Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi


Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi
berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu tentang
kegiatan atau program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk
penyempurnaan program atau kegiatan itu selanjutnya. Monitoring adalah
pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran (awareness) tentang apa
yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar
dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan
kearah tujuan atau menjauh dari itu. Proses monitoring juga dapat diartikan
sebagai  proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektif program (Widiastuti dan Susanto, 2012).
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan,
keluaran, dan hasil terhadap rencana dan standar (Yumiari, 2017). Evaluasi
merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan
dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai serta sistematis dan objektif. Evaluasi juga diartikan sebagai
pengukuran dari konsekuensi yang dikehendaki dan tidak dikehendaki dari
suatu tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan
yang akan dinilai (Hendrawan, 2009).

B. Tujuan Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi bertujuan memberikan gambaran lengkap tentang
implementasi program, terutama untuk mengetahui ketercapaian dari
pelaksanaan program dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
hambatan yang terjadi sehingga Informasi ini berguna bagi pengambil
keputusan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan guna mencapai target
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Kemdikbud, 2013).

C. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi


1. Di Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-
unit kerja di rumah sakit terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien
di unit kerja.
a. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit, dengan susunan organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter,
Anggota: dokter, dokter gigi,  perawat, tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya.
b. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden.
c. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia.
d. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah
sakit dan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit.
e. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis
berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat
pelatihan standar-standar yang  baru dikembangkan.
2. Di Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit di
wilayah kerjanya.
a. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-
rumah sakit di wilayahnya.
b. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya
dukungan anggaran terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit.
c. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit.
d. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke
Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan
rumah sakit pendidikan dengan jejaring pendidikan.
e. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan
pasien
3. Di Pusat
a. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di semua
rumah sakit.
b. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahun sekali
(Winarsih, 2012)

