Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN

KESELAMATAN PASIEN

UPT PUSKESMAS KOPO BANDUNG


2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimanapuskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmenrisiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risikopasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insidendan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan olehkesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambiltindakan yang
seharusnya diambil.
Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal
perludikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan,
maupunsumber daya yang digunakan. Masyarakat menghendaki
pelayanankesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat menjawab
kebutuhanmereka, oleh karena itu upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasienperlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam
memberikanpelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyaraka
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman untuk mencegah cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi Puskesmas Kopo untuk dapat melaksanakan
program keselamatan pasien dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan puskesmas.

1
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas Kopo
2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung
Puskesmas Kopo
3. Sebagai acuan yang jelas bagi Puskesmas Kopo dalam mengambil
keputusan terhadap keputusan pasien
4. Sebagai acuan bagi tenaga klinis dalam meningkatkan keselamatan
pasien
5. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis
danterarah

1.3 Manfaat
1. Budaya safety meningkat dan berkembang
2. Resiko klinis dan keluhan berkurang
3. Mutu pelayanan puskesmas meningkat
4. Menurunkan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) di Puskesmas Kopo

2
BAB II
KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS KOPO

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi ases menejemen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insidendan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambiltindakan yang
seharusnya diambil.
Keselamatan pasien sebagai suatu sistem di dalam puskesmas
diharapkan memberikan asuhan kepada pasien dengan lebih aman dan
mencegah cedera akibat melakukan atau tidak melakukan tindakan.Dalam
pelaksanaannya keselamatan pasien akan banyak menggunakan prinsip dan
metode manajemen risiko mulai dari identifikasi, asesmen dan pengolahan
risiko. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasienakan meningkatkan
kemampuan belajar dari insiden yang terjadi untukmencegah terulangnya
kejadian yang sama dikemudian hari.
Dalam proses pemberian layanan kesehatan dapat terjadi
kesalahanberupa kesalahan diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta
kesalahansistem lainnya. Berbagai kesalahan tersebut pada akhirnya
berpotensimengakibatkan cedera pada pasien. Hal ini berarti bahwa
kesalahan dapat mengakibatkan cedera dan dapat pula tidak mengakibatkan
cedera terhadap pasien.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari
Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera
dan Kejadian Potensial Cedera.

3
BAB III
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
PUSKESMAS KOPO

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu


ditangani segera maka diperlukan standar keselamatan pasien di Puskesmas
Kopo yang dijadikan acuan.
Adapun standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar :
1. Hak pasien.
2. Mendididik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

1. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
1)      Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2)      Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3)       Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

2.  Mendidik pasien dan keluarga


Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena

4
itu, di puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5). Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
1)      Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari puskesmas.
2)      Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat
berjalan baik dan lancar.
3)      Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,
pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer
dan tindak lanjut lainnya.
4)      Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif.

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

5
Kriteria :
1)      Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan sakit tujuan puskesmas, kebutuhan
pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis
yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
2)      Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
risiko, mutu pelayanan.
3)      Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4)      Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


1)      Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi
2)      Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
Kejadian Tidak Diharapkan.
3)      Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan
4)      Dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
5)      Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
6)      Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1)      Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
2)      Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near
miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event).

6
3)      Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
4)      Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5)      Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas

6)      Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit


dan antar pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan
antar disiplin.
7)      Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
9)      Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar :
1)      Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
2)      Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
1)      Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
2)      Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.

7
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
1)      Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2)      Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1)      Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
2)      Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada

8
BAB IV
TAHAPAN MENUJU KESELAMATAN PASIEN
PUSKESMAS KOPO

Mengacu pada standar keselamatan pasien, maka puskesmas Kopo


harus merancang proses untuk memperbaiki, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan keselamatan pasien.

