KESELAMATAN PASIEN
TAHUN 2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Memberikan informasi dan acuan bagi seluruh pegawai di
UPTD Puskesmas Kopo dalam melaksanakan program
keselamatan pasien, agar tidak terjadi cedera.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program keselamatan
pasien di UPTD Puskesmas Kopo.
b. Terlaksananya program keselamatan pasien di Puskesmas
Kopo secara sistematis dan terintegrasi
c. Terlaksananya pencatatan terjadinya insiden di
Puskesmas dan pelaporannya, sehingga tersedia data
untuk perbaikan keselamatan pasien.
D. BATASAN OPERASIONAL
E. LANDASAN HUKUM
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. KESELAMATAN PASIEN
A. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
Penyelenggaraan keselamatan pasien dilakukan melalui
pembentukan sistem pelayanan menerapkan :
4
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1. Hak Pasien
Hak pasien dan kelurganya untuk mendapatkan informasi
tentang diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan,
dan perkiraan biaya pengobatan.
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Rencana pelaynana dibuat oleh dokter penanggung jawab
pelayanan
c. Penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan
keluarganya dilakukan oleh dokter penanggung jawab
pelayanan
2. Pendidikan pada pasien dan keluarga
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan
jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan
keluarga
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi nasihat dokter dan menghormati tata tertib
fasilitas pelaynan kesehatan
f. Memperlihatkan sikap saling menghormati dan tenggang
rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
a. Pelayanan secara menyeluruh dan terkoordinasi ulai dari
saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan
5
pelayanan, tindakan pengobatan, pemindahan pasien,
rujukan dan saat pasien keluar fasilitas pelayanan
kesehatan
b. Koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan ketersediaan sumber daya
fasilitas pelayanan kesehatan
c. Koordinasi pelayanan dalam meningkatkan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, asuhan
keperawatan, pelayanan social, konsultasi, rujukan, dan
tindak lanjut lainnya
d. Komunikasi dan penyampaian informasi antar profesi
kesehatan sehingga tercapai proses koordinasi yang
efektif
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
a. Setiap pelayanan kesehatan harus melakukan proses
perencanaan (desain) yang baik
b. Setap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan
pengumpulan data kinerja yang antar lain terkait dengan
pelaporan insiden, akreditasi manejemen risiko, utilasi,
mutu pelayanan dan keuangan
c. Sikap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan
evaluasi semua insiden dan secara proaktif melakukan
evaluasi 1 (satu) proses kasus risiko tinggi setiap tahun
d. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan
semua data dan informasi hasil evaluasi dan analisis
untuk menentukan perubahan sistem (redesain) atau
membuat sistem baru yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Mendorong dan menjamin impelemetasi keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
b. Menjamin berlangsungnya kegiatan identifikasi risiko
keselamatan pasien dan menekan atau mengurangi
insiden secara proaktif
6
c. Menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien
d. Mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan menngkatkan kinerja fasilitas
pelayanan kesehatan serta meningkatkan keselamatan
pasien
e. Mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusi setiap
unsur dalam meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien
f. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola keselamatan
pasien
g. Tersedia kegiatan atau program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program
meminimalkan risiko
h. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa
semua komponen dari fasilitas pelayanan kesehatan
terintegrasi dan berpartisipasi dalam keselamatan pasien
i. Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko, dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisi
j. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan informasi
yang benar dan jelas tentang analisis akar masalah
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), KTD, dan sentinel pada
saat keselamatan pasien mulai dilaksanakan
k. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis
insiden, atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme mendukung staf dalam kaitan
dengan kejadian sentinel
l. Terdapat kolaborasi dan kounikasi terbuka secara
sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan di
dalam fasilitas pelayanan kesehatan dengan pendekatan
antar disiplin
m. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang
dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja fasilitas
pelayanan kesehatan dan perbaikan keselamatan pasien,
7
termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber
daya tersebut
n. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektifitas perbaikan kinerja fasilitas pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.
6. Pendidikan kepada staf tentang keselamatan pasien
a. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki
program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf
baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing
b. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
mengintegrasikan topic keselamtan pasien dalam setiap
kegiatan pelatihan/ magang dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden
c. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama tim
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner
dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
a. Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan
mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal
dan eksternal
b. Transisi mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi
c. Tersedianya anggaran untuk merencanakan dan
mendesain proses manajemen untuk memperoleh data
dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien
d. Tersedia mekanisme indentifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang
ada
B. SASARAN KESELAMATAN PASIEN NASIONAL (SKPN)
Tujuan sasaran keselamatan pasien adalah untuk
menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal
8
keselamatan pasien. Sasaran- sasaran keselamtan pasien
menyoroti bidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan,
memberika bukti dan solusi hasil konsesus yang berdasarkan
nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk
menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas
tinggi diperluan desain sistem yang baik, sasaran biasanya
sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk
keseluruhan sistem. Adapun sasaran keselamatan pasien
nasional sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi pasien dengan benar
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi
pasien
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau
produk darah
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
specimen lain untuk pemeriksaan klinis pasien
diidentifikasi sebelum pemberian pengbatan dan
tindakan/ prosedur
d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi
9
memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau
hasil pemeriksaan oleh penerima informasi: penerima
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibacakan ulang dengan akurat untuk obat-
obat yang termasuk obat NORUM/LASA dilakukan eja
ulang.
a. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
b. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil
pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
individu yang memberi perintah atau hasil pemerikasaan
tersebut
d. Kebijakan dan prosedur mendukun praktek yang
konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi
dari komunikasi lisan melalui telepon
3) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana
pengobatan pasien, maka penerapan manajemen yang
benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan
pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert
medication) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/eror dan/atau kejadian
sentinel (sentinel event), obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcame) demikian pula obat-obat yang tampak mirip
(Nama obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-
Alike-Sound-Alike/LASA). Daftar obat-obatan yang sangat
perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering disebut-
sebut dalam isu keamanan obat adalah pemberian elektrolit
konsentrat secara tidak sengaja (misalnya,
kalium/potassium klorida, natrium/sodium klorida,
magnesium sulfat. Fasilitas pelayanan kesehatan secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebjakan dan/atau
10
prosedur untuk menyusun daftar obat-obat yang perlu
diwaspadai berdasarkan datanya sendiri. Kegiatan yang
dilaksanakan :
a. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar
memuat proses identifikasi, lokasi, pemberian abel, dan
penyimpanan obat-obatan yang perlu diwaspadai
b. Kebijakan dan prosedur implementasi
c. Elektrolit konsentrat tidak berada diunit pelayanan
pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan
tindakan siambil untuk mencegah pemberian yang tidak
sengaa diarea tersebut, bila tidak diperkenankan
kebijakan
d. Elektrolit konsentrat yang disimpa diunit pelayanan
pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted)
11
prosedur medis dan tindakan pengobatan gig/dental
yang dilaksanakan diluar kamar operasi.
5) Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
tantangan praktisi dalam kebanyakan tatanan pelayanan
kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang beruhubungan dengan pelayanan kesehatan
merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para
professional pelaynan kesehatan. Infeksi umumnya
dijumpai dalam semua bentuk pelaynan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih terkait kateter, infeksi
aliran darah (blood steam infection) dan pneumonia (sering
kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pokok dari
eliminas infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygine) yang tepat. Pedoman hand hygine yang
berlaku secara internasional bisa diperoleh dari WHO,
fasilitas pelaynan kesehatan mempunyai proses kolaboratif
untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygene
yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman
itu di fasilitas pelayanan kesehatan.
a. Fasilitas pelayanan kesehatan megadopsi atau
mengadaptasi pedoman hand hygine terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (WHO
patient safety)
b. Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan program
hand hygiene yang efektif
c. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahan pengurangan secara berkelanjutan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan
d. Pastikan pasien dan keluarganya mendapatkan informasi
apabila terjadi insiden dan pasien mengalami cedera
sebagai akibatnya
e. Berikan dukungan kepada staf, lakukan pelatihan dan
dorongan agar mereka mampu melaksanakan
keterbukaan kepada pasien dan keluarganya
12
f. Pastikan pasien dan kleurganya menerima permintaan
maaf atau rasa keprihatinan kita dan lakukan dengan
cara terhormat dan simpatik
6) Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian bermakna penyebab
cedera pasien rawat inap. Dalam konteks
populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan kesehatan
perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai
jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah
terhadap obat dan konsumsi alcohol, penelitian terhadap
gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
berjalan yang digunakan oleh pasien. Program ini
memonitor baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang
tidak sengaja terhadap langkah-langkah yang dilakukan
untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak
benar dari alat penghalang atau pembatasan asupan cairan
bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang terganggu, atau
integrasi kulit yang menurun.
a. Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses
asessmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan
asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap
berisiko
C. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN
Sangat penting bagi staf fasilitas pelayanan kesehatan untuk
dapat menilai kemajuan yang telah dicapai dalam memberikan
asuhan yang lebih aman. Dengan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien fasilitas pelayanan kesehatan dapat
memperbaiki keselamatan pasien, melalui perencanaan kegiatan
dan pengukuran kinerjanya. Melaksanakan tujuh langkah ini
akan membantu memastikan bahwa asuhan yang diberikan
seaman mungkin, dan jika terjadi sesuatu hal yang tidak benar
bisa segera diambil tindakan yang tepat. Tujuh langkah ini juga
bisa membantu fasilitas pelayanan kesehatan mencapai sasaran-
13
sasarannya untuk tata kelola klinik, manajemen risiko, dan
pengendalian mutu. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien
terdiri dari :
1. BANGUN BUDAYA KESELAMATAN
a. Pastikan adakebijakan yang menyatakan apa yang harus
dilakukan oleh staf apabila terjadi insiden, bagaimana
dilakukan investigasi dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada pasien, keluarga, dan staf
b. Pastikan dalam kebijakan tersebut ada kejelasan tentang
peran individu dan ukuntabilitasnya bila terjadi insiden
c. Lakukan survey budaya keselamatan untuk menilai budaya
pelaporan dan pembelajaran di fasilitas pelayanan
kesehatan anda
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
a. Pastikan ada anggota eksekutif yang bertanggung jawab
tentang keselamatan pasien. Anggota eksekutif di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan jajaran
pimpinan organisasi jenis fsilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama
b. Tunjuk penggerak/champion keselamatan pasien di tiap
unit
c. Tempatkan keselamatan pasien dalam agenda pertemuan-
pertemuan pada tingkat manajemen dan unit
d. Masukkan keselamatan pasien ke dalam program-program
pelatihan bagi staf dan pastikan ada pengukuran terhadap
efektifitas pelatihan-pelatihan tersebut.
3. INTEGRASIKAN KEGIATAN MANAJEMEN RISIKO ANDA
a. Pelajari kembali struktur dan proses untuk pengelolaan
risiko klinis dan non klinis, dan pastikan hal ini sudah
terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf complain
dan risiko keuangan serta lingkungan
b. Kembangkan indikator-indikator kinerja untuk sistem
manajemen risiko anda sehingga dapat di monitor oleh
pimpinan
c. Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk perbaikan
pelayanan pasien secara proaktif
4. BANGUN SISTEM PELAPORAN
14
Bangun dan implementasikan sistem pelaporan yang
menjelaskan bagaimana dan cara fasilitas pelayanan kesehatan
melaporkan insiden secara nasional ke Komite Nasional
Keselamatan Pasien (KNKP). Dorong kolega anda untuk secara
aktif melaporkan insiden-insiden kesalamatan pasien baik yang
sudah terjadi maupun yang sudah di cegah tetapi bila berdampak
penting untuk pembelajaran. Panduan secara detail tentang sistem
pelaporan insiden keselamatan pasien akan disususn oleh Komite
Nasional Keselamatan Pasien (KNKP).
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN
MASYARAKAT
a. Kembangkan kebijakan yang mencangkup komunikasi
terbuka dengan pasien dan keluarganya tentang insiden
yang terjadi
b. Pastikan pasien dan keluarganya mendapatkan informasi
apabila terjadi insiden dan pasien mengalami cidera sebagai
akibatnya
c. Berikan dukungan kepada staf, lakukan pelatihan-pelatihan
dan dorongan agar mereka mampu melaksanakan
keterbukaan kepada pasien dan keluarganya
6. BELAJAR DAN BERBAGI TENTANG PEMBELAJARAN
KESELAMATAN
a. Yakinkan staf yang sudah terlatih melakukan investigasi
insiden secara tepat sehingga bisa diidentifikasi akar
masalahnya
b. Kembangkan kebijakan yang mencangkup kriteria kapan
fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan Root Cause
Analysis (RCA)
c. Lakukan pembelajaran didalam lingkup unit anda dari
analisa insiden keselamatan pasien
d. Identifikasi unit lain yang kemungkinan terkena dampak
dan berbagilah proses pembelajaran anda secara luas.
7. IMPLEMENTASIKAN SOLUSI-SOLUSI UNTUK MENCAGAH
CIDERA
a. Gunakan informasi yang berasal dari sistem pelaporan
insiden, asesmen risiko, investigasi insiden, audit dan
analisa untuk menetapkan solusi di fasilitas pelayanan
15
kesehatan. Hal ini mencangkup redesigning system dan
proses, penyelarasan pelatihan staf dan praktek klinik
b. Lakukan asesmen tentang risiko-risiko untuk setiap
perubahan yang direncanakan
c. Monitor dampak dari perubahan-perubahan
d. Implementasikan solusi-solusi yang sudah dikembangkan
eksternal. Hal ini termasuk solusi yang dikembangkan oleh
KNKP atau Best Practice yang sudah dikembangkan oleh
fasilitas kesehatan lain.
