepat.
2. Pimpin dan dukung staf
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di
rumah sakit. Langkah penerapan :
a. Untuk rumah sakit:
1) Pastikan ada anggota direksi atau pimpinan yang bertanggung jawab atas
keselamatan pasien.
2) Identifikasi ditiap bagian rumah sakit, orang- orang yang dapat diandalkan untuk
menjadi “ Penggerak” dalam keselamatn pasien.
3) Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi atau pimpinan
maupun rapat- rapat manejemen rumah sakit
4) Memasukkan semua kesalamatan pasien ke dalam semua program latihan staff
rumah sakit dan pastikan ini diikuti dan diukur efektifitasnya.
b.  Untuk unit atau tim
1) Nominasikan “ Penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimin gerakan
kesalamatan pasien.
2) Jelaskan kepada tim relefansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan
menjalankan gerkan keselamtan pasien.
3) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko, serta lakukan identifiksi dan
assesment hal yang potensial bermasalah. Langkah penerapan :
a. Untuk Rumah Sakit
1) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen resiko klinis,dan
no  kilinis  serta hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan
pasien dan staf
2) Kembangkan indikator indikator kinerja bagi sistem pengelolaan resiko yang
dapat di monitor oleh Direksi atau Pimpinan rumah sakit
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian
terhadap pasien
b. Untuk Unit atau Tim
1) Membentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu
keselamatan pasien juga memberikan umpan balik kepada managemen yang
terkait
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko
rumah sakit
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akuntabilitas
setiap risiko dan ambilah langkah-langkah yang tepat untuk memeperkecil resiko
tersebut.
4. Kembangkan sistem pelaporan         
Pastikan staf dapat melaporkan  kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada komite keslamatan pasien rumah sakit(KKPRS).
Langkah Penerapan :
a. Untuk rumah sakit :
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden kedalam maupun keluar,
yang harus dilaporkan ke KPPRS-PERSI.
b. Untuk Unit atau Tim
Berikan semangat kepada rekan kerja untuk secara aktif melaporkan setiap insiden
yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
5. Libatkan berkomunikasi dengan pasien
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. Langkah penerapan :
a. Untuk rumah sakit :
Pastikan rumah sakit memiliki kebjakan yang sangat jelas menjabarkan cara-cara
komumikasi terbuka tentang insiden dengan para pasien dan keluargannya
b. Untuk Unit atau Tim :
1) Pastikan tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya
bila telah terjai insiden
2) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
6. Dorong staf untuk melakukan analisiskan masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
Langkah Penerapan :
a. Untuk Rumh Sakit ;
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara
tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dngan jelas kriteria pelaksanaan
analisis akar masalah (Root cause analysis atau RCA) atau failure modes and
efects analysis (FMEA) atau metoda anlisis lain, yang harus menckup semua
insiden terjadi dan minimum satu kali per tahun untuk proses resiko tinggi.
b. Untuk Unit atau Tim :
1) Diskusikan dalam tim tentang pengalaman dari hasil analisis insiden
2) Identifikasi unit atau bagaian lain yang memungkinkan terkena dampak dimasa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan. Langkah Penerapan :
a. Untuk rumah sakit :
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untukmnentukan solusi
setempat. Lakukan asesmen resiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan sesialisasikan solusi yang dikembanghkan oleh KKPRS-PERSI. Beri
umpan balik kepada staf tentang setiuap tindkan yang diambil atas insioden yang
dilaporkan.
b. Untuk Unit atau Tim :
Libatkan tim and dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan
pasien menjadi lebih bik dan lebih aman telaah kembali perubahan-perubahan yang
dibuat tim anda dan pastikan pelaksanaannya pastikan tim nda menerima umpan
balik atas setiap tindak kanjut tentang insiden yang dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai