Anda di halaman 1dari 32

Teknik Wawancara

Dr. Titin, SpKJ


Pertemuan Pembinaan Pengelola Program Keswa bagi
Petugas Puskesmas
Bandung, 12 September 2019
Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
• Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu
melakukan wawancara psikiatrik pada pasien di FKTP.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


• Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan prosedur wawancara
psikiatrik
2. Melakukan wawancara psikiatrik
Pokok Bahasan
• Pengertian dan Prosedur Wawancara Psikiatrik
• Teknik Melakukan Wawancara Psikiatrik
A. PENGERTIAN DAN PROSEDUR WAWANCARA
PSIKIATRIK
1. Pengertian Wawancara Psikiatrik
perangkat utama yang diperlukan dalam melakukan
penelusuran riwayat perjalanan penyakit (anamnesis), gejala
dan tanda gangguan psikiatrik (pemeriksaan status mental),
menetapkan diagnosis, merencanakan terapi, menentukan
prognosis, dan juga sebagai alat untuk memberikan terapi
atau intervensi non-farmakologis (psikoterapi) bagi pasien
dengan problem psikiatrik.
2. Prosedur Wawancara Psikiatrik
Wawancara psikiatrik dibagi menjadi tiga tahapan :
1. Membuka Wawancara:
2. Isi Wawancara (wawancara yang sesungguhnya)
3. Menutup Wawancara:
1. Membuka Wawancara:
• Fase ini merupakan fase awal dari sebuah wawancara
psikiatrik.
• Di fase ini dilakukan :
a) penelusuran identitas pasien,
b) membina rapport
c) mempersiapkan pasien untuk wawancara yang
sesungguhnya.
d) Penting !!! Sampaikan bahwa semua hal yang dibicarakan
dalam sesi ini bersifat rahasia sehingga pasien dapat
bebas menceritakan apapun.
2. Isi Wawancara (wawancara yang sesungguhnya):
• tanyakan keluhan utama, kapan dan bagaimana awalnya,
perjalanan penyakit dan hal-hal yang memperparah atau
meringankan.
• Apakah pasien banyak mengeluhkan masalah fisik (lebih dari
tiga) yang tidak cocok dengan pola penyakit apapun.
• Apakah ada riwayat penggunaan obat atau zat lain.
• Bagaimana kepercayaan pasien terhadap penyakitnya,.
• Tanyakan pula riwayat gangguan jiwa sebelumnya, riwayat
penyakit medis, serta peristiwa kehidupan, misalnya berduka,
pengangguran, pindah rumah, masalah dalam perkawinan
atau pekerjaan.
• Buat daftar sumber dukungan sosial bagi pasien; keluarga,
teman, lingkungan, agama, dll.
3. Menutup Wawancara:

• Saat mengakhiri wawancara, buatlah simpulan singkat hasil


wawancara dan selipkan kalimat suportif bagi pasien.
• Bantu pasien untuk melihat sisi lain dari permasalahannya
sehingga ia merasa lebih baik.
• Berikan penjelasan tentang kemungkinan diagnosis dan
rencana terapi.
• Berikan pasien kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal
yang masih kurang jelas
• akhiri wawancara dengan membuat janji temu untuk
pertemuan berikutnya bila diperlukan.
B. TEKNIK WAWANCARA PSIKIATRIK

1. Membina Rapport
2. Merespons dengan Empati
3. Observasi perilaku nonverbal (intonasi suara, gaya bicara,
ekspresi wajah pasien)
4. Beri kesempatan untuk berbicara dengan bebas
1. Membina Rapport

• Rapport adalah interaksi antara pasien dengan


pewawancara yang di dalamnya terdapat rasa percaya
(trust) dan pengertian understanding).

• Pasien sering merasa khawatir, takut atau bingung


ketika pertama kali bertemu pemeriksa, sehingga tidak
mudah mengungkapkan permasalahannya.

• Pemeriksa perlu membantunya yaitu dengan cara


memahami dan menerima pasien apa adanya. Untuk
itu diperlukan rasa percaya dan pengertian.
Langkah membina rapport

