Anda di halaman 1dari 92

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Lanjut usia adalah istilah tahap akhir dari proses penuaan. Batasan penduduk
lanjut usia meurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dibagi menjadi tiga
aspek yaitu biologis ekonomi dan sosial.
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang penting bagi tubuh manusia
karena fungsinya yang sangat berperan menyalurkan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan
bagi semua sel, jaringan dan organ.
Seiring bertambahnya usia seluruh sistem organ yang ada didalam tubuh
manusia mengalami degenerasi atau penurunan fungsi, tidak terkecuali sistem
kardiovaskuler ini.
Perubahan yang dialami meliputi perubahan bentuk dan penurunan fungsi dari
jantung, pembuluh darah dan darah.

B. Identifikasi Masalah
Dalam ilmu fisioterapi sangat penting untuk mengetahui, mempelajari, dan
memahami perubahan anatomi dan fisiologi sistem krdiovaskuler pada lansia. Untuk itu
penulis ingin membuat paper tentang perubahan anatomi dan fisiologi pada lansia untuk
memudahkan pembaca mengenal dan memahami tentang perubahan tersebut.

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud lansia?
2. Apa yang dimaksud sistem kardiovaskuler?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler?
4. Apa saja perubahan anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler pada
lansia?
5. Apa saja patologi sistem kardiovaskuler yang terjadi pada lansia?

D. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud lansia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kardiovaskuler.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem
kardiovaskuler.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perubahan anatomi dan fisiologi sistem
kardiovaskuler pada lansia.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami patologi sistem kardiovaskuler pada
lansia.

E. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami perubahan anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
pada lansia, serta patologi sistem kardiovaskuler yang terjadi pada lansia.
2. Sebagai bahan referensi.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Lansia.
Lanjut usia adalah istilah tahap akhir dari proses penuaan. Batasan penduduk
lanjut usia meurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dibagi menjadi tiga
aspek;
a. Aspek biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus yang ditamdai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu smakin entannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
b. Aspek ekonomi, penduduk lanjut usia adalah lebih dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber daya.
c. Aspek sosial, penduduk anjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri yang
memerlukan kebutuhan khusus. (Saryono, dkk. 2010)
B. Pengertian Sistem Kardiovaskuler.
Kardiovasculer terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu cardiac yang berati jantung
danvasculer yang berati pembuluh darah, sehingga sistem ini menyangkut jantung,
komponen darah dan pembuluh darah.
Sistem kardiovaskuler adalah organ sirkulasi darah yang terdiri dari jantung,
komponen darah, dan pembuluh darah yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan
nutrisi yang dibutuhkan setiap jaringan didalam tubuh yang dibutuhkan untuk proses
metabolisme.

C. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler Secara Umum.


Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler, dibagi menjadi dua yaitu;
1. Anatomi dan fisiologi jantung
Jantung adalah oragan berotot yang terdiri dari empat ruang, terletak di rongga dada
dilindungi oleh sangkar thorak, berada sedikit di sebelah kiri Os. Sternum. Ukuran
jantung kurang lebih sebesar kepalan tangan dan memiliki berat berkisar 250-350 gram
untuk orang dewasa.

Jantung terdiri dari 4 ruangan, yaitu;


a. Atrium dextra (kanan)
Atrium (serambi) adalah ruang atas jantung yang memiliki permukaan dinding tipis.
Atrium dextra berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh,
b. Atrium sinistra (kiri)
Atrium sinistra berfungsi sebagai penerima darah kaya oksigen dari pulmo (paru-paru).
c. Ventrikel dextra (kanan)
Ventrikel (bilik) adalah ruang bawah jantung yang memiliki permukaan dinding lebih
tebal karena bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Ventrikel dextra berfungsi
sebagai penerima darah dari atrium dextra dan memompanya ke paru-paru.
d. Ventrikel sinistra (kiri)
Ventrikel sinistra berfungsi sebagai penerima darah dari atrium sinistra dan memompa
darah kaya oksigen ke seluruh tubuh.

Jantung terdiri dari 3 (tiga) lapisan; yaitu:


a. Pericardium
Merupakan lapisan terluar jantung yang berfungsi untuk membungkus dan melindungi
jantung. Terdiri dari dua lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietl dan viceral yang
bertemu dipangkal jantung menjadi kantung jantung.
b. Miocardium
Merupakan lapisan tengah atau inti jantung, terdiri dari otot-otot jantung yang menerima
suplai darah dari arteri coronaria. Terdiri dari 3 lapisan otot jantung, yaitu;
− Otot atria, sangat tipis dan kurang teratur. Terdiri dari dua lapisan, lapisan dalam
berbentuk serabut-serabut berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua
ototatria.
− Otot ventrikuler, membentuk serambi jantung dimulai dari cicin antrioventricular
sampai apex jantung.
− Otot antrioventrikuler, dinding pemisah antara atrium dan ventrikel.
c. Endocardium
Bagian dalam jantung atau dinding dalam atrium yang silapisi oleh membran yang
mengkilat, terdiri dari jaringan endotel kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena
kava.

Katup jantung terdiri dari 4 katup, yaitu;


a. Katup trikuspidalis
Terdiri dari tiga daun katup. Berada diantara atrium dextra dan ventrikel dextra.
Berfungsi untuk mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara
menutup pada saat kontraksi ventrikel.
b. Katup bikuspidalis
Terdiri dari dua daun katup. Berada diantara atrium sinistra dan ventrikel sinistra.
Berfungsi mengatur aliran darah kembali menuju atrium kiri. Katup ini menutup pada
saat kontraksi ventrikel.
c. Katup pulmonal
Terdiri dari tiga daun katup. Berada pada pangkal trunkus pulmonalis. Terbuka jika
ventrikel dextra berkontraksi dan menutup jika ventrikel dextra relaksasi, sehingga darah
mengalir dari ventrikel dextra menuju arteri pulmonalis.

d. Katup aorta
Katup aorta terdiri dari tiga daun katup. Berada pada pangkal aorta. Membuka jika
ventrikel sinistra berkontraksi dan darah akan mengalir ke seluruh tubuh. Menutup jika
ventrikel sinistra relaksasi, dan mencegah darah masuk kembali.
Empat sifat fundamental jantung, yaitu;
a. Rhythmicity, kesanggupan jantung secara otomatis dan periodik merangsang
dirinya sendiri.
b. Conductivity, kesanggupan jantung untuk menghantar rangsangan baik sistem
konduksi intrinsik atau myocard.
c. Excitability, kemampuan jantung untuk dirangsang oleh rangsangan yang
berasal dari jantung dan rangsangan saraf jantung.
d. Contractility, daya kontraksi jantung.

2. Anatomi dan fisiologi pembuluh darah


Ventrikuler atau pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang bertujuan
mengalirkan darah keseluruh tubuh.
Semua pembuluh darah kecuali kapiler terdiri atas 3 (tiga lapisan, yaitu:
a. Tunika intima (internal)
Lapisan dalam pembuluh darah yang mempunyai lapisan endotel dan berhubungan
dengan darah.
b. Tunika medial
Lapisan tengah pembuluh darah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan termasuk
otot polos.
c. Tunika eksternal (adventisia)
Lapisan terluar pembuluh darah, terdiri dari jaringan ikat yang berguna menguatkan
dinding arteri.

Gambar. 0.02 Arteri dan Vena.

Sistem pembuluh darah dibagi menjadi:


a. Arteri
Ciri-ciri arteri adalah
− Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis.
− Mempunyai dinding yang tebal.
− Mempunyai jaringan yang elastis.
− Katup hanya pada ujung arteri yang keluar dari jantung.
− Mempunyai denyut.
− Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta, yang keluar dari ventrikel sinistra
dan arteri pulmonalis, yang keluar dari ventrikel dekstra.
− Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler.
b. Vena
Ciri-ciri vena adalah
− Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2), kecuali vena pulmonalis.
− Mempunyai dinding yang tipis.
− Jaringannya kurang elastis.
− Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
− Tidak ada bunyi denyut.
− Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah vena kava dan vena pulmonalis.
− Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang selanjutnya menjadi kapiler.
Fungsi sirkulasi setiap pembuluh darah dan cabangnya;
a. Arteri, menyalurkan darah dari tekanan yang tinggi ke jaringan. Arteri tebal
dan elastis karena mengalirkan darah dengan cepat.
b. Arteriola, cabang kecil arteri. Berfungsi sebagai kendali darah yang
dikelurkan ke kapiler. Mempunyai dinding otot yang kuat, mampu menutup
arteriol dan melakukan faso dilatasi beberapa kali lipat.
c. Kapiler, berfungsi untuk pertukaran oksigen, cairan, zat makanan elektrolit,
hormon dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstisial.
d. Venula, berfungsi untuk mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap
dan bergabung menjadi vena yang lebih besar.
e. Vena, berfungsi untuk saluran penampung dan penyalur darah dari
jaringan ke seluruh tubuh, karena tekanan vena lebih rendah.

D. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler pada Lansia.


Karena faktor degenerasi atau pertambahan usia, penurunan fungsi sistem
kardiovaskuler dapat dilihat, sebagai berikut;
1. Perubahan Anatomi
a. Jantung
− Elastisitas dinding aorta menurun dan bertambahnya kaliber aorta, yang terjadi karena
perubahan dinding medial aorta bukan karena arteosklerosis. Menyebabkan isolatic
aortic incompetence dan terdengar bising pada apex jantung.
− Pembesaran jantung (hipertrofi jantung), pada umur 30-90 tahun massa jantung
bertambah ± 1 gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada perempuan.
− Pada daun dan katup aorta berkurangnya jumlah inti sel dan kalsifikasi jaringan
fibrosa. Daun katup menjadi kaku yang menyebabkan terdengarnya bising sistolok
ejeksi. Penebakan katup mitral dan aorta, yang disebabkan degenerasi jaringan
kolagen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi.

b. Pembuluh darah otak


− Pembentukan plak ateroma pada pangkal arteri korotis interna yang merupakan salah
satu dari arteri utama yang menyuplai darah ke otak.
− Menurunnya aliran darah cerebral menjadi 30 cc/ 100mg/ menit dari yang semula 50
cc/ 100mg/ menit.
c. Pembuluh darah periver
− Terjadinya arteosclerosis yang berat mengakibatkan penyumbatan ateri perifer yang
menyebabkan pasokan darah ke otot tungkai bawah menurun dan menyebabkan
iskemia jaringan otot.
2. Perubahan Fisiologi

a. Jantung
− Terjadinya brown atrophy disertai akumulasi ipofusi (aging pigment) pada serat-serat
miocardium.
− Penurunan daya kerja nodus sino-atrial (SA node) yang mengatur irama jantung.
Sejak berumur 50 tahun, sel-sel dari nodus SA berkurang sebanyak 50%-75%.jumlah
sel nodus AV tidak berkurang tetapi akan terjadi fibrosus. Pada berkas His ditemukan
kehilangan pada tingkat selular. Perubahan tersebut menyababkan penurunan denyut
jantung.
− Penebalan dinding jantung menyebabkan jumlah darah yang ditampung lebih sedikit
dan pengisian darah ke jantung juga melambat.
− Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial yang menyebabkan
penurunan perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.
b. Pembuluh darah
− Hilangnya elastisitas pada pembuluh darah mengakibatkan meningkatnya resistensi
ketika ventrikel sinistra memompa, sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat.
− Menurunnya respon jantung terhadap reseptor β-adrenergik. Menurunnya perubahan-
perubahan baroreseptor dan komoreseptor. Perubahan respon ini dapat mengakibatkan
hipotensi ortostatik.
− Dinding kapiler yang menebak mengakibatkan pertukaran nutrisi dan pembuangan
melambat.

c. Darah
− Penurunan Total Body Water mengakibatkan menurunnya volume darah.
− Jumlah sel darah merah (hemoglobin dan hematokrot menurun. Jumlah leukosit juga
menurun, menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.

E. Patologi Sistem Kardiovaskuler pada Lansia.


Penyakit-penyakit sistem kardiovaskuler yang biasa dialami lansia, sebagai
berikut;
1. Hipertensi
Merupakan kondisi tekanan darah sistolik ≤ 140 mmHg dan tekanan siastolik > 90
mmHg. Terjadi karena penurunan elastisitas arteri pada proses degenerasi. Bila tidak
ditangani dapat memicu penyakit stroke, arteosclerosis, gagal jantung dan gagal ginjal.
2. Jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu.
3. Disritmia
Insidensi disritmia atrial dan ventrikuler meningkat pada lansia karena perubahan
struktural dan fungsional. Masalah disebabkan oleh disritmia dan tidak terkoordinasinya
jantung sering mengakibatkan perubahan perilaku, palpitasi, sesak nafas, keletihan dan
mudah terjatuh.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Degenerasi atau penuaan menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi sistem
kardiovaskuler. Perubahan ini terjadi pada jantung, pembuluh darah dan darah.
Perubahan ukuran jantung yang mengalami hipertrophy, penurunan elastisitas
pembuluh darah, penurunan jumlah darah yang dipompa jantung, melambatnya
pertukaran nutrisi, dan masih banyak lagi.
Dari perubahan-perubahan yang terjadi karena proses degenerasi, hal ini
mengakibatkan gangguan-gangguan penyakit (patologi yang disebabkan degenerasi
atau penuaan yang berupa munculnya stroke, jantung koroner, hipertensi, disritmia, dan
masih banyak lagi.

B. Saran
1. Penulis lebih banyak melihat referensi lain agar dapat memperoleh
informasi yang lain mengenai perubahan anatomi dan fisiologi sistem
kardiovaskuler pada lansia..
2. Pembaca tidak hanya terpaku resume ini, tetapi juga melihat referensi lain
agar informasi yang didapat lebih beragam.
3. Diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

− Saryono dan M. Badrushshalih. 2010. Andropause (Menopouse pada Laki-


laki).Jogjakarta: Nuha Medika.
− http://moccablogge.blogspot.com/2012/12/makalah-anatomi-dan-fisiologi-jantung.html
− http://www.scribd.com/doc/55255412/Anatomi-FisiologiSistemKardiovaskular/
− http://mheeldha.blogspot.com/2010/06/patologi-pembuluh-darah.html
− http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/gangguan-sistem-
kardiovaskuler-pada_2872.html
Diposkan oleh Larasmita Eka di 00.01

MATERI KE 2

2.1 ANATOMI SISTEM KARDIOVASKULAR


A. Anatomi Dalam dan Luar
Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem transport tertutup yang terdiri atas :
1. Jantung, yang berfungsi sebagai pemompa yang melakukan tekanan terhadap darah
agar dapat mengalir ke jaringan.
2. Pembuluh darah, berfungsi sebagai saluran yang digunakan agar darah dapat
didistribusikan ke seluruh tubuh.
3. Darah, berfungsi sebagai media transportasi segala material yang akan
didistribusikan ke seluruh tubuh.
1) Jantung
Jantung terletak di dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian kiri,
1/3 nya terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh. Proyeksi jantung kanan secara
visual pada permukaan anterior adalah dibawah sternum dan tulang iga. Pada bagian
permukaan inferior ( Apeks dan batas kanan jantung) diatas diafragma.

Batas jantung kanan (yang meluas kebagian inferior dan basal) bertemu dengan
paru kanan. Batas jantung kiri (yang meluas dari basal ke apeks) bertemu dengan paru
kiri. Batas superior jantung kanan terletak di intercostae ke-3 kira-kira 3 cm ke kanan
dari garis tengah. Garis yang menghubungkan kedua titik ini berkoresponden dengan
basal jantung. Batas inferior jantung kiri terletak di apeks di intercostae ke-5 kira-kira 9
cm ke kiri dari garis tengah. Batas inferior jantung kanan terletak pada intercostae ke-
6kira- kira 3 cm ke kanan dari garis tengah. Garis yang menghubungkan garis inferior
kanan dan kiri berkoresponden terhadap inferior surface jantung dan garis yang
menghubungkan inferior dan superior kanan berkoresponden ke border jantung kanan.
Berat jantung orang dewasa laki-laki 300-350gr, berat jantung orang dewasa wanita
250-350 gr. Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB dari
berat badan ideal.

Struktur Dan Fungsi Jantung

a) Struktur Pericardium dan Lapisan Jantung

Pericardium adalah memberan yang mengelilingi dan melapisi jantung.dan


memberan ini membatasi jantung pada posisi didalam mediastinum.Pericardium terdiri
dari dua bagian yaitu fibrous pericardium dan serous pericardium.Febrous pericardium
superficial adalah lapisan keras,tidak elastik dan merupakan jaringan tebal yang tidak
beraturan. Fungsi dari fibrous pericardium mencegah peregangan berlebihan dari
jantung,melindungi dan menempatkan jantung dalam mediastinum. Serous pericardium
adalah lapisan dalam yang tipis,memberan yang halus yang terdiri dari dua lapisan.
Lapisan parietal adalah lapisan paling luar dari serous pericardium yang menyatu
dengan perikardium fibrosa. Bagian dalam adalah lapisan visceral yang di sebut juga
epicardium,yang menempel pada permukaan jantung ,antara lapisan parietal dan
visceral terdapat cairan yang di sebut cairan perikadial. Cairan perikardial adalah cairan
yang dihasilkan oleh sell pericardial untuk mencegah pergesekan antara memberan
saat jantung berkontraksi.

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu :


1. Epikardium ( lapisan terluar )
2. Myocardium ( lapisan tengah )
3. Endocardium ( lapisan terdalam )

Lapisan perikardium dapat disebut juga lapisan visceral,dari serous


perikardium.lapisan luar yang transparan dari dinding jantung terdiri dari mesothelium
yang bertekstur licin pada permukaan jantung. Myocardium adalah jaringan otot jantung
yang paling tebal dari jantung dan berfungsi sebagai pompa jantung dan bersifat
involunter. Endocardium adalah lapisan tipis dari endotelium yang melapisi lapisan tipis
jaringan penghubung yang memberikan suatu batas yang licin bagi ruang-ruang jantung
dan menutupi katup-katup jantung .Endocardium bersambung dengan endothelial yang
melapisi pembuluh besar jantung.

b) Struktur Bagian Dalam dan Luar Ruang-ruang Jantung

Jantung terdiri dari empat ruang,dua atrium dan dua ventrikel pada bagian
anterior.Setiap atrium terdapat auricle,setiap aurikel meningkatkan kapasitas ruang
atrium sehingga atrium menerima volume darah yang lebih besar. Pada permukaan
jantung terdapat lekuk yang saling berhubungan disebut sulkus yang mengandung
pembuluh darah koroner dan sejumlah lemak. Masing-masing sulkus memberi tanda
batas eksternal antar dua ruang jantung. Sulkus koroner bagian dalam mengelilingi
sebagian jantung dan memberi tanda batas antara atrium superior dan ventrikel inferior.
Sulkus interventrikuler anterior adalah lekukan dangkal pada permukaan depan
jantung yang memberi tanda batas antara ventrikel kanan dan kiri,sulkus ini berlanjut
mengelilingi permukaan posterior jantung yang disebut sulkus interventrikuler posterior
dimana memberi tanda batas antar ventrikel di bagian belakang jantung.

Atrium kanan

Atrium kanan menerima darah dari cava superior,cava inferior dan sinus
koronarius.Pada bagian antero superior atrium kanan terdapat lekukan ruang yang
berbentuk daun telinga yang disebut aurikel, pada bagian posterior dan septal licin dan
rata tetapi daerah lateral dan aurikel permukaannya kasar serta tersusun dari serabut-
serabut otot yang berjalan pararel yang disebut pactinatus. Tebal dinding antrium kanan
2 cm.

Ventrikel kanan

Ventrikel kanan membentuk hampir sebagian besar permukaan depan


jantung.Bagian dalam dari ventrikel kanan terdiri dari tonjolan-tonjolan yang terbentuk
dari ikatan jaringan serabut otot jantung yang disebut trabeculae carneae. Beberapa
trabeculae carneae merupakan bagian yang membawa sistem konduksi dari jantung.

Daun katup trikuspid dihubungkan dengan tali seperti tendon yang disebut dengan
chorda tendinea yang disambungkan dengan trabekula yang berbentuk kerucut yang
disebut papillary muscle. Ventrikel kanan dipisahkan dengan ventrikel kiri oleh
interventrikuler septum. Darah dari ventrikel kanan melalui katup semilunar pulmonal ke
pembuluh darah arteri besar yang disebut pulmonary truk yang dibagi menjadi arteri
pulmonal kanan dan kiri.

Atrium kiri
Atrium kiri membentuk sebagian besar dasar jantung.Atrium kiri menerima darah dari
paru-paru melalui empat vena pulmonal.Seperti pada atrium kanan bagian dalam atrium
kiri mempunyai dinding posterior yang lunak. Darah dibawa dari atrium kiri ke ventrikel
kiri melalui katup bikuspid dimana mempunyai dua daun katup.

Ventrikel kiri

Ventrikel kiri membentuk apex dari jantung seperti pada ventrikel kanan mengandung
trabecula carneae dan mempunyai chorda tendinea yang dimana mengikat daun katup
bikuspid ke papillary muscle. Darah dibawa dari ventrikel kiri melalui katup semilunar
aorta ke arteri yang paling besar keseluruh tubuh yang disebut aorta asending.Dari sini
sebagian darah mengalir ke arteri coronary,dimana merupakan cabang dari aorta
asending dan membawa darah kedinding jantung,sebagian darah masuk ke arkus aorta
dan aorta desending.Cabang dari arkus aorta dan aorta desending membawa darah
keseluruh tubuh.

Tekanan normal di ruang-ruang jantung:


• Atrium kanan -0-5 mmHg. - Atrium Kiri 3-12 mmHg
• Ventrikel kanan (S 15-25) ( D <5 ) -Ventrikel Kiri ( S 120 ) ( D 10 )
• Arteri Pulmonal ( S 15-25 ) ( D 3-12 ) -Aorta ( S 120 ) ( D 70 )

c) Struktur Katup-katup Jantung

Membuka dan menutupnya katup jantung terjadi karena perubahan tekanan pada
saat jantung kontraksi dan relaksasi.Setiap katup jantung membantu aliran darah satu
arah dengan cara membuka dan menutup katup untuk mencegah aliran balik.

Katup Atrioventrikuler

Disebut katup atrioventrikuler karena letaknya di antara atrium dan ventrikel.


Katup atrioventrikuler terdiri dari dua katup yaitu biskupid dan trikuspid,dan ketika katup
atrioventrikuler terbuka daun katup terdorong ke ventrikel.Darah bergerak dari atrium ke
ventrikel melalui katup atrioventrikuler yang terbuka ketika tekanan ventrikel lebih
rendah dibanding tekanan atrium.Pada saat ini papillary muscle dalam ke adaan
relaksasi dan corda tendinea kendor.

Pada saat ventrikel kontraksi,tekanan darah membuat daun katup keatas sampai tepi
daun katup bertemu dan menutup kembali. Pada saat bersamaan muskuler papilaris
berkontraksi dimana menarik dan mengencangkan chorda tendinea hal ini mencegah
daun katup terdorong ke arah atrium akibat tekanan ventrikel yang tinggi. Jika daun
katup dan chorda tendinea mengalami kerusakan maka terjadi kebocoran darah atau
aliran balik ke atrium ketika terjadi kontraksi ventrikel.

Katup Semilunar

Terdiri dari katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal terletak pada arteri
pulmonalis memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katup aorta terletak antara
aorta dan ventrikel kiri. Kedua katup semilunar terdiri dari tiga daun katup yang
berbentuk sama yang simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan
dengan sebuah cincin serabut. Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir
dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonal atau aorta selama sistol ventrikel dan
mencegah aliran balik waktu diastolik ventrikel . Pembukaan katup terjadi pada waktu
masing-masing ventrikel berkontraksi,dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari pada
tekanan di dalam pembuluh-pembuluh .

2) Pembuluh Darah Besar pada Jantung


Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan jantung yaitu :
1. Vena Cava Superior
Vena cava superior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari tubuh bagian
atas menuju atrium kanan.
2. Vena Cava Inferior
Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah
diafragma ke atrium kanan.
3. Sinus Conaria
Sinus coronary adalah vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung
sendiri.
4. Trunkus Pulmonalis
Pulmonary trunk adalah pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari
ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan
kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
5. Vena Pulmonalis
Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih
dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
6. Aorta Asendens
Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari
ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke cabangnya yang bertanggung jawab
dengan organ tubuh bagian atas.
7. Aorta Desendens
Descending aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung
jawab dengan organ tubuh bagian bawah
Suplai Darah ke Jantung
Jantung mendapatkan suplai darah dari arteri koroner. Arteri koroner adalah arteri
yang bertanggung jawab atas jantung itu sendiri, karena darah bersih yang kaya akan
oksigen dan elektrolit sangat penting agar jantung tetap bisa bekerja sebagaimana
fungsinya.
Arteri koroner terbagi dua yaitu arteri koroner kiri dan kanan. Arteri koroner kiri
mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden) dan arteri sirkumfleksi. Kedua
arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary
atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang
kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua
lekuk ini di bagian permukaan posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung
yang sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini.
LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan
kanan, serta bagian interventrikuler septum. Arteri sirkumfleksi mensuplai 45% darah
untuk atrium kiri dan ventrikel kiri serta 10% mensuplai SA node.
Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium kanan, ventrikel
kanan, permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node dan
55% mensuplai SA Node.

3) Darah
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah
mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam
tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah,
sel darah putih dan trombosit.
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada system kardiovaskuler.
Secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seorang laki-laki
dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600ml. Dari
jumlah tersebut sekitar 55% merupakan plasma. Volume komponen darah harus
memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar system kardiovaskuler
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

SIRKULASI DARAH

Sirkulasi darah terbagi menjadi dua yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal.
Sirkulasi pulmonal adalah peredaran darah antara jantung dengan paru-paru.
Sirkulasi pulmonal diawali dengan keluarnya darah dari ventrikel kanan ke paru-paru
melalui arteri pulmonalis dan kembali ke atrium kiri melalui vena-vena pulmonalis.
Sirkulasi sistemik merupakan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh (kecuali
paru-paru). Sirkulasi sistemik dimulai dari keluarnya darah dari ventrikel kiri ke aorta
kemudian ke seluruh tubuh melalui berbagai percabangan arteri. Selanjutnya kembali ke
jantung (atrium kanan) melalui vena cava. Darah dari tubuh bagian atas kembali ke
jantung melalui vena cava superior dan darah dari tubuh bagian bawah kembali ke
jantung melalui vena cava inferior.
B. SEL Eksitabel
Pengertian Sel Eksitabel

Eksitabel sel adalah sel yang dapat menghantarkan impuls atau potensial aksi. Jaringan
eksitabel apabila dirangsang dengan adekuat akan memberi respon berupa potensial
aksi.

Struktur dan Komposisi Membran Sel

Membran sel merupakan bagian terluar sel yang membatasi bagian dalam sel
dengan lingkungan luar. Membran sel merupakan selaput selektif permeabel, artinya
hanya dapat dilalui molekul-molekul tertentu seperti glukosa, asam amino, gliserol, dan
berbagai ion. Berdasarkan analisis kimiawi dapat diketahui bahwa hampir seluruh
membran sel terdiri atas lapisan protein dan lapisan lipid (lipoprotein). Membran plasma
terdiri atas dua lapisan, yaitu berupa lapisan lipid rangkap dua (lipid bilayer). Lapisan
lipid disusun oleh fosfolipid. Fosfolipid adalah lipid yang mengandung gugus fosfat dan
terdiri atas bagian kepala (polar head) dan bagian ekor (nonpolar tail). Bagian kepala
bersifat hidrofilik (suka air), sedangkan bagian ekorbersifat hidrofobik (tidak suka air).
Lipid terdiri atas fosfolipid, glikolipid, dan sterol.
1) Fosfolipid, yaitu lipid yang mengandung gugusan fosfat.
2) Glikolipid, yaitu lipid yang mengandung karbohidrat.
3) Sterol, yaitu lipid alkohol terutama kolesterol.
Lapisan protein membran sel terdiri atas glikoprotein. Lapisan protein membentuk
dua macam lapisan, yaitu lapisan protein perifer atau ekstrinsik dan lapisan protein
integral atau intrinsik. Lapisan protein perifer membungkus bagian kepala (polar head)
lipid rangkap dua bagian luar. Lapisan protein integral membungkus bagian kepala
(polar head) lipid rangkap dua bagian dalam.

Komposisi Elektrolit Intrasel dan Ekstrasel


Di dalam cairan intrasel maupun ekstrasel terdapat elektrolit, unsur penting bagi
tubuh selain air. Komposisi elektrolit pada kedua kompartemen cairan tersebut berbeda.
Kalium dan fosfat adalah elektrolit utama pada CIS, sedangkan natrium dan klorida
adalah elektrolit utama CES. Natrium dan kalium berperan dalam keseimbangan asam-
basa, keseimbangan cairan, dan fungsi sel saraf. Fosfat adalah unsur pembentuk
molekul berenergi (adenosine triphosphate-ATP), dan berperan dalam pembentukan
tulang dan gigi. Klorida berperan dalam keseimbangan asam-basa dan cairan. Selain itu
masih terdapat elektrolit lain yang memiliki fungsi penting, misalnya kalsium dan
magnesium. Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, proses pembekuan
darah, kontraksi otot, dan fungsi sel saraf. Magnesium berperan dalam aktivitas enzim,
pembentukan tulang, dan aktivitas otot dan sel saraf. Kekurangan elektrolit akan
menimbulkan berbagai gangguan fungsi organ, oleh sebab itu kebutuhan elektrolit harus
selalu tercukupi.
Volume cairan dan konsentrasi elektrolit selalu dipertahankan dalam keadaan yang
seimbang. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan mengatur
masukan dan keluaran air dan elektrolit. Masukan air dan elektrolit (water and electrolite
gain) diperoleh terutama melalui makan dan minum. Keluaran air dan elektrolit (water
and electrolite loss) secara eksresi melalui buang air kecil dan buang air besar, dan
secara evaporasi melalui pernafasan dan kulit dalam bentuk keringat. Masukan dan
keluaran air dikendalikan oleh otak yaitu di hipotalamus. Perubahan volume CES
maupun konsentrasi elektrolit merangsang hipotalamus untuk mengurangi atau
meningkatkan keluaran dan masukan air dengan cara mengatur rasa haus dan eksresi
air melalui ginjal.

Transportasi Elektrolit Melalui Membran Sel

Membrane plasma merupakan selaput sel di sebelah luar sitoplasma. Di dalam


sitoplasma terdapat bagian-bagian yang disebut organel. Semua organel dibatasi oleh
membrane. Membrane yang membatasi organel mempunyai struktur molekul yang
sama dengan membrane plasma yang terdiri atas molekul-molekul lemak dan protein.
Membran sel berguna sebagai pembatas antara organel-organel di bagian dalam sel
dan cairan yang membasahi semua sel. Membrane sel sangat tipis sehingga hanya
dapat diamati dengan perbesaran tinggi menggunakan mikroskop electron. S. singer
dan E. Nicolson (1972) mengemukakan teori tentang membrane sel yang dikenal
dengan teori membrane mozaik cair. Teori ini menyatakan bahwa membrane sel
tersusun oleh lapisan protein. Protein tersusun mozaik atau tersebar dan masing-
masing tersisip atau tenggelam di antara lapisan ganda fosfolipid (bilayer fosfolipid).
Membrane sel terdiri atas kira-kira 50% lipid dan 50% protein, lipid terutama
merupakan fosfolipid dan tersusun dua lapis dan protein tersebar diantara bilayer
fosfolipid disebut protein instrinsik (integral) yang bersifat hidrofobik atau menolak air.
Karena susunan membrane sel yang demikian maka membrane sel bersifat
semipermeable. Membrane sel tidak simetris, protein ekstrinsik yang bergabung dengan
permukaan luar membrane amat berlainan dari protein yang ekstrinsik yang bergabung
dengan membrane dalam. Membran sel berfungsi mengatur gerakan materi atau
transportasi dari atau keluar sel.

Potensial Membran

P o t e n s i a l m e m b r a n adalah tegangan melintasi suatumembran


sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan
bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di luarnya).Semua sel
memiliki tegangan melintasi membran plasmanya, di mana tegangan ialah
energi potensial listrik-pemisahan muatan yang berlawanan.Sitoplasma sel
bermuatan negatif dibandingkan dengan fluida ekstraseluler disebabkan oleh
distribusia n i o n dank a t i o n pada sisi membran yang berlawanan yang tidak
sama.Potensial membran bertindak sepertib a t e r a i, suatu sumber energi yang
mempengaruhi lalulintas semua substansi bermuatan yang melintasi
membran.Karena di dalam sel itu negatif dibandingkan dengan di luarnya,
potensial membran ni mendukung transpor pasif kation ke dalam sel dan anion
ke luar sel.Dengan demikian, dua gaya menggerakkand i f u s i ion melintasi
suatu membran: gaya kimiawi (gradien konsntrasi ion) dan gaya listrik
(pengaruh potensial membran pada pergerakan ion).Kombinasi kedua gaya yang
bekerja pada satu ion ini disebutg r a d i e n elektrokimiawi.Perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi potensial membran dan sel itu sendiri, sebagai
conthnya,d e p o l a r i s a s i dari membran plasma diduga memicu apoptosis
(kematian sel yang terprogram)

Potensi Aksi Tentang Sel, Jaringan, Organ, dan Sistem Organ

Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara
kedua sisi membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi. Bila
sel yang dalam keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai dan
dengan level yang cukup maka sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat menuju
ke keadaan aktif. Dalam keadaan aktif, potensial membran sel mengalami perubahan
dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif di sisi dalam. Keadaan sel seperti ini
disebut dalam keadaan depolarisasi. Depolarisasi ini dimulai dari suatu titik di
permukaan membran sel dan merambat ke seluruh permukaan membran. Bila seluruh
permukaan membran sudah bermuatan positif di sisi dalam, maka sel disebut dalam
keadaan depolarisasi sempurna.
Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan repolarisasi.
Dalam keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di sisi dalam
menuju kembali ke negatif di sisi dalam. Repolarisasi dimulai dari suatu titik dan
merambat ke seluruh permukaan membran sel. Bila seluruh membran sel sudah
bermuatan negatif di sisi dalam, maka dikatakan sel dalam keadaan istirahat atau
keadaan polarisai kembali dan siap untuk menerima rangsangan berikutnya.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial
membran sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi
positif dan kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu
impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu
sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini akan
diuraikan bagaimana proses terjadinya potensial aksi dari suatu sel yang semula dalam
keadaan istirahat.

C. PEMBULUH DARAH

JENIS PEMBULUH DARAH


Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (vaskuler). Secara umum
pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika adventisia, tunika media dan tunika
intima.
Tunika adventisia merupakan lapisan paling luar berupa jaringan ikat yang kuat.
Tunika media merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot polos. Tunika intima
membentuk dinding dalam dari pembuluh darah terdiri dari sel-sel endotel. Celah antara
sel-sel endotel membentuk pori-pori pembuluh darah.
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola,
kapiler, venula dan vena.
1. Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke seluruh jaringan
tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis (lentur), kelenturannya membantu
mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak
mengandung jaringan elastis yang dapat teregang saat sistol dan mengadakan rekoil
saat diastol.
2. Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai katup pengontrol
untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat
sehingga mampu kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat
mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik
yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol merupakanpenentu utama resistensi/tahanan
aliran darah, perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada
resistensi.
3. Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi
sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa
darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah
dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari
jaringan ke dalam darah.

Fungsi kapiler adalah :


Penghubung arteri dan vena
Tempat terjadinya pertukaran zat
Absorbsi nutrisi pada usus
Filtrasi pada ginjal
Absorbsi sekret kelenjar

4. Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venul-venul lain ke
dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.
5. Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada
arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan
kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam
sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai
kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.

D. Pembuluh Limfe ( Getah Bening )

Di dalam tubuh, selain pembuluh darah juga terdapat pembuluh limfe. Pembuluh ini
mengangkut cairan dari jaringan menuju darah. Selain itu, juga mengangkut lemak dan
bahan bahan asing untuk dirombak ke nodus limfe. Pembuluh limfa bermuara di
berbagai jaringan dan peredarannya termasuk sirkulasi terbuka. Di dalam tubuh
terdapat dua pembuluh limfe berukuran besar sebagai berikut.
1. Ductus Limfaticus Dexter (Pembuluh Limfe Kanan)

Pembuluh limfe ini mengangkut limfe yang berasal dari kepala, dada sebelah kanan,
dan lengan kanan. Pembuluh limfe kanan bermuara pada pembuluh balik di bawah
vena subclavia dextra (vena yang melewati tulang selangka sebelah kanan).

2. Ductus Thoracicus (Pembuluh Limfe Dada)

Pembuluh ini mengangkut limfe yang berasal dari bagian tubuh lain dan bermuara ke
pembuluh balik di bawah vena subclavia sinestra (vena yang melewati tulang selangka
kiri). Pembuluh limfe dada juga merupakan tempat bermuaranya pembuluh kil atau
pembuluh lemak, yaitu pembuluh yang mengumpulkan asam lemak yang diserap dari
usus. Lemak inilah yang menyebabkan cairan limfe berwarna kuning keputih-putihan.

Limfe berasal dari cairan seluruh bagian tubuh. Hal ini memungkinkan di dalam limfe
terdapat kuman-kuman penyakit. Kuman-kuman penyakit ini perlu difilter oleh pembuluh
limfe. Proses ini dilakukan oleh kelenjar limfe. Jadi, bila terdapat kuman pada suatu
luka, maka kuman tersebut akan dibinasakan sebelum masuk ke dalam sirkulasi darah.

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa kelenjar tubuh sebagai berikut.

1. Kelenjar limfe di lipat siku, ketiak, lipatan paha, lutut, dan leher.
2. Kelenjar limfe di selaput lendir usus.
3. Kelenjar folikel di pangkal lidah.
4. Tonsil.
5. Adenoid di dinding tekak.

Fungsi Pembuluh Limfe ( getah bening )


Sistem sirkulasi limfe juga mempunyai beberapa fungsi penting di dalam tubuh di
antaranya sebagai berikut.

1. Mengambil kelebihan cairan di dalam jaringan dan mengirimkannya ke darah.


2. Mengabsorpsi lemak dan asam laktat di usus halus dan mengangkutnya ke darah.
3. Membantu mempertahankan tubuh dari penyakit yaitu dengan melawan bibit penyakit
yang masuk, menyaring racun yang dihasilkan oleh bibit penyakit tersebut, serta
membentuk antibodi.

Perbedaan Sirkulasi Limfe dengan Sirkulasi Darah

Aliran limfe dalam pembuluh limfe ini dipengaruhi oleh kontraksi otot rangka. Jadi,
terdapat perbedaan antara sirkulasi darah dengan sirkulasi limfe, perbedaan ini dapat
dilihat dalam tabel berikut.

ANATOMI SISTEM LIMFATIK

Jalinan pembuluh limfe terdiri dari tiga ruangan utama. Kapiler limfe merupakan tempat
absorpsi limfe seluruh tubuh. Kapiler-kapiler ini bermuara kedalam pembuluh
pengumpul yang melewati ekstremitas dan rongga tubuh, yang kemudian bermuara
kedalam sistem vena melalui duktus torasikus. Pembuluh pengumpul secara periodik
diselingi oleh kelenjar limfe, yang menyaring limfe dan terutama melakukan fungsi
imunologi.

Kapiler limfe serupa dengan kapiler darah, kecuali bahwa membran basalis tidak begitu
tegas. Telah diketahui adanya celah besar antara sel endotel pembuluh limfe yang
berdekatan, sehingga partikel sebesar eritrosit dan limfosit bisa berjalan melaluinya.
Jaringan tertentu tampaknya tidak mempunyai pembuluh limfe.Keseluruhan epidermis,
sistem saraf pusat, selubung mata dan otot, kartilago dan tendon tidak mempunyai
pembuluh limfe. Dermis kaya akan pembuluh limfe yang mudah dikenal dengan
penyuntikan intradermis zat warna tertentu. Pembuluh tanpa katup ini berhubungan
dengan pembuluh pengumpul pada sambungan dermis-subkutis. Pembulu limfe
superfisialis ekstremitas terdiri dari beberapa saluran berkatup yang terutama melewati
sisi medial ekstremitas ke arah lipat paha atau aksila, dimana saluran ini berakhir dlam
satu kelenjar limfe atau lebih. Pembuluh ini mempertahankan kaliber yang seragam
waktu naik dan sering berhubungan satu sama lain melalui cabang yang menyilang.
Sistem pembuluh limfe profunda yang terpisah juga terdapat pada ekstremitas. Jalinan
ini mengikuti dengan dengan rapat jalur vaskular utama profunda terhadap fasia otot.
Pada individu normal, ada sedikit (jika ada) hubungan antara dua sistem.

