Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan atau program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program atau kegiatan itu selanjutnya. Monitoring adalah pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan kearah tujuan atau menjauh dari itu. Proses monitoring juga dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program (Widiastuti dan Susanto, 2012). Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan, keluaran, dan hasil terhadap rencana dan standar (Yumiari, 2017). Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta sistematis dan objektif. Evaluasi juga diartikan sebagai pengukuran dari konsekuensi yang dikehendaki dan tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan dinilai (Hendrawan, 2009).
B. Tujuan Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi bertujuan memberikan gambaran lengkap tentang implementasi program, terutama untuk mengetahui ketercapaian dari pelaksanaan program dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang terjadi sehingga Informasi ini berguna bagi pengambil keputusan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan guna mencapai target yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Kemdikbud, 2013).
C. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi
1. Di Rumah Sakit Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit- unit kerja di rumah sakit terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja. a. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan susunan organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya. b. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal tentang insiden. c. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia. d. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. e. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru dikembangkan. 2. Di Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit di wilayah kerjanya. a. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit- rumah sakit di wilayahnya. b. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit. c. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit. d. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan dengan jejaring pendidikan. e. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan pasien 3. Di Pusat a. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di semua rumah sakit. b. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahun sekali (Winarsih, 2012)
D. Hal-Hal yang Dimonitoring dan Evaluasi
Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi (Soebandi, 2016): 1. Budaya keselamatan pasien a) Rumah sakit melakukan survei awal tentang budaya keselamatan pasien. b) Rumah sakit menyusun strategi pengembangan program keselamatan pasien berdasarkan hasil survei tersebut. c) Tersedia sistem dan alur komunikasi yang jelas ketika terjadi Insiden Keselamatan Pasien mencakup Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera ( KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kondisi Potensi Cedera (KPC). d) Ada bukti sosialisasi Sistem dan alur komunikasi kepada seluruh staf di rumah sakit. e) Ada rapat koordinasi multi disiplin secara rutin untuk membahas kasus – kasus sulit. f) Rumah sakit melakukan evaluasi berkala tentang kepuasan karyawan g) Rumah sakit membuat perubahan sistem untuk meningkatkan keselamatan pasien, berdasarkan hasil survei budaya keselamatan pasien dan melakukan evaluasi untuk menilai efektifitasnya. h) Rumah sakit melakukan evaluasi berkala terhadap keadaan fasilitas dan sarana kerja yang tersedia 2. Pendidikan dan pelatihan a) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien. b) Rumah sakit mengintegrasikan topik Keselamatan Pasien dalam setiap kegiatan in-service training. c) Rumah sakit melaksanakan program pengembangan dan pelatihan staf secara konsisten. d) Rumah sakit melakukan workshop keselamatan pasien secara in- house training dan melibatkan Tim KKPRS e) Rumah sakit mengirim 2-3 orang staf untuk mengikuti workshop keselamatan pasien yang diselenggarakan KKPRS- PERSI. f) Rumah sakit mempunyai program orientasi yang memuat topik keselamatan pasien bagi Staf yang baru masuk /pindahan/ mahasiswa g) Staf yang bertugas di unit khusus (ICU,ICCU,IGD,HD, NICU,PICU) mendapat pelatihan keselamatan pasien. 3. Leadership a) Pimpinan melakukan pencanangan / deklarasi program keselamatan pasien di rumah sakit. b) Rumah sakit membentuk Komite/Tim / panitia keselamatan pasien yang bertugas mengkoordinasikan dan melaksanakan program keselamatan pasien di rumah sakit. c) Pimpinan melakukan rapat koordinasi multi disiplin secara berkala untuk menilai perkembangan program keselamatan pasien. d) Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien (patient safety walk around) secara rutin, diikuti berbagai unsur terkait. e) Setiap timbang terima antar shift dilakukan briefing untuk mengidentifikasi resiko keselamatan pasien dan debriefing untuk memonitor resiko tersebut. f) Pimpinan /Atasan / manajer memberi surat peringatan apabila ada masalah keselamatan pasien yang terjadi berulang kali g) Pimpinan memilih dan menetapkan champion disetiap unit/ bagian sebagai motor penggerak pelaksanaan program keselamatan pasien di rumah sakit. 4. Pelaporan a) Di rumah sakit tersedia sistem pelaporan insiden keselamatan pasien b) Laporan Insiden keselamatan pasien dikelola oleh Tim/panitia keselamatan pasien c) Semua insiden keselamatan pasien yang dilaporkan di catat dalam buku register keselamatan pasien dan dianalisis d) Hasil analisis insiden didesiminasi ke unit lain untuk pembelajaran dan mencegah kejadian yang sama. e) Laporan insiden secara rutin di kirim ke KKPRS-PERSI. 