1. Membuat suasana yang nyaman bagi pasien dan


pewawancara
2. Menemukan hal-hal yang menyebabkan penderitaan pasien,
dan memperlihatkan kepedulian
3. Menunjukkan keahlian
4. Membangun sikap kepemimpinan (sebagai dokter dan
terapis)
5. Menyeimbangkan peran sebagai pendengar yang berempati,
seorang ahli, dan sebagai terapis
Teknik awal membangun suasana yang nyaman bagi pasien:
a) Memberi salam, bersalaman, sambil tersenyum
b) Pewawancara memperkenalkan diri
c) Menanyakan nama pasien serta bagaimana sebaiknya
pewawancara memanggil pasien.
d) Dapat dilanjutkan dengan pertanyaan ringan (cth:
bagaimana perjalanan pasien sampai ke tempat
pewawancara)
e) Menjelaskan secara singkat tujuan wawancara dan minta
kesediaan pasien untuk memberikan informasi
f) Pewawancara menanyakan identitas pasien (usia, tempat
tinggal, asal, pekerjaan,pendidikan, dan status
pernikahan).
Sikap pendengar yang baik (*)
 Duduk agak membungkuk ke arah pasien.
 Buat kontak mata (sesuaikan kebiasaan).
 Rileks dan sikap terbuka, hangat.
 Memberi perhatian, suara perlahan, tidak memotong pembicaraan,
tidak menghakimi dan tidak memberi penilaian
2. Merespons dengan Empati

• Empati adalah kemampuan untuk dapat memahami apa yang


dirasakan oleh pasien, bagaimana jika berada dalam posisi
tersebut, namun tetap sebagai pihak yang berdiri di luar
masalah, sehingga tetap dapat bersikap objektif

• Empati berkaitan dengan kepedulian, pemahaman, serta sikap


menghargai atau menghormati. Bersikaplah apa adanya,
jangan dibuat-buat, karena pasien akan dapat merasakan
kepedulian yang palsu.
Respons terapis bisa berupa:
• Memperlihatkan kepedulian kita melalui bahasa tubuh
• Mempertahankan kontak mata, sesekali mengangguk,
menampilkan ekspresi yang sesuai, dll.
• Ekspresi verbal singkat dapat memperlihatkan bahwa kita
menghargai dan memahami.
Contoh : “oh ya…, mmm…, saya mengerti…”
“Saya dapat melihat bagaimana hal tersebut
mengganggu Anda..”
“Hal tersebut pasti membuat Anda tidak nyaman..”
Kesalahan yang sering dilakukan:
• Mendengar sambil menulis atau kerja lain, pandangan
menerawang
• Tidak sabar, menyela/interupsi, berargumentasi
• Banyak bicara atau menasehati, berbasa-basi
• Terlalu cepat menyimpulkan
3. Observasi perilaku nonverbal (intonasi suara, gaya bicara,
ekspresi wajah pasien)
Selama wawancara awal telah dimulai observasi kondisi dan
perilaku nonverbal pasien. Komunikasi atau perilaku nonverbal
yang dimaksud diantaranya:
a) Ekspresi wajah: tatapan mata, kerut dahi, alis, hidung dan
kesesuaian ekspresi wajah
b) Suara: nada, intonasi, jeda kata, cara bicara
c) Sikap tubuh: cara bersikap, gerakan tubuh, tangan, kaki
d) Reaksi fisiologis: wajah merah/pucat, berkeringat, napas
tersengal, pupil mata melebar
e) Penampilan: cara berpakaian, sikap dalam duduk dan
berdiri
4. Beri kesempatan untuk berbicara dengan bebas

Biarkan pasien memilih sendiri topik pembicaraan. Ikuti alur


pembicaraan pasien, namun tetap kendalikan wawancara agar
tidak melenceng dari tujuan. Gunakan kombinasi pertanyaan
terbuka dan tertutup secara tepat. Sedapat mungkin bicaralah
lebih sedikit dari pasien, kecuali saat membuat simpulan.
Strategi mendapatkan informasi
Pembuka
Teknik pertanyaan terbuka (open-ended questions)
di awal wawancara akan membuat pasien
menceritakan masalahnya dg kata-kata pasien.
Pertanyaan yang membantu :
“Bagaimana saya dapat membantu anda?”
“Apa yang bisa saya bantu?”
“Masalah apa yang membawa anda ke sini?”
“Darimana sebaiknya kita mulai?”
Kombinasikan dgn pertanyaan tertutup (close-ended
questions) untuk menelusuri kata kunci atau
menanyakan hal yang spesifik
D : Sudah berapa lama mengalami sulit tidur?
P : Dua minggu
D : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur?
P : Kadang 1 jam, kadang 3 jam, kadang saya tidak
bisa tidur sama sekali.
D : Apakah pernah terbangun sangat awal dan tidak bisa
tidur lagi?
P : Tidak
 Pendekatan terbaik kombinasi keduanya dari
pertanyaan luas ke pertanyaan terfokus dan tajam.
 Memulai topik baru dengan pertanyaan terbuka yang
luas; lanjutkan dengan memfokuskan pada satu topik ;
akhiri dengan serial pertanyaan yang semakin
menyempit, sesekali tertutup – tipe ya / tidak.
 Jika ingin menghindari pertanyaan tertutup, gunakan
pertanyaan terbuka yang tajam dan fokus.
Contoh:
“Apakah anda mengalami sulit tidur?”
( jawaban yang muncul adalah: ya atau tidak)
Lebih baik bertanya: “Apa yang terjadi saat mencoba
tidur?”
Berapa teknik untuk mendapatkan informasi:

