Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN

KESELAMATAN PASIEN

UPTD. PUSKESMAS KOPO

DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang


dikategorikan tidak aman, 10% pasien di negara berkembang banyak
mengalami kejadian tidak diharapkan. Cedera mungkin saja dialami
oleh pasien atau pengunjung sarana pelayanan kesehatan baik
akibat kondisi sarana, prasarana dan peralatan yang ada, maupun
akibat pelayanan yang diberikan. Cedera atau kejadian yang tidak
diharapkan terjadi bukan karena kesengajaan, tetapi karena
rumitnya pelayanan kesehatan. Banyak faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya cedera atau kejadian yang tidak diharapkan,
seperti tidak tersedianya smber daya manusia yang kompeten,
kondisi fasilitas, maupun ketersediaan obat dan peralatan kesehatan
yang tidak memenuhi standar.
Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu sistem yang
membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Upaya keselamatan pasien dilakukan dengan
memperbaiki tata kelola risiko terkait dengan pancapaian kinerja dan
menganalisis risiko-risiko yang mungkin terjadi pada saat proses
pelayanan, baik pelayanan administrasi dan manajemen, UK
maupun UKP.
Pasien, pengunjung, serta masyarakat dapat mengalami cedera
atau kejadian tidak diharapkan terkait infeksi, kesalahan pemberian
obat, pembedahan yang tidak aman, alih pasien yang tidak
dilakukan dengan tepat, kesalahan identifikasi, kondisi fasilitas
pelayanan yang tidak aman, maupun aibat penyelenggaraan kegiatan
pada upaya kesehatan masyarakat yang tidak memperhatikan aspek
keselamatan.

2
B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum
Memberikan informasi dan acuan bagi seluruh pegawai di
UPTD Puskesmas Kopo dalam melaksanakan program
keselamatan pasien, agar tidak terjadi cedera.

2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program keselamatan
pasien di UPTD Puskesmas Kopo.
b. Terlaksananya program keselamatan pasien di Puskesmas
Kopo secara sistematis dan terintegrasi
c. Terlaksananya pencatatan terjadinya insiden di
Puskesmas dan pelaporannya, sehingga tersedia data
untuk perbaikan keselamatan pasien.

C. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup pedoman keselamatan pasien Puskesmas Kopo
meliputi :
1. Standar keselamatan pasien
2. Tujuh langkah keselamatan pasien puskesmas
3. Enam sasaran keselamatan pasien puskesmas

D. BATASAN OPERASIONAL

Pedoman keselamatan pasien ini dibuat untuk diterapkan di


UPTD Puskesmas Kopo meliputi keselamatan pasien di pelayanan
rawat jalan, UGD dan pelayanan lainnya yang ada di UPTD
Puskesmas Kopo.

E. LANDASAN HUKUM

Permenkes No. 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien

Pedoman Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Fasilitas


Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tahun 2018. Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

1. Kepala UPTD Puskesmas Kopo membentuk tim Mutu dan Kesela


atan pasien (IKP) Puskesmas, merupakan tim kerja dibawah
langsung dan bertanggung jawab kepada Kepala UPTD
Puskesmas Kopo.
2. Tim IKP Puskesmas bertugas meberikan saran dan pertimbangan
strategis mengenai upaya keselamatan pasien serta penbgelolaan
manajemen risiko puskesmas.
3. Upaya peningkatan keselamatan pasien dilakukan oleh seua
unitpoli/program dengan melaksanakan standar keselamatan
pasien, tujuh langkah menuju keselamatan pasien dan sasaran
keselamatan pasien
4. Tim IKP Puskesmas melakukan koordinasi dengan semua satuan
kerja pelayanan terkait keselamatan pasien, bila terjadi insiden
terhadap pasien dilaporkan kepada tim IKP dan tindak lanjut
sesuai aturan yang telah ditetapkan.

B. KESELAMATAN PASIEN
A. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
Penyelenggaraan keselamatan pasien dilakukan melalui
pembentukan sistem pelayanan menerapkan :

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang


perlu ditangani segera di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
maka diperlukan standar keselamatan pasien fasilitas pelayanan
kesehatan yang merupakan acuan bagi fasilitas pelaynan kesehatan
di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan
pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan dan
penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrument akreditasi.

4
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1. Hak Pasien
Hak pasien dan kelurganya untuk mendapatkan informasi
tentang diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan,
dan perkiraan biaya pengobatan.
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Rencana pelaynana dibuat oleh dokter penanggung jawab
pelayanan
c. Penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan
keluarganya dilakukan oleh dokter penanggung jawab
pelayanan
2. Pendidikan pada pasien dan keluarga
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan
jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan
keluarga
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi nasihat dokter dan menghormati tata tertib
fasilitas pelaynan kesehatan
f. Memperlihatkan sikap saling menghormati dan tenggang
rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
a. Pelayanan secara menyeluruh dan terkoordinasi ulai dari
saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan

5
pelayanan, tindakan pengobatan, pemindahan pasien,
rujukan dan saat pasien keluar fasilitas pelayanan
kesehatan
b. Koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan ketersediaan sumber daya
fasilitas pelayanan kesehatan
c. Koordinasi pelayanan dalam meningkatkan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, asuhan
keperawatan, pelayanan social, konsultasi, rujukan, dan
tindak lanjut lainnya
d. Komunikasi dan penyampaian informasi antar profesi
kesehatan sehingga tercapai proses koordinasi yang
efektif
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
a. Setiap pelayanan kesehatan harus melakukan proses
perencanaan (desain) yang baik
b. Setap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan
pengumpulan data kinerja yang antar lain terkait dengan
pelaporan insiden, akreditasi manejemen risiko, utilasi,
mutu pelayanan dan keuangan
c. Sikap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan
evaluasi semua insiden dan secara proaktif melakukan
evaluasi 1 (satu) proses kasus risiko tinggi setiap tahun
d. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan
semua data dan informasi hasil evaluasi dan analisis
untuk menentukan perubahan sistem (redesain) atau
membuat sistem baru yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Mendorong dan menjamin impelemetasi keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
b. Menjamin berlangsungnya kegiatan identifikasi risiko
keselamatan pasien dan menekan atau mengurangi
insiden secara proaktif

6
c. Menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien
d. Mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan menngkatkan kinerja fasilitas
pelayanan kesehatan serta meningkatkan keselamatan
pasien
e. Mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusi setiap
unsur dalam meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien
f. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola keselamatan
pasien
g. Tersedia kegiatan atau program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program
meminimalkan risiko
h. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa
semua komponen dari fasilitas pelayanan kesehatan
terintegrasi dan berpartisipasi dalam keselamatan pasien
i. Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko, dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisi
j. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan informasi
yang benar dan jelas tentang analisis akar masalah
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), KTD, dan sentinel pada
saat keselamatan pasien mulai dilaksanakan
k. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis
insiden, atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme mendukung staf dalam kaitan
dengan kejadian sentinel
l. Terdapat kolaborasi dan kounikasi terbuka secara
sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan di
dalam fasilitas pelayanan kesehatan dengan pendekatan
antar disiplin
m. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang
dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja fasilitas
pelayanan kesehatan dan perbaikan keselamatan pasien,

7
termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber
daya tersebut
n. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektifitas perbaikan kinerja fasilitas pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.
6. Pendidikan kepada staf tentang keselamatan pasien
a. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki
program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf
baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing
b. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
mengintegrasikan topic keselamtan pasien dalam setiap
kegiatan pelatihan/ magang dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden
c. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama tim
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner
dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
a. Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan
mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal
dan eksternal
b. Transisi mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi
c. Tersedianya anggaran untuk merencanakan dan
mendesain proses manajemen untuk memperoleh data
dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien
d. Tersedia mekanisme indentifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang
ada
B. SASARAN KESELAMATAN PASIEN NASIONAL (SKPN)
Tujuan sasaran keselamatan pasien adalah untuk
menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal

8
keselamatan pasien. Sasaran- sasaran keselamtan pasien
menyoroti bidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan,
memberika bukti dan solusi hasil konsesus yang berdasarkan
nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk
menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas
tinggi diperluan desain sistem yang baik, sasaran biasanya
sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk
keseluruhan sistem. Adapun sasaran keselamatan pasien
nasional sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi pasien dengan benar
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi
pasien
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau
produk darah
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
specimen lain untuk pemeriksaan klinis pasien
diidentifikasi sebelum pemberian pengbatan dan
tindakan/ prosedur
d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi

2) Meningkatkan komunikasi yang efektif


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan yang dipahami oleh resipien/penerima, akan
mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat berupa elektonik,
lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah
mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara
lisan dan yang diberikan melalui telepon, bila
diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain
yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali
hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis
menelepon unit pelayanan kesehatan untuk
melaporkanhasil pemeriksaan segera/cito. Fasilitas
pelayanan kesehatan secara koloaboratif mengembangkan
suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan
dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau

9
memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau
hasil pemeriksaan oleh penerima informasi: penerima
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibacakan ulang dengan akurat untuk obat-
obat yang termasuk obat NORUM/LASA dilakukan eja
ulang.
a. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
b. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil
pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
individu yang memberi perintah atau hasil pemerikasaan
tersebut
d. Kebijakan dan prosedur mendukun praktek yang
konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi
dari komunikasi lisan melalui telepon
3) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana
pengobatan pasien, maka penerapan manajemen yang
benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan
pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert
medication) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/eror dan/atau kejadian
sentinel (sentinel event), obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcame) demikian pula obat-obat yang tampak mirip
(Nama obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-
Alike-Sound-Alike/LASA). Daftar obat-obatan yang sangat
perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering disebut-
sebut dalam isu keamanan obat adalah pemberian elektrolit
konsentrat secara tidak sengaja (misalnya,
kalium/potassium klorida, natrium/sodium klorida,
magnesium sulfat. Fasilitas pelayanan kesehatan secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebjakan dan/atau

10
prosedur untuk menyusun daftar obat-obat yang perlu
diwaspadai berdasarkan datanya sendiri. Kegiatan yang
dilaksanakan :
a. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar
memuat proses identifikasi, lokasi, pemberian abel, dan
penyimpanan obat-obatan yang perlu diwaspadai
b. Kebijakan dan prosedur implementasi
c. Elektrolit konsentrat tidak berada diunit pelayanan
pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan
tindakan siambil untuk mencegah pemberian yang tidak
sengaa diarea tersebut, bila tidak diperkenankan
kebijakan
d. Elektrolit konsentrat yang disimpa diunit pelayanan
pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restricted)

4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang


benar, pembedahan pada pasien yang benar
Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi,
adalah kejadian yang mengkhawatirkan dan biasa terjadi
di fasilitas pelayanan kesehatan. Kesalahan ini adalah
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak
adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site
marking), dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi
lokasi operasi.
a. Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu
cheklis atau proses lain untuk memverifikasi saat
preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungisional
b. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat
prosedur sebelum insisi/timeout tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan
c. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk
mendukung keseragaman proses untuk memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk

11
prosedur medis dan tindakan pengobatan gig/dental
yang dilaksanakan diluar kamar operasi.
5) Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
tantangan praktisi dalam kebanyakan tatanan pelayanan
kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang beruhubungan dengan pelayanan kesehatan
merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para
professional pelaynan kesehatan. Infeksi umumnya
dijumpai dalam semua bentuk pelaynan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih terkait kateter, infeksi
aliran darah (blood steam infection) dan pneumonia (sering
kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pokok dari
eliminas infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygine) yang tepat. Pedoman hand hygine yang
berlaku secara internasional bisa diperoleh dari WHO,
fasilitas pelaynan kesehatan mempunyai proses kolaboratif
untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygene
yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman
itu di fasilitas pelayanan kesehatan.
a. Fasilitas pelayanan kesehatan megadopsi atau
mengadaptasi pedoman hand hygine terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (WHO
patient safety)
b. Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan program
hand hygiene yang efektif
c. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahan pengurangan secara berkelanjutan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan
d. Pastikan pasien dan keluarganya mendapatkan informasi
apabila terjadi insiden dan pasien mengalami cedera
sebagai akibatnya
e. Berikan dukungan kepada staf, lakukan pelatihan dan
dorongan agar mereka mampu melaksanakan
keterbukaan kepada pasien dan keluarganya

12
f. Pastikan pasien dan kleurganya menerima permintaan
maaf atau rasa keprihatinan kita dan lakukan dengan
cara terhormat dan simpatik
6) Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian bermakna penyebab
cedera pasien rawat inap. Dalam konteks
populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan kesehatan
perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai
jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah
terhadap obat dan konsumsi alcohol, penelitian terhadap
gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu
berjalan yang digunakan oleh pasien. Program ini
memonitor baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang
tidak sengaja terhadap langkah-langkah yang dilakukan
untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak
benar dari alat penghalang atau pembatasan asupan cairan
bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang terganggu, atau
integrasi kulit yang menurun.
a. Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses
asessmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan
asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap
berisiko
C. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN
Sangat penting bagi staf fasilitas pelayanan kesehatan untuk
dapat menilai kemajuan yang telah dicapai dalam memberikan
asuhan yang lebih aman. Dengan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien fasilitas pelayanan kesehatan dapat
memperbaiki keselamatan pasien, melalui perencanaan kegiatan
dan pengukuran kinerjanya. Melaksanakan tujuh langkah ini
akan membantu memastikan bahwa asuhan yang diberikan
seaman mungkin, dan jika terjadi sesuatu hal yang tidak benar
bisa segera diambil tindakan yang tepat. Tujuh langkah ini juga
bisa membantu fasilitas pelayanan kesehatan mencapai sasaran-

13
sasarannya untuk tata kelola klinik, manajemen risiko, dan
pengendalian mutu. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien
terdiri dari :
1. BANGUN BUDAYA KESELAMATAN
a. Pastikan adakebijakan yang menyatakan apa yang harus
dilakukan oleh staf apabila terjadi insiden, bagaimana
dilakukan investigasi dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada pasien, keluarga, dan staf
b. Pastikan dalam kebijakan tersebut ada kejelasan tentang
peran individu dan ukuntabilitasnya bila terjadi insiden
c. Lakukan survey budaya keselamatan untuk menilai budaya
pelaporan dan pembelajaran di fasilitas pelayanan
kesehatan anda
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
a. Pastikan ada anggota eksekutif yang bertanggung jawab
tentang keselamatan pasien. Anggota eksekutif di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan jajaran
pimpinan organisasi jenis fsilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama
b. Tunjuk penggerak/champion keselamatan pasien di tiap
unit
c. Tempatkan keselamatan pasien dalam agenda pertemuan-
pertemuan pada tingkat manajemen dan unit
d. Masukkan keselamatan pasien ke dalam program-program
pelatihan bagi staf dan pastikan ada pengukuran terhadap
efektifitas pelatihan-pelatihan tersebut.
3. INTEGRASIKAN KEGIATAN MANAJEMEN RISIKO ANDA
a. Pelajari kembali struktur dan proses untuk pengelolaan
risiko klinis dan non klinis, dan pastikan hal ini sudah
terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf complain
dan risiko keuangan serta lingkungan
b. Kembangkan indikator-indikator kinerja untuk sistem
manajemen risiko anda sehingga dapat di monitor oleh
pimpinan
c. Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk perbaikan
pelayanan pasien secara proaktif
4. BANGUN SISTEM PELAPORAN