Pembuluh limfe mempunyai struktur yang serupa dengan pembuluh darah dengan
adventisia berbatas tegas, suatu media yang mengandung sel otot polos dan suatu
intima. Pembuluh ini juga dipersarafi dan, telah diamati adanya spasme maupun
kontraksi alamiah berirama.
Kelenjar limfe secara periodik diselingi di seluruh perjalanan saluran limfe pengumpul.
Masing-masing kelenjar limfe bisa mempunyai beberapa saluran limfe eferen yang
masuk melalui kapsul. Kemudian limfe memasuki sinus, membasai daerah korteks dan
medula, dan keluar melalui saluran eferen tunggal. Daerah korteks terutama
mengandung limfosit, yang tersusun dalam folikel yang dipisahkan oleh perluasan
trabekular kapsula ini. Di dalam folikek terdapat sentrum germinativum diskrit. Medula
bisa mengandung makrofag dan sel plasma maupun limfosit, dan sel-sel ini dianggap
dalam keseimbangan dinamik di dalam kelenjar limfe. Tiap kelenjar limfe juga
mempunyai supali saraf dan vaskular yang terpisah, dan sekarang sudah diketahui
bahwa interaksi pembuluh limfe-vaskular bisa timbul di dalam kelenjar limfe.

Saluran limfe ekstremitas bawah dan visera bersatu untuk membentuk sisterna kili dekat
aorta di dalam abdomen atas. Struktur terakhir ini berjalan melalui diafragma untuk
menjadi duktus torasikus. Di dalam dada, duktus ini menerima pembulu limfe visera
totem vena melalui persatuan dengan vena subklavia sisnistra. Uktus limfatikus dekstra
yang terpsah, memberikan drainase untuk ekstremitas kanan atas dan leher serta
memasuki vena sublavia dekstra.
FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK

Sirkulasi limfe merupakan proses yang rumit dan sulit dipahami. Satu fungsi utama
sistem limfe adalah untuk berpartisipasi dalam pertukaran kontinyu cairan interstial
merupakan filtrat plasma yang memnyilang dinding kapiler dan kecepatan
pembentukannya tergantung pada perbedaan tekanan di antara membran ini.
Pappenhimer dan soto-rivera mendukung konsep bahwa pori-pori kapiler adalah kecil
dan hanya permeabel sebagian bagi molekul besar seperti protein plasma. Molekul
besar ini yang tertangkap di dalam kapiler menimbulkan efek osmotik yang cenderung
menjaga volume cairan di dalam ruang kapiler. Sehingga pertukaran cairan antara
kapiler dan ruang interstiasial tergantung pada empat faktor : tekanan hidrostatik di
dalam kapiler dan di dalam ruang interstiasial serta tekanan osmotik di dalam dua
ruangan ini. Tekanan onkotik plasma normal sekitar 25 mmHg, sementara tekanan
onkotik cairan interstisial hanya kira-kira 1 mmHg. Tekanan hidrostatik pada ujung
arteiola kapiler diperkirakan 37 mmHg. Dan pada ujung vena 17 mmHg. Tekanan
Hidrostatik cairan interstisial bervariasi dalam jaringan yang berbeda sebesar –2mmHg
dalam jaringan subkutis dan +6 mmHg di dalam ginjal. Ada aliran bersih cairan keluar
dari kapiler ke dalam ruang interstisial pada ujung arteriola yang bertekanan tinggi dari
suatu kapile, dan aliran bersih ke dalam pada ujung venula ( gambar 1 ). Normalnya
aliran keluar bersih melebihi aliran masuk bersih dan cairan tambahan ini kembali ke
sirkulasi melalui pembuluh limfe. Aliran limfe noramal 2 samapi 4 liter perhari.
Kecepatan aliran sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal dan sistemik, yang
mencakup konsentrasi protein dalam plasma dan cairan interstisial, hubungan tekanan
arteri dan vena lokal, serta ukuran pori dan keutuhan kapiler.

Tenaga pendorong limfe juga merupakan proses yang rumit. Saat istirahat, kontraksi
intrinsik yang berirama dari dinding duktus pengumpul dianggap mendorong limfe ke
arah duktus torasikus dalam bentuk peristeltik. Kontraksi otot rangka aktif , menekan
saluran limfe dan karena adanya katup yang kompeten dalam saluran limf, maka limfe di
dorong ke arah kepala. Peningkatan tekan intra-abdomen akibat batuk atau mengejan,
juga menekan pembulu limfe, mempercepat aliran limfe ke atas. Perubahan fasik dalam
tekanan intratoraks yang berhubungan dengan pernafasn, membentuk mekanisme
pompa lain untuk mendoong limfe melalui mediastitinum. Aliran darah yang cepat dalam
vena subklavia bisa menimbulkan efek siphon pada duktus torasikus.

2.2 FISIOLOGI

A. Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah
bertekana tinggi ke daerah bertekanan rendah. Tekanan yang bertanggung jawab
terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot ventrikel.
Ketika otot berkontraksi darah terdorong dari vebtrikel ke aorta selama periode dimana
tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan menjadi seimbang
katup aorta akan menutup dan keluaran dari vebtrikel kiri terhenti. Darah yang telah
memasuki aorta akan menaikkan tekanan darah pembuluh darah tersebut. Akibatnya
terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah secara progresif ke arteri,
kapiler, dan ke vena. Darah kemudian kembali ke antrium kanan karena tekanan dalam
kamar ini lebih rendah dari tekanan vena. Perbedaan tekanan juga bertanggung jawab
terhadap aliran darah dari arteri pulmonalis ke paru dan kembali ke antrium kiri.
Perbedaan tekanan dalam sirkulasi pulmonal secara bermakna lebih rendah dari
tekanan sirkulasi sitemik karena aliran di pembuluh darah pulmonal lebih rendah.
B. Elektrofisiologi Jantung
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium, kalium
dan kalsium) bergerak menembus membran sel. Perbedaan muatan listrik yang tercatat
dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensial aksi jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi artinya
terdapat perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang bermuatan
negatif dan bagian luar yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula saat
dilepaskannya impuls listrik, mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas membran sel
berubah dan ion bergerak melintasinya. Dengan bergeraknya ion ke dalam sel maka
bagian dalam sel akan menjadi positif. Kontraksi otot terjadi setelah depolarisasi.sel otot
jantung normalnya akan mengalami depolarisasi ketika sel-sel tetengganya mengalami
depolarisasi (meskipun dapat juga terdepolarisasi akabat stimulasi listrik
eksternal).depolarisasi sebuah sel sisrem hantaran khusus yang memadai akan
mengakibatkan depolarisasi dan kontraksi seluruh miokardium.Repolarisasi terjadi saat
sel kembali kekeadaan dasar (menjadi lebih negatif),dan sesuai dengan relaksasi otot
miokardium.
Setelah influks natrium cepat ke dalam sel selama depolarisasi,permeabilitas
membran sel terhadap kalsium akan berubah,sehingga memungkinkan ambilan kalsium
ke dalam sel. Influks kalsium,yang terjadi selama fase plateau repolarisasi,jauh lebih
lambat dibandingkan natrium dan berlangsung lebih lama. Interaksi antara perubahan
voltase membran dan kontraksi otot di nbamkan kopling elektromekanikal.
Otot jantung,tidak seperti otot lurik atau otot polos,mempunyai periode refraktori
yang panjang,pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi.Hal tersebut
melindungi jantung dari kontraksi berkepanjangan (tetani),yang dapat mengakibatkan
henti jantung mendadak.
Kopling elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada
komposisi cairan interstisialsekitar otot jantung.Komposisi cairan tersebut pada
gilirannya tergantung pada komposisi darah. Maka perubahan konsentrasi kalsium
dapat mempengaruhi kontraksi serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium
darah juga penting,karena kalium mempengaruhi voltase listrik normal sel.
C. Mekanisme Jantung Sebagai Pompa
Pada kurva EKG, sistolik atrium dimulai setelah gelombang P dan sistolik ventrikel
dekat akhir gelombang R dan berakhir segera setelah gelombang T. Kontraksi
menghasilkan runtutan perubahan tekanan dan aliran dalam rongga jantung dan
pembuluh darah. Perlu dicatat bahwa istilah tekanan sistolik dalam sistem pembuluh
darah merujuk pada puncak tekanan tertinggi yang dicapai selama sistolik, bukan
tekanan rata-rata; demikian pula halnya, tekanan diastolik merujuk pada tekanan
terendah selama diastolik.
D. Sistem Konduksi
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik.
Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus,yaitu :
1. Otomatisasi,kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2. Irama,kemampuan membentuk impuls yang teratur.
3. Daya konduksi,kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4. Daya rangsang,kemampuan untuk bereaksi terhadap rangasang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas,maka secara spontan dan teratur jantung akan
menghasilkan impuls-impuls yang di salurkan melalui system hantaran untuk
merangsang otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls di
mulai dari nodus SA ke nodus AV,sampai ke serabut purkinye.
Di dinding atrium kanan terdapat nodus sinoatrial (SA). Sel-sel dari nodus SA
memiliki otomatisasi. Karena nodus SA secara normal melepaskan impuls dengan
kecepatan lebih cepat dari pada sel jantung lain dengan otomatisasi 60-100
denyut/menit. Jaringan khusus ini bekerja sebagai pemacu jantung normal. Pada bagian
bawah septum interatrial terdapat nodus atrioventrikuler (AV). Jaringan ini bekerja untuk
menghantarkan,memperlambat,potensial aksi atrial sebelum ia mengirimnya ke
ventrikel. Potensial aksi mencapai nodus AV pada waktu yang berbeda. Nodus AV
memperlambat hantaran dari potensial aksi ini sampai semua potensial aksi telah di
keluarkan atrium dan memasuki nodus AV.
Setelah sedikit perlambatan ini,nodus AV melampau potensial aksi sekaligus,ke
jaringan konduksi ventrikular, memungkinkan kontraksi simultan semua sel ventrikel.
Pelambatan nodus AV ini juga memungkinkan waktu untuk atrium secara penuh
mengejeksi kelebihan darahnya ke dalam ventrikel,sebagai persiapan untuk sistole
ventrikel.
Dari nodus AV ,impuls berjalan ke berkas his di septum interventrikular ke cabang
berkas kanan dan kiri,dan kemudian melalui satu dari beberapa serat purkinye ke
jaringan miokard ventrikel itu sendiri. Potensial aksi dapat melintasi jaringan penghantar
3-7 kali lebih cepat dari pada melalui miokard ventrikel. Maka berkas, cabang dan
serabut purkinye dapat mendekati kontraksi simultan dari semua bagian
ventrikel,sehingga memungkinkan terjadinya penyatuan kerja pompa maksimal.

E. Pembuluh Arteri, Vena, dan Sistem Kapiler


 Pembuluh darah arteri atau nadi.
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang
berdinding tebal dan kaku. Pembuluh arteri yang datang dari bilik sebelah kiri
dinamakan aorta yang tugasnya mengangkut oksigen untuk disebar ke seluruh tubuh.
Pembuluh arteri yang asalnya dari bilik kanan disebut sebagai pembuluh pulmonalis
yang betugas membawa darah yang terkontaminasi karbon dioksida dari setiap bagian
tubuh menuju ke paru-paru.
Pembuluh darah vena atau balik
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung
yang bersifat tipis dan elastis. Pembuluh vena kava anterior adalah pembuluh balik yang
berasal dari bagian atas tubuh. Pembuluh vena kava pulmonalis adalah pembuluh balik
yang berasal dari bagian bawah tubuh.
Pembuluh darah kapiler
pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari pembuluh arteri.
Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu anyaman rumit di mana setiap mili
meter dari suatu jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000 kapiler darah.

F. Tekanan Darah dan Sistem Regulasi


Faktor –faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tekanan
pembuluh darah perifer, dan volume atau aliran darah. Kontrol terhadap tekanan darah
bergantung pada sensor-sensor yang secara terus menerus mengukur tekana darah
dan mengirim informasinya ke otak. Otak mengintergrasikan semua informasi yang
masuk dan berespon dengan mengirim rangsangan eferen ke jantung dan sistem
pembuluh melalui saraf-saraf otonom. Berbagai hormon dan mediator kimiawi lokal
berperan dalam mengontrol tekanan darah.
KONTROL TEKANAN DARAH
Pusat kardiovaskuler di otak berada di formasio retikularis dan terletak di medula
oblongata bagian bawah dan pons. Impuls yang berkaitan dengan tekanan darah
diintegrasikan disini. Apabila terjadi perubahan tekanan darah, maka pusat
kardiovaskuler mengaktifkan sistem saraf otonom, sehingga terjadi perubahan stimulasi
simpatis dan parasimpatis ke jantung dan selanjutnya akan terjadi perubahan stimulasi
simpatis ke seluruh sistem pembuluh darah.
2.3 BOIFISIKA

A. Listrik Jantung
Aliran arus listrik dari masa sinsitium otot jantung
Sebelum masa sisitium otot jantung terangsang semua bagian luar sel otot itu
bermuatan positif dan bagian dalam bermuatan negatif. Begitu suatu daerah sinsitium
jantung terdepolarisasi, muatan negative akan bocor keluar dari serabut otot yang
mengalami depolarisasi sehingga daerah permukaan ini menjadi elektronegatif. Karena
proses depolarisasi menyebar kesegala arah melalui jantung,perbedaan potensial yang
tampak hanya menetap selama seperbeberapa ribu detik,dan perhitungan voltase yang
sebenarnya hanya dapat dilakukan dengan alat perekam yang berkecepatan tinggi.
Aliran arus listrik yang mengelilingi jantung pada dada (paru)
Walaupun sebagian besar paru terisi oleh udara tapi dapat juga menghantarkan arus
listrik yang cukup besar dan cairan yang terdapat dalam jaringan lain yang terletak di
sekeliling jantung juga dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Oleh karena
itu,sebenarnya jantung terendam did lam media yang konduktif. Bila satu bagian
ventrikal mengalami depolarisasi maka daerah itu akan menjadi elektronegatif di
bandingkan bagian lainnya. Aliran listrik akan mengalir dari daerah yang terdepolarisasi
menuju ke daerah yang terpolarisasi melalui jalur melingkar yang besar.
Impuls jantung mula-muloa akan sampai di bagian septum ventrikal dan selanjutnya
segera menyebar ke permukaan dalam dari sisa ventrikel lainnya. Keadaan ini akan
menyebabkan kenegatifan di bagian dalam ventrikel,sedangkan di bagian luar dinding
ventrikel akan mengalami kepositifan,dengan arus listrik akan mengalir melalui cairan
yang terdapat di sekeliling ventrikael menurut jalur elips. Dengan kata lain arus listik
rata-rata dengan kenegatifan akan mengalir kebasal jantung dan arus listrik rata-rata
dengan kepositifan akan mengalir ke bagian apeks.
Selama berlangsungnya sebagian besar sisa proses depolarisasi,arus juga tetap
mengalir menurut arah penyebaran yang sama,sementara depolarisasi menyebar dari
permukaan endokardium keluar melalui masa otot ventrikel.Kemudian,sesaat sebelum
proses depolarisasi selesai melintasi ventrikel,selama kira-kira 0,01 detik,rata-rata aliran
arus listrik ini akan terbalik,yakni akan mengalir dari apeks ventrikel menuju ke bagian
basal,sebab bagian ja ntung yang paling akhir terdepolarisasi adalah dinding bagian luar
ventrikel yang dekat dengan basal jantung.
Jadi pada ventrikel jantung yang normal,selama hampir seluruh siklus
depolarisasi,arus mengalir dari negative ke positif,terutama dari arah basal jantung
menuju ke apeks kecuali pada bagian akhir dari proses depolarisasi.
B. Konduksi Jantung
Sistem konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada EKG, yang
terdiri dari :
1. SA Node ( Sino-Atrial Node )
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA
Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik)
dengan frekuensi 60 – 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga
menyebabkan seluruh atrium terangsang
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel
dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan
pada SA Node yaitu : 40 – 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls
lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA
Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch ) Setelah melewati kedua cabang ini,
impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel
ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang.
Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis
mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 – 40 kali permenit.
Bentuk Gelombang dan Interval EKG
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai dengan
penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.
Gelombang – gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal
dan voltase vertikal. Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai
berikut :
a) Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium
berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik yang berhubungan dengan
eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P dalam
keadaan normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan
hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta
mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi
gelombang P. misalnya, irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat
menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.
b) Interval PR

Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini
tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui nodus
AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval PR yang
abnormal menandakan adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut bloks jantung
tingkat pertama.

c) Kompleks QRS

Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak


massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar cukuop
cepat, normalnya lamanya komplek QRS adalah antara 0,06 dan 0,10 detik.
Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas
cabang (bundle branch block) akan melebarkan kompleks ventrikuler. Irama jantung
abnormal dari ventrikel seperti takikardia juga akan memperlebar dan mengubah bentuk
kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran impuls melalui
ventrikel di pintas. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS
karena penambahan massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama massa
depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi
gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada elektrokardiografi.

d) Segmen ST

Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel.
Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini terlalu
lemah dan tidak tertangkap pada EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan
dengan iskemia miokardium sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan dengan
infark. Penggunaan digitalis akan menurunkan segmen ST.

e) Gelombang T

Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal


gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan sadapan.
Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia (peningkatan
kadar kalium serum) akan mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T.

f) Interval QT

Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata – rata adalah 0,36 sampai 0, 44
cdetik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada
pemberian obat – obat antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan
amiodaron (cordarone).

C. Viskositas Pembuluh Jantung


2.4 BIOKIMIA

A. Struktur dan Fungsi Enzim


Analisa enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostic, yang
meliputi riwayat, gejala, dan elektrokardiogram, untuk mendiagnosa infark miokard.
Enzim dilepaskan dari sel bila sel mengalami cedera dan membrannya pecah.
Kebanyakan enzim tidak spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang
rusak. Namun berbagai isoenzim hanya dihasilkan oleh sel miokardium dan dilepaskan
bila sel mengalami kerusakan akibat hipoksia lama dan mengakibatkan infark. Isoenzim
bocor ke rongga interstisial miokardium dan kemudian di angkut ke peredaran darah
umum oleh system limfa dan peredaran koronaria, mengakibatkan peningkatan kadar
dalam darah.
Karena enzim yang berbeda dilepaskan ke dalam darah pada periode yang berbeda
setelah infark miokard, maka sangat penting mengevaluasi kadar enzim yang
dihubungkan dengan waktu awitan nyeri dada atau gejala lainnya. Kreatinin kinase (CK)
dan isoenzimnya (CK-MB) adalah enzim paling spesifik yang di analisa untuk
mendiagnosa infark jantung akut, dan merupakan enzim pertama yang meningkat.
Laktat dehidrogenase (LDH) dan isoenzimnya juga perlu diperiksa pada pasien yang
datang terlambat berobat, karena kadarnya baru meningkat dan mencapai puncaknya
pada 2-3 hari, jauh lebih lambat dibandingkan CK.
B. Apoptosis, Injury Sel dan adaptasi sel
Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = “dari” dan ptosis = “jatuh”) adalah
mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram. Apoptosis
berbeda dengan nekrosis.Apoptosis pada umumnya berlangsung seumur hidup dan
bersifat menguntungkan bagi tubuh. Contoh nyata dari keuntungan apoptosis adalah
pemisahan jari pada embrio.Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di antara
jari menyebabkan masing-masing jari menjadi terpisah satu sama lain.Bila sel
kehilangan kemampuan melakukan apoptosis maka sel tersebut dapat membelah
secara tak terbatas dan akhirnya menjadi kanker.
Apoptosis memiliki ciri morfologis yang khas seperti blebbing membran plasma,
pengerutan sel, kondensasi kromatin dan fragmentasi DNA,dan dimulai
dengan enzim kaspase dari kelompok sisteina protease membentuk kompleks aktivasi
protease multi sub-unit yang disebut apoptosom. Apoptosom disintesis di
dalam sitoplasma setelah terjadi peningkatan permeabilitas membranmitokondria sisi
luar dan pelepasan sitokrom c ke dalam sitoplasma,setelah terjadi interaksi
antara membran ganda sardiolipin mitokondria denganfosfolipid anionik yang memicu
aktivitas peroksidase. Apoptosom merupakan kompleks protein yang terdiri
dari sitokrom c, Apaf-1 dan prokaspase-9.
Fungsi apoptosis :
1. Berhubungan dengan kerusakan sel atau infeksi. Dimana terjadinya
apoptosis ketika sel mengalami kerusakan yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
Keputusan untuk melakukan apoptosis berasal dari sel itu sendiri,
dari jaringan yang mengelilinginya, atau dari sel yang berasal darisistem imun.
2. Sebagai respon stress atau kerusakan DNA
Kondisi yang mengakibatkan sel mengalami stress, misalnya kelaparan, atau kerusakan
DNA akibat racun atau paparan terhadap ultraviolet atau radiasi (misalnya radiasi
gamma atau sinar X), dapat menyebabkan sel memulai proses apoptosis
1. Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel
2. Sebagai bagian dari pertumbuhan
3. Regulasi sistem imun
Sel B dan Sel T merupakan pelaku utama pertahanan tubuh terhadap zat asing yang
dapat menginfeksi tubuh. “Sel T pembunuh” (killer T cells) menjadi aktif saat terpapar
potongan-potongan protein yang tidak sempurna (misalnya karena mutasi), atau
terpapar antigen asing karena adanya infeksi virus. Setelah sel T menjadi aktif, sel-sel
tersebut bermigrasi keluar dari lymph node, menemukan dan mengenali sel-sel yang
tidak sempurna atau terinfeksi, dan membuat sel-sel tersebut melakukan kematian sel
terprogram
Proses apoptosis secara morfologi :
Sel yang mengalami apoptosis menunjukkan morfologi unik yang dapat dilihat
menggunakan mikroskop
1. Sel terlihat membulat. Hal itu terjadi karena struktur protein yang
menyusun cytoskeleton mengalami pemotongan oleh peptidase yang dikenal
sebagai caspase. Caspase diaktivasi oleh mekanisme sel itu sendiri.
2. Kromatin mengalami degradasi awal dan kondensasi.
3. Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut dan membentuk potongan-
potongan padat pada membran inti.
4. Membran inti terbelah-belah dan DNA yang berada didalamnya terpotong-
potong.
5. Lapisan dalam dari membran sel, yaitu lapisan lipid fosfatidilserina akan
mencuat keluar dan dikenali oleh fagosit, dan kemudian sel
mengalamifagositosis, atau
6. Sel pecah menjadi beberapa bagian yang disebut badan apoptosis, yang
kemudian difagositosis.
C. Nekrosis Sel
Nekrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh kerusakan sel secara akut.Nekrosis
merupakan perubahan morfologik yang menyusul kematian sel pada jaringan atau
organ hidup. Dua proses menyebabkan perubahan morfologik dasar pada nekrosis:
Denaturasi protein
Pencernaan enzimatik organel dan sitosol.
Mekanisme:
Enzym digestion sel – liquefaktif nekrosis.
Denaturasi protein – koagulatif nekrosis
Macam Nekrosis
Nekrosis koagulatif: sel nekrotik bentuknya tetap, akibat sel litik dihambat kondisi
lokal → pada jantung, ginjal, limpa
 Nekrosis liquefaktif: sel nekrosik mengalami pencairan akibat kerja enzim → pada
otak dan medulla spinalis
 Nekrosis kaseosa: sel nekrotik hancur, tetapi pecahanya tetap berada
disekitarnya → pada paru
 Gangren: nekrosis koagulatif akibat kekurangan aliran darah dan disertai
tumbuhnya bakteri safrofit yang berlebihan (gangren kering pada tungkai, gangren
basah pada usus)
 Nekrosis lemak enzimatis (pankreatik) → nekrosis terjadi akibat enzim pankreas
mengalir diluar duktus → pada pankreas