5. Standar a) Rumah sakit menetapkan kebijakan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) bagi setiap pasien dan wajib membuat rencana pelayanan. b) Tersedia bukti pelaksanaan DPJP yang memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD. c) Rumah sakit mempunyai sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban serta tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. d) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program Keselamatan Pasien. e) Tersedia program proaktif untuk meredesain proses dan mengidentifikasi risiko keselamatan Analisa FMEA / HFMEA f) Tersedia mekanisme untuk menangani dan melakukan analisis risiko secara reaktif mis. RCA / Investigasi sederhana terhadap semua Insiden Keselamatan Pasien termasuk “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) yang dipakai sebagai proses pembelajaran agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. g) Rumah sakit memiliki proses pendidikan dan pelatihan, serta orientasi bagi pegawai baru/ mahasiswa mencakup keterkaitan jabatan dengan Keselamatan Pasien secara jelas. h) Tersedia anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang halhal terkait dengan Keselamatan Pasien. 6. Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien ( Patient Safety Goals) a) Identifikasi Pasien Jawaban 1) Di RS tersedia Kebijakan dan prosedur yang mengarahkan pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada semua situasi dan lokasi. 2) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. 3) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,darah, atau produk darah dan tindakan / prosedur. 4) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis. 5) Pasien rawat inap memakai gelang untuk identifikasi pasien dengan mencantumkan Nama lengkap, No RM dan tanggal lahir. b) Meningkatkan Komunikasi Efektif 1) Di RS Tersedia Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten. Di Rumah Sakit tersedia SPO Komunikasi efektif ~ menggunakan format SBAR. 2) Tersedia bukti bahwa perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah. 3) Tersedia mekanisme atau prosedur bukti bahwa perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan ditulis dan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah (write down and read back). 4) Tersedia daftar singkatan yang tidak boleh dipakai. 5) Tersedia SPO komunikasi pada saat serah terima antar shift jaga antara perawat dengan perawat, antara perawat dengan dokter dan antara dokter dengan dokter. 6) Tersedia bukti pelaksanaan prosedur komunikasi pada saat serah terima. 7) Di RS tersedia SPO komunikasi penyampaian hasil pemeriksaan yang mempunyai nilai kritis dan daftar hasil pemeriksaan penunjang yang kritis mis lab, radiologi). 8) Tersedia bukti pelaksanaan SPO komunikasi penyampaian hasil pemeriksaan yang mempunyai nilai kritis. c) Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai 1) Tersedia Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkanl lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat. 2) Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat tidak disimpan di unit pelayanan pasien 3 Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) mis ICU, IGD atau OK. 3) Di RS tersedia kebijakan/prosedur pemberian obat dengan benar ( benar orang, benar dosis, benar cara, benar waktu ,benar obat, bekerja sesuai SPO). 4) Tersedia bukti pelaksanaan kebijakan/ prosedur pemberian obat dengan benar ~ Read back & Teach back. 5) Tersedia daftar obat yang perlu diwaspadai / high alert. d) Kepastian Tepat- Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi/Tindakan 1) Di RS Tersedia Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan guna mendukung keseragaman proses untuk memastikan : tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi. 2) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan, serta diberikan tanda oleh dokter yang mau melakukan operasi. 3) Rumah sakit menggunakan surgical patient safety checklist untuk memverifikasi saat preoperasi : tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional. 4) Di RS tersedia prosedur pengecekan untuk mencegah tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien saat operasi (instrumen, kasa). 5) Tersedia bukti pelaksanaan pengecekan untuk mencegah tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien saat operasi. e) Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan 1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru (6 langkah) yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (WHO Patient Safety). 2) Di rumah sakit tersedia Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. 3) Di rumah sakit tersedia fasilitas cuci tangan secara memadai. 4) Tersedia bukti pelaksanaan secara konsisten kepatuhan cuci tangan 5 ( lima) moment. f) Mengurangi Resiko Pasien Cedera Akibat Jatuh 1) Di rumah sakit tersedia Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan untuk mengarahkan Pengurangan Risiko Berkelanjutan; pasien cedera akibat jatuh. 2) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dll. 3) Tersedia bukti bahwa langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko pasien cedera akibat jatuh bagi pasien yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh (diberikan penandaan pada pasien yang dianggap berisiko jatuh). 4) Tersedia bukti bahwa langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
E. Kriteria Monitoring Dan Evaluasi Di Rumah Sakit
Berdasarkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( Patient Safety) 2008 disebutkan bahwa kriteria monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh: 1. Rumah sakit a) Program rumah sakit secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Unit Kerja Keselamatan pasien Rumah Sakit. b) Unit Kerja Keselamatan Pasien Rumah Sakit secara berkala (paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di rumah sakit. c) Unit Kerja Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan kagiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya. 2. KARS KARS melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program keselamatan pasien dengan menggunakan instrument akreditasi eumah sakit. 3. KKPRS-PERSI a) KKPRS melakukan monitoring dan evaluasi pedoman-pedoman yang telah disusun paling lama setiap 2 tahun sekali. b) KKPRS melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan oleh rumah sakit. DAFTAR PUSTAKA
Setyawan, F.E.B dan Stefanus Supriyanto. 2019. Manajemen Rumah Sakit.
Sidoarjo : Zifatama Jawara. Sari, N.M.R.D.D, dkk. 2017. Monitoring dan Evaluasi Program Patient Savety. Tersedia di www.scribd.com (Diakses pada: 28 Juli 2019). Soebandi. 2015. Instrumen Monitoring Dan Evaluasi Program Patient Safety. Tersedia di www.scribd.com (Diakses pada: 28 Juli 2019). Pinatih, Dyah. 2018. Kriteria Monitoring Dan Evaluasi. Tersedia di www.scribd.com (Diakses pada: 28 Juli 2019).