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

a. Bagi Puskesmas
 Puskesmas harus memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana
langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan
dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan
keluarga.
 Puskesmas menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari
insiden yang terjadi di puskesmas
 Puskesmas melakukan asesment dengan menggunakan survei
penilaian keselamatan pasien
b. Bagi Tim
 Tim memastikan rekan kerjanya mampu berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
 Tim mendemonstrasikan kepada tim ukuran-ukuran yang dipakai
untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan
terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan solusi yang tepat
2. Memimpin dan mendukung staf untuk memiliki komitmen dan fokus
pada keselamatan pasien di puskesmas Kopo
a. Bagi Puskesmas
 Puskesmas memastikan ada tim yang bertanggungjawab atas
keselamatan pasien
 Puskesmas mengidentifikasikan orang-orang yang dapat
diandalkan menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien
 Puskesmas memprioritaskan keselamatan pasien dalam agenda
rapat
9
 Puskesmas memasukkan tema keselamatan pasien dalam semua
program latihan staf dan memastikan pelatihan ini diikuti dan
diukur efektivitasnya

b. Bagi Tim
 Menominasikan penggerak dalam tim untuk memimpin gerakan
keselamatan pasien
 Menjelaskan kepada tim relevansi dan pentingnya gerakan
keselamatan pasien
 Menumbuhkan sikap yang menghargai pelaporan insiden

3. Mengintegrasikan manajemen resiko


a. Bagi Puskesmas
 Puskesmas mengkaji kembali struktur dan proses yang ada
dalam manajemen resiko klinis dan non klinis, serta memastikan
hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan
pasien dan staf
 Puskesmas mengembangkan indikator kinerja pengelolaan resiko
yang dapat dimonitor oleh kepala puskesmas
 Puskesmas menggunakan informasi yang benar dan jelas yang
diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan assesmen resiko
untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian kepada
pasien

b. Bagi Tim
 Membentuk forum-forum di puskesmas untuk mendiskusikan
issu issu keselamatan pasien guna memberikan umpan balik
kepada manajemen terkait
 Memastikan ada penilaian resiko kepada individu pasien dalam
proses asessment puskesmas
 Melakukan proses asessmen resiko secara teratur dan mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil resiko tersebut
 Memastikan assesmen resiko tersebut disampaikan sebagai
masukan ke proses asessmen dan pencatatan resiko puskesmas

4. Mengembangkan sistem pelaporan di puskesmas


a. Bagi Puskesmas

10
 Melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden
kedalam maupun keluar
b. Bagi Tim
 Mendukung kepada rekan sekerja untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi

5. Mengembangkan komunikasi terbuka dengan pasien


a. Bagi Puskesmas
 Memastikan puskesmas memiliki kebijakan yang jelas dalam
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses
asuhan tentang insiden kepada pasien dan keluarga
 Memastikan pasien dan keluarga mendapatkan informasi yang
jelas dan benar bila terjadi insiden
 Memberikan dukungan dan pelatihan kepada staf agar selalu
terbuka pada pasien dan keluarganya.

b. Bagi Tim
 Memastikan tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien
dan keluarga bila terjadi insiden
 Memprioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga jika
terjadi insiden dan segera beritahukan kepada mereka informasi
yang jelas dan benar
 Memastikan segera setelah kejadian tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya

6. Mempelajari dan membagi pengalaman tentang keselamatan pasien


a. Bagi Puskesmas
 Memastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan
kajian insiden secara tepat
b. Bagi Tim
 Mendiskusikan dalam tim pengalaman dan hasil analisis insiden
 Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena
dampak dimasa depan dan membagi pengalaman tersebut secara
luas

11
7. Mencegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien
a. Bagi Puskesmas
 Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, assesmen resiko, kajian insiden dan audit serta
analisis untuk menentukan solusi.
 Memberikan umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan
yang diambil atas insiden yang dilaporkan.

b. Bagi Tim
 Melibatkan tim dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman
 Menelaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim dan
memastikan pelaksanaannya
 Memastikan tim menerima umpan balik atas setiap tindakan
tindak lanjut atas setiap tindakan yang dilaporkan

Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas Kopo merupakan


panduan yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga
ketujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap
unit layanan yang memberikan pelayanan kepada pasien. Dalam
pelaksanaannya tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan serentak,
namun dapat dipilih langkah-langkah yang paling strategis dan mudah
dilaksanakan

12
BAB V
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang


dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
yang tidak seharusnya terjadi, yang terdiri dari :
a. Kejadian Tidak diharapkan (KTD) : suatu insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang sehrusnya diambil dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : suatu insiden yang tidak menyebabkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (comission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),
dapat terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien menerima suatu
obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), karena pencegahan
(suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau
peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui
secara dini lalu diberikan antidotumnya.
c. Kejadian tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke
pasien tapi tidak timbul cedera
d. Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang berpotensi untuk
menimbulkan cedera tetapi tidak timbul cedera

13
BAB VI
PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Pelaporan secara tertulis setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau


kejadian tidak diharapkan (KTD) yang menimpa pasien selama menjalani
proses pengobatan oleh petugas kesehatan di puskesmas.

1. Prinsip Pelaporan Insiden


 Fungsi utama pelaporan insiden adalah untuk meningkatkan
keselamatan pasien melalui pembelajaran dari kegagalan atau
kesalahan
 Pelaporan insiden harus aman. Staf tidak boleh dihukum karena
melapor
 Pelaporan insiden hanya akan bermanfaat kalau menghasilkan respon
yang konstruktif, minimal memberi umpan balik tentang data KTD dan
analisisnya. Idealnya juga menghasilkan rekomendasi untuk perubahan
proses dan sistem
 Analisis yang baik dan proses pembelajaran yang berharga memerlukan
keahlian atau keterampilan. Tim harus menyebarkan informasi,
pengembangan solusi dan rekomendasi perubahan.

2. Kebijakan Pelaporan Insiden


 Kecelakaan yang dilaporkan adalah KTD, KTC, KNC dan KPC
 Laporan insiden dibuat oleh staf unit layanan yang pertama
menemukan kejadian dan yang terlibat dalam kejadian
 Pelaporan menggunakan forrmulir dan alur pelaporan yang sama
 Tim keselamatan mengkoordinir pelaporan insiden yang terkait dengan
keselamatan pasien
 Unit pelayanan mencatat setiap insiden yang terjadi di unit kerja
masing-masing

3. Prosedur Pelaporan Insiden


 Petugas yang terlibat atau pertama menemukan insiden keselamatan
pasien wajib segera ditindaklanjuti penanganannya untuk mengurangi
dampak

14
 Setelah ditindaklanjuti, petugas tersebut membuat laporan insidennya
dengan mengisi formulir laporan insiden dan meneruskannya kepada
koordinator sebelum akhir jam kerja yang bersangkutan (maksimal
1x24 jam setelah kejadian)
 Form laporan insiden yang telah dilengkapi diserahkan kepada Tim
Mutu
 Tim mutu memeriksa laporan, memonitor hasil investigasi dan
menindaklanjuti hasil investigasi

15
BAB VII

MONITORING DAN EVALUASI

1. Tim mutu dan keselamatan Puskesmas Kopo secara berkala melakukan


monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien di Puskesmas Kopo
2. Tim mutu dan keselamatan puskesmas Kopo secara berkala melakukan
evaluasi pedoman,kebijakan dan prosedur keselamatan pasien yang
dipergunakan di Puskesmas Kopo
3. Tim mutu dan keselamatan Puskesmas Kopo melakukan evaluasi
kegiatan setiap tiga bulan dan membuat tindak lanjutnya

16
LAMPIRAN

Lampiran 1

INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS KOPO

NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET

1. Tidak Terjadinya Kesalahan Identifikasi Pasien 100%

2. Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat Kepada 100%


Pasien

3. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif 100 %

4. Tidak Terjadinya Kesalahan Prosedur Tindakan 100 %


Medis dan Keperawatan

5. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas ≥ 75 %

6 Tidak Terjadinya Pasien Jatuh 100 %

17

Anda mungkin juga menyukai