Teknik Klarifikasi; “Anda merasa sedih, kapan waktu anda


merasa paling sedih ?”
Teknik Fasilitasi ; “lalu.....” “apa yang terjadi kemudian?”
Teknik Silence; terkadang pasien membutuhkan waktu
untuk menangis, membutuhkan waktu untuk bercerita dalam
kondisi yang mendukung
Teknik Dukungan Positif; “Saya menghargai anda
menceritakan kepada saya bahwa anda berhenti meminum
obat. Dapatkah anda memberitahukan kepada saya, apa
masalahnya?
Mengakhiri wawancara

 Kesimpulan singkat – selipkan kalimat suportif


 Penjelasan tentang rencana terapi
 Beri pasien kesempatan untuk bertanya
 Mengucapkan terima kasih pada pasien atas segala
informasi yang diberikan
Kesalahan yang sering
 Mendengar sambil menulis atau
melakukan aktivitas lain atau melamun.
 Kurang sabar, tergesa-gesa (menyela )
 Berdebat / menasihati / berbasa-basi
 Terlalu cepat menyimpulkan
Jika terjadi Resistensi :

• Resistensi: pasien yang secara sadar menghindari pembicaraan


tentang suatu topik. Contoh:
“Saya tidak mau membicarakan tentang hal itu sekarang.”
“Saya tidak mau membahas hal ini dengan anda.”
• Resistensi tidak langsung: pasien berusaha mengalihkan perhatian
pewawancara dari suatu topik, menjawab pertanyaan secara singkat
atau tidak menjawab sama sekali, atau mengalihkan pembicaraan,
ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaktertarikan, atau berhenti
sebelum menjawab.
Ekspresikan penerimaan
Mengubah fokus pembicaraan – tunda topik sebelumnya
Wawancara saat emergensi
• Waktu terbatas
• Fokus pada keluhan saat ini dan alasan dibawa ke fasilitas
kesehatan (IGD)
• Heteroanamnesis pada keluarga, teman, atau bahkan polisi
yang membawa pasien
• Wawancara: pertanyaan langsung pada intinya, namun
tetap tenang dan tidak “mengancam” pasien. Pewawancara
tampak mengendalikan situasi, secara meyakinkan akan
melindungi pasien dari kemungkinan melukai diri sendiri
maupun dari orang lain.
Daftar Pustaka

1. Othmer E, Othmer SC. The clinical interview using DSM-


IV. Volume1: Fundamentals. Washington: American
Psychiatric Press Inc., 1994.

2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s synopsis of


psychiatry. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 2003.
Terima Kasih
Role play

1. Peserta dibagi kelompok yang terdiri 3 orang


1 orang pewawancara
1 orang sebagai korban
1 orang sebagai penilai
2. Wawancara dilakukan selama 10 menit
3. Pengamat menilai dengan tabel tilikan
4. Pengamat menyampaikan hasil penilaian
5. Kemudian berganti peran
Korban (depresi )
Keluhan utama sulit tidur
Ny A korban longsor Cililin sejak beberapa hari yang lalu mulai
sering mengeluh susah tidur, melamun dan menangis, tidak
ada gairah dan serta menyalahkan diri karena tidak dapat
menyelamatkan anaknya yang balita.
Roman muka murung
Penampilan kurang mengurus diri
Sikap kurang kooperatif , mudah tersinggung dan marah
Perilaku hipoaktif, melamun dan kadang menagis
Afek dan emosi depresif
Isi pikiran rasa bersalah ( ide bunuh diri disangkal )
Korban (cemas – stres akut )
Ny A korban longsor Cililin, rumah tempat tingganya
tertimbun oleh tanah longsoran. Sejak peristiwa itu Ny A
mengeluh jantung berdebar-debar, gemetar, cemas akan
terjadi longsor kembali. Bila mendengar suara keras panik.
Malam hari tak bisa tidur terganggu mimpi buruk
Roman Muka tampak gelisah dan cemas
Sikap Kooperatif
Penampilan Tegang dan ketakutan
Afek atau emosi Cemas dan khawatir berlebihan
Perilaku Agitasi seperti melakukan duduk kemudian
berdiri, meremas-remas saputangan atau
menggerak - gerakkan kakinya
Isi pikiran Preokupasi pada peristiwa longsor

Anda mungkin juga menyukai