Indikator Nekrosis
 Hilangnya fungsi organ
 Peradangan disekitar nekrosis
 Demam
 Malaise
 Lekositosis
 Peningkatan enzim serum
MATERI KE 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jantung adalah organ yang berfungsi memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan suplai oksigen bagi seluruh jaringan. Dalam rangka memenuhi fungsi
tersebut, maka jantung mempunyai struktur yang spesifik baik secara mikroskopis,
makroskopis atau anatomis.
Pada kasus tekanan darah tinggi atau hipertensi, jantung dipaksa untuk
bekerja keras, harus memompa darah dengan tenaga yang lebih besar sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan jantung. Antara lain otot jantung membesar.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anatomi, fisiologi dan proses
biokimiawi pada sistem kardiovaskuler. Tujuan penyajian makalah ini adalah sebagai
bagian dari metode pembelajaran di STIKes WIRA MEDIKA PPNI Bali dan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai sistem kardovaskuler. Pemahaman dan pendalaman
yang lebih baik akan membantu dalam menambah wawasan mengenai metabolisme
karbohidrat.

B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana anatomi jantung yang meliputi: anatomi dalam dan luar, sel eksitabel,
pembuluh darah dan pembuluh limfe?
2. Bagaimana fisiologi jantung yang meliputi hemodinamika jantung, elektrofisiologi
jantung, mekanisme jantung sebagai pompa, sistem konduksi, pembuluh darah arteri,
vena, dan sistem kapiler serta tekanan darah dan sistem regulasi?
3. Bagaimana biofisika dari jantung yang meliputi listrik jantung, konduksi jantung,
viskositas pembuluh darah?
4. Bagamana biokimia dari jantung yang meliputi struktur dan fungsi enzim, apoptosis,
injury sel dan adaptasi sel serta nekrosis sel?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok yang
di berikan oleh dosen mata kuliah Sistem Kardiovaskuler dan untuk menambah
wawasan tentang anatomi, fisiologi dan proses biokimiawi pada sistem kardiovaskuler.

D. METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kepustakaan dan media
kepustakaan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI
1. Anatomi Dalam dan Luar
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri
dari otot. Bentuk jantung menyerupai jantung
pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung)
dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah
agak runcing yang disebut apeks kordis. Jantung
terletak di dalam rongga dada sebelah depan
(kavum mediastinum anterior), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang
kiri antara kosta V & VI dua jari di bawah papilla
mamae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus kordis.
Ukuran jantung lebih kurang sebesar segenggam tangan kanan dan beratnya kira-kira
250-300 gram.

a. Anatomi Luar Jantung


1) Lapisan jantung terdiri atas pericardium, miokardium, dan endokardium.
a) Pericardium, lapisan ini merupakan kantong pembungkus jantung yang letaknya dalam
mediatinum minus, posterior terhadap korpus sterni dan rawan iga ke-2 sampai dengan
iga ke-6.
Pericardium visceral (fibrosum) bagian kantong yang membatasi pergerakan jantung
terikat di bawah sternum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar
melekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
Pericardium parietal (serosum) membatasi pericardium fibrosum dengan pericardium
serosum disebut epikardium, mengandung sedikit cairan yang berfungsi sebagai
pelumas.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir yang berfungsi sebagai pelican untuk
menjaga agar pergesekan antara pericardium tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung. Pada permukaan posterior jantung pericardium serosum membentuk vena
besar disebut sinus obliges dan sinus transverses.
b) Miokardium, lapisan jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri koronaria
sinistra bercabang menjadi arteri desenden anterior dan tiga arteri sirkumfleks. Arteri
koronaria dektra memberikan darah untuk sinoatrial node, ventrikel kanan, dan
permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah ke sinus
dan bersikulasi langsung ke dalam paru-paru.
Susunan otot jantung (miokardium):
(1) Susunan otot atria: serabutnya sangan tipis, kurang teratur,dan tersusun dalam dua
lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria sehingga terlihat paling nyata. Di bagian
depan atria beberapa serabut masuk ke dalam septum atrioventrikular. Lapisan dalam
terdiri atas serabut-serabut berbentuk lingkaran.
(2) Susunan otot ventrikel: membentuk bilik jantung yang dimualai dari cincin
atrioventrikular sampai apeks jantung.
(3) Susunan otot atrioventrikular: merupakan dinding pemisah antara atrium dan ventrikel.
c) Endokardium; dinding dalam atrium (endokardium) diliputi oleh membrane yang
mengkilat terdiri atas jaringan endotel (selaput lender yang licin). Bagian ini memiliki
kumpulan otot paralel yang mengarah ke depan krista. Mengarah ke aurikula dari ujung
bawah krista terminalis teradapat sebuah lipatan endokardium menonjol yang dikenal
sebagai vulvula vena kava inferior yang terletak di depan muara vene inferior menuju ke
sebelah tepid an disebut fossa ovalis. Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan
terdapat hubungan melalui orifisium artikulare.
2) Permukaan Jantung
Permukaan jantung terdiri atas tiga lapis, yaitu fasies sternokostalis, fasies dorsalis, dan
fasies diafragmatika.
a) Fasies sternokostalis: permukaan yang menghadap ke depan berbatasan dengan
dinding depan toraks dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel dekstra, dan sedikit
ventrikel sinistra.
b) Fasies dorsalis: permukaan jantung yang menghadap ke belakang, berbentuk
segiempat, berbatasan dengan mediastinum posterior, dan dibentuk oleh dinding atrium
sinistra sebgaian atrium dekstra dan sebagain kecil ventrikel sinistra.
c) Fasies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung berbatasan sengan sentrum
tendinium diafragma yang dibentuk oleh dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil
ventrikel dekstra.
3) Tepi Jantung
Tepi jantung (margo kostalis) terdiri atas dua lapis yaitu margo dekstra dan margo
sinistra.
a) Margo delstra: bagian jantung tepi kanan yang membentang dari vena kava superior
sampai apeks kordis. Lapisan ini dibentuk oleh dinding atrium dekstra dan dinding
ventrikel dekstra. Lapisan ini dibentuk oleh dinding atrium dekstra dan dinding ventrikel
dekstra. Selain itu, lapisan ini juga memisahkan fasies sternokostalis degan fasies
diafragmatika sebelah kanan.
b) Margo sinistra; bagian ujung sebelah kanan tepi membentang dari bagian bawah
muara vena pulmonalis sinistra (bagian atas) dan dinding ventrikel sinistra (bagian
bawah), serta memisahkan fasies sternokostalis dengan diafragmatika sebelah kiri.
4) Alur Permukaan jantung
Alur pada permukaan jantung ada tiga jenis yaitu: sulkus atrioventrikularis, sulkus
longitudinalis anterior, dan sulkus longitudinal posterior.
a) Sulkus atrioventrikularis, alur yang mengelilingi atas dan bawah basis kordis, terletak di
antara batas kedua atrium dan kedua ventrikel jantung.
b) Sulkus longitudinalis anterior, alur ini terdapat pada fasies sternokostalis mulai dari
celah di antara arteri pulmonalis dengan aurikula sinistra sampai ke apeks kordis.
Sulkus ini merupakan batas antara kedua ventrikel dari belakang bawah.
c) Sulkus longitudinalis posterior, alur ini terdapat pada fasies diafragma kordis mulai dari
sulkus koronarius dekstra yang bermuara ke vena kava inferior menuju apeks kordis.
Sulkus ini merupakan batas antara kedua ventrikel dari belakang bawah.

b. Anatomi Dalam Jantung


Ruang-Ruang Jantung
1) Atrium dekstra
Atrium dekstra terdiri atas rongga utama dari aurikula di luar, sedangkan bagian dalam
membentuk suatu rigi krisata terminalis. Pada bagian utama atrium yang terletak
posterior terhadap rigi terdapat dinding halus yang secara embriologis berasal dari sinus
venosus. Bagian atrium yang terletak di depan rigi mengalami trabekulasi akibat berkas
serabut otot yang berjalan dari krista terminalis.
Muara yang terletak pada atrium kanan adalah sebagai berikut.
a) Vena kava superior: bermuara ke bagain atas atrium kanan. Muara ini tidak
mempunyai katup dan berfungsi mengembalikan darah dari setengah bagian tubuh
atas.
b) Vena kava inferior: lebih besar dari vena kava superior, bermuara ke bagian dalam
bawah atrium dekstra dan berfungsi mengembalikan darah ke jantung dari setengah
bagian tubuh bawah.
c) Sinus koronarius: bermuara di dalam atrium kanan dan bermuara antara vena kava
inferior dengan osteum ventricular yang dilindungi oleh katup yang tidak berfungsi.
d) Sinus atrioventrikuler dekstra; bagian anterior vena kava inferior dilindungi oleh valvula
bikuspidalis, disamping itu banyak bermuara vena-vena kecil yang mengalirkan darah
dari jantung ke dalam atrium kanan.
2) Ventrikel dekstra
Berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikuler dekstrum dan
dengan traktus pulmonalis melalui trunkus pulmonalis. Lapisan dinding ventrikel dekstra
jauh lebih tebal dari pada atrium dekstra.
a) Valvula trikuspidalis, melindungi osteum atrioventrikuler yang dibentuk oleh lipatan
endokardium dan sebagian jaringan fibrosa yang terdiri dari tiga kuspis (trikuspidalis)
atau saringan (anterior, septalis, dan inferior). Basis kuspis melekat pada cincin fibrosa
rangka jantung. Bila ventrikel berkontraksi, M.Papilaris berkontraksi mencegah agar
kuspis tidak terdorog ke atrium dan tidak terbalik ketika tekanan intraventrikuler
meningkat.
b) Vulva pulmonalis, melindungi osteum pulmonalis yang terdiri atas dua kuspis
(saringan) semilunaris arteri pulmonalis yang dibentuk oleh lipatan endokardium disertai
sedikit jaringan fibrosa. Mulut muara kuspis arahnya ke atas dan bila arahnya ke dalam
trunkus pulmonalis dinamakan sinus. Selama fase sistolik, katup kuspis pada ventrikel
tertekan pada dinding trunkus pulmonalis oleh darah yang keluar. Selama diastolic,
darah mengalir ke jantung masuk ke sinus, katup kuspis terisi dan menutup osteum
pulmonalis.
3) Atrium sinistra
Atrium sinister terdiri atas rongga dan aurikula ya g terletak di belakang atrium dekstra
dan membentuk sebagian besar basis (fasies posterior). Pada bagian belakang atrium
sinister terdapat sinus obligue pericardium serosum dan pericardium fibrosum. Bagian
dalam atrium sinister dan bagian aurikula mempunyai rigi otot seperti aurikula kanan.
Muara atrium sinistra vena pulmonalis dari masing paru-paru bermuara pada dinding
posterior dan tidak mempunyai katup, osteum ventrikuler sinistra yang dilindungi oleh
valvula mitralis.
4) Ventrikel sinister
Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan aorta
melalui osteum aorta. Dinding ventrikel kiri tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Tekanan dara intraventrikuler sinistra enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan dari ventrikel kanan.
a) Valvula mitralis (valvula bikuspidalis) melindungi osteum atroventrikuler yang terdiri atas
dua kuspis (anterior dan posterior). Kuspis anterior lebih besar dan terletak di antara
osteum atrioventrikular dan aorta.
b) Valvula semilunaris aorta, melindungi osteum aorta dan strukturnya sama dengan
valvula semiliunaris arteri pulmonalis. Salah satu kuspis terletak di dinding aorta
membentuk dinding sinus aorta anterior yang merupakan asal dari arteri koronaria
dekstra dan sinus posterior sinistra yang merupakan asal arteri koronaria sinistra.

2. Sel Eksitabel
a. Pengertian Sel Eksitabel
Eksitabel sel adalah sel yang dapat menghantarkan impuls atau potensial aksi.
Jaringan eksitabel apabila dirangsang dengan adekuat akan memberi respon berupa
potensial aksi.
b. Struktur dan Komposisi Sel
Membran sel merupakan bagian terluar sel yang membatasi bagian dalam sel
dengan lingkungan luar. Membran sel merupakan selaput selektif permeabel, artinya
hanya dapat dilalui molekul-molekul tertentu seperti glukosa, asam amino, gliserol, dan
berbagai ion. Berdasarkan analisis kimiawi dapat diketahui bahwa hampir seluruh
membran sel terdiri atas lapisan protein dan lapisan lipid (lipoprotein).
Membran plasma terdiri atas dua lapisan, yaitu berupa lapisan lipid rangkap dua
(lipid bilayer). Lapisan lipid disusun oleh fosfolipid. Fosfolipid adalah lipid yang
mengandung gugus fosfat dan terdiri atas bagian kepala (polar head) dan bagian ekor
(nonpolar tail). Bagian kepala bersifat hidrofilik (suka air), sedangkan bagian
ekorbersifat hidrofobik (tidak suka air). Lipid terdiri atas fosfolipid, glikolipid, dan sterol.
1) Fosfolipid, yaitu lipid yang mengandung gugusan fosfat.
2) Glikolipid, yaitu lipid yang mengandung karbohidrat.
3) Sterol, yaitu lipid alkohol terutama kolesterol.
Lapisan protein membran sel terdiri atas glikoprotein. Lapisan protein membentuk
dua macam lapisan, yaitu lapisan protein perifer atau ekstrinsik dan lapisan protein
integral atau intrinsik. Lapisan protein perifer membungkus bagian kepala (polar head)
lipid rangkap dua bagian luar. Lapisan protein integral membungkus bagian kepala
(polar head) lipid rangkap dua bagian dalam.
c. Komposisi Elektrolit Intrasel dan Ekstrasel
Di dalam cairan intrasel maupun ekstrasel terdapat elektrolit, unsur penting bagi
tubuh selain air. Komposisi elektrolit pada kedua kompartemen cairan tersebut berbeda.
Kalium dan fosfat adalah elektrolit utama pada CIS, sedangkan natrium dan klorida
adalah elektrolit utama CES. Natrium dan kalium berperan dalam keseimbangan asam-
basa, keseimbangan cairan, dan fungsi sel saraf. Fosfat adalah unsur pembentuk
molekul berenergi (adenosine triphosphate-ATP), dan berperan dalam pembentukan
tulang dan gigi. Klorida berperan dalam keseimbangan asam-basa dan cairan. Selain itu
masih terdapat elektrolit lain yang memiliki fungsi penting, misalnya kalsium dan
magnesium. Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, proses pembekuan
darah, kontraksi otot, dan fungsi sel saraf. Magnesium berperan dalam aktivitas enzim,
pembentukan tulang, dan aktivitas otot dan sel saraf. Kekurangan elektrolit akan
menimbulkan berbagai gangguan fungsi organ, oleh sebab itu kebutuhan elektrolit harus
selalu tercukupi.
Volume cairan dan konsentrasi elektrolit selalu dipertahankan dalam keadaan yang
seimbang. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan mengatur
masukan dan keluaran air dan elektrolit. Masukan air dan elektrolit (water and electrolite
gain) diperoleh terutama melalui makan dan minum. Keluaran air dan elektrolit (water
and electrolite loss) secara eksresi melalui buang air kecil dan buang air besar, dan
secara evaporasi melalui pernafasan dan kulit dalam bentuk keringat. Masukan dan
keluaran air dikendalikan oleh otak yaitu di hipotalamus. Perubahan volume CES
maupun konsentrasi elektrolit merangsang hipotalamus untuk mengurangi atau
meningkatkan keluaran dan masukan air dengan cara mengatur rasa haus dan eksresi
air melalui ginjal.
d. Transportasi Elektrolit Melalui Membran Sel
Membrane plasma merupakan selaput sel di sebelah luar sitoplasma. Di dalam
sitoplasma terdapat bagian-bagian yang disebut organel. Semua organel dibatasi oleh
membrane. Membrane yang membatasi organel mempunyai struktur molekul yang
sama dengan membrane plasma yang terdiri atas molekul-molekul lemak dan protein.
Membran sel berguna sebagai pembatas antara organel-organel di bagian dalam sel
dan cairan yang membasahi semua sel. Membrane sel sangat tipis sehingga hanya
dapat diamati dengan perbesaran tinggi menggunakan mikroskop electron. S. singer
dan E. Nicolson (1972) mengemukakan teori tentang membrane sel yang dikenal
dengan teori membrane mozaik cair. Teori ini menyatakan bahwa membrane sel
tersusun oleh lapisan protein. Protein tersusun mozaik atau tersebar dan masing-
masing tersisip atau tenggelam di antara lapisan ganda fosfolipid (bilayer fosfolipid).
Membrane sel terdiri atas kira-kira 50% lipid dan 50% protein, lipid terutama
merupakan fosfolipid dan tersusun dua lapis dan protein tersebar diantara bilayer
fosfolipid disebut protein instrinsik (integral) yang bersifat hidrofobik atau menolak
air.Karena susunan membrane sel yang demikian maka membrane sel bersifat
semipermeable. Membrane sel tidak simetris, protein ekstrinsik yang bergabung dengan
permukaan luar membrane amat berlainan dari protein yang ekstrinsik yang bergabung
dengan membrane dalam. Membran sel berfungsi mengatur gerakan materi atau
transportasi dari atau keluar sel.
e. Potensial Membrane
Potensial membran adalah tegangan melintasi suatu membran sel yang berkisar dari
sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat
negatif dibandingkan dengan di luarnya). Semua sel memiliki tegangan melintasi
membran plasmanya, di mana tegangan ialah energi potensial listrik-pemisahan muatan
yang berlawanan.Sitoplasma sel bermuatan negatif dibandingkan dengan fluida
ekstraseluler disebabkan oleh distribusian ion dan kation pada sisi membran yang
berlawanan yang tidak sama. Potensial membran bertindak seperti baterai, suatu
sumber energi yang mempengaruhi lalu lintas semua substansi bermuatan yang
melintasi membran.Karena di dalam sel itu negatif dibandingkan dengan di luarnya,
potensial membran ni mendukung transpor pasif kation ke dalam sel dan anion ke luar
sel. Dengan demikian, dua gaya menggerakkan difusi ion melintasi suatu membran:
gaya kimiawi (gradien konsntrasi ion) dan gaya listrik (pengaruh potensial membran
pada pergerakan ion). Kombinasi kedua gaya yang bekerja pada satu ion ini disebut
gradient elektrokimiawi. Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi potensial
membran dan sel itu sendiri, sebagai contohnya depolarisasi dari membran plasma
diduga memicu apoptosis (kematian sel yang terprogram).
f. Potensial Aksi Tentang Sel, Jaringan, Organ, dan Sistem Organ
Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara
kedua sisi membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi. Bila
sel yang dalam keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai dan
dengan level yang cukup maka sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat menuju
ke keadaan aktif. Dalam keadaan aktif, potensial membran sel mengalami perubahan
dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif di sisi dalam. Keadaan sel seperti ini
disebut dalam keadaan depolarisasi. Depolarisasi ini dimulai dari suatu titik di
permukaan membran sel dan merambat ke seluruh permukaan membran. Bila seluruh
permukaan membran sudah bermuatan positif di sisi dalam, maka sel disebut dalam
keadaan depolarisasi sempurna.
Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan repolarisasi.
Dalam keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di sisi dalam
menuju kembali ke negatif di sisi dalam. Repolarisasi dimulai dari suatu titik dan
merambat ke seluruh permukaan membran sel. Bila seluruh membran sel sudah
bermuatan negatif di sisi dalam, maka dikatakan sel dalam keadaan istirahat atau
keadaan polarisai kembali dan siap untuk menerima rangsangan berikutnya.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial
membran sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi
positif dan kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu
impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu
sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini akan
diuraikan bagaimana proses terjadinya potensial aksi dari suatu sel yang semula dalam
keadaan istirahat.

3. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah ke seluruh tubuh. Saluran
darah ini merupakan sistem tertutup dan jantung sebagai pemompanya. Fungsi
pembuluh darah adalah mengangkut (transportasi) darah dari jantung ke seluruh bagian
tubuh dan mengangkut kembali darah yang sudah dipakai kembali ke jantung. Fungsi ini
disebut sirkulasi darah. Darah mengangkut gas-gas, zat makanan, sisa metabolisme,
hormon, antibodi, dan keseimbangan elektrolit. Pembuluh darah utama dimulai dari
aorta yang keluar dari ventrikel sinistra melalui belakang kanan arteri pulmonalis,
membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis kemudian turun sepanjang kolumna
vertebralis menembus diafragma, selanjutnya ke rongga panggul dan berakhir pada
anggota gerak bawah.
a. Sirkulasi Darah
1) Sirkulasi Darah Janin
Peredaran darah yang terjadi pada janin dalam kandungan agak berlainan dengan
peredaran darah orang yang telah dilahirkan atau orang dewasa. Keistimewaan
peredaran darah janin dalam kandungan yaitu oksigen dan zat makanan yang
diperlukan diambil dari darah ibu. Hal ini dimungkinkan karena adanya hal-hal berikut ini
:
a) Foramen ovale : lubang antara atrium dekstra dan atrium sinistra. Lubang ini akan
tertutup sesudah bayi lahir.
b) Duktus ateriosus botalli : pembuluh darah yang menghubungkan arteri pulmonalis
dengan aorta.
c) Duktus venosus : pembuluh darah yang menghubungkan umbilikalis dengan vena kava
infereior.
d) Duktus ateriosus botalli : pembuluh darah yang menghubungkan arteri pulmonalis
dengan aorta.
e) Duktus venosus : pembuluh darah yang menghubungkan umbilikalis dengan vena
kava inferior.
f) Plasenta : jaringan dinding rahim yang banyak mempunyai jonjot mengandung
pembuluh darah yang berfungsi sebagai tempat pertukaran zat, dimana zat yang
diperlukan akan diambil dari darah ibu dan yang tidak berguna akan dikeluarkan.
Plasenta terbentuk kira-kira minggu kedelapan kehamilan yang menempel pada
endometrium dan terikat kuat sampai bayi lahir.
Fungsi plasenta :
(1) Menyediakan makanan untuk janin dalam kandungan yang diambilkan dari darah ibu.
(2) Bekerja sebagai paru-paru fetus dengan menyediakan oksigen pada janin dalam
kandungan.
(3) Menyingkirkan sisa pembakaran dari janin.
(4) Penghalang mikroorganisme penyakit masuk ke dalam janin.
g) Vena umbilikalis : yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari plasenta ke
peredaran darah janin. Darah yang dibawa oleh vena umbilikalis banyak mengandung
zat makanan dan oksigen (O2).
h) Arteri umbilikalis : pembuluh darah yang membawa darah janin ke plasenta jumlahnya
2 buah. Kedua pembuluh darah ini membawa zat sisa makanan dan karbon dioksida
dari tubuh bayi kedalam plasenta. Arteri dan vena umbilikalis terbungkus menjadi satu
dalam satu saluran yang disebut duktus umbilikalis atau tali pusat.
Dari plasenta melalui vena umbilikalis, darah yang banyak mengandung zat
makanan dan oksigen dialirkan kedalam tubuh janin melalui vena kava inferior dan vena
porta menuju atrium dekstra.
Dari atrium dekstra masuk ke atrium sinistra melalui foramen ovale. Darah yang
berasal dari ventrikel sinistra diedarkan ke seluruh tubuh dan dari ventrikel dekstra
melalui arteri pulmonalis menuju paru-paru, karena paru-paru belum bekerja maka
darah dari arteri pulmonalis tersebut melalui duktus arteriosus botali masuk ke aorta dan
diedarkan ke seluruh tubuh.
Darah yang telah digunakan oleh janin banyak mengandung zat-zat sisa
pembakaran dan sisa makanan. Darah ini berjalan melalui arteri arteri iliaka interna
masuk ke arteri umbilikalis melalui duktus umbilikalis masuk ke plasenta.
Pada saat bayi lahir, bayi akan segera menangis dengan kuat sambil bernapas
sehingga udara akan diisap ke paru-paru. Pada saat itu paru-paru mengembang dan
terjadilah perubahan yang besar dalam tubuh bayi.
Saat paru-paru mengembang akan menarik darah dari arteri pulmonalis sehingga
duktus arteriosus botali tertutup. Pada saat darah mengalir ke paru-paru, oksigen yang
terkandung dalam darah akan diisap masuk ke ruang alveoli sedangkan karbondioksida
(CO2) akan dikeluarkan oleh paru-paru melalui jalan pernapasan.
Darah yang sudah dibersihkan oleh paru-paru akan dialirkan ke vena pulmonalis
menyebabkan septum antara atrium dekstra dan atrium sinistra mendapat tekanan yang
kuat sehingga klep yang terdapat pada foramen ovale tertutup. Pada saat tali pusat
diikat dan dipotong, hubungan peredaran darah antara bayi dan ibu terputus.
2) Sirkulasi Darah Orang Dewasa
a) Aliran darah koroner
Ada tiga pembuluh darah darah utama yang mendistribusikan darah di dalam otot
jantung yaitu arteri koronaria dekstra, arteri intraventrikel anterior, dan arteri
sirkumfleksa sinistra.
(1) Arteri Koronaria dekstra : mengurus distribusi nutrisi dan darah otot jantung kanan
depan dan belakang, serta otot jantung kiri bagian belakang bawah yang berhadapan
dengan diafragma.
(2) Arteri intraventrikuler anterior : memberikan darah untuk jantung kiri depan dan septum
jantung.
(3) Arteri sirkumfleksa sinistra : mengurus distribusi darah untuk otot jantung kiri bagian
lateral dan otot jantung kiri bagian posterior. Bila terjadi sumbatan aliran darah koroner
pada satu cabang akan menyebabkan iskemia di daerah tertentu yang dapat
berkembang menjadi infark miokard.
b) Aliran darah portal
Adalah aliran darah balik atau darah vena yang berasal dari usus halus, usus besar,
lambung, limpa, dan hati. Aliran darah sistem portal ini mempunyai pintu keluar yaitu
vena porta, menuju hati melalui arteri hepatika dan keluar melalui vena hepatika, lalu
masuk ke jantung melalui vena kava inferior.
Hati merupakan organ terbesar yang memproses bermacam-macam jenis reaksi kimia
dan menerima zat makanan dari sistem pencernaan. Jika terjadi kerusakan struktur
jaringan hati maka akan menghambat aliran darah karena jaringan hati mengerut
sehingga darah tidak bisa dialirkan.
c) Aliran darah pulmonal
Aliran darah berawal dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis kemudian bercabang
ke paru-paru kiri, paru-paru kanan, dan ke alveoli (kapiler alveoli) yaitu tempat terjadinya
difusi oksigen dan karbon dioksida. Karbon dioksida lebih banyak berdifusi dengan
kapiler menuju rongga alveoli, sedangkan oksigen lebih banyak berdifusi dengan rongga
alveoli menuju kapiler darah. Darah yang banyak mengandung oksigen mengalir
menuju vena pulmonalis kiri dan kanan masuk ke atrium kiri terus ke ventrikel kiri dan
siap dipompakan ke aliran darah sistemik.
d) Aliran darah sistemik
Aliran darah simpatik berawal dari ventrikel kiri lalu masuk ke seluruh tubuh melalui
aorta dan bercabang melalui arteriol kemudian menjadi kapiler dan masuk ke dalam
jaringan/sel kemudian keluar menjadi kapiler vena (venolus) menjadi vena, vena kava
superior tubuh bagian atas, dan vena kava inferior tubuh bagian bawah. Selanjutnya
masuk ke jantung melalui vena kava.
b. Sirkulasi Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah
keseluruh tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar keluar dari ventrikel sinistra
disebut aorta. Arteri mempunyai dinding yang tebal dan kuat tetapi mempunyai sifat
elastis. Selain itu, arteri mempunyai 3 lapisan yaitu tunika intima, tunika media, dan
tunika eksterna.
Arteri mendapat darah dari pembuluh darah halus yang mengalir didalamnya dan
berfungsi memberikan nutrisi pada pembuluh yang bersangkutan disebut vasa vasarum.
Arteri dapat berkontraksi dan berdilatasi yang disebabkan pengaruh susunan saraf
otonom.
Lapisan pembuluh darah arteri :
1) Tunika intima (interna) : merupakan lapisan yang paling dalam, berhubungan dengan
darah dan terdiri atas lapisan endothelium dan jaringan fibrosa.
2) Tunika media : merupakan lapisan tengah yang terdiri atas jaringan otot polos, sifatnya
sangat elastis dan mempunyai sedikit jaringan fibrosa. Arteri dapat berkontraksi dan
berdilatasi disebabkan pengaruh otot tunika media ini.
3) Tunika eksterna (adventitia) : merupakan lapisan yang paling luar, terdiri atas jaringan
ikat gembur untuk memperkuat dinding arteri dan jaringan fibrotik yang elastis.
c. Sirkulasi Darah Aorta
Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar, keluar dari jantung bagian
ventrikel sinistra melalui aorta asendens, membelok ke belakang melalui radiks
pulmonalis sinistra turun sepanjang kolumna vertebralis dan menembus diafragma turun
ke abdomen. Jalan aorta terdiri atas tiga bagian yaitu : aorta asendens, arkus aorta, dan
aorta desendens.
1) Aorta asendens : muncul pada basis ventrikel sinistra berjalan ke atas dan depan,
panjangnya kira-kira 5 cm, mempunyai dua cabang yaitu arteri koronaria dekstra dan
arteri koronaria sinistra.
2) Arkus aorta : merupakan lanjutan aorta asendens melengkung ke arah kiri, terletak di
belakang manubrium sterni berjalan ke atas, ke belakang dan ke kiri trakea setinggi
angulus sterni. Bagian yang melengkung ke arah kiri di depan trakea sedikit turun ke
bawah sampai vertebra torakalis keempat.
3) Aorta desendens : merupakan lanjutan dari arkus aorta menurun mulai dari vertebra
torakalis IV sampai dengan vertebra lumbalis IV. Setelah itu berjalan di sebelah kiri
korpus vertebra setinggi angulus sterni, kemudian berlanjut pada mediastinum posterior
sampai vertebrae XII melewati hiatus aortikus diafragma berlanjut sampai vertebra
lumbalis IV kemudian bercabang dua menjadi aorta torakalis dan aorta abdominalis.
a) Arteri Sirkulasi Kepala dan Leher
Arteri kepala dan leher disuplai oleh arteri karotis komunis dekstra dan sinistra. Bagian
dekstra agak pendek dan merupakan cabang dari arteri anonimia, sedangkan bagian
sinistra lebih panjang karena langsung dari arkus aorta. Pada masing-masing sisi
menuju ke atas leher di bawah otot sternokleidomastoid dan pada ketinggian
perbatasan atas kartilago tiroid arteri membagi dua menjadi arteri karotis eksterna dan
arteri karotis interna.
(1) Arteri karotis eksterna : menyuplai darh bagian leher dan kepala.
(2) Arteri karotis interna : pembuluh darah yang tidak bercabang di leher. Pada masing-
masing sisi merupakan percabangan dari arteri karotis kommunis. Arteri ini menuju ke
atas melalui kananalis karotis. Pada os temporalis, arteri ini bersatu dalam tengkorak
pada arteri serebri anterior dan media.
(3) Arteri vertebralis : arteri vertebralis merupakan cabang pertama dari arteri subklavia
yang berjalan naik melalui foramen prosesus transversi, masuk ke kranium melalui
foramen magnum berjalan ke atas, ke depan, dan medial medula oblongata. Sampai di
tepi bawah pons, arteri ini bergabung dengan membentuk arteri basilaris.
(4) Arteri basilaris : dibentuk oleh penggabungan dua arteri vertebralis yang berjalan naik
dalam alur permukaan anterior. Ponsnya bercabang dua yaitu arteri serebralis posterior
dan arteri sirkum anteriosus.
b) Arteri Untuk Anggota Gerak Atas
(1) Arteri subklavia
Arteri subklavia dekstra : adalah cabang dari arteri anonima, sedangkan arteri subklavia
sinistra cabang dari arkus aorta. Arteri subklavia dekstra terdapat didalam mediastinum
superior berjalan naik ke atas menuju pangkal leher kemudian melengkung ke lateral
depan dan keluar dari rongga toraks melalui belakang, selanjutnya masuk ke aksila
(ketiak) menjadi arteri aksilaris.
(2) Arteri aksilaris
Merupakan lanjutan dari arteri subklavia, mulai dari tepi lateral iga pertama berakhir
pada tepi bawah muskulus terres mayor, dan selanjutnya menjadi arteri brakialis.
(3) Arteri brakialis
Mulai pada tepi bawah muskulus terres mayor yang merupakan arteri utama lengan atas
dan berakhir di depan kolumna radii. Pembuluh darah ini berlanjut menjadi artei ulnaris
dan radialis.
(4) Arteri ulnaris
Berjalan ke bawah melekat pada muskulus pronator terres, muskulus pleksor karpi
radialis dan muskulus palmaris longus. Pembuluh darah ini berjalan ke distal dan
melekat pada muskulus fleksor karpi ulnaris, lalu memasuki telapak tangan pada sisi
lateral.
(5) Arteri radialis
Berasal dari fossa kubiti setinggi kolumna radii dan berjalan ke bawah muskulus
brakialis. Arteri radialis meninggalkan lengan bawah, membelok di sekitar bagian lateral
ke pergelangan tangan mencapai permukaan posterior tangan membentuk arkus
palmaris superfisialis.
(6) Arteri arkus palmaris
Merupakan lanjutan dari arteri ulnaris yang memasuki telapak tangan melintasi tepi
distal ibu jari dan radialis.
(7) Arteri arkus palmaris profundus
Merupakan lanjutan arteri radialis membelok ke medial di bawah tendo otot fleksor dan
memberikan cabangnya ke superior anastomosis pergelangan tangan.
(8) Arteri digitis
Berasal dari arkus yang berjalan masing-masing menyuplai darah ke jari-jari tangan.
(9) Aorta abdominalis
Bagian dari aorta desendens yang merupakan lanjutan dari aorta torakalis. Pembuluh ini
terletak mulai dari vertebra torakalis ke-12 sampai dengan lumbalis ke-4 dan terdapat
dalam rongga abdomen.
c) Arteri Rongga Perut
(1) Arteri siliaka : arterinya sangat pendek berasal dari aorta abdominalis, terletak di
belakang bursa omentalis, dan mempunyai tiga cabang yaitu arteri gastrika sinistra,
arteri lienalis, dan arteri hepatika.
(2) Arteri splenika (lienalis) : memperdarahi pankreas, duodenum superior dan inferior.
Pembuluh darah ini berjalan berkelok-kelok sepanjang pankreas lalu masuk ke limpa
dan hilus limpa.
(3) Arteri mesenterika superior : memperdarahi bagian distal duodenum, ileum, sekum,
apendiks, kolon transversum .
(4) Arteri renalis : merupakan cabang dari aorta abdominalis, masing-masing arteri renalis
menjadi arteri segmentalis dan masuk ke dalam hilus ginjal, kemudian tersebar ke
segmen ginjal menjadi artei lobaris.
(5) Spermatika ovarika : pada laki-laki arteri spermatika memperdarahi testis dan pada
wanita arteri ovarika memperdarahi ovarium.
(6) Arteri mesenterika inferior : memperdarahi sepertiga distal kolon transversum, fleksura
kolika sinistra, kolon desendens , kolon sigmoid, rektum, dan setengah bagian atas
anus. Arteri mesenterika inferior berasal dari aorta abdominalis dan bercabang menjadi
arteri iliaka kommunis kemudian berubah menjadi arteri rektalis superior.
(7) Arteri marginalis : cabang arteri mesenterika superior dan beranastomosa dengan arteri
rektalis superior. Pembuluh arteri ini memperdarahi daerah rektum.
d) Arteri Dinding Abdomen Depan dan Belakang
(1) Arteri subkostalis : memperdarahi otot iga melayang
(2) Arteri epigastrika superior : masuk ke dalam muskulus rektus abdominus berjalan turun
ke belakang beranastomosis dengan arteri epigastrika inferior.
(3) Arteri lumbalis : memperdarahi kulit dan otot punggung sumsum tulang belakang.
e) Arteri Rongga Panggul
Arteri iliaka kommunis berawal dari aorta desendens ketika sampai pada vertebra
lumbalis IV akan bercabang menjadi arteri iliaka kommunis dekstra dan arteri iliaka
kommunis sinistra, serta masing-masing bercabang menjadi arteri iliaka interna dan
arteri iliaka eksterna, berjalan ke bawah latel sepanjang tepi medial muskulus psoas.
d. Sirkulasi Darah Vena
Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh darah arteri yang
berfungsi untuk membawa darah dari alat tubuh kembali masuk ke dalam jantung.
Bentuk dan susunannya hampir sama dengan arteri. Katup pada vena terdapat di
sepanjang pembuluh darah. Katup tersebut berfungsi untuk mencegah darah tidak
kembali lagi ke sel atau jaringan. Vena yang terbesar adalah vena pulmonalis,
bercabang menjadi vena, lalu venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
1) Vena yang masuk ke jantung
a) Vena kava superior
Vena besar yang menerima darah dari bagian atas leher dan kepala yang dibentuk oleh
persatuan dua vena brakiosepalika yang masuk ke atrium dekstra. Vena azigos bersatu
pada permukaan posterior vena kava superior sebelum masuk ke pericardium.
b) Vena kava inferior
Merupakan vena besar yang menerima darah dari alat tubuh bagian bawah, menembus
sentrum tendinium setinggi vertebra tarakalis dan masuk ke bagian terbawah atrium
dekstra.
c) Vena pulmonalis
Dua vena pulmonalis yang meninggalkan paru-paru membawa darah beroksigen
(banyak mengandung oksigen) dan masuk ke atrium sinistra.
Vena yang berawal tepat dibelakang angulus mandibulare dan menyatu dengan vena
aurikularisa posterior lalu lalu turun melintasi muskulus sternokleidomastoideus tepat
diatas klavikula dan menembus fasia servikalis profunda dan mencurahkan isinya ke
vena subklavikula. Vena ini memiliki cabang-cabang sebagai berikut.
(1) Vena aurikularis posrerior : turun melintasi muskulus sternokleidomastoideus tepat di
atas klavikula menembus fasia servikalis profunda.
(2) Vena retro mandibularis : menerima dari darah mandibularis
(3) Vena subklavikula : cabang dari vena aurikularis posterior
(4) Vena jugularis eksterna posterior : bergabung dengan vena jugularis eksterna untuk
mengurus bagian kulit dan kepala pada leher.
(5) Vena supraskapularis : menerima darah dari otot bahu bagian atas.
(6) Vena jugularis anterior : berawal tepat di bawah dagu, menyatu turun ke leher di atas
jugularis lalu berjalanke bawah muskulus sternokleidomastoedeus dan mencurahkan
isinya ke vena jugularis eksterna.
2) Vena Kepala dan Leher
a) Vena kulit kepala. Vena kulit kepala bebas beranastomosa dengan sinus vena-vena
intracranial.
(1) Vena troklearis dan vena supraorbitalis: menyatu pada tepi medial orbita membentuk
vena fasialis.
(2) Vena temporalis superfisialis: bercabang dengan vena maksilaris dalam substansi
glandula parotis membentuk vena retromandibularis.
(3) Vena aurikularis posterior : bergabung dengan vena retromandibularis di bawah
glandula parotis membentuk vena jugularis eksterna.
(4) Vena oksipitalis: bermuara pada pleksus venosus suboksipitalis dan mencurahkan
isinya kedapam vena vertebralis, vena oksipitalis dan vena jugularis interna.
b) Vena wajah
(1) Vena fasialis: terbentuk pada sudut mata. Pemembuluh darah ini menyatu dengan vena
supraorbitalis dan vena toklearis berhubungan dengan vena oftalmika superior melalui
vena supraorbitalis dengan perantaraan vena oftalmika superior, sedangkan vena
fasialis dihubungkan dengan sinus karvenosus. Vena ini menyilang di glandula
submandibularis dan bermuara ke dalam vena jugularis.
(2) Vena fropunda fasialis: bergabung dengan sinus karvenosus melalui vena oftalmika
superior.
(3) Vena tranversa fasialis: bergabung dengan vena temporalis fisialis di dalam glandula
parotis.
(4) Vena pterigoideus merupakan vena yang mengelilingi muskulus pterigoideus dan
menampung vena-vena sesuai dengan cabang-cabang arteri maksilaris yang bermuara
ke vena maksilaris, vena fasiali, vena lingualis, vena oftalmika superior.
(1) Vena maksilari
(2) Vena fasialis
(3) Vena lingualis
(4) Vena oftalmika superior
c) Vena tonsil palatinum
Vena palatinum turun dari palatum molle bergabung dengan pleksus venosus faringeus
menembus muskulus konstriktor faringeus superior bergabung dengan vena faring dan
vena fasialis, bermuara ke pleksus venosus faringeus kemudian bermuara ke vena
jugularis interna.
d) Vena Punggung
Vena pada punggung mengembalikan darah ke dari struktur punggung membentuk
pleksus majemuk yang menyebar sepanjang kolumna vertebralis sampai ke koksigis.
e) Pleksus venosus vertebralis eksternus
f) Pleksus venosus vertebralis internus
Ke dua pleksus ini saling berhubungan dengan leher-leher, torak, pelvis dan abdomen.
Pada bagian atas berhubungan dengan sinus oksipitalis dan basilaris dalam kavum
krani. Pleksus internus bermuara pada vena vertebralis interkostalis, lumbalis dan
sakralis.
3) Vena yang Bermuara ke Vena Kava Inferior
a) Vena torasika interna : bersatu membentuk pembuluh darah tunggal dan mengalirkan
darah ke vena brakiosepalika.
b) Vena dinding anterior dan lateral abdomen : darah yang berasal dari pembuluh ini
dikumpulkan ke jalinan vena-vena, dari umbilikus dialirkan ke vena aksilaris melalui
vena torakalis dan ke bawah vena femoralis melalui vena epigastrika superfisialis.
c) Vena lambung : vena yang mengalirkan darah ke sirkulasi portal vena gastrika sinistra
dan vena gastrika dekstra langsung ke vena porta, vena gastroepiploika sinistra
bermuara ke vena lienalis dan bermuara ke vena mesenterika superior.
d) Vena dinding posterior abdomen : vena ini dibentuk oleh vena iliaka kommunis berjalan
ke atas sisi kanan aorta dan menembus sentrum tendinium diafragma setinggi vertebra
torasika VIII, memasukkan darahnya ke atrium kanan jantung dan menerima cabang
dari vena mesenterika inferior, vena mesenterika superior, vena lienalis, dan vena porta.
e) Anastomosis portal sistemik : pada keadaan normal , vena porta melewati hati dan
masuk ke vena kava inferior. Sirkulasi portal merupakan sirkulasi sistemik melewati
vena hepatika .
f) Vena dinding pelvis :
(1) Vena iliaka eksterna : mulai dari belakang ligamentum inguinal lanjutan vena femoralis
dan bersatu dengan vena iliaka interna membentuk vena iliaka kommunis.
(2) Vena iliaka interna : terbentuk dari penggabungan cabang vena iliaka interna, vena
vaginalis, dan vena pudenda interna yang berjalan ke atas dan bersatu dengan vena
iliaka eksterna membentuk vena iliaka kommunis.
(3) Vena sakralis media : bermuara pada vena iliaka kommunis sinistra.
g) Vena anggota gerak atas
(1) Jalinan vena superfisialis : ditemukan pada dorsum manus, mengalir masuk ke atas
bagian lateral vena safalika, sedangkan bagian medial masuk ke vena basilika. Vena ini
menuju permukaan anterior lengan bawah kemudian berjalan ke atas menuju lengan
atas.
(2) Vena sefalika : berakir dengan menembus fasia profunda pada trigonum deltoid
pektorale dan bermuara pada vena aksilaris.
(3) Vena basilika : dari dorsum manus sisi medial lengan bawah menembus fasia
profunda. Pada pertengahan lengan atas bercabang menjadi vena kubitis medialis,
vena basilika, dan vena sefalika, lalu bermuara ke vena aksilaris.
e. Sirkulasi kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil disebut juga pembuluh rambut. Pada
umumnya, kapiler meliputi sel-sel jaringan karena secara langsung berhubungan
dengan sel . Pembuluh kapiler terdiri atas kapiler arteri dan kapiler vena.
1) Kapiler arteri
Kapiler arteri merupakan tempat berakhirnya arteri. Semakin kecil arteri maka akan
semakin hilang lapisan dinding arteri sehingga kapiler hanya mempunyai satu lapisan
yaitu lapisan endotelium. Lapisan ini sangat tipis sehingga memungkinkan cairan
darah/limfe merembes keluar jaringan membawa air, mineral, dan zat makanan. Proses
pertukaran gas antara pembuluh kapiler dengan jaringan sel kapiler arteri bertujuan
menyediakan oksigen dan menyingkirkan karbon dioksida.
2) Kapiler vena
Lapisan kapiler vena hampir sama dengan kapiler arteri. Fungsi kapiler vena adalah
membawa zat sisa yang tidak terpakai oleh jaringan berupa zat ekskresi dan karbon
dioksida. Zat sisa tersebut dibawa keluar dari tubuh melalui venolus, vena , dan
akhirnya keluar tubuh melalui tiga proses yaitu pernapasan, keringat, dan feses.
Fungsi kapiler adalah sebagai berikut :
a) Sebagai penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
b) Tempat terjadinya pertukaran zat antara darah dan cairan jaringan
c) Mengambil hasil dari kelenjar
d) Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus
e) Menyaring darah pada ginjal.