16
Tim keselamatan pasien bertanggung jawab langsung kepada
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan, tim tersebut paling
sedikit terdiri atas unsur manajemen fasilitas pelayanan
kesehatan dan unsur klinisi di fasilitas pelayanan kesehatan. Tim
keselamatan pasien melakukan tugas antara lain sebagai
berikut :
a. Menyusun kebijakan dan pengaturan di bidang keselamatan
pasien untuk ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan
b. Mengembangkan program keselamatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan
c. Melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan
penilaian tentang penerapan program keselamatan pasien di
fasilitas pelayanan kesehatan
d. Melakukan pelatihan keselamatan pasien bagi fasilitas
pelayanan kesehatan
e. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden
termasuk melakukan RCA, dan mengmbangkan solusi untuk
meningkatkan keselamatan pasien
f. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan dalan rangka pengambilan
kebijakan keselamatan pasien
g. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan
h. Mengirim laporan insiden secara kontinu melalui e-reporting
sesuai dengan pedoman pelaporan insiden.
i. Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada tim
keselamatan pasien dalam waktu paling lambat 2x24 jam
dengan menggunakan format laporan sebagamana
tercantum
j. Laporan di verifikasi oleh tim keselamatan pasien dan
diinvestigasi dalam bentuk wawancara dan pemeriksaan
dokumen
k. Berdasarkan hasil investigasi tim keselamatan pasien
menentukkan derajat insiden (grading) dan melakuka Root
Cause Analysis (RCA) dengan metode baku untuk
menemukan akar masalah
17
Grading atau kajian tingkat keparahan risiko (severity
assessment) yaitu kajian ini dilakukan untuk menentukan tingkat
keparahan risiko, dengan memperhatikan dua variable, yaitu
dampak risiko (severity), dan kemungkinan terjadinya
(probability).
18
BAB III
TATALAKSANA
19
pengelola Program dan penanggung
Keselamatan jawab keselamatan
Pasien pasien
Uraian tugas tim IKP
antara lain:
a. Mengembangkan
Program KP di
Puskesmas Kopo
b. Menyusun
kebijakan dan
prosedur terkait
dengan program KP
Puskesmas Kopo
c. Menjalankan peran
dan melakukan :
motovator,
educator,
konsultasi,
monitoring, dan
evaluasi
implementasi
program KP
Puskesmas Kopo
d. Melakukan
pencatatan dan
pelaporan dan
analisa masalah
terkait dengan
KTD,KNC, dan
kejadian sentinel
e. Secara berkala
membuat laporan
kegiatan ke kepala
puskesmas
III. Memilih anggota Dilakukan pemilihan
penggerak beberapa individu dari
setiap unit untuk
menjadi penggerak KP
20
dan mengidentifikasi
risiko yang ada
PELAKSANAAN I. Program 7langkah Penetapan 7 langkah KP
KP dan 6 sasaran sesuai kondisi
KP Puskesmas Kopo dan 6
sasaran keselamatan
pasien
II. Program Penggunaan instrument
penerapan standar akreditasi Puskesmas
akreditasi KP untuk menilai
pemenuhan standar
pelayanan Puskesmas
Kopo termasuk
didalamnya parameter
yang menilai pelayanan
KP di Puskesmas Kopo
pada BAB V
III. Program khusus Bekerja sama dengan
bagian pengadaan
untuk menyediakan
sabun cuci tangan
disetiap lantai
Puskesmas Kopo
Menyediakan
penanda risiko jatuh
Membuat ceklis
untuk masing-masing
6 sasaran
keselamatan pasien
Sosialisasi KP kepada
seluruh petugas
Puskesmas Kopo
IV. Program Rutin Semua pegawai yang
KP dan pelaporan pertama kali
IKP Puskesmas menemukan insiden
Kopo wajib melaporkan
kepada tim IKP
2x24jam
21
Tim IKP akan
mengidentifikasi dan
mengisi formulir
insiden
Setiap unit kerja di
Puskesmas kopo
melakukan identifikasi
semua jenis insiden
secara aktif dan
proaktif, melakukan
assesmen risiko.
Melakukan analisis
risiko setiap tahun
dengan FMEA
Melaporkan IKP
kepada Kepala
Puskesmas
V. Form Diskusi Dilaksanakan setiap
bulannya pada
PRALOKBUL dan
LOKBUL untuk
membahas
perkembangan dan
permasalahan IKP
yang terjadi di
Puskesmas Kopo
22
6. Mutu layanan meningkat
7. Citra Puskesmas Kopo dan kepercayaan masyarakat meningkat
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
23
d. Pelaporan kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,tepat-
pasien, dan tepat-tindakan
e. Pelaporan Kepatuhan Kebersihan Tangan (KKT) dan
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
f. Pelaporan pengurangan risiko pasien jatuh
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
24
BAB VI
PENUTUP
Pembina / IVa
25