14
Bangun dan implementasikan sistem pelaporan yang
menjelaskan bagaimana dan cara fasilitas pelayanan kesehatan
melaporkan insiden secara nasional ke Komite Nasional
Keselamatan Pasien (KNKP). Dorong kolega anda untuk secara
aktif melaporkan insiden-insiden kesalamatan pasien baik yang
sudah terjadi maupun yang sudah di cegah tetapi bila berdampak
penting untuk pembelajaran. Panduan secara detail tentang sistem
pelaporan insiden keselamatan pasien akan disususn oleh Komite
Nasional Keselamatan Pasien (KNKP).
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN
MASYARAKAT
a. Kembangkan kebijakan yang mencangkup komunikasi
terbuka dengan pasien dan keluarganya tentang insiden
yang terjadi
b. Pastikan pasien dan keluarganya mendapatkan informasi
apabila terjadi insiden dan pasien mengalami cidera sebagai
akibatnya
c. Berikan dukungan kepada staf, lakukan pelatihan-pelatihan
dan dorongan agar mereka mampu melaksanakan
keterbukaan kepada pasien dan keluarganya
6. BELAJAR DAN BERBAGI TENTANG PEMBELAJARAN
KESELAMATAN
a. Yakinkan staf yang sudah terlatih melakukan investigasi
insiden secara tepat sehingga bisa diidentifikasi akar
masalahnya
b. Kembangkan kebijakan yang mencangkup kriteria kapan
fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan Root Cause
Analysis (RCA)
c. Lakukan pembelajaran didalam lingkup unit anda dari
analisa insiden keselamatan pasien
d. Identifikasi unit lain yang kemungkinan terkena dampak
dan berbagilah proses pembelajaran anda secara luas.
7. IMPLEMENTASIKAN SOLUSI-SOLUSI UNTUK MENCAGAH
CIDERA
a. Gunakan informasi yang berasal dari sistem pelaporan
insiden, asesmen risiko, investigasi insiden, audit dan
analisa untuk menetapkan solusi di fasilitas pelayanan

15
kesehatan. Hal ini mencangkup redesigning system dan
proses, penyelarasan pelatihan staf dan praktek klinik
b. Lakukan asesmen tentang risiko-risiko untuk setiap
perubahan yang direncanakan
c. Monitor dampak dari perubahan-perubahan
d. Implementasikan solusi-solusi yang sudah dikembangkan
eksternal. Hal ini termasuk solusi yang dikembangkan oleh
KNKP atau Best Practice yang sudah dikembangkan oleh
fasilitas kesehatan lain.

D. INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan
penanganan insdien ditunjukkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien. Dilakukan melalui
pembentukkan tim keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai pelaksana
kegiatan penanganan insiden. Insiden di fasilitas kesehatan
meliputi :
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC) merupakan kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden
b. Kondisi Nyaris Cedera (KNC) merupakan terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) merupakan insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera
d. Kejadian Tidak Diharapkan merupakan insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien

16
Tim keselamatan pasien bertanggung jawab langsung kepada
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan, tim tersebut paling
sedikit terdiri atas unsur manajemen fasilitas pelayanan
kesehatan dan unsur klinisi di fasilitas pelayanan kesehatan. Tim
keselamatan pasien melakukan tugas antara lain sebagai
berikut :
a. Menyusun kebijakan dan pengaturan di bidang keselamatan
pasien untuk ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan
b. Mengembangkan program keselamatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan
c. Melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan
penilaian tentang penerapan program keselamatan pasien di
fasilitas pelayanan kesehatan
d. Melakukan pelatihan keselamatan pasien bagi fasilitas
pelayanan kesehatan
e. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden
termasuk melakukan RCA, dan mengmbangkan solusi untuk
meningkatkan keselamatan pasien
f. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan dalan rangka pengambilan
kebijakan keselamatan pasien
g. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan
h. Mengirim laporan insiden secara kontinu melalui e-reporting
sesuai dengan pedoman pelaporan insiden.
i. Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada tim
keselamatan pasien dalam waktu paling lambat 2x24 jam
dengan menggunakan format laporan sebagamana
tercantum
j. Laporan di verifikasi oleh tim keselamatan pasien dan
diinvestigasi dalam bentuk wawancara dan pemeriksaan
dokumen
k. Berdasarkan hasil investigasi tim keselamatan pasien
menentukkan derajat insiden (grading) dan melakuka Root
Cause Analysis (RCA) dengan metode baku untuk
menemukan akar masalah

17
Grading atau kajian tingkat keparahan risiko (severity
assessment) yaitu kajian ini dilakukan untuk menentukan tingkat
keparahan risiko, dengan memperhatikan dua variable, yaitu
dampak risiko (severity), dan kemungkinan terjadinya
(probability).