D. Hal-Hal yang Dimonitoring dan Evaluasi


Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi (Soebandi, 2016):
1. Budaya keselamatan pasien
a) Rumah sakit melakukan survei awal tentang budaya keselamatan
pasien.
b) Rumah sakit menyusun strategi pengembangan program keselamatan
pasien berdasarkan hasil survei tersebut.
c) Tersedia sistem dan alur komunikasi yang jelas ketika terjadi Insiden
Keselamatan Pasien mencakup Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
Kejadian Nyaris Cidera ( KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kondisi Potensi Cedera (KPC).
d) Ada bukti sosialisasi Sistem dan alur komunikasi kepada seluruh staf
di rumah sakit.
e) Ada rapat koordinasi multi disiplin secara rutin untuk membahas
kasus – kasus sulit.
f) Rumah sakit melakukan evaluasi berkala tentang kepuasan karyawan
g) Rumah sakit membuat perubahan sistem untuk meningkatkan
keselamatan pasien, berdasarkan hasil survei budaya keselamatan
pasien dan melakukan evaluasi untuk menilai efektifitasnya.
h) Rumah sakit melakukan evaluasi berkala terhadap keadaan fasilitas
dan sarana kerja yang tersedia
2. Pendidikan dan pelatihan
a) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
b) Rumah sakit mengintegrasikan topik Keselamatan Pasien dalam
setiap kegiatan in-service training.
c) Rumah sakit melaksanakan program pengembangan dan pelatihan
staf secara konsisten.
d) Rumah sakit melakukan workshop keselamatan pasien secara in-
house training dan melibatkan Tim KKPRS
e) Rumah sakit mengirim 2-3 orang staf untuk mengikuti workshop
keselamatan pasien yang diselenggarakan KKPRS- PERSI.
f) Rumah sakit mempunyai program orientasi yang memuat topik
keselamatan pasien bagi Staf yang baru masuk /pindahan/ mahasiswa
g) Staf yang bertugas di unit khusus (ICU,ICCU,IGD,HD, NICU,PICU)
mendapat pelatihan keselamatan pasien.
3. Leadership
a) Pimpinan melakukan pencanangan / deklarasi program keselamatan
pasien di rumah sakit.
b) Rumah sakit membentuk Komite/Tim / panitia keselamatan pasien
yang bertugas mengkoordinasikan dan melaksanakan program
keselamatan pasien di rumah sakit.
c) Pimpinan melakukan rapat koordinasi multi disiplin secara berkala
untuk menilai perkembangan program keselamatan pasien.
d) Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien (patient safety walk
around) secara rutin, diikuti berbagai unsur terkait.
e) Setiap timbang terima antar shift dilakukan briefing untuk
mengidentifikasi resiko keselamatan pasien dan debriefing untuk
memonitor resiko tersebut.
f) Pimpinan /Atasan / manajer memberi surat peringatan apabila ada
masalah keselamatan pasien yang terjadi berulang kali
g) Pimpinan memilih dan menetapkan champion disetiap unit/ bagian
sebagai motor penggerak pelaksanaan program keselamatan pasien di
rumah sakit.
4. Pelaporan
a) Di rumah sakit tersedia sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
b) Laporan Insiden keselamatan pasien dikelola oleh Tim/panitia
keselamatan pasien
c) Semua insiden keselamatan pasien yang dilaporkan di catat dalam
buku register keselamatan pasien dan dianalisis
d) Hasil analisis insiden didesiminasi ke unit lain untuk pembelajaran
dan mencegah kejadian yang sama.
e) Laporan insiden secara rutin di kirim ke KKPRS-PERSI.
5. Standar
a) Rumah sakit menetapkan kebijakan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) bagi setiap pasien dan wajib membuat rencana
pelayanan.
b) Tersedia bukti pelaksanaan DPJP yang memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya KTD.
c) Rumah sakit mempunyai sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban serta tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien.
d) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program Keselamatan
Pasien.
e) Tersedia program proaktif untuk meredesain proses dan
mengidentifikasi risiko keselamatan Analisa FMEA / HFMEA
f) Tersedia mekanisme untuk menangani dan melakukan analisis risiko
secara reaktif mis. RCA / Investigasi sederhana terhadap semua
Insiden Keselamatan Pasien termasuk “Kejadian Sentinel” (Sentinel
Event) yang dipakai sebagai proses pembelajaran agar kejadian yang
sama tidak terulang kembali.
g) Rumah sakit memiliki proses pendidikan dan pelatihan, serta orientasi
bagi pegawai baru/ mahasiswa mencakup keterkaitan jabatan dengan
Keselamatan Pasien secara jelas.
h) Tersedia anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang halhal
terkait dengan Keselamatan Pasien.
6. Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien ( Patient Safety Goals)
a) Identifikasi Pasien Jawaban
1) Di RS tersedia Kebijakan dan prosedur yang mengarahkan
pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.
2) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
3) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,darah, atau produk
darah dan tindakan / prosedur.
4) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis.
5) Pasien rawat inap memakai gelang untuk identifikasi pasien
dengan mencantumkan Nama lengkap, No RM dan tanggal
lahir.
b) Meningkatkan Komunikasi Efektif
1) Di RS Tersedia Kebijakan dan prosedur mengarahkan
pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui
telepon secara konsisten. Di Rumah Sakit tersedia SPO
Komunikasi efektif ~ menggunakan format SBAR.
2) Tersedia bukti bahwa perintah lengkap secara lisan dan yang
melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap
oleh penerima perintah.
3) Tersedia mekanisme atau prosedur bukti bahwa perintah lengkap
lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan ditulis dan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah (write down and
read back).
4) Tersedia daftar singkatan yang tidak boleh dipakai.
5) Tersedia SPO komunikasi pada saat serah terima antar shift jaga
antara perawat dengan perawat, antara perawat dengan dokter
dan antara dokter dengan dokter.
6) Tersedia bukti pelaksanaan prosedur komunikasi pada saat serah
terima.
7) Di RS tersedia SPO komunikasi penyampaian hasil pemeriksaan
yang mempunyai nilai kritis dan daftar hasil pemeriksaan
penunjang yang kritis mis lab, radiologi).
8) Tersedia bukti pelaksanaan SPO komunikasi penyampaian hasil
pemeriksaan yang mempunyai nilai kritis.
c) Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
1) Tersedia Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan agar
memuat proses identifikasi, menetapkanl lokasi, pemberian
label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2) Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat tidak disimpan di unit
pelayanan pasien 3 Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat
yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas,
dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) mis ICU,
IGD atau OK.
3) Di RS tersedia kebijakan/prosedur pemberian obat dengan benar
( benar orang, benar dosis, benar cara, benar waktu ,benar obat,
bekerja sesuai SPO).
4) Tersedia bukti pelaksanaan kebijakan/ prosedur pemberian obat
dengan benar ~ Read back & Teach back.
5) Tersedia daftar obat yang perlu diwaspadai / high alert.
d) Kepastian Tepat- Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien
Operasi/Tindakan
1) Di RS Tersedia Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan
guna mendukung keseragaman proses untuk memastikan : tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur
medis dan tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan
di luar kamar operasi.
2) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat
dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien di dalam proses penandaan, serta diberikan tanda oleh
dokter yang mau melakukan operasi.
3) Rumah sakit menggunakan surgical patient safety checklist
untuk memverifikasi saat preoperasi : tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
4) Di RS tersedia prosedur pengecekan untuk mencegah
tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien saat operasi
(instrumen, kasa).
5) Tersedia bukti pelaksanaan pengecekan untuk mencegah
tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien saat operasi.
e) Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru (6 langkah) yang diterbitkan dan sudah diterima
secara umum (WHO Patient Safety).
2) Di rumah sakit tersedia Kebijakan dan/atau prosedur
dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
3) Di rumah sakit tersedia fasilitas cuci tangan secara memadai.
4) Tersedia bukti pelaksanaan secara konsisten kepatuhan cuci
tangan 5 ( lima) moment.
f) Mengurangi Resiko Pasien Cedera Akibat Jatuh
1) Di rumah sakit tersedia Kebijakan dan/atau prosedur yang
dikembangkan untuk mengarahkan Pengurangan Risiko
Berkelanjutan; pasien cedera akibat jatuh.
2) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien
jatuh dan melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan dll.
3) Tersedia bukti bahwa langkah-langkah diterapkan untuk
mengurangi risiko pasien cedera akibat jatuh bagi pasien yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh (diberikan penandaan
pada pasien yang dianggap berisiko jatuh).
4) Tersedia bukti bahwa langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik
keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari
kejadian tidak diharapkan.