4. Pembuluh Limfe
Sistem limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat mengalir dari
ruangan interstisial kedalama darah. Pembuluh limfe dapat mengeluarkan protein dan
zat partikel besar yang tidak dapat dikeluarkan dengan absorpsi secara langsung keluar
jaringan masuk ke dalam kapiler darah. Sistem limfe berhubungan erat dengan sirkulasi
darah karena mengandung cairan yang berasal dari darah dan mempunyai jaringan
pembuluh limfe. Sistem limfe berfungsi untuk absorpsi zat-zat makanan dari trakus
gastrointestinal, bertanggung jawab untuk absorpsi lemak, dan salah satunya
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi.
a. Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe berukuran lebih besar karena dibentuk oleh
bersatunya kapiler limfatik. Pembuluh limfatik memiliki dinding
yang transparan dan mempunyai banyak katup sehingga
terlihat seperti manik-manik. Pembuluh limfe yang terletak
superfisial berfungsi untuk mengaliri kulit, sedangkan pembuluh
limfe yang lebih dalam berfungsi mengaliri struktur tubuh lalu
masuk ke nodus limfe membawa sel limfosit. limfosit.
Kecepatan aliran limfe sangat dipengaruhi oleh aktivitas otot.
kecepatannya akan bertambah akibat pengaruh peristaltik pada
pergerakan pernapasan, aktivitas jantung, massage dan denyut
arteri sekelilingnya. Dinding pembuluh limfe bersifat sangat
permeabel sehingga partikel yang ukurannya sangat besar
dapat masuk kedalam jaringan. Pembuluh eferen terdapat didalam simpai dan trabekula
yang besar. Sebagian pembuluh darah limfe eferen yang dalam mengikuti arteri yang
dapat ditemukan dalam pulpa putih. Fungsi pembuluh limfe :
1) Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2) Mengangkut limfosit dan kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3) Membuat lemak yang sudah diemulsi dari susu ke sirkulasi darah (lakteal).
4) Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme.
5) Menghasilkan zat antibodi untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi.
b. Katup-katup pembuluh limfe
Pembuluh limfe yang kecil menyatu menjadi besar. Pembuluh limfe banyak mempunyai
katup sehingga aliran cairan limfe menjadi satu arah yaitu ke vena subklavia. Pembuluh
limfe akan berkontraksi setiap kali mengembung karena terisi penuh oleh cairan dari
jaringan pembuluh limfe, sehingga cairan limfe terdorong melewati katup yang terbuka.
Proses ini akan terjadi 10 detik sekali secara dinamik. Cairan interstisial secara terus
menerus bergerak datang dan kembali ke pembuluh darah. Pembuluh limfe dibagi
menjadi 2 yaitu :
1) Duktus limfatikus dekstra
Trunkus limfatikus jugularis dekstra, subklavia dan bronkomediastinalis mengalirkan
cairan limfe sisi kepala dan leher kanan. Sisi kanan toraks dapat bersatu membentuk
duktus limfatikus dekstra yang panjangnya 1,3 cm dan bermuara ke brakiosepalika
dekstra kemudian bermuara secara tidak bebas ke dalam vena-vena besar di leher.
2) Duktus torasikus
Duktus torasikus (duktus limfatikus sinistra) mulai terlihat dalam abdomen sebagai
kantong abdomen yang memanjang pada syaterna chili yang terletak tepat di bawah
diafragma depan vertebra lumbalis sebelah kanan aorta. Duktus torasikus menerima
limfe dari trunkus interstinalis, trunkus lumbalis kanan dan kiri. Beberapa pembuluh kecil
yang turun dari bawah toraks masuk ke rongga toraks melalui hiatus akustikus, lalu
pada diafragma naik melalui mediatinum posterior dan berangsur condong ke kiri.
Setelah sampai mediastinum superior, duktus ini berjalan ke atas sepanjang tepi kiri
esofagus sampai setinggi prossesus transfersus. Setelah dari sini berbelok ke lateral di
depan arteri atau vena vertebralis. Sampai di tepi medial muskulus sklaneus anterior,
berbalik ke bawah depan n. brakhiosepalika sinistra dan dapat juga berakhir pada
bagian terminal vena subklavikula atau vena jugularis interna.
3) Nodus limfatisi (nl)
kelenjar limfatisi yang bentuknya lonjong seperti buah kacang terdapat di sepanjang
pembuluh limfe saluran yang masuk ke dalam nodus limfatisi ada beberapa buah, tetapi
saluran keluar hanya satu. Jaringan ini sangat padat berisi sel-sel limfosit ditunjang oleh
sel retikuler, serabut kolagen, serat elastis dan otot polos. Biasanya nodus limfatisi
berkelompok pada satu daerah.
c. Kelompok nodus limfatisi kepala dan leher
Kelenjar limfe dikepala dan leher disusun oleh sejumlah kelompok regional dan satu
kelompok terminal yaitu ;
1) nl. Oksipitalis
Terletak diatas os oksipital pada aspek trigonium servikal posterior. Nodus limfe ini
menampung limfe dari kulit kepala bagian belakang dan mencurahkan isinya ke dalam
nl. servikalis profundi.
2) nl. Mastoidea
Terletak diatas permukaan lateral prosesus mastoideus.Nodus limfe ini menampung
limfe dari kulit kepala bagian ata, aurikula dinding posterior meatus akustikus eksternus
dan bagian lateral palbebra. Pembuluh eferen mencurahkan isinya ke dalam nl.
Servukalis profundi
3) nl. Parotidea
Terletak di dalam grandula parotis dari kulit kepala diatas glandula parotis, permukaan
lateral aurikula dan dinding anterior meatus auktikus eksternus dan bagian lateral
palbebra. Pembuluh limfe eferen mencurahkan isinya ke nl. Servikal profundi.
4) nl. Buksinatorius
Terletak diatas muskulus buksinator dekat vena fasialis sepanjang pembuluh limfe
buksinator dan bermuara ke dalam nl. Submandibularis.
5) nl. Submandibularis
Terletak pada permukaan atas glandula submandibularis. Nodus ini dapat diraba tepat
dibawah margo inferior korpus mandibula yang menampung limfe dari kulit kepala
depan, hidung, pipi, bibir atas dan bawah, sinus frontalis, maksilaris, etmoidalis, gigi ats
dan bawah, lidah bagian depan, dasar mulut dan vestibulum serta gusi. Pembuluh limfe
ini mencurahkan isinya kedalam nl. Servikalis profundi.
6) nl. Submentalis
Terletak dalam trigonum mentalis muskulus disgastrik kiri dan kanan. Nodus ini
menampung limfe dari ujung lidah, dasar lidah, gigi, gusi dan bibir bawah. Setelah itu,
nodus ini mengalirkan isinya kedalam nl. Mandibularis dan nl. servikalis profundi.
7) nl. Servikale anterior
Terletak sepanjang vena jugularis anterior. Nodus ini menampung limfe dari kulit dan
jaringan superfisial leher bagian depan lalu mencurahkan isinya ke dalam nl. Servikalis
profundi.
8) nl. Servikal supervisial
Terletak sepanjang jugularis eksterna. Nodus ini menampung limfe dari kulit diatas
sudut rahang, glandula parotis dan lobus telinga lalu mencurahkan isinya ke nl.
Servikalis profundi.
9) nl. Retrovaringeal
Terletak diantara dinding faring lamina (lembaran tipis) tiap vertebralis. Nodus ini
menampung limfe dari paranasalis faring, pembuluh limfe eferen, tuba auditiva dan
kolumna vertebralis lalu mencurahkan isinya ke nl. Servikalis profundi.
10) nl. Laringale
Terletak di depan laring pada ligamentum krikotiroideum. Nodus ini menampung limfe
dari struktur yang berdekatan lalu mencurahkan isinya ke nl. Servikalis profundi.
11) nl. Trokleare
Terdapat didepan trakea. Nodus ini menampung limfe dari struktur yang berdekatan
termasuk glandula tiroidea. Pembuluh limfe eferen mencurahkan isinya ke nl. Servikalis
profundi.
d. Nodus limfatisi servikalis profundi
Nodus ini membentuk rantai sepanjang vena jugularis interna dari kranium ke pangkal
leher dan tertanam dalam fasia vagina karotia adventisia vena jugularis interna. Nodus
ini berhubungan dengan pembuluh limfe dari tonsil dan lidah, sekaligus menampung
dari nl. Regional lain dari kepala dan leher. Pembuluh limfe ini bersatu membentuk
trunkus jugularis. Trunkus ini bermuara ke duktus torasikus dan mencurahkan isinya ke
trunkus subklavius ke dalam vena brakiosefalika.
e. Kapiler limfe
Cairan yang kembali ke sirkulasi pembuluh limfe jumlahnya sedikit karena zat dengan
berat molekul tinggi seperti protein tidak dapat melewati pori-pori kapiler vena, tetapi
dapat melalui kapiler limfe. Suatu struktur khusus kapiler limfe memperlihatkan sel-sel
endotel kapiler tersebut didekatkan oleh serabut-serabut yang besar antara jaringan
sekitarnya. Sel endotel berdekatan memiliki hubungan sangat longgar diantara sel-sel
tersebut. Akan tetapi, satu sel endotel hanya dapat menutupi tepi sel yang berdekatan
sehingga tepi sel bebas untuk bergerak ke dalam membentuk suatu katup kecil yang
membuka bagian dalam kapiler tersebut.
f. Parenkim limfe
Parenkim limfe terdiri dari pulpa putih dan pulpa merah.
1) Pulpa putih
Merupakan jaringan limfatik yang mengelilingi dan mengikuti ateri. Pada tempat tertentu
akan menebal dan berbentuk massa yang lonjong disebut nodus limfe (korpus malfigi).
Pulpa ini membentuk selubung limfosit parietal sekitar arteri yang sebagian besar
diganti oleh jaringan retikular dan membentuk daerah-daerah jaringan limfatik. Sel-sel
yang yang terdapat dalam jaringan limfoid berupa limfosit kecil, tetapi juga ditemukan
limfosit besar, monosit dan sel plasma.
reaksi jaringan limfoid tetap sama bila terjadi rangsangan. Nodus limfe merupakan
tempat pengumpulan limfosit yang lebih padat sepanjang pulpa putih. Dalam limfe,
nodulus tersusun atas pembuluh darah arteri sentrali dalam bentuk arteriol. Diantara
pulpa putih dan pulpa merah terdapat batas yang jelas yaitu zona marginal. Daerah ini
menangkap antigen yang penting untuk imunologi limfe.
2) Pulpa merah
Jumlah pulpa merah lebih banyak membentuk lempeng korda splenika yang bergabung
dengan banyak eritrosit. Susunannya lebih longgar dan menempati ruang yang tidak
terisi oleh tuberkula dan pulpa putih.
Pulpa merah banyak mengandung sinus venosus. Diantara sinus-sinus pulpa tampak
korda seluler membentuk jalinan jaringan limfatik yang mengalami modifikasi dan
menyatu dengan pulpa putih. Dalam anyaman ini terdapat limfosit makrofag bebas dan
semua unsur darah yang beredar.
Berbagai jenis limfosit yang timbul dalam pulpa putih menyebar ke pulpa merah dengan
gerakan amuba, monosit sebagian terbawa oleh aliran darah dan sebagian timbul dalam
limfe karena proliferasi sel-sel yang ada dan berkembang dari hemositoblas.
g. Kerangka limfe
Simpai dan trabekula limfe terdiri dari jaringan ikat pada kolagen dengan sedikit elastin
dan serabut otot polos. Pada hilus, simpai paling tebal mengelilingi pembuluh darah
besar. Permukaan luar simpai diliputi selapis sel mesotel yang pipih bagian peritoneum
Trabekula berjalan dari permukaan dalam hilus sampai kedalam parenkim limfe yang
bercabang dan saling beranastomosis membentuk kerangka yang rumit. Unsur-unsur
otot polos dalam simpai dan trabekula memungkinkan limfe mengatur isinya dengan
lambat dan rumit. Pulpa limfe disokong oleh jalinan halus serat-serat retikular yang
menyatu dengan simpai, trabekula dan dinding pembuluh darah.
h. Pembuluh darah limfe
Arteri memasuki limfe melalui hilus dan bercabang menjadi arteri trabekularis yang
berjalan sepanjang trabekula dan memasuki parenkim limfe. Tunika adventisia sebagai
jaringan retikular oleh limfosit. Arteri sentralis dalam korpus malpigi memperdarahi pulpa
putih lalu ke pulpa merah.
Sinus venous merupakan suatu sistem saluran yang tidak teratur dan beranastomi
diseluruh pulpa merah bermuara, menempati bagian yang lebih besar dari korda limfe.
Dinding sinus terdiri atas sel endotel khusus berbentuk batang dan memanjang dalam
dindingpembuluh darah, sedangkan badan sel menonjol ke dalam lumen usus. Sinus
venous bermuara ke vena pulpa pembuluh besar yang berdinding tipis membentuk vena
yang lebih besar memasuki trabekula sebagai vena trabeularis atau vena interbolularis
berjalan menuju hilus kemudian bermuara ke vena lienalis.
i. Persarafan
Serat saraf tidak bermielin mengikuti arteri dan berakhir pada otot polos. Dalam simpai
dan trabekula, beberapa cabang saraf memasuki pulpa merah dan pulpa putih. Serat
bermielin yang befungsi sensorik terkadang dapat ditemukan.
B. FISIOLOGI
1. Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah alirah darah dari
cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Tekanan yang
bertanggung jawab terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh
kontraksi otot ventrikel . ketika otot berkontraksi, darah terdorong dari ventrikel ke aorta
selama periode dimana tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua
tekanan menjadi seimbang, katup aorta akan menutup dan keluarand ari ventrikel kiri
terhenti. Darah yang telah memasuki aorta akan menaikkan tekanan dalam pembuluh
darah tersebut. Akibatnya terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah
secara progresif ke arteri, kapiler dank e vena. Darah kemudian kembali ke atrium
kanan karena tekanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan vena. Perbedaan
tekanan juga bertanggung jawab terhadap aliran darah dari arteri pulmonalis ke paru
dan kembali ke atrium kiri. Perbedaan tekanan dalam sirkulasi pulmonal secara
bermakna lebih rendah dari tekanan sirkulasi sistemikkarena tahanan aliran di
pembuluh darah pulmonal lebih rendah.
Siklus jantung. Selama diastolic, katup atrioventrikularis terbuka, dan darah yang
kembali ke vena mengalir ke atrium dan kemudian ke ventrikel. Mendekati akhir periode
diastolik tersebut, otot atrium akan berkontraksi sebagai respon terhadap sinyal yang
ditimbulkan oleh nodus SA. Kontraksi kemudian meningkatkan tekanan di dalam atrium
dan mendorong sejumlah darah ke ventrikel. Darah yang masuk tadi akan
meningkatkan volume ventrikel sebanyak 15%sampai 25%. Pada titik ini, ventrikel itu
sendiri mulai berkontraksi (sistolik) sebagai respon terhadap propagasi impuls listrik
yang dimulai dari nodus SA beberapa milidetik sebelumnya.
Selama sistolik, tekanan di dalam ventrikel dengan cepat meningkat, mendorong
katup AV untuk menutup. Konsekuensinya tidak ada lagi pengisian ventrikel dari atrium,
dan darah yang disemburkan dari ventrikel tidak dapat mengalir balik ke atrium.
Peningkatan tekanan secara cepat di dalam ventrikel akan mendorong katup pulmonalis
dan aorta terbuka, dan darah kemudian disemburkan ke arteri pulmonalis dan ke aorta.
Keluarnya darah mula – mula cepat, dan kemudian, ketika tekanan masing – masing
ventrikel dan arteri yang bersangkutan mendekati keseimbangan aliran darah secara
bertahap melambat.
Pada saat berakhir sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan tekanan dalam kamar
menurun dengan cepat. Penurunan tekanan ini cenderung mengakibatkan darah
mengalir balik dari arteri ke ventrikel, yang mendorong katup semiluner untuk menutup.
Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam ventrikel menurun drastis sampai di bawah
tekanan atrium, nodus AV akan membuka, ventrikel mulai terisi, dan urutan kejadian
terulang kembali.
Penting diingat bahwa kejadian mekanis yang berhubungan dengan pengisiaan
dan penyemburan oleh jantung sangat berhubungan erat dengan kejadian listrik yang
mengakibatkan kontraksi dan relaksasi jantung.