Jika terjadi suatu insiden harus dilakukan severity


assessment, jika hasi kajian masuk kategori merah (risiko
ekstrim) dan kuning (risiko tinggi), maka harus dilakukan Root
Cause Analysis. Jika masuk kategori hijau (risiko sedang), atau
biru (risiko rendah), maka cukup dilakukan investigasi
sederhana.

18
BAB III
TATALAKSANA

A. PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN

Persiapan penerapan keselamatan pasien puskesmas antara lain:


a. Membuat kebijakan tentang keselamatan pasien puskesmas baik
jangka pendek dan jangka panjang, dengan membuat Surat
Keputusan Kepala Pasien
b. Menunjuk unit/personel/membentuk Tim Keselamatan Pasien
yang bertanggung jawab terhadap program keselamatan pasien
c. Puskesmas menyusun program keselamatan pasien seperti :
 Membuat jalur evaluasi
 Mengganti atau merevisi buku status pasien
 Menyiapkan tempat tidur dengan pengamanan untuk
mengurang/mengamankan pasien jatuh
 Menyiapkan formulir buat laporan insiden
 Mensosialisasikan SOP
 Melakukan pelatihan buat teamwork
 Mensosialisasikan kepada seluruh karyawan/unit kerja
d. Merencanakan program keselamatan pasien puskesmas
e. Penerapan program 7 langkah keselamatan pasien
PERSIAPAN I. Menetapkan Kepala Puskesmas
kebijakan dan menetapkan Kebijakan,
Rencana Kerja RPK Tahunan
Puskesmas dan Keselamatan Pasien,
Program Tahunan RPK bulanan
KP Puskesmas Keselamatan Pasien di
Puskesmas Kopo
II. Menetapkan unit  Penetapan Tim IKP
kerja yang Puskesmas Kopo
bertangungjawab sebagai satuan kerja

19
pengelola Program dan penanggung
Keselamatan jawab keselamatan
Pasien pasien
 Uraian tugas tim IKP
antara lain:
a. Mengembangkan
Program KP di
Puskesmas Kopo
b. Menyusun
kebijakan dan
prosedur terkait
dengan program KP
Puskesmas Kopo
c. Menjalankan peran
dan melakukan :
motovator,
educator,
konsultasi,
monitoring, dan
evaluasi
implementasi
program KP
Puskesmas Kopo
d. Melakukan
pencatatan dan
pelaporan dan
analisa masalah
terkait dengan
KTD,KNC, dan
kejadian sentinel
e. Secara berkala
membuat laporan
kegiatan ke kepala
puskesmas
III. Memilih anggota Dilakukan pemilihan
penggerak beberapa individu dari
setiap unit untuk
menjadi penggerak KP

20
dan mengidentifikasi
risiko yang ada
PELAKSANAAN I. Program 7langkah Penetapan 7 langkah KP
KP dan 6 sasaran sesuai kondisi
KP Puskesmas Kopo dan 6
sasaran keselamatan
pasien
II. Program Penggunaan instrument
penerapan standar akreditasi Puskesmas
akreditasi KP untuk menilai
pemenuhan standar
pelayanan Puskesmas
Kopo termasuk
didalamnya parameter
yang menilai pelayanan
KP di Puskesmas Kopo
pada BAB V
III. Program khusus  Bekerja sama dengan
bagian pengadaan
untuk menyediakan
sabun cuci tangan
disetiap lantai
Puskesmas Kopo
 Menyediakan
penanda risiko jatuh
 Membuat ceklis
untuk masing-masing
6 sasaran
keselamatan pasien
 Sosialisasi KP kepada
seluruh petugas
Puskesmas Kopo
IV. Program Rutin  Semua pegawai yang
KP dan pelaporan pertama kali
IKP Puskesmas menemukan insiden
Kopo wajib melaporkan
kepada tim IKP
2x24jam