E. Kriteria Monitoring Dan Evaluasi Di Rumah Sakit


Berdasarkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( Patient
Safety) 2008 disebutkan bahwa kriteria monitoring dan evaluasi dapat
dilakukan oleh:
1. Rumah sakit
a) Program rumah sakit secara berkala melakukan monitoring dan
evaluasi  program keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Unit
Kerja Keselamatan pasien Rumah Sakit.
b) Unit Kerja Keselamatan Pasien Rumah Sakit secara berkala (paling
lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur
keselamatan pasien yang dipergunakan di rumah sakit.
c) Unit Kerja Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan kagiatan
setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya.
2. KARS
KARS melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
keselamatan pasien dengan menggunakan instrument akreditasi eumah
sakit.
3. KKPRS-PERSI
a) KKPRS melakukan monitoring dan evaluasi pedoman-pedoman
yang telah disusun paling lama setiap 2 tahun sekali.
b) KKPRS melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan yang telah
dilakukan oleh rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, F.E.B dan Stefanus Supriyanto. 2019. Manajemen Rumah Sakit.


Sidoarjo : Zifatama Jawara.
Sari, N.M.R.D.D, dkk. 2017. Monitoring dan Evaluasi Program Patient Savety.
Tersedia di www.scribd.com (Diakses pada: 28 Juli 2019).
Soebandi. 2015. Instrumen Monitoring Dan Evaluasi Program Patient Safety.
Tersedia di www.scribd.com (Diakses pada: 28 Juli 2019).
Pinatih, Dyah. 2018. Kriteria Monitoring Dan Evaluasi. Tersedia di
www.scribd.com (Diakses pada: 28 Juli 2019).

Anda mungkin juga menyukai