Faktor penentu Hemodinamika:


a. Preload.
Volume akhir diastolik ventrikel disebut juga preload atau beban awal yaitu derajat
regangan serabut otot ventrikel jantung pada akhir diastolic sesaat sebelum kontraksi
ventrikel.
Petunjuk beban awal ventrikel kiri adalah tekanan akhir diastolik ventrikel kiri,
sedangkan petunjuk beban awal ventrikel kanan adalah tekanan vena sentral (central
venous pressure). Kemampuan vascular perifer untuk mengembalikan darah ke jantung
akan meningkatkan preload, yang juga akan dipengaruhi oleh penurunan resistensi atau
tahanan perifer yang mengakibatkan peningkatan aliran balik vena, konstriksi vena, dan
penurunan tekanan intratorakal (saat inspirasi dalam).
Venous return atau aliran balik vena adalah jumlah darah yang mengalir dari sistem
vena ke dalam atrium kanan per menit. Faktor – faktor yang menurunkan kemampuan
relaksasi ventrikel adalah efusi pericardial (cor tamponade), perikarditis, miokarditis,
endokarditis, hipertrofi dan lain – lain.
b. Kontraksilitas
Kontraksilitas adalah kemampuan sel – sel otot jantung untuk memberikan reaksi
terhadap rangsangan kontraksi atau kekuatan serabut otot miokard untuk memendek
yang ditentukan oleh interaksi ion kalsium, aktin dan myosin.
Penurunan kontraksilitas dapat dipengaruhi oleh iskemia atau injuri miokard, gagal
jantung, anoksia, asidosis, anestesi, barbiturate dan lain – lain.
c. Afterload
Beban akhir ventrikel disebut juga afterload yaitu besarnya tahanan yang
dikembangkan oleh ventrikel selama sistolik untuk membantu membuka katup aorta dan
pulmonal serta untuk memompa darah ke dalam arteri pulmonalis dan aorta, juga ke
dalam pembuluh perifer. Jika afterload melebihi batas fisiologis, maka ventrikel tidak
mampu memompa darah pada volume sekuncup yang normal.
Tekanan nadi atau pulse pressure (selisih tekanan sistolik dan diastolik) merupakan
gambaran tekanan yang dihasilkan ventrikel untuk melawan tahanan yang ada di aorta.
Tekanan nadi normal yaitu antara 30 – 50 mmHg. Jika tekanan nadi menurun, maka
daya kontraksi ventrikel menurun, demikian juga dengan curah jantung. Tekanan
diastolic merupakan indikator afterload.

2. Elektrofisiologi Jantung
Aktivitas listrik jantung merupakan akibat dari perubahan permeabilitas membran
sel yang memungkinkan pergerakan ion – ion melalui membran tersebut. Dengan
masukkan ion – ion maka muatan listrik sepanjang membran ini mengalami perubahan
yang relative. Terdapat tiga macam ion yang mempunyai fungsi penting dalam
elektrofisiologi sel yaitu kalium (K), natrium (Na) dan kalsium (Ca). kalium lebih banyak
terdapat di dalam sel, sedangkan kalsium dan kalium lebih banyak terdapat di luar sel.
Dalam keadaan istirahat, sel – sel otot jantung mempunyai muatan postifi di luar
sel dan muatan negative pada bagian dalam sel. Ini dapat dibuktikan dengan
galvanometer. Perbedaan muatan bagian luar dan bagian dalam sel disebut resting
membrane potensial. Bila sel dirangsang akan sering terjadi perubahan muatan dalam
sel menjadi positif, sedangkan diluar sel menjadi negatif. Proses terjadinya perubahan
muatan akibat rangsangan dinamakan depolarisasi. Setelah rangsangan sel berusaha
kembali pada keadaan muatan semula proses ini dinamakan repolarisasi. Seluruh
proses tersebut dinamakan aksi potensial.
Aksi potensial terjadi disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanik, dan
termis. Aksi potensial dibagi menjadi 5 fase:
a. Fase istirahat: bagian luar sel jantung bermuatan positif dan bagian dalam bermuatan
negates (polarisasi). Membran sel lebih permeabel terhadap kalium daripada natrium
sehingga sebagian kecil kalium merembes ke luar sel. Dengan hilangnya kalium maka
bagian dalam sel menjadi relative negatif.
b. Fase deoplarisasi (cepat): disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membran
terhadap natrium, sehingga natrium mengalir dari luar ke dalam. Akibatnya, muatan di
dalam sel menjadi positif sedangkan di luar sel menjadi negatif.
c. Fase polarisasi parsial: segera setelah terjadi depolarisasi terdapat sedikit perubahan
akibat masuknya kalium kedalam sel, sehingga muatan positif di dalam sel menjadi
berkurang.
d. Fase plato (keadaan stabil): fase depolarisasi diikuti keadaan stabil yang agak lama
sesuai dengan masa refraktor absolut dari miokard. Selama fase ini tidak terjadi
perubahan muatan listrik. Terdapat keseimbangan antara ion positif yang masuk dan
yang ke luar. aliran kalsium dan natrium ke dalam sel perlahan – lahan diimbangi
dengan keluarnya kalium dari dalam sel.
e. Fase repolarisasi (cepat): pada fase ini muatan kalsium dan natrium secara berangsur
– angsur tidak mengalir lagi dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat
sehingga kalium keluar dari sel dengan cepat. Akibatnya, muatan positif dalam sel
menjadi sangat berkurang sehingga pada akhir muatan di dalam sel menjadi relatif
negatif dan muatan di luar sel relatif positif.

3. Mekanisme Jantung sebagai Pompa


Mekanisme jantung sebagai pompa berkaitan dengan kontraksi dan
pengosongan ventrikel yang disebut sistole, serta pengisian dan relaksasi ventrikel yang
disebut diastole. Ketika atrium berkontraksi maka ventrikel sedang relaksasi dan
sebaliknya atrium relaksasi maka disitu ventrikel sedang berkontraksi.
Diawali darah dari seluruh tubuh masuk melalui vena cava superior dan vena
cava inferior menuju atrium kanan kemudian masuk ke ventrikel kanan dan ke
pembuluh arteri pulmonalis menuju paru untuk didifusi dan oksigenasi dialirkan menuju
atrium kiri, kemudian ventrikel kiri kemudian ke aorta didistribusikan ke seluruh jaringan.
Dalam siklusnya, jantung menghasilkan dua suara. Suara jantung I (lubb), yaitu
suara yang ditimbulkan oleh penutupan dari valvula bicuspidalis dan valvula tricuspidalis
(katup atrioventrikular), menimbulkan suara panjang. Suara jantung II (dupp), yaitu
suara yang ditimbulkan oleh penutupan dari valvula semilunaris aorta dan valvula
semilunaris pulmonal, menimbulkan suara pendek dan tajam. Katup-katup tersebut
akan membuka dan menutup secara pasif disebabkan oleh perbedaan tekanan antara
atrium dengan ventrikel, maupun antara ventrikel dengan aorta ataupun trunkus
pulmonalis.
Secara klinis, sistole adalah periode yang terjadi diantara suara jantung I dengan
suara jantung II, sedangkan diastole adalah periode yang terjadi diantara suara jantung
II dengan suara jantung I. Fase diastole juga disebut sebagai fase pengisian, fase
relaksasi (katup mitral dan trikuspid terbuka). Sedangkan pada fase sistolik katup aorta
dan pulmonal membuka, sementara katub mitral dan trikuspid yang menutup.
Siklus jantung sebagai pompa (Cardiac cycle), dimulai dari darah masuk melalui
vena-vena besar menuju atrium (hampir sama baik kiri dan kanan), lalu dari atrium itu
darah akan mengalir langsung ke dalam ventrikel melalui valvula bicuspidalis dan
valvula tricuspidalis yang terbuka sebelum terjadi kontraksi atrium. Fase ini disebut fase
pengisian pada diastolic (passive ventricular filling mid-diastole atau rapid filling),
dimana volume darah dari atrium yang masuk ke ventrikel baru sebanyak 75%.
Selanjutnya, atrium akan berkontraksi dan memompa 25% darah lagi masuk ke dalam
ventrikel sehingga ventrikel menjadi penuh 100% atau sebesar 120 mL (Ending
Diastolik Volume), fase ini merupakan akhir dari diastole atau diastesis (pengisian
ventrikel secara lambat).
Kontraksi yang tadinya terjadi pada atrium (karena potensial aksi) akan menjalar
merangsang ventrikel (atrial kick). Miokardium dari ventrikel akan berkontraksi tetapi
kedua valvula semilunaris masih tertutup dan volume dari ventrikel masih tetap seperti
sebelumnya. Fase ini disebut dengan fase kontraksi isovolumetrik, dimana terjadi
peningkatan tekanan pada ventrikel melebihi tekanan pada atrium, akibatnya valvula
bicuspidalis dan valvula tricuspidalis jadi tertutup (menimbulkan suara jantung I).
Tekanan ventrikel yang meningkat akan menyebabkan kedua valvula semilunaris
jadi membuka, dimana tekanan ventrikel sinistra akan melebihi tekanan aorta saat
mencapai sekitar 80 mmHg, sedangkan tekanan ventrikel dextra akan melebihi tekanan
arteri pulmonalis saat mencapai sekitar 10 mmHg, inilah yang menyebabkan valvula
semilunaris aorta dan valvula semilunaris pulmonal jadi membuka. Pembukaan kedua
valvula semilunaris tersebut akan memulai fase ejeksi pada sistolik.
Pada fase ejeksi ini tekanan ventrikel sinistra dan aorta mencapai tekanan
maksimum yang berkisar 120 mmHg. Sebagian besar volume sekuncup akan
dipompakan secara cepat selama fase awal, dan kecepatan aliran pada aorta akan
meningkat hingga mencapai maksimum. Tekanan ventrikel tersebut kemudian mulai
turun (volume sekuncup yang tersisa dipompakan lebih lambat) sampai akhirnya di
bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis, ini menyebabkan kedua valvula semilunaris
menutup (menimbulkan suara jantung II). Dari fase ini tidak semua darah dipompa
keluar dari ventrikel menuju aorta dan arteri pulmonalis, tapi ada darah yang masih
tersisa dalam ventrikel sebagai volume residu yang banyaknya sekitar 40 mL (Ending
Sistolik Volume). Perlu diingat bahwa pada fase ejeksi ini valvula atrioventrikular tetap
tertutup agar ketika darah dipompa ventrikel ke aorta dan arteri pulmonalis dengan
tekanan yang besar darah tersebut tidak kembali ke atrium.
Diastole sekarang dimulai dengan fase relaksasi isovolumetrik, pada fase ini
kedua valvula semilunaris dan valvula atrioventrikular masih tertutup, miokardium pun
mengalami relaksasi. Pada fase ini darah dari atrium telah terisi kembali karena ada
suatu proses yang menghasilkan efek menghisap akibat turunnya tekanan valvula
atrioventrikular selama fase ejeksi sebelumnya. Tekanan ventrikel pun menurun tajam
sedangkan sebaliknya, tekanan atrium telah naik (karena darah yang telah masuk ke
atrium), hal ini menyebabkan valvula bicuspidalis dan valvula tricuspidalis terbuka
kembali. Setelah valvula atrioventrikular tersebut terbuka, darah dari atrium mengalir ke
ventrikel tanpa kontraksi dari atrium, jadi pada fase ini siklus jantung sebagai pompa
kembali pada fase pengisian pada diastolik dan seterusnya.

4. Sistem Konduksi
Umumnya jantung berkontraksi
secara ritmik sekitar 70-90 denyut per
menit orang dewasa dalam keadaan istirahat.
a. Nodus Sinoatrial
Terletak pada dinding atrium dextrum di bagian atas sulkus terminalis, tepat
disebelah kanan muara vena cava superior. Merupakan asal impuls ritmik elektronik
yang secara spontan disebarkan ke seluruh otot-otot jantung atrium dan menyebabkan
otot-otot ini berkontraksi.
b. Nodus Atrioventicular
Terletak pada bagian bawah septum interatriale tepat di atas tempat pelekatan
cuspisvalve tricuspidalis. Dari sini impuls jantung di kirim ke ventrikel oleh fasciculus
atrioventricular. AV node distimulasi oleh gelombang eksitasi pada waktu gelombang ini
melalui myocardium atrium. Kecepatan konduksinya sekitar 0,11 detik, memberikan
waktu yang cukup untuk atrium mengosongkan darahnya ke dalam ventrikel sebelum
ventrikel kembali berkontraksi.
c. Fasciculus Atrioventricularis (Berkas His)
Merupakan satu-satunya jalur serabut otot jantung yang menghubungkan
myocardium atrium dan myocardium ventriculus, oleh karena itu fasciculus ini
merupakan satu-satunya jalan yang dipergunakan oleh impuls jantung dari atrium ke
ventrikel. Berkas his berjalan turun melalui rangkaian fibrosa jantung. Kemudian
berjalan turun dibelakang cuspis septalis valve tricuspidalis untuk mencapai pnggir
inferior pars membracea septum interventricular. Pada pinggir pars muscularis septum,
berkas his terbelah menjadi dua cabang, satu cabang untuk setiap ventrikel. Cabang
berkas kanan berjalan turun pada sisi kanan septum interventriculare untuk mencapai
trabecula septomarginalis, tempat cabnag ini menyilang dinding anterior ventriculus
dexter. Disini cabang tersebut berlanjut sebagai plexus Purkinje. Cabang berkas kiri
menembus septum dan berjalan turun pada sisi kiri di bawah andocardium. Biasanya
cabang ini bercabang dua (anterior dan posterior), yang akhirnya melanjutkan diri
sebagai serabut-sserabut plexus Purkinje ventriculus sinister. Aktivitas sistem
konduksi/penghantar dapat dipengaruhi oleh saraf otonom yang mensyarafi jantung.
Sarf parasimpatis memperlambat irama dan menggunakan kecepatan pengantaran
impuls saraf simpatis mempunyai efek yang berlawanan.
d. Jalur Konduksi Internodus
Jalur internodus anterior berjalan meninggalkan ujung anterior nodus anterior
sinuatrialis dan berjalan ke anterior menuju ke muara vena cava superior. Jalur ini
berjalan turun pada septum atrium dan berakhir pada nodus atrioventricularis. Jalur
internodus medius meninggalkan ujung posterior SA node dan berjalan ke posterior
menuju muara vena cava superior. Jalur ini turun ke bawah pada septum atrium menuju
ke AV node. Jalur internodus posterior meninggalkan bagian posterior SA node dan
turun melalui crista terminalis dan valve cava inferior menuju ke AV node.

5. Pembuluh Darah Arteri, Vena, dan Sistem Kapiler


a. Pembuluh darah arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah
keseluruh tubuh dan alat tubuh. Pembuluh darah terbesar yang keluar dari ventrikel
sinistra disebut aorta. Arteri terdiri dari 3 lapisan yaitu: Tunika Intima Tunika Media
Tunika Eksterna Aorta Merupakan pembuluh darah arteri terbesar keluar dari jantung
bagian ventrikel sinistra melalui aorta asendes membelok kebelakang melalui radiks
pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma, turun ke
abdomen. Jalan arteri ini terdiri dari 3 bagian : Aorta Asenden, Arkus Aorta, Aorta
desendes Aorta asendes mempunyai cabang: Aorta torakalis, Aorta Abdominalis Arteri
Kepala dan Leher Disuplai oleh arteri komunis dekstra dan sinistra. Pada masing-
masing sisi menuju keatas leher dibawah otot sternomastoid dan pada ketinggian
perbatasan atas kartilago tiroid membagi diri menjadi dua yaitu: Arteri karotis eksterna
A. tiroid superior, A. faringea asendes, A. lingualis, A. fasialis, A. aurikularis posterior, A.
maskilaris Arteri karotis interna: A. oftalmika A. komunikan posterior A. coroidea A.
serebri anterior A. serebri media A. nasalis.
Jaringan dan juga berfungsi sebagai reservoir tekanan karena elastisitas mereka
arteri-arteri dapat melebar untuk mengakomodasi tambahan volume darah yang di
pompa ke dalamnya oleh kontraksi jantung dan kemudian menciut kembali untuk terus
mendorong darah sewaktu jantung berelksasi
b. Pembuluh darah vena
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju
jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya terletak dekat
permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak
elastis. jika diraba, denyut jantungnya tidak terasa. Pembuluh vena mempunyai katup
sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah.
Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika vena
terluka, darah tidak memancar tetapi merembes.
Dari seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu pembuluh darah
balik besar, yang disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui
serambi kanan. Setelah terjadi pertukaran gas di paru-paru, darah mengalir ke jantung
lagi melalui vena paru-paru. Pembuluh vena ini membawa darah yang kaya oksigen.
Jadi, darah dalam semua pembuluh vena banyak mengandung karbon dioksida kecuali
vena pulmonalis.
Salah satu penyakit yang menyerang pembuluh balik adalah varises
c. Sistem kapiler
Kapiler membawa darah dari arteriola menuju venula. Dindingnya hanya dilapisi
selapis sel tipis, kapiler sebenarnya merupakan lanjutan lapisan arteri dan vena.
Beberapa jaringan tidak memiliki kapiler diantaranya adalah epidermis, kartilago, lensa
dan kornea mata.
Sebagian besar jaringan tubuh mempunyai kapiler yang luas. Aliran darah dalam
kapiler diatur oleh sel otot polos sfingter prekapiler, yang dijumpai pada permulaan
masing-masing kapiler. Sfingter prekapiler tidak diatur oleh system saraf namun dengan
kontriksi atau dilatasi yang bergantung pada kebutuhan jaringan. Karena tidak dapat
cukup darah dalam tubuh untuk mengisi seluruh kapiler pada saat yang sama, sfingter
prekapiler biasanya berkontriksi sedikit. Pada jaringan aktif yang membutuhkan lebih
banyak oksigen, seperti otot yang di latih, sfingter prekapiler akan berdilatasi untuk
meningkatkan aliran darah.
Beberapa organ memiliki tipe kapiler yang berbeda yang disebut sinusoid, yang
lebih luas dan lebih permeable dari pada kapiler lain. Premeabilitas sinusoid
memungkinkan zat bersar seperti protein dan sel darah masuk atau meninggalkan
darah. Sinusoid dapat di jumpai pada jaringan hemopoietik, seperti sumsum tulang serta
organ, seperti hepar dan kelenjar hipofisis, yang memproduksi dan menyekresi protein
ke dalam darah
6. Tekanan Darah dan Sistem Regulasi
a. Tekanan darah
Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah.
Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dengan denyut jantung. Tekanan
darah paling tinggi terdapat pada arteri-arteri besar yang meninggalkan jantung dan
secara bertahap menurun samapi ke arteriol. Akhirnya ketika mencapai kapiler, tekanan
ini sedemikian rendah sehingga tekanan ringan dari luar akan menutup pembuluh ini
dan mendorong darah keluar. Hal ini dapat dibuktikan dengan member tekan ringan
pada kuku atau meletakan sepotong grlas diatas kulit. Di dalam vena tekanan darah ini
bahkan lebih rendah lagi sehingga akhirnya pada vena-vena besar yang ,endekai
jantung terdapat gaya isap (suction), yakni tekanan negative (bukan negatif), akibat
gaya isap yang dihasikan jantung ketika ruangan-ruangan didalamnya relaksasi.
Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini
paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika
ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).