21
 Tim IKP akan
mengidentifikasi dan
mengisi formulir
insiden
 Setiap unit kerja di
Puskesmas kopo
melakukan identifikasi
semua jenis insiden
secara aktif dan
proaktif, melakukan
assesmen risiko.
 Melakukan analisis
risiko setiap tahun
dengan FMEA
 Melaporkan IKP
kepada Kepala
Puskesmas
V. Form Diskusi  Dilaksanakan setiap
bulannya pada
PRALOKBUL dan
LOKBUL untuk
membahas
perkembangan dan
permasalahan IKP
yang terjadi di
Puskesmas Kopo

B. MANFAAT PENERAPAN SISTEM KESELAMATAN PASIEN

Manfaat penerapan Keselamatan Pasien yang berjalan teratur di


UPT Puskesmas Kopo meliputi :
1. Budaya safety (keselamatan) meningkat dan berkembang
2. Komunikasi dengan pasien berkembang
3. Risiko klinis menurun
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) menurun
5. Keluhan dan litigasi berkurang

22
6. Mutu layanan meningkat
7. Citra Puskesmas Kopo dan kepercayaan masyarakat meningkat

BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


1. Menyiapkan format-format untuk pencatatan dan pelaporan
insiden Keselamatan Pasien Puskesma Kopo antara lain:
a. Format laporan insiden KNC,KTC,KTD dan Kejadian
Sentinel
b. Format laporan Kondisi Potensial Cedera
c. Rekapan kejadian insiden Puskesmas Kopo
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi :
a. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
c. Kondisi Potensial Cedera (KPC)
d. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
e. Kejadian sentinel
3. Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu pelaporan insiden kejadian pada
saat Lokakarya Bulanan (LOKBUL) setiap bulan di internal
Puskesmas Kopo
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari puskesmas ke
Dinas Kesehatan
4. Tim Keselamatan Pasien (IKP) Puskesmas Kopo melakukan
pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan
kegiatan kepada Pimpinan Puskesmas

B. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


1. Merekapitulasi laporan 6 sasaran keselamatan pasien antara lain:
a. Pelaporan kegiatan identifikasi pasien di poli umum, farmasi,
laboratorium, gigi dan UGD
b. Pelaporan komunikasi efektif melalukan monitoring SBAR
c. Pelaporan peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (HIGH-ALERT)

23
d. Pelaporan kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,tepat-
pasien, dan tepat-tindakan
e. Pelaporan Kepatuhan Kebersihan Tangan (KKT) dan
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
f. Pelaporan pengurangan risiko pasien jatuh
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi terhadap program keselamatan pasien


Puskesmas Kopo dilakukan oleh :
1. Kepala Puskesmas Kopo melakukan monitoring secara berkala dan
melakukan evaluasi terhadap Program Keselamatan Pasien Puskesmas
yang dilaksanakan oleh Tim IKP
2. Tim Keselamatan Pasien Puskesmas melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan setiap bulan dalam LOKBUL dan membuat tindak
lanjutnya
3. Tim Keselamatan Pasien Puskesmas melakukan evaluasi minimal 2
tahun sekali terhadap penerapan Pedoman Keselamatan Pasien
Puskesmas, kebijakan, dan Prosedur Keselamatan Pasien yang
dilaksanakan di Puskesmas Kopo.

24
BAB VI
PENUTUP

Puskesmas Kopo dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan


program Keselamatan Pasien Puskesmas, dapat menekan terjadinya insiden
keselamatan pasien, sehingga dapat meningkatnya kepercayaan dari pengguna
layanan Puskesmas Kopo. Dengan semakin meningkatnya tuntunan
masyarakat terhadap pelayanan di puskesmas, maka pelaksanaan kegiatan
pelaksanaan kegiatan Keselamatan Pasien Puskesmas sangatlah penting dalam
pengelolaan layanan di Puskesmas.
Program Keselamatan Pasien Puskesmas merupakan tidak ada akhirnya,
karena itu diperlukan budaya termasuk motivasi tinggi untuk bersedia
melaksanakan program keselamatan pasien secara konsisten,
berkesinambungan dan berkelanjutan.

KEPALA UPTD PUSKESMAS KOPO,

dr. Hj. IKE PURI PURNAMA DEWI

Pembina / IVa

NIP. 19800318 200604 2 005

25

Anda mungkin juga menyukai