b. Sistem regulasi
Jantung dapat bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kerja jantung dipengaruhi oleh faktor mekanik, persarafan dan suhu. Regulasi jantung
meliputi regulasi terhadap heart rate, stroke volume, cardiac output dan blood pressure.
1) Regulasi Heart Rate
Heart rate dipengaruhi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis
dengan epinefrin dan norepnefrin sebagai neurotrasmiternya menyebabkan peningkatan
heart rate. Sedangkan sistem saraf parasimpatis melalui nervus vagus menyebabkan
perlambatan heart rate. Heart rate juga dipengaruhi oleh kemoreseptor dan
baroreseptor. Aktivitas kemoreseptor bertujuan menjaga kecukupan sirkulasi serebral
(otak).
2) Regulasi Stroke Volume
Volume sekuncup diatur dengan Mekanisme (hukum) Starling.
3) Regulasi Cardiac Output
Determinan utama dari curah jantung adalah kebutuhan oksigen jaringan dengan cara
autoregulasi intrinsik yang mengubah preload dan stroke volume dan autoregulasi
ekstrinsik atas pengaruh hormon epinefrin.
4) Regulasi Tekanan Darah
Tekanan darah dipengaruhi oleh kemoresptor, tahanan perifer dan volume darah

C. BIOFISIKA
1. Listrik Jantung
Jantung sebenarnya tergantung dalam suatu medium konduktif. Bila satu bagian
ventrikel menjadi elekronegatif bila dibandingkan dengan sisanya, arus listrik mengalir
dari daerah berdepolarisasi ke daerah berpolarisasi dalam jalur memutar besar.
Selama sisa siklus depolarisasi arus listrik terus mengalir dalam arah dari basis
jantung menuju ke apeks, sewaktu impuls menyebar dari permukaan endokarnial ke
luar melalui otot ventrikel.
Dalam membuat perekaman elektrokardiografik, digunakan bermacam-macam
posisi standar untuk penempatan elekktroda dan positif atau negatifnya polaritas
rekaman selama setiap siklus jantung ditentukan oleh orientasi elektroda dengan
mengingat aliran arus di dalam jantung, beberapa system elektroda konvensional yang
biasanya disebut sandapan elektrokardiografik.
a. Aliran arus listrik dari masa sinsitium otot jantung
Sebelum masa sisitium otot jantung terangsang semua bagian luar sel otot itu
bermuatan positif dan bagian dalam bermuatan negatif. Begitu suatu daerah sinsitium
jantung terdepolarisasi, muatan negative akan bocor keluar dari serabut otot yang
mengalami depolarisasi sehingga daerah permukaan ini menjadi elektronegatif. Karena
proses depolarisasi menyebar kesegala arah melalui jantung, perbedaan potensial yang
tampak hanya menetap selama seperbeberapa ribu detik,dan perhitungan voltase yang
sebenarnya hanya dapat dilakukan dengan alat perekam yang berkecepatan tinggi.
b. Aliran arus listrik yang mengelilingi jantung pada dada (paru)
Walaupun sebagian besar paru terisi oleh udara tapi dapat juga menghantarkan arus
listrik yang cukup besar dan cairan yang terdapat dalam jaringan lain yang terletak di
sekeliling jantung juga dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Oleh karena
itu,sebenarnya jantung terendam did lam media yang konduktif. Bila satu bagian
ventrikal mengalami depolarisasi maka daerah itu akan menjadi elektronegatif di
bandingkan bagian lainnya. Aliran listrik akan mengalir dari daerah yang terdepolarisasi
menuju ke daerah yang terpolarisasi melalui jalur melingkar yang besar.
Impuls jantung mula-mula akan sampai di bagian septum ventrikal dan selanjutnya
segera menyebar ke permukaan dalam dari sisa ventrikel lainnya. Keadaan ini akan
menyebabkan kenegatifan di bagian dalam ventrikel, sedangkan di bagian luar dinding
ventrikel akan mengalami kepositifan, dengan arus listrik akan mengalir melalui cairan
yang terdapat di sekeliling ventrikael menurut jalur elips. Dengan kata lain arus listik
rata-rata dengan kenegatifan akan mengalir kebasal jantung dan arus listrik rata-rata
dengan kepositifan akan mengalir ke bagian apeks.
Selama berlangsungnya sebagian besar sisa proses depolarisasi, arus juga tetap
mengalir menurut arah penyebaran yang sama, sementara depolarisasi menyebar dari
permukaan endokardium keluar melalui masa otot ventrikel. Kemudian, sesaat sebelum
proses depolarisasi selesai melintasi ventrikel, selama kira-kira 0,01 detik, rata-rata
aliran arus listrik ini akan terbalik, yakni akan mengalir dari apeks ventrikel menuju ke
bagian basal, sebab bagian ja ntung yang paling akhir terdepolarisasi adalah dinding
bagian luar ventrikel yang dekat dengan basal jantung.
Jadi pada ventrikel jantung yang normal, selama hampir seluruh siklus depolarisasi,
arus mengalir dari negative ke positif, terutama dari arah basal jantung menuju ke apeks
kecuali pada bagian akhir dari proses depolarisasi.

2. Konduksi Jantung
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik.
Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus, yaitu:
1) Otomatisasi, kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2) Irama, kemampuan membentuk impuls yang teratur.
3) Daya konduksi, kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4) Daya rangsang,kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas, maka secara spontan dan teratur jantung
akan menghasilkan impuls-impuls yang di salurkan melalui system hantaran untuk
merangsang otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls di
mulai dari nodus SA ke nodus AV,sampai ke serabut purkinje.
Di dinding atrium kanan terdapat nodus sinoatrial (SA). Sel-sel dari nodus SA
memiliki otomatisasi. Karena nodus SA secara normal melepaskan impuls dengan
kecepatan lebih cepat dari pada sel jantung lain dengan otomatisasi 60-100
denyut/menit. Jaringan khusus ini bekerja sebagai pemacu jantung normal. Pada bagian
bawah septum interatrial terdapat nodus atrioventrikuler (AV). Jaringan ini bekerja untuk
menghantarkan, memperlambat, potensial aksi atrial sebelum ia mengirimnya ke
ventrikel. Potensial aksi mencapai nodus AV pada waktu yang berbeda. Nodus AV
memperlambat hantaran dari potensial aksi ini sampai semua potensial aksi telah di
keluarkan atrium dan memasuki nodus AV.
Setelah sedikit perlambatan ini, nodus AV melampau potensial aksi sekaligus, ke
jaringan konduksi ventrikular, memungkinkan kontraksi simultan semua sel ventrikel.
Pelambatan nodus AV ini juga memungkinkan waktu untuk atrium secara penuh
mengejeksi kelebihan darahnya ke dalam ventrikel, sebagai persiapan untuk sistole
ventrikel.
Dari nodus AV, impuls berjalan ke berkas his di septum interventrikular ke cabang
berkas kanan dan kiri, dan kemudian melalui satu dari beberapa serat purkinye ke
jaringan miokard ventrikel itu sendiri. Potensial aksi dapat melintasi jaringan penghantar
3-7 kali lebih cepat dari pada melalui miokard ventrikel. Maka berkas, cabang dan
serabut purkinye dapat mendekati kontraksi simultan dari semua bagian
ventrikel,sehingga memungkinkan terjadinya penyatuan kerja pompa maksimal.

3. Viskositas Pembuluh Jantung


Tahanan terhadap aliran darah ditentukan tidak hanya oleh jari-jari pembuluh
darah tetapi juga oleh viskositas darah. Plasma kira-kira 1,8 kali lebih kental dibanding
air, sedangkan darah 3-4 kali lebih kental dibanding air. Jadi viskositas bergantung
sebagian besar pada hematokrit yaitu persentase volume darah yang ditempati oleh sel
darah merah. Efek viskositas in vivo menyimpang dari yang diperkirakan oleh rumus
Poiseuille-Hagen. Di pembuluh besar, peningkatan hematokrit menyebabkan
peningkatan viskositas yang cukup besar. Namun dipembuluh yang diameter lebih kecil,
yaitu di arteriol, kapiler dan venula, viskositas berubah lebih sedikit per satuan
perubahan hematokrit dibandingkan perubahan viskositas di pembuluh besar. Hal ini
karena perbedaan pada sifat aliran yang melalui pembuluh kecil. Oleh sebab itu
perubahan nettoviskositas persatuan perubahan hematokrit jauh lebih kecil ditubuh
dibandingkan perubahannya secara invitro. Hal inilah yang menyebabkan mengapa
perubahan hematokrit memiliki pengaruh yang relatif kecil pada tahanan perifer kecuali
pada berubahan tersebut besar. Pada polisitemia berat, peningkatan tahanan jelas
meningkatkan kerja jantung. Sebaliknyan, pada anemia, tahanan perifer manurun,
sebagai akibat penurunan viskositas. Tentu saja penurunan hemoglobin menurunkan
kemampuan darah mengangkut O2, tetapi perbaikan aliran darah viskositas relatif.

D. BIOKIMIA
1. Struktur dan Fungsi Enzim
a. Struktur Enzim
Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari
hanya 62 asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan
lebih dari 2.500 residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil katalis
RNA, dengan yang paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk sebagai
RNA-enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga dimensinya
(struktur kuaterner). Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya, prediksi aktivitas
enzim baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang sangat sulit.
Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya
sebagian kecil asam amino enzim (sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung
terlibat dalam katalisis. Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan mengikat
substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak aktif. Enzim juga
dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk katalisis.
Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering kali
merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi.
Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan
demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.
Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino
yangmelipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-
sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul
bersama dan membentukkompleks protein. Kebanyakan enzim dapat
mengalami denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh
pemanasan ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim, denaturasi
dapat bersifat reversibel maupun ireversibel.

b. Fungsi Enzim
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Hampir
semua enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalis oleh enzim, molekul awal
reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi
molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat.

2. Apoptosis, Injury Sel dan Adaptasi Sel


a. Apoptosis
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death),
adalah suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons
dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara
terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.
Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup
tertentu, menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti sel.
Kemudian sel akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen
tersebut diabsorpsi sehingga sel yang mati menghilang.
b. Injury Sell
Cellular injury alias cedera sel, dalam bahasa kedokteran biasa disebut jejas
sel. Sesuai namanya, jejas sel adalah cedera yang terjadi pada level seluler. Kenapa
harus mulai dari sel? Karena memang cedera yang besar (level organ) bisa berawal dari
cedera kecil di tingkat seluler.
Penyebab jejas seluler :
1) Agen Infektif (Infectious Agent)
Mulai dari agen tingkat mikroskopik sampai makroskopik seperti tapeworm (cacing pita)
Contoh : Riketsia, Bakteri, Jamur, dan Parasit lain
2) Reaksi Imunologi
Reaksi imun dapat menimbulkan cedera sel. Contoh : Reaksi anaplastik terhadap
protein asing atau efek terapeutik obat, Reaksi endogen antigen
3) Cacat Genetik
a) Akibat perubahan halus pada level DNA
b) Perubahan ini seringkali menimbulkan kelainan enzimatik yang mempengaruhi sel
c) Dapat juga terjadi akibat cedera oleh bahan kimia
4) Gizi Tak Seimbang
Seperti penyakit Anoreksia Nervosa dan kelaparan
a) Ekses gizi sebagai penyebab utamanya
b) Ekses predisposisi lipid, Aterosklerosis dan Obesitas akibat penimbunan lemak
c) Komposisi diet
1) Macam-macam jejas
a) Kurangnya Oksigenasi / Pasokan Oksigen (Hipoksia, Iskemia, dan Keracunan CO)
b) Jejas Fisik (mekanik, terbakar, dingin, radiasi, listrik, dll)
c) Infeksi
d) Reaksi imunologik
e) Defek/ Cacat Genetik
f) Gangguan Nutrisi
g) Pengaruh jejas terhadap sel?
h) Cedera akut reversibel (Dapat sembuh)
i) Cedera Ireversibel yang menyebabkan Cellular death (kematian sel) yang berupa
nekrosis dan apoptosis
j) Perubahan organel subseluler.
2) Mekanisme jejas
Mekanisme jejas secara umum

3) Injurious Stimulus dapat menimbulkan :


a) Penurunan jumlah ATP (Adenosin Tri Phosphat) menurun sehingga organela yang
bergantung pada pasokan energi dari ATP terganggu.
b) Kerusakan membran dapat mengganggu mitokondria (organel penghasil ATP),
merusak lisosom (yang memiliki enzim perncerna, sehingga enzim tsb bocor ke dalam
sitoplasma dan melumatkan seluruh sel), merusak protein penyusun membran plasma
(seisi sel mengalami kebocoran).
c) Peningkatan jumlah ion Ca (Kalsium) dalam sitoplasma yang akan mengganggu
kinerja sel terutama DNA.
d) Peningkatan bentuk-bentuk OH reaktif, seperti ion Hidroksida(OH-) dan H2O2.

c. Adaptasi Sell
1) Adaptasi selular
Keadaan berada diposisi normal, sel yang tidak stres dan sel cedera yang stres
berlebihan.
2) Adaptasi fisiologi
Respon yang mewakili sel terhadap perangsangan normal oleh hormon atau mediator
kimiawi endogen.
Contohnya : Pembesaran payudara dan induksi laktasi oleh kehamilan.
3) Adaptasi patologik
Mekanisme dasar yang sama, sering berbagi tetapi memungkinkan sel untuk mengatur
lingkungannya, dan idealnya melepaskan diri dari cedera.
4) Perubahn adaptif sel
a) Atrofi
Pengerutan urutan sel dengan hilangnya substansi sel. Walaupun dapat menyebabkan
penuruna fungsinya tapi tetap sel atrofi tidak mati. Pada kondisi yang berlawanan
kematiannya terprogram ( apoptotik ) bisa juga diinduksi oleh sinyal yang sama, yang
menyebabkan atrofi sehingga dapat menyebabkan hilangnya sel pada atrofi seluruh
organ. Penyebab atropi :
(1) berkurangnya beban kerja
(2) hilangnya persarafan
(3) berkuranhnya perbekalan darah
(4) Nutrisi yang tidak adekuat
(5) Hilangnya rangsang endokrin
(6) Penuaan
b) Hipertrofi
Penambahan ukuran sel menyebabkan penambahan ukuran organ.
Disebabkan juga oleh peningkatan kebutuhan fungsional atau rangsang hormonal
spesifik.

(1) Hiperplasia
peningkatan jumlah sel dalam organ atau jaringan.Dibagi 2 :
(a) Hiperplasia hormonal ditunjukkan pada saat proliferasi epitel kelenjar payudara
perempuan, pubertas, dan pada saat kehamilan.
(b) Hiperplasia kompensatoris hiperplasia yang terjadi pada saat sebagian jaringan
dibuang atau sakit.

(2) Metaplasia
Perubahan reversible, yaitu perubahan dari satu jenis sel dewasa diganti oleh jenis sel
dewasa lainnya. Misalnya sel epitel gepeng yang terjadi pada saluran napas perokok
kretek selain itu epitel metaplastik adaptif juga mempunyai keuntungan dalam daya
tahan hidup mekanisme perlindungan yang penting hilang seperti pembersiahn mucus ,
sillia material berukuran partike. Oleh karena itu epitel metaplasia merupakan pedang
bermata dua. Selain itu jika menetap pengaruh pengindustri transformasi metaplasia
dapat menginduksi transformasi metaplastikkanker pada epitel yang metaplastik.

3. Nekrosis Sel (Kematian Sel)


Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas
adaptif sel akan menyebabkan kematian sel dimana sel tidak mampu lagi
mengkompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat
dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur sel serta
timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu mencerna sel-sel yang mati dan
selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara morfologis.
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut
nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain
karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian
sel yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel
akan mati. Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri
(bunuh diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan iskemia.
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera
mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
a. Perubahan Mikroskopis
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel
lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak
teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-
pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis.
Kemudian inti sel yang mati akan menghilang (kariolisis).
b. Perubahan Makroskopis
Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada
jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik akan
mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan mempertahankan ciri arsitekturnya
selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut nekrosis koagulatif, seringkali
berhubungan dengan gangguan suplai darah. Contohnya gangren.
Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan
proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi pada
jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi
cairan.
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada
tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa dicerna.
Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur. Jenis nekrosis ini disebut
nekrosis kaseosa, contohnya pada tuberkulosis paru.
Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan jenis
nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis akibat penyakit atau
trauma maka getah pankreas akan keluar menyebabkan hidrolisis jaringan adiposa
(oleh lipase) menghasilkan asam berlemak yang bergabung dengan ion-ion logam
seperti kalsium membentuk endapan seperti sabun. Nekrosis ini disebut nekrosis lemak
enzimatik.
c. Perubahan Kimia Klinik
Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur
berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga membran sel
lisis. Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada
intrasel termasuk enzim spesifik pada sel organ tubuh tertentu masuk ke dalam sirkulasi
dan meningkat kadarnya di dalam darah.
Misalnya seseorang yang mengalami infark miokardium akan mengalami
peningkatan kadar LDH, CK dan CK-MB yang merupakan enzim spesifik jantung.
Seseorang yang mengalami kerusakan hepar dapat mengalami peningkatan kadar
SGOT dan SGPT. Namun peningkatan enzim tersebut akan kembali diikuti dengan
penurunan apabila terjadi perbaikan.
d. Dampak Nekrosis
Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan nekrotik
tersebut dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses
perbaikan untuk mengganti jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik dapat digantikan oleh
sel-sel regenerasi (terjadi resolusi) atau malah digantikan jaringan parut. Jika daerah
nekrotik tidak dihancurkan atau dibuang maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan
akhirnya diisi garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar sirkulasi
jaringan nekrotik . Proses pengendapan ini disebut kalsifikasi dan menyebabkan daerah
nekrotik mengeras seperti batu dan tetap berada selama hidup.
Perubahan-perubahan pada jaringan nekrotik akan menyebabkan :
1) Hilangnya fungsi daerah yang mati.
2) Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan media pertumbuhan yang baik untuk
bakteri tertentu, misalnya bakteri saprofit pada gangren.
3) Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan leukosit
Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran sel-sel yang
mati.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga
dada, di bawah perlindungan tulang costae, sedikit disebelah kiri sternum. Aktivitas
listrik dari jantung merupakan akibat dari perubahan pada permiabilitas membran sel,
yang memungkinkan pergerakan ion – ion. Jantung manusia berdenyut dimulai saat
listrik/impuls merambat sepanjang jalur konduksi jantung. Jantung bekerja sebagai
pompa dengan cara kontraksi (sistol) dan relaksasi (diastol)
B. SARAN
Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, masukan / saran yang baik sangat diharapkan guna
memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran .Jakarta: EGC.


Irianto. 2010. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung: Yrama
Widya
Kasron. 2011. Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha Medika.
Scanlon, Valerie C, Sanders, tina. 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Waston, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC
Biokimia. 2013. http://belajarbiokimia.wordpress.com/2013/01/24/d-biokimia-sebuah-
definisi/#more-39. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013. Pukul 13:24 WITA
Biokimia. 2010. http://varinaafnita.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-
biokimia/http://id.wikipedia.org/wiki/Biokimia. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013.
Pukul 13:28 WITA
Fisiologi Sistem Cardiovascular. http://www.scribd.com/doc/13853921/Fisiologi-Sistem-
Cardiovascular . Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013. Pukul 15.00 Wita
Jantung Sebagai Pompa. 2010 http://merumerume.wordpress.com/2010/04/01/ jantung-
sebagai-pompa/. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013. Pukul 22.00 Wita
Anatomi Fisiologi Pembuluh Darah. http://www.scribd.com/doc/137050148/Anatomi-
Fisiologi-Pembuluh-Darah. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013. Pukul 16:45 WITA
Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskular.
2013. http://www.scribd.com/doc/ 55255412/Anatomi-FisiologiSistemKardiovaskular/.
Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013. Pukul 17:09 WITA
Biolistrik Jantung. http://instrumentasi.lecture.ub.ac.id/sinyal-biopotensial-
jantung/. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2013. Pukul 10.00 wita

Sistem Kardiovaskuler. 2012. http://sunjiee.blogspot.com/2012/01/sistem-


kardiovaskular.html. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2013. Pukul: 16.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai