PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Dalam ilmu fisioterapi sangat penting untuk mengetahui, mempelajari, dan
memahami perubahan anatomi dan fisiologi sistem krdiovaskuler pada lansia. Untuk itu
penulis ingin membuat paper tentang perubahan anatomi dan fisiologi pada lansia untuk
memudahkan pembaca mengenal dan memahami tentang perubahan tersebut.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud lansia?
2. Apa yang dimaksud sistem kardiovaskuler?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler?
4. Apa saja perubahan anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler pada
lansia?
5. Apa saja patologi sistem kardiovaskuler yang terjadi pada lansia?
D. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud lansia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kardiovaskuler.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem
kardiovaskuler.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perubahan anatomi dan fisiologi sistem
kardiovaskuler pada lansia.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami patologi sistem kardiovaskuler pada
lansia.
E. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami perubahan anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
pada lansia, serta patologi sistem kardiovaskuler yang terjadi pada lansia.
2. Sebagai bahan referensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Lansia.
Lanjut usia adalah istilah tahap akhir dari proses penuaan. Batasan penduduk
lanjut usia meurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dibagi menjadi tiga
aspek;
a. Aspek biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus yang ditamdai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu smakin entannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
b. Aspek ekonomi, penduduk lanjut usia adalah lebih dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber daya.
c. Aspek sosial, penduduk anjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri yang
memerlukan kebutuhan khusus. (Saryono, dkk. 2010)
B. Pengertian Sistem Kardiovaskuler.
Kardiovasculer terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu cardiac yang berati jantung
danvasculer yang berati pembuluh darah, sehingga sistem ini menyangkut jantung,
komponen darah dan pembuluh darah.
Sistem kardiovaskuler adalah organ sirkulasi darah yang terdiri dari jantung,
komponen darah, dan pembuluh darah yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan
nutrisi yang dibutuhkan setiap jaringan didalam tubuh yang dibutuhkan untuk proses
metabolisme.
d. Katup aorta
Katup aorta terdiri dari tiga daun katup. Berada pada pangkal aorta. Membuka jika
ventrikel sinistra berkontraksi dan darah akan mengalir ke seluruh tubuh. Menutup jika
ventrikel sinistra relaksasi, dan mencegah darah masuk kembali.
Empat sifat fundamental jantung, yaitu;
a. Rhythmicity, kesanggupan jantung secara otomatis dan periodik merangsang
dirinya sendiri.
b. Conductivity, kesanggupan jantung untuk menghantar rangsangan baik sistem
konduksi intrinsik atau myocard.
c. Excitability, kemampuan jantung untuk dirangsang oleh rangsangan yang
berasal dari jantung dan rangsangan saraf jantung.
d. Contractility, daya kontraksi jantung.
a. Jantung
− Terjadinya brown atrophy disertai akumulasi ipofusi (aging pigment) pada serat-serat
miocardium.
− Penurunan daya kerja nodus sino-atrial (SA node) yang mengatur irama jantung.
Sejak berumur 50 tahun, sel-sel dari nodus SA berkurang sebanyak 50%-75%.jumlah
sel nodus AV tidak berkurang tetapi akan terjadi fibrosus. Pada berkas His ditemukan
kehilangan pada tingkat selular. Perubahan tersebut menyababkan penurunan denyut
jantung.
− Penebalan dinding jantung menyebabkan jumlah darah yang ditampung lebih sedikit
dan pengisian darah ke jantung juga melambat.
− Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial yang menyebabkan
penurunan perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.
b. Pembuluh darah
− Hilangnya elastisitas pada pembuluh darah mengakibatkan meningkatnya resistensi
ketika ventrikel sinistra memompa, sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat.
− Menurunnya respon jantung terhadap reseptor β-adrenergik. Menurunnya perubahan-
perubahan baroreseptor dan komoreseptor. Perubahan respon ini dapat mengakibatkan
hipotensi ortostatik.
− Dinding kapiler yang menebak mengakibatkan pertukaran nutrisi dan pembuangan
melambat.
c. Darah
− Penurunan Total Body Water mengakibatkan menurunnya volume darah.
− Jumlah sel darah merah (hemoglobin dan hematokrot menurun. Jumlah leukosit juga
menurun, menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.
A. Kesimpulan
Degenerasi atau penuaan menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi sistem
kardiovaskuler. Perubahan ini terjadi pada jantung, pembuluh darah dan darah.
Perubahan ukuran jantung yang mengalami hipertrophy, penurunan elastisitas
pembuluh darah, penurunan jumlah darah yang dipompa jantung, melambatnya
pertukaran nutrisi, dan masih banyak lagi.
Dari perubahan-perubahan yang terjadi karena proses degenerasi, hal ini
mengakibatkan gangguan-gangguan penyakit (patologi yang disebabkan degenerasi
atau penuaan yang berupa munculnya stroke, jantung koroner, hipertensi, disritmia, dan
masih banyak lagi.
B. Saran
1. Penulis lebih banyak melihat referensi lain agar dapat memperoleh
informasi yang lain mengenai perubahan anatomi dan fisiologi sistem
kardiovaskuler pada lansia..
2. Pembaca tidak hanya terpaku resume ini, tetapi juga melihat referensi lain
agar informasi yang didapat lebih beragam.
3. Diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
MATERI KE 2
Batas jantung kanan (yang meluas kebagian inferior dan basal) bertemu dengan
paru kanan. Batas jantung kiri (yang meluas dari basal ke apeks) bertemu dengan paru
kiri. Batas superior jantung kanan terletak di intercostae ke-3 kira-kira 3 cm ke kanan
dari garis tengah. Garis yang menghubungkan kedua titik ini berkoresponden dengan
basal jantung. Batas inferior jantung kiri terletak di apeks di intercostae ke-5 kira-kira 9
cm ke kiri dari garis tengah. Batas inferior jantung kanan terletak pada intercostae ke-
6kira- kira 3 cm ke kanan dari garis tengah. Garis yang menghubungkan garis inferior
kanan dan kiri berkoresponden terhadap inferior surface jantung dan garis yang
menghubungkan inferior dan superior kanan berkoresponden ke border jantung kanan.
Berat jantung orang dewasa laki-laki 300-350gr, berat jantung orang dewasa wanita
250-350 gr. Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB dari
berat badan ideal.
Jantung terdiri dari empat ruang,dua atrium dan dua ventrikel pada bagian
anterior.Setiap atrium terdapat auricle,setiap aurikel meningkatkan kapasitas ruang
atrium sehingga atrium menerima volume darah yang lebih besar. Pada permukaan
jantung terdapat lekuk yang saling berhubungan disebut sulkus yang mengandung
pembuluh darah koroner dan sejumlah lemak. Masing-masing sulkus memberi tanda
batas eksternal antar dua ruang jantung. Sulkus koroner bagian dalam mengelilingi
sebagian jantung dan memberi tanda batas antara atrium superior dan ventrikel inferior.
Sulkus interventrikuler anterior adalah lekukan dangkal pada permukaan depan
jantung yang memberi tanda batas antara ventrikel kanan dan kiri,sulkus ini berlanjut
mengelilingi permukaan posterior jantung yang disebut sulkus interventrikuler posterior
dimana memberi tanda batas antar ventrikel di bagian belakang jantung.
Atrium kanan
Atrium kanan menerima darah dari cava superior,cava inferior dan sinus
koronarius.Pada bagian antero superior atrium kanan terdapat lekukan ruang yang
berbentuk daun telinga yang disebut aurikel, pada bagian posterior dan septal licin dan
rata tetapi daerah lateral dan aurikel permukaannya kasar serta tersusun dari serabut-
serabut otot yang berjalan pararel yang disebut pactinatus. Tebal dinding antrium kanan
2 cm.
Ventrikel kanan
Daun katup trikuspid dihubungkan dengan tali seperti tendon yang disebut dengan
chorda tendinea yang disambungkan dengan trabekula yang berbentuk kerucut yang
disebut papillary muscle. Ventrikel kanan dipisahkan dengan ventrikel kiri oleh
interventrikuler septum. Darah dari ventrikel kanan melalui katup semilunar pulmonal ke
pembuluh darah arteri besar yang disebut pulmonary truk yang dibagi menjadi arteri
pulmonal kanan dan kiri.
Atrium kiri
Atrium kiri membentuk sebagian besar dasar jantung.Atrium kiri menerima darah dari
paru-paru melalui empat vena pulmonal.Seperti pada atrium kanan bagian dalam atrium
kiri mempunyai dinding posterior yang lunak. Darah dibawa dari atrium kiri ke ventrikel
kiri melalui katup bikuspid dimana mempunyai dua daun katup.
Ventrikel kiri
Ventrikel kiri membentuk apex dari jantung seperti pada ventrikel kanan mengandung
trabecula carneae dan mempunyai chorda tendinea yang dimana mengikat daun katup
bikuspid ke papillary muscle. Darah dibawa dari ventrikel kiri melalui katup semilunar
aorta ke arteri yang paling besar keseluruh tubuh yang disebut aorta asending.Dari sini
sebagian darah mengalir ke arteri coronary,dimana merupakan cabang dari aorta
asending dan membawa darah kedinding jantung,sebagian darah masuk ke arkus aorta
dan aorta desending.Cabang dari arkus aorta dan aorta desending membawa darah
keseluruh tubuh.
Membuka dan menutupnya katup jantung terjadi karena perubahan tekanan pada
saat jantung kontraksi dan relaksasi.Setiap katup jantung membantu aliran darah satu
arah dengan cara membuka dan menutup katup untuk mencegah aliran balik.
Katup Atrioventrikuler
Pada saat ventrikel kontraksi,tekanan darah membuat daun katup keatas sampai tepi
daun katup bertemu dan menutup kembali. Pada saat bersamaan muskuler papilaris
berkontraksi dimana menarik dan mengencangkan chorda tendinea hal ini mencegah
daun katup terdorong ke arah atrium akibat tekanan ventrikel yang tinggi. Jika daun
katup dan chorda tendinea mengalami kerusakan maka terjadi kebocoran darah atau
aliran balik ke atrium ketika terjadi kontraksi ventrikel.
Katup Semilunar
Terdiri dari katup pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal terletak pada arteri
pulmonalis memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katup aorta terletak antara
aorta dan ventrikel kiri. Kedua katup semilunar terdiri dari tiga daun katup yang
berbentuk sama yang simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan
dengan sebuah cincin serabut. Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir
dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonal atau aorta selama sistol ventrikel dan
mencegah aliran balik waktu diastolik ventrikel . Pembukaan katup terjadi pada waktu
masing-masing ventrikel berkontraksi,dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari pada
tekanan di dalam pembuluh-pembuluh .
3) Darah
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah
mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam
tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah,
sel darah putih dan trombosit.
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada system kardiovaskuler.
Secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seorang laki-laki
dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600ml. Dari
jumlah tersebut sekitar 55% merupakan plasma. Volume komponen darah harus
memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar system kardiovaskuler
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
SIRKULASI DARAH
Sirkulasi darah terbagi menjadi dua yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal.
Sirkulasi pulmonal adalah peredaran darah antara jantung dengan paru-paru.
Sirkulasi pulmonal diawali dengan keluarnya darah dari ventrikel kanan ke paru-paru
melalui arteri pulmonalis dan kembali ke atrium kiri melalui vena-vena pulmonalis.
Sirkulasi sistemik merupakan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh (kecuali
paru-paru). Sirkulasi sistemik dimulai dari keluarnya darah dari ventrikel kiri ke aorta
kemudian ke seluruh tubuh melalui berbagai percabangan arteri. Selanjutnya kembali ke
jantung (atrium kanan) melalui vena cava. Darah dari tubuh bagian atas kembali ke
jantung melalui vena cava superior dan darah dari tubuh bagian bawah kembali ke
jantung melalui vena cava inferior.
B. SEL Eksitabel
Pengertian Sel Eksitabel
Eksitabel sel adalah sel yang dapat menghantarkan impuls atau potensial aksi. Jaringan
eksitabel apabila dirangsang dengan adekuat akan memberi respon berupa potensial
aksi.
Membran sel merupakan bagian terluar sel yang membatasi bagian dalam sel
dengan lingkungan luar. Membran sel merupakan selaput selektif permeabel, artinya
hanya dapat dilalui molekul-molekul tertentu seperti glukosa, asam amino, gliserol, dan
berbagai ion. Berdasarkan analisis kimiawi dapat diketahui bahwa hampir seluruh
membran sel terdiri atas lapisan protein dan lapisan lipid (lipoprotein). Membran plasma
terdiri atas dua lapisan, yaitu berupa lapisan lipid rangkap dua (lipid bilayer). Lapisan
lipid disusun oleh fosfolipid. Fosfolipid adalah lipid yang mengandung gugus fosfat dan
terdiri atas bagian kepala (polar head) dan bagian ekor (nonpolar tail). Bagian kepala
bersifat hidrofilik (suka air), sedangkan bagian ekorbersifat hidrofobik (tidak suka air).
Lipid terdiri atas fosfolipid, glikolipid, dan sterol.
1) Fosfolipid, yaitu lipid yang mengandung gugusan fosfat.
2) Glikolipid, yaitu lipid yang mengandung karbohidrat.
3) Sterol, yaitu lipid alkohol terutama kolesterol.
Lapisan protein membran sel terdiri atas glikoprotein. Lapisan protein membentuk
dua macam lapisan, yaitu lapisan protein perifer atau ekstrinsik dan lapisan protein
integral atau intrinsik. Lapisan protein perifer membungkus bagian kepala (polar head)
lipid rangkap dua bagian luar. Lapisan protein integral membungkus bagian kepala
(polar head) lipid rangkap dua bagian dalam.
Potensial Membran
Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara
kedua sisi membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi. Bila
sel yang dalam keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai dan
dengan level yang cukup maka sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat menuju
ke keadaan aktif. Dalam keadaan aktif, potensial membran sel mengalami perubahan
dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif di sisi dalam. Keadaan sel seperti ini
disebut dalam keadaan depolarisasi. Depolarisasi ini dimulai dari suatu titik di
permukaan membran sel dan merambat ke seluruh permukaan membran. Bila seluruh
permukaan membran sudah bermuatan positif di sisi dalam, maka sel disebut dalam
keadaan depolarisasi sempurna.
Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan repolarisasi.
Dalam keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di sisi dalam
menuju kembali ke negatif di sisi dalam. Repolarisasi dimulai dari suatu titik dan
merambat ke seluruh permukaan membran sel. Bila seluruh membran sel sudah
bermuatan negatif di sisi dalam, maka dikatakan sel dalam keadaan istirahat atau
keadaan polarisai kembali dan siap untuk menerima rangsangan berikutnya.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial
membran sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi
positif dan kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu
impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu
sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini akan
diuraikan bagaimana proses terjadinya potensial aksi dari suatu sel yang semula dalam
keadaan istirahat.
C. PEMBULUH DARAH
4. Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venul-venul lain ke
dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.
5. Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada
arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan
kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam
sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai
kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
Di dalam tubuh, selain pembuluh darah juga terdapat pembuluh limfe. Pembuluh ini
mengangkut cairan dari jaringan menuju darah. Selain itu, juga mengangkut lemak dan
bahan bahan asing untuk dirombak ke nodus limfe. Pembuluh limfa bermuara di
berbagai jaringan dan peredarannya termasuk sirkulasi terbuka. Di dalam tubuh
terdapat dua pembuluh limfe berukuran besar sebagai berikut.
1. Ductus Limfaticus Dexter (Pembuluh Limfe Kanan)
Pembuluh limfe ini mengangkut limfe yang berasal dari kepala, dada sebelah kanan,
dan lengan kanan. Pembuluh limfe kanan bermuara pada pembuluh balik di bawah
vena subclavia dextra (vena yang melewati tulang selangka sebelah kanan).
Pembuluh ini mengangkut limfe yang berasal dari bagian tubuh lain dan bermuara ke
pembuluh balik di bawah vena subclavia sinestra (vena yang melewati tulang selangka
kiri). Pembuluh limfe dada juga merupakan tempat bermuaranya pembuluh kil atau
pembuluh lemak, yaitu pembuluh yang mengumpulkan asam lemak yang diserap dari
usus. Lemak inilah yang menyebabkan cairan limfe berwarna kuning keputih-putihan.
Limfe berasal dari cairan seluruh bagian tubuh. Hal ini memungkinkan di dalam limfe
terdapat kuman-kuman penyakit. Kuman-kuman penyakit ini perlu difilter oleh pembuluh
limfe. Proses ini dilakukan oleh kelenjar limfe. Jadi, bila terdapat kuman pada suatu
luka, maka kuman tersebut akan dibinasakan sebelum masuk ke dalam sirkulasi darah.
1. Kelenjar limfe di lipat siku, ketiak, lipatan paha, lutut, dan leher.
2. Kelenjar limfe di selaput lendir usus.
3. Kelenjar folikel di pangkal lidah.
4. Tonsil.
5. Adenoid di dinding tekak.
Aliran limfe dalam pembuluh limfe ini dipengaruhi oleh kontraksi otot rangka. Jadi,
terdapat perbedaan antara sirkulasi darah dengan sirkulasi limfe, perbedaan ini dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Jalinan pembuluh limfe terdiri dari tiga ruangan utama. Kapiler limfe merupakan tempat
absorpsi limfe seluruh tubuh. Kapiler-kapiler ini bermuara kedalam pembuluh
pengumpul yang melewati ekstremitas dan rongga tubuh, yang kemudian bermuara
kedalam sistem vena melalui duktus torasikus. Pembuluh pengumpul secara periodik
diselingi oleh kelenjar limfe, yang menyaring limfe dan terutama melakukan fungsi
imunologi.
Kapiler limfe serupa dengan kapiler darah, kecuali bahwa membran basalis tidak begitu
tegas. Telah diketahui adanya celah besar antara sel endotel pembuluh limfe yang
berdekatan, sehingga partikel sebesar eritrosit dan limfosit bisa berjalan melaluinya.
Jaringan tertentu tampaknya tidak mempunyai pembuluh limfe.Keseluruhan epidermis,
sistem saraf pusat, selubung mata dan otot, kartilago dan tendon tidak mempunyai
pembuluh limfe. Dermis kaya akan pembuluh limfe yang mudah dikenal dengan
penyuntikan intradermis zat warna tertentu. Pembuluh tanpa katup ini berhubungan
dengan pembuluh pengumpul pada sambungan dermis-subkutis. Pembulu limfe
superfisialis ekstremitas terdiri dari beberapa saluran berkatup yang terutama melewati
sisi medial ekstremitas ke arah lipat paha atau aksila, dimana saluran ini berakhir dlam
satu kelenjar limfe atau lebih. Pembuluh ini mempertahankan kaliber yang seragam
waktu naik dan sering berhubungan satu sama lain melalui cabang yang menyilang.
Sistem pembuluh limfe profunda yang terpisah juga terdapat pada ekstremitas. Jalinan
ini mengikuti dengan dengan rapat jalur vaskular utama profunda terhadap fasia otot.
Pada individu normal, ada sedikit (jika ada) hubungan antara dua sistem.
Pembuluh limfe mempunyai struktur yang serupa dengan pembuluh darah dengan
adventisia berbatas tegas, suatu media yang mengandung sel otot polos dan suatu
intima. Pembuluh ini juga dipersarafi dan, telah diamati adanya spasme maupun
kontraksi alamiah berirama.
Kelenjar limfe secara periodik diselingi di seluruh perjalanan saluran limfe pengumpul.
Masing-masing kelenjar limfe bisa mempunyai beberapa saluran limfe eferen yang
masuk melalui kapsul. Kemudian limfe memasuki sinus, membasai daerah korteks dan
medula, dan keluar melalui saluran eferen tunggal. Daerah korteks terutama
mengandung limfosit, yang tersusun dalam folikel yang dipisahkan oleh perluasan
trabekular kapsula ini. Di dalam folikek terdapat sentrum germinativum diskrit. Medula
bisa mengandung makrofag dan sel plasma maupun limfosit, dan sel-sel ini dianggap
dalam keseimbangan dinamik di dalam kelenjar limfe. Tiap kelenjar limfe juga
mempunyai supali saraf dan vaskular yang terpisah, dan sekarang sudah diketahui
bahwa interaksi pembuluh limfe-vaskular bisa timbul di dalam kelenjar limfe.
Saluran limfe ekstremitas bawah dan visera bersatu untuk membentuk sisterna kili dekat
aorta di dalam abdomen atas. Struktur terakhir ini berjalan melalui diafragma untuk
menjadi duktus torasikus. Di dalam dada, duktus ini menerima pembulu limfe visera
totem vena melalui persatuan dengan vena subklavia sisnistra. Uktus limfatikus dekstra
yang terpsah, memberikan drainase untuk ekstremitas kanan atas dan leher serta
memasuki vena sublavia dekstra.
FISIOLOGI SISTEM LIMFATIK
Sirkulasi limfe merupakan proses yang rumit dan sulit dipahami. Satu fungsi utama
sistem limfe adalah untuk berpartisipasi dalam pertukaran kontinyu cairan interstial
merupakan filtrat plasma yang memnyilang dinding kapiler dan kecepatan
pembentukannya tergantung pada perbedaan tekanan di antara membran ini.
Pappenhimer dan soto-rivera mendukung konsep bahwa pori-pori kapiler adalah kecil
dan hanya permeabel sebagian bagi molekul besar seperti protein plasma. Molekul
besar ini yang tertangkap di dalam kapiler menimbulkan efek osmotik yang cenderung
menjaga volume cairan di dalam ruang kapiler. Sehingga pertukaran cairan antara
kapiler dan ruang interstiasial tergantung pada empat faktor : tekanan hidrostatik di
dalam kapiler dan di dalam ruang interstiasial serta tekanan osmotik di dalam dua
ruangan ini. Tekanan onkotik plasma normal sekitar 25 mmHg, sementara tekanan
onkotik cairan interstisial hanya kira-kira 1 mmHg. Tekanan hidrostatik pada ujung
arteiola kapiler diperkirakan 37 mmHg. Dan pada ujung vena 17 mmHg. Tekanan
Hidrostatik cairan interstisial bervariasi dalam jaringan yang berbeda sebesar –2mmHg
dalam jaringan subkutis dan +6 mmHg di dalam ginjal. Ada aliran bersih cairan keluar
dari kapiler ke dalam ruang interstisial pada ujung arteriola yang bertekanan tinggi dari
suatu kapile, dan aliran bersih ke dalam pada ujung venula ( gambar 1 ). Normalnya
aliran keluar bersih melebihi aliran masuk bersih dan cairan tambahan ini kembali ke
sirkulasi melalui pembuluh limfe. Aliran limfe noramal 2 samapi 4 liter perhari.
Kecepatan aliran sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal dan sistemik, yang
mencakup konsentrasi protein dalam plasma dan cairan interstisial, hubungan tekanan
arteri dan vena lokal, serta ukuran pori dan keutuhan kapiler.
Tenaga pendorong limfe juga merupakan proses yang rumit. Saat istirahat, kontraksi
intrinsik yang berirama dari dinding duktus pengumpul dianggap mendorong limfe ke
arah duktus torasikus dalam bentuk peristeltik. Kontraksi otot rangka aktif , menekan
saluran limfe dan karena adanya katup yang kompeten dalam saluran limf, maka limfe di
dorong ke arah kepala. Peningkatan tekan intra-abdomen akibat batuk atau mengejan,
juga menekan pembulu limfe, mempercepat aliran limfe ke atas. Perubahan fasik dalam
tekanan intratoraks yang berhubungan dengan pernafasn, membentuk mekanisme
pompa lain untuk mendoong limfe melalui mediastitinum. Aliran darah yang cepat dalam
vena subklavia bisa menimbulkan efek siphon pada duktus torasikus.
2.2 FISIOLOGI
A. Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah
bertekana tinggi ke daerah bertekanan rendah. Tekanan yang bertanggung jawab
terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot ventrikel.
Ketika otot berkontraksi darah terdorong dari vebtrikel ke aorta selama periode dimana
tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan menjadi seimbang
katup aorta akan menutup dan keluaran dari vebtrikel kiri terhenti. Darah yang telah
memasuki aorta akan menaikkan tekanan darah pembuluh darah tersebut. Akibatnya
terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah secara progresif ke arteri,
kapiler, dan ke vena. Darah kemudian kembali ke antrium kanan karena tekanan dalam
kamar ini lebih rendah dari tekanan vena. Perbedaan tekanan juga bertanggung jawab
terhadap aliran darah dari arteri pulmonalis ke paru dan kembali ke antrium kiri.
Perbedaan tekanan dalam sirkulasi pulmonal secara bermakna lebih rendah dari
tekanan sirkulasi sitemik karena aliran di pembuluh darah pulmonal lebih rendah.
B. Elektrofisiologi Jantung
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium, kalium
dan kalsium) bergerak menembus membran sel. Perbedaan muatan listrik yang tercatat
dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensial aksi jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi artinya
terdapat perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang bermuatan
negatif dan bagian luar yang bermuatan positif. Siklus jantung bermula saat
dilepaskannya impuls listrik, mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas membran sel
berubah dan ion bergerak melintasinya. Dengan bergeraknya ion ke dalam sel maka
bagian dalam sel akan menjadi positif. Kontraksi otot terjadi setelah depolarisasi.sel otot
jantung normalnya akan mengalami depolarisasi ketika sel-sel tetengganya mengalami
depolarisasi (meskipun dapat juga terdepolarisasi akabat stimulasi listrik
eksternal).depolarisasi sebuah sel sisrem hantaran khusus yang memadai akan
mengakibatkan depolarisasi dan kontraksi seluruh miokardium.Repolarisasi terjadi saat
sel kembali kekeadaan dasar (menjadi lebih negatif),dan sesuai dengan relaksasi otot
miokardium.
Setelah influks natrium cepat ke dalam sel selama depolarisasi,permeabilitas
membran sel terhadap kalsium akan berubah,sehingga memungkinkan ambilan kalsium
ke dalam sel. Influks kalsium,yang terjadi selama fase plateau repolarisasi,jauh lebih
lambat dibandingkan natrium dan berlangsung lebih lama. Interaksi antara perubahan
voltase membran dan kontraksi otot di nbamkan kopling elektromekanikal.
Otot jantung,tidak seperti otot lurik atau otot polos,mempunyai periode refraktori
yang panjang,pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi.Hal tersebut
melindungi jantung dari kontraksi berkepanjangan (tetani),yang dapat mengakibatkan
henti jantung mendadak.
Kopling elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada
komposisi cairan interstisialsekitar otot jantung.Komposisi cairan tersebut pada
gilirannya tergantung pada komposisi darah. Maka perubahan konsentrasi kalsium
dapat mempengaruhi kontraksi serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium
darah juga penting,karena kalium mempengaruhi voltase listrik normal sel.
C. Mekanisme Jantung Sebagai Pompa
Pada kurva EKG, sistolik atrium dimulai setelah gelombang P dan sistolik ventrikel
dekat akhir gelombang R dan berakhir segera setelah gelombang T. Kontraksi
menghasilkan runtutan perubahan tekanan dan aliran dalam rongga jantung dan
pembuluh darah. Perlu dicatat bahwa istilah tekanan sistolik dalam sistem pembuluh
darah merujuk pada puncak tekanan tertinggi yang dicapai selama sistolik, bukan
tekanan rata-rata; demikian pula halnya, tekanan diastolik merujuk pada tekanan
terendah selama diastolik.
D. Sistem Konduksi
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik.
Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus,yaitu :
1. Otomatisasi,kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2. Irama,kemampuan membentuk impuls yang teratur.
3. Daya konduksi,kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4. Daya rangsang,kemampuan untuk bereaksi terhadap rangasang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas,maka secara spontan dan teratur jantung akan
menghasilkan impuls-impuls yang di salurkan melalui system hantaran untuk
merangsang otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls di
mulai dari nodus SA ke nodus AV,sampai ke serabut purkinye.
Di dinding atrium kanan terdapat nodus sinoatrial (SA). Sel-sel dari nodus SA
memiliki otomatisasi. Karena nodus SA secara normal melepaskan impuls dengan
kecepatan lebih cepat dari pada sel jantung lain dengan otomatisasi 60-100
denyut/menit. Jaringan khusus ini bekerja sebagai pemacu jantung normal. Pada bagian
bawah septum interatrial terdapat nodus atrioventrikuler (AV). Jaringan ini bekerja untuk
menghantarkan,memperlambat,potensial aksi atrial sebelum ia mengirimnya ke
ventrikel. Potensial aksi mencapai nodus AV pada waktu yang berbeda. Nodus AV
memperlambat hantaran dari potensial aksi ini sampai semua potensial aksi telah di
keluarkan atrium dan memasuki nodus AV.
Setelah sedikit perlambatan ini,nodus AV melampau potensial aksi sekaligus,ke
jaringan konduksi ventrikular, memungkinkan kontraksi simultan semua sel ventrikel.
Pelambatan nodus AV ini juga memungkinkan waktu untuk atrium secara penuh
mengejeksi kelebihan darahnya ke dalam ventrikel,sebagai persiapan untuk sistole
ventrikel.
Dari nodus AV ,impuls berjalan ke berkas his di septum interventrikular ke cabang
berkas kanan dan kiri,dan kemudian melalui satu dari beberapa serat purkinye ke
jaringan miokard ventrikel itu sendiri. Potensial aksi dapat melintasi jaringan penghantar
3-7 kali lebih cepat dari pada melalui miokard ventrikel. Maka berkas, cabang dan
serabut purkinye dapat mendekati kontraksi simultan dari semua bagian
ventrikel,sehingga memungkinkan terjadinya penyatuan kerja pompa maksimal.
A. Listrik Jantung
Aliran arus listrik dari masa sinsitium otot jantung
Sebelum masa sisitium otot jantung terangsang semua bagian luar sel otot itu
bermuatan positif dan bagian dalam bermuatan negatif. Begitu suatu daerah sinsitium
jantung terdepolarisasi, muatan negative akan bocor keluar dari serabut otot yang
mengalami depolarisasi sehingga daerah permukaan ini menjadi elektronegatif. Karena
proses depolarisasi menyebar kesegala arah melalui jantung,perbedaan potensial yang
tampak hanya menetap selama seperbeberapa ribu detik,dan perhitungan voltase yang
sebenarnya hanya dapat dilakukan dengan alat perekam yang berkecepatan tinggi.
Aliran arus listrik yang mengelilingi jantung pada dada (paru)
Walaupun sebagian besar paru terisi oleh udara tapi dapat juga menghantarkan arus
listrik yang cukup besar dan cairan yang terdapat dalam jaringan lain yang terletak di
sekeliling jantung juga dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Oleh karena
itu,sebenarnya jantung terendam did lam media yang konduktif. Bila satu bagian
ventrikal mengalami depolarisasi maka daerah itu akan menjadi elektronegatif di
bandingkan bagian lainnya. Aliran listrik akan mengalir dari daerah yang terdepolarisasi
menuju ke daerah yang terpolarisasi melalui jalur melingkar yang besar.
Impuls jantung mula-muloa akan sampai di bagian septum ventrikal dan selanjutnya
segera menyebar ke permukaan dalam dari sisa ventrikel lainnya. Keadaan ini akan
menyebabkan kenegatifan di bagian dalam ventrikel,sedangkan di bagian luar dinding
ventrikel akan mengalami kepositifan,dengan arus listrik akan mengalir melalui cairan
yang terdapat di sekeliling ventrikael menurut jalur elips. Dengan kata lain arus listik
rata-rata dengan kenegatifan akan mengalir kebasal jantung dan arus listrik rata-rata
dengan kepositifan akan mengalir ke bagian apeks.
Selama berlangsungnya sebagian besar sisa proses depolarisasi,arus juga tetap
mengalir menurut arah penyebaran yang sama,sementara depolarisasi menyebar dari
permukaan endokardium keluar melalui masa otot ventrikel.Kemudian,sesaat sebelum
proses depolarisasi selesai melintasi ventrikel,selama kira-kira 0,01 detik,rata-rata aliran
arus listrik ini akan terbalik,yakni akan mengalir dari apeks ventrikel menuju ke bagian
basal,sebab bagian ja ntung yang paling akhir terdepolarisasi adalah dinding bagian luar
ventrikel yang dekat dengan basal jantung.
Jadi pada ventrikel jantung yang normal,selama hampir seluruh siklus
depolarisasi,arus mengalir dari negative ke positif,terutama dari arah basal jantung
menuju ke apeks kecuali pada bagian akhir dari proses depolarisasi.
B. Konduksi Jantung
Sistem konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada EKG, yang
terdiri dari :
1. SA Node ( Sino-Atrial Node )
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA
Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik)
dengan frekuensi 60 – 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga
menyebabkan seluruh atrium terangsang
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel
dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan
pada SA Node yaitu : 40 – 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls
lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA
Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch ) Setelah melewati kedua cabang ini,
impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel
ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang.
Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis
mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 – 40 kali permenit.
Bentuk Gelombang dan Interval EKG
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai dengan
penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.
Gelombang – gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal
dan voltase vertikal. Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai
berikut :
a) Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium
berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik yang berhubungan dengan
eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P dalam
keadaan normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan
hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta
mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi
gelombang P. misalnya, irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat
menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.
b) Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini
tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui nodus
AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval PR yang
abnormal menandakan adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut bloks jantung
tingkat pertama.
c) Kompleks QRS
d) Segmen ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel.
Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini terlalu
lemah dan tidak tertangkap pada EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan
dengan iskemia miokardium sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan dengan
infark. Penggunaan digitalis akan menurunkan segmen ST.
e) Gelombang T
f) Interval QT
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata – rata adalah 0,36 sampai 0, 44
cdetik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada
pemberian obat – obat antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan
amiodaron (cordarone).
Indikator Nekrosis
Hilangnya fungsi organ
Peradangan disekitar nekrosis
Demam
Malaise
Lekositosis
Peningkatan enzim serum
MATERI KE 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jantung adalah organ yang berfungsi memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan suplai oksigen bagi seluruh jaringan. Dalam rangka memenuhi fungsi
tersebut, maka jantung mempunyai struktur yang spesifik baik secara mikroskopis,
makroskopis atau anatomis.
Pada kasus tekanan darah tinggi atau hipertensi, jantung dipaksa untuk
bekerja keras, harus memompa darah dengan tenaga yang lebih besar sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan jantung. Antara lain otot jantung membesar.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anatomi, fisiologi dan proses
biokimiawi pada sistem kardiovaskuler. Tujuan penyajian makalah ini adalah sebagai
bagian dari metode pembelajaran di STIKes WIRA MEDIKA PPNI Bali dan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai sistem kardovaskuler. Pemahaman dan pendalaman
yang lebih baik akan membantu dalam menambah wawasan mengenai metabolisme
karbohidrat.
B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana anatomi jantung yang meliputi: anatomi dalam dan luar, sel eksitabel,
pembuluh darah dan pembuluh limfe?
2. Bagaimana fisiologi jantung yang meliputi hemodinamika jantung, elektrofisiologi
jantung, mekanisme jantung sebagai pompa, sistem konduksi, pembuluh darah arteri,
vena, dan sistem kapiler serta tekanan darah dan sistem regulasi?
3. Bagaimana biofisika dari jantung yang meliputi listrik jantung, konduksi jantung,
viskositas pembuluh darah?
4. Bagamana biokimia dari jantung yang meliputi struktur dan fungsi enzim, apoptosis,
injury sel dan adaptasi sel serta nekrosis sel?
D. METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kepustakaan dan media
kepustakaan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI
1. Anatomi Dalam dan Luar
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri
dari otot. Bentuk jantung menyerupai jantung
pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung)
dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah
agak runcing yang disebut apeks kordis. Jantung
terletak di dalam rongga dada sebelah depan
(kavum mediastinum anterior), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang
kiri antara kosta V & VI dua jari di bawah papilla
mamae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus kordis.
Ukuran jantung lebih kurang sebesar segenggam tangan kanan dan beratnya kira-kira
250-300 gram.
2. Sel Eksitabel
a. Pengertian Sel Eksitabel
Eksitabel sel adalah sel yang dapat menghantarkan impuls atau potensial aksi.
Jaringan eksitabel apabila dirangsang dengan adekuat akan memberi respon berupa
potensial aksi.
b. Struktur dan Komposisi Sel
Membran sel merupakan bagian terluar sel yang membatasi bagian dalam sel
dengan lingkungan luar. Membran sel merupakan selaput selektif permeabel, artinya
hanya dapat dilalui molekul-molekul tertentu seperti glukosa, asam amino, gliserol, dan
berbagai ion. Berdasarkan analisis kimiawi dapat diketahui bahwa hampir seluruh
membran sel terdiri atas lapisan protein dan lapisan lipid (lipoprotein).
Membran plasma terdiri atas dua lapisan, yaitu berupa lapisan lipid rangkap dua
(lipid bilayer). Lapisan lipid disusun oleh fosfolipid. Fosfolipid adalah lipid yang
mengandung gugus fosfat dan terdiri atas bagian kepala (polar head) dan bagian ekor
(nonpolar tail). Bagian kepala bersifat hidrofilik (suka air), sedangkan bagian
ekorbersifat hidrofobik (tidak suka air). Lipid terdiri atas fosfolipid, glikolipid, dan sterol.
1) Fosfolipid, yaitu lipid yang mengandung gugusan fosfat.
2) Glikolipid, yaitu lipid yang mengandung karbohidrat.
3) Sterol, yaitu lipid alkohol terutama kolesterol.
Lapisan protein membran sel terdiri atas glikoprotein. Lapisan protein membentuk
dua macam lapisan, yaitu lapisan protein perifer atau ekstrinsik dan lapisan protein
integral atau intrinsik. Lapisan protein perifer membungkus bagian kepala (polar head)
lipid rangkap dua bagian luar. Lapisan protein integral membungkus bagian kepala
(polar head) lipid rangkap dua bagian dalam.
c. Komposisi Elektrolit Intrasel dan Ekstrasel
Di dalam cairan intrasel maupun ekstrasel terdapat elektrolit, unsur penting bagi
tubuh selain air. Komposisi elektrolit pada kedua kompartemen cairan tersebut berbeda.
Kalium dan fosfat adalah elektrolit utama pada CIS, sedangkan natrium dan klorida
adalah elektrolit utama CES. Natrium dan kalium berperan dalam keseimbangan asam-
basa, keseimbangan cairan, dan fungsi sel saraf. Fosfat adalah unsur pembentuk
molekul berenergi (adenosine triphosphate-ATP), dan berperan dalam pembentukan
tulang dan gigi. Klorida berperan dalam keseimbangan asam-basa dan cairan. Selain itu
masih terdapat elektrolit lain yang memiliki fungsi penting, misalnya kalsium dan
magnesium. Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, proses pembekuan
darah, kontraksi otot, dan fungsi sel saraf. Magnesium berperan dalam aktivitas enzim,
pembentukan tulang, dan aktivitas otot dan sel saraf. Kekurangan elektrolit akan
menimbulkan berbagai gangguan fungsi organ, oleh sebab itu kebutuhan elektrolit harus
selalu tercukupi.
Volume cairan dan konsentrasi elektrolit selalu dipertahankan dalam keadaan yang
seimbang. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan mengatur
masukan dan keluaran air dan elektrolit. Masukan air dan elektrolit (water and electrolite
gain) diperoleh terutama melalui makan dan minum. Keluaran air dan elektrolit (water
and electrolite loss) secara eksresi melalui buang air kecil dan buang air besar, dan
secara evaporasi melalui pernafasan dan kulit dalam bentuk keringat. Masukan dan
keluaran air dikendalikan oleh otak yaitu di hipotalamus. Perubahan volume CES
maupun konsentrasi elektrolit merangsang hipotalamus untuk mengurangi atau
meningkatkan keluaran dan masukan air dengan cara mengatur rasa haus dan eksresi
air melalui ginjal.
d. Transportasi Elektrolit Melalui Membran Sel
Membrane plasma merupakan selaput sel di sebelah luar sitoplasma. Di dalam
sitoplasma terdapat bagian-bagian yang disebut organel. Semua organel dibatasi oleh
membrane. Membrane yang membatasi organel mempunyai struktur molekul yang
sama dengan membrane plasma yang terdiri atas molekul-molekul lemak dan protein.
Membran sel berguna sebagai pembatas antara organel-organel di bagian dalam sel
dan cairan yang membasahi semua sel. Membrane sel sangat tipis sehingga hanya
dapat diamati dengan perbesaran tinggi menggunakan mikroskop electron. S. singer
dan E. Nicolson (1972) mengemukakan teori tentang membrane sel yang dikenal
dengan teori membrane mozaik cair. Teori ini menyatakan bahwa membrane sel
tersusun oleh lapisan protein. Protein tersusun mozaik atau tersebar dan masing-
masing tersisip atau tenggelam di antara lapisan ganda fosfolipid (bilayer fosfolipid).
Membrane sel terdiri atas kira-kira 50% lipid dan 50% protein, lipid terutama
merupakan fosfolipid dan tersusun dua lapis dan protein tersebar diantara bilayer
fosfolipid disebut protein instrinsik (integral) yang bersifat hidrofobik atau menolak
air.Karena susunan membrane sel yang demikian maka membrane sel bersifat
semipermeable. Membrane sel tidak simetris, protein ekstrinsik yang bergabung dengan
permukaan luar membrane amat berlainan dari protein yang ekstrinsik yang bergabung
dengan membrane dalam. Membran sel berfungsi mengatur gerakan materi atau
transportasi dari atau keluar sel.
e. Potensial Membrane
Potensial membran adalah tegangan melintasi suatu membran sel yang berkisar dari
sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat
negatif dibandingkan dengan di luarnya). Semua sel memiliki tegangan melintasi
membran plasmanya, di mana tegangan ialah energi potensial listrik-pemisahan muatan
yang berlawanan.Sitoplasma sel bermuatan negatif dibandingkan dengan fluida
ekstraseluler disebabkan oleh distribusian ion dan kation pada sisi membran yang
berlawanan yang tidak sama. Potensial membran bertindak seperti baterai, suatu
sumber energi yang mempengaruhi lalu lintas semua substansi bermuatan yang
melintasi membran.Karena di dalam sel itu negatif dibandingkan dengan di luarnya,
potensial membran ni mendukung transpor pasif kation ke dalam sel dan anion ke luar
sel. Dengan demikian, dua gaya menggerakkan difusi ion melintasi suatu membran:
gaya kimiawi (gradien konsntrasi ion) dan gaya listrik (pengaruh potensial membran
pada pergerakan ion). Kombinasi kedua gaya yang bekerja pada satu ion ini disebut
gradient elektrokimiawi. Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi potensial
membran dan sel itu sendiri, sebagai contohnya depolarisasi dari membran plasma
diduga memicu apoptosis (kematian sel yang terprogram).
f. Potensial Aksi Tentang Sel, Jaringan, Organ, dan Sistem Organ
Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara
kedua sisi membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi. Bila
sel yang dalam keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai dan
dengan level yang cukup maka sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat menuju
ke keadaan aktif. Dalam keadaan aktif, potensial membran sel mengalami perubahan
dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif di sisi dalam. Keadaan sel seperti ini
disebut dalam keadaan depolarisasi. Depolarisasi ini dimulai dari suatu titik di
permukaan membran sel dan merambat ke seluruh permukaan membran. Bila seluruh
permukaan membran sudah bermuatan positif di sisi dalam, maka sel disebut dalam
keadaan depolarisasi sempurna.
Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan repolarisasi.
Dalam keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di sisi dalam
menuju kembali ke negatif di sisi dalam. Repolarisasi dimulai dari suatu titik dan
merambat ke seluruh permukaan membran sel. Bila seluruh membran sel sudah
bermuatan negatif di sisi dalam, maka dikatakan sel dalam keadaan istirahat atau
keadaan polarisai kembali dan siap untuk menerima rangsangan berikutnya.
Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke
polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial
membran sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi
positif dan kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu
impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu
sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini akan
diuraikan bagaimana proses terjadinya potensial aksi dari suatu sel yang semula dalam
keadaan istirahat.
3. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah ke seluruh tubuh. Saluran
darah ini merupakan sistem tertutup dan jantung sebagai pemompanya. Fungsi
pembuluh darah adalah mengangkut (transportasi) darah dari jantung ke seluruh bagian
tubuh dan mengangkut kembali darah yang sudah dipakai kembali ke jantung. Fungsi ini
disebut sirkulasi darah. Darah mengangkut gas-gas, zat makanan, sisa metabolisme,
hormon, antibodi, dan keseimbangan elektrolit. Pembuluh darah utama dimulai dari
aorta yang keluar dari ventrikel sinistra melalui belakang kanan arteri pulmonalis,
membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis kemudian turun sepanjang kolumna
vertebralis menembus diafragma, selanjutnya ke rongga panggul dan berakhir pada
anggota gerak bawah.
a. Sirkulasi Darah
1) Sirkulasi Darah Janin
Peredaran darah yang terjadi pada janin dalam kandungan agak berlainan dengan
peredaran darah orang yang telah dilahirkan atau orang dewasa. Keistimewaan
peredaran darah janin dalam kandungan yaitu oksigen dan zat makanan yang
diperlukan diambil dari darah ibu. Hal ini dimungkinkan karena adanya hal-hal berikut ini
:
a) Foramen ovale : lubang antara atrium dekstra dan atrium sinistra. Lubang ini akan
tertutup sesudah bayi lahir.
b) Duktus ateriosus botalli : pembuluh darah yang menghubungkan arteri pulmonalis
dengan aorta.
c) Duktus venosus : pembuluh darah yang menghubungkan umbilikalis dengan vena kava
infereior.
d) Duktus ateriosus botalli : pembuluh darah yang menghubungkan arteri pulmonalis
dengan aorta.
e) Duktus venosus : pembuluh darah yang menghubungkan umbilikalis dengan vena
kava inferior.
f) Plasenta : jaringan dinding rahim yang banyak mempunyai jonjot mengandung
pembuluh darah yang berfungsi sebagai tempat pertukaran zat, dimana zat yang
diperlukan akan diambil dari darah ibu dan yang tidak berguna akan dikeluarkan.
Plasenta terbentuk kira-kira minggu kedelapan kehamilan yang menempel pada
endometrium dan terikat kuat sampai bayi lahir.
Fungsi plasenta :
(1) Menyediakan makanan untuk janin dalam kandungan yang diambilkan dari darah ibu.
(2) Bekerja sebagai paru-paru fetus dengan menyediakan oksigen pada janin dalam
kandungan.
(3) Menyingkirkan sisa pembakaran dari janin.
(4) Penghalang mikroorganisme penyakit masuk ke dalam janin.
g) Vena umbilikalis : yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari plasenta ke
peredaran darah janin. Darah yang dibawa oleh vena umbilikalis banyak mengandung
zat makanan dan oksigen (O2).
h) Arteri umbilikalis : pembuluh darah yang membawa darah janin ke plasenta jumlahnya
2 buah. Kedua pembuluh darah ini membawa zat sisa makanan dan karbon dioksida
dari tubuh bayi kedalam plasenta. Arteri dan vena umbilikalis terbungkus menjadi satu
dalam satu saluran yang disebut duktus umbilikalis atau tali pusat.
Dari plasenta melalui vena umbilikalis, darah yang banyak mengandung zat
makanan dan oksigen dialirkan kedalam tubuh janin melalui vena kava inferior dan vena
porta menuju atrium dekstra.
Dari atrium dekstra masuk ke atrium sinistra melalui foramen ovale. Darah yang
berasal dari ventrikel sinistra diedarkan ke seluruh tubuh dan dari ventrikel dekstra
melalui arteri pulmonalis menuju paru-paru, karena paru-paru belum bekerja maka
darah dari arteri pulmonalis tersebut melalui duktus arteriosus botali masuk ke aorta dan
diedarkan ke seluruh tubuh.
Darah yang telah digunakan oleh janin banyak mengandung zat-zat sisa
pembakaran dan sisa makanan. Darah ini berjalan melalui arteri arteri iliaka interna
masuk ke arteri umbilikalis melalui duktus umbilikalis masuk ke plasenta.
Pada saat bayi lahir, bayi akan segera menangis dengan kuat sambil bernapas
sehingga udara akan diisap ke paru-paru. Pada saat itu paru-paru mengembang dan
terjadilah perubahan yang besar dalam tubuh bayi.
Saat paru-paru mengembang akan menarik darah dari arteri pulmonalis sehingga
duktus arteriosus botali tertutup. Pada saat darah mengalir ke paru-paru, oksigen yang
terkandung dalam darah akan diisap masuk ke ruang alveoli sedangkan karbondioksida
(CO2) akan dikeluarkan oleh paru-paru melalui jalan pernapasan.
Darah yang sudah dibersihkan oleh paru-paru akan dialirkan ke vena pulmonalis
menyebabkan septum antara atrium dekstra dan atrium sinistra mendapat tekanan yang
kuat sehingga klep yang terdapat pada foramen ovale tertutup. Pada saat tali pusat
diikat dan dipotong, hubungan peredaran darah antara bayi dan ibu terputus.
2) Sirkulasi Darah Orang Dewasa
a) Aliran darah koroner
Ada tiga pembuluh darah darah utama yang mendistribusikan darah di dalam otot
jantung yaitu arteri koronaria dekstra, arteri intraventrikel anterior, dan arteri
sirkumfleksa sinistra.
(1) Arteri Koronaria dekstra : mengurus distribusi nutrisi dan darah otot jantung kanan
depan dan belakang, serta otot jantung kiri bagian belakang bawah yang berhadapan
dengan diafragma.
(2) Arteri intraventrikuler anterior : memberikan darah untuk jantung kiri depan dan septum
jantung.
(3) Arteri sirkumfleksa sinistra : mengurus distribusi darah untuk otot jantung kiri bagian
lateral dan otot jantung kiri bagian posterior. Bila terjadi sumbatan aliran darah koroner
pada satu cabang akan menyebabkan iskemia di daerah tertentu yang dapat
berkembang menjadi infark miokard.
b) Aliran darah portal
Adalah aliran darah balik atau darah vena yang berasal dari usus halus, usus besar,
lambung, limpa, dan hati. Aliran darah sistem portal ini mempunyai pintu keluar yaitu
vena porta, menuju hati melalui arteri hepatika dan keluar melalui vena hepatika, lalu
masuk ke jantung melalui vena kava inferior.
Hati merupakan organ terbesar yang memproses bermacam-macam jenis reaksi kimia
dan menerima zat makanan dari sistem pencernaan. Jika terjadi kerusakan struktur
jaringan hati maka akan menghambat aliran darah karena jaringan hati mengerut
sehingga darah tidak bisa dialirkan.
c) Aliran darah pulmonal
Aliran darah berawal dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis kemudian bercabang
ke paru-paru kiri, paru-paru kanan, dan ke alveoli (kapiler alveoli) yaitu tempat terjadinya
difusi oksigen dan karbon dioksida. Karbon dioksida lebih banyak berdifusi dengan
kapiler menuju rongga alveoli, sedangkan oksigen lebih banyak berdifusi dengan rongga
alveoli menuju kapiler darah. Darah yang banyak mengandung oksigen mengalir
menuju vena pulmonalis kiri dan kanan masuk ke atrium kiri terus ke ventrikel kiri dan
siap dipompakan ke aliran darah sistemik.
d) Aliran darah sistemik
Aliran darah simpatik berawal dari ventrikel kiri lalu masuk ke seluruh tubuh melalui
aorta dan bercabang melalui arteriol kemudian menjadi kapiler dan masuk ke dalam
jaringan/sel kemudian keluar menjadi kapiler vena (venolus) menjadi vena, vena kava
superior tubuh bagian atas, dan vena kava inferior tubuh bagian bawah. Selanjutnya
masuk ke jantung melalui vena kava.
b. Sirkulasi Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah
keseluruh tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar keluar dari ventrikel sinistra
disebut aorta. Arteri mempunyai dinding yang tebal dan kuat tetapi mempunyai sifat
elastis. Selain itu, arteri mempunyai 3 lapisan yaitu tunika intima, tunika media, dan
tunika eksterna.
Arteri mendapat darah dari pembuluh darah halus yang mengalir didalamnya dan
berfungsi memberikan nutrisi pada pembuluh yang bersangkutan disebut vasa vasarum.
Arteri dapat berkontraksi dan berdilatasi yang disebabkan pengaruh susunan saraf
otonom.
Lapisan pembuluh darah arteri :
1) Tunika intima (interna) : merupakan lapisan yang paling dalam, berhubungan dengan
darah dan terdiri atas lapisan endothelium dan jaringan fibrosa.
2) Tunika media : merupakan lapisan tengah yang terdiri atas jaringan otot polos, sifatnya
sangat elastis dan mempunyai sedikit jaringan fibrosa. Arteri dapat berkontraksi dan
berdilatasi disebabkan pengaruh otot tunika media ini.
3) Tunika eksterna (adventitia) : merupakan lapisan yang paling luar, terdiri atas jaringan
ikat gembur untuk memperkuat dinding arteri dan jaringan fibrotik yang elastis.
c. Sirkulasi Darah Aorta
Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar, keluar dari jantung bagian
ventrikel sinistra melalui aorta asendens, membelok ke belakang melalui radiks
pulmonalis sinistra turun sepanjang kolumna vertebralis dan menembus diafragma turun
ke abdomen. Jalan aorta terdiri atas tiga bagian yaitu : aorta asendens, arkus aorta, dan
aorta desendens.
1) Aorta asendens : muncul pada basis ventrikel sinistra berjalan ke atas dan depan,
panjangnya kira-kira 5 cm, mempunyai dua cabang yaitu arteri koronaria dekstra dan
arteri koronaria sinistra.
2) Arkus aorta : merupakan lanjutan aorta asendens melengkung ke arah kiri, terletak di
belakang manubrium sterni berjalan ke atas, ke belakang dan ke kiri trakea setinggi
angulus sterni. Bagian yang melengkung ke arah kiri di depan trakea sedikit turun ke
bawah sampai vertebra torakalis keempat.
3) Aorta desendens : merupakan lanjutan dari arkus aorta menurun mulai dari vertebra
torakalis IV sampai dengan vertebra lumbalis IV. Setelah itu berjalan di sebelah kiri
korpus vertebra setinggi angulus sterni, kemudian berlanjut pada mediastinum posterior
sampai vertebrae XII melewati hiatus aortikus diafragma berlanjut sampai vertebra
lumbalis IV kemudian bercabang dua menjadi aorta torakalis dan aorta abdominalis.
a) Arteri Sirkulasi Kepala dan Leher
Arteri kepala dan leher disuplai oleh arteri karotis komunis dekstra dan sinistra. Bagian
dekstra agak pendek dan merupakan cabang dari arteri anonimia, sedangkan bagian
sinistra lebih panjang karena langsung dari arkus aorta. Pada masing-masing sisi
menuju ke atas leher di bawah otot sternokleidomastoid dan pada ketinggian
perbatasan atas kartilago tiroid arteri membagi dua menjadi arteri karotis eksterna dan
arteri karotis interna.
(1) Arteri karotis eksterna : menyuplai darh bagian leher dan kepala.
(2) Arteri karotis interna : pembuluh darah yang tidak bercabang di leher. Pada masing-
masing sisi merupakan percabangan dari arteri karotis kommunis. Arteri ini menuju ke
atas melalui kananalis karotis. Pada os temporalis, arteri ini bersatu dalam tengkorak
pada arteri serebri anterior dan media.
(3) Arteri vertebralis : arteri vertebralis merupakan cabang pertama dari arteri subklavia
yang berjalan naik melalui foramen prosesus transversi, masuk ke kranium melalui
foramen magnum berjalan ke atas, ke depan, dan medial medula oblongata. Sampai di
tepi bawah pons, arteri ini bergabung dengan membentuk arteri basilaris.
(4) Arteri basilaris : dibentuk oleh penggabungan dua arteri vertebralis yang berjalan naik
dalam alur permukaan anterior. Ponsnya bercabang dua yaitu arteri serebralis posterior
dan arteri sirkum anteriosus.
b) Arteri Untuk Anggota Gerak Atas
(1) Arteri subklavia
Arteri subklavia dekstra : adalah cabang dari arteri anonima, sedangkan arteri subklavia
sinistra cabang dari arkus aorta. Arteri subklavia dekstra terdapat didalam mediastinum
superior berjalan naik ke atas menuju pangkal leher kemudian melengkung ke lateral
depan dan keluar dari rongga toraks melalui belakang, selanjutnya masuk ke aksila
(ketiak) menjadi arteri aksilaris.
(2) Arteri aksilaris
Merupakan lanjutan dari arteri subklavia, mulai dari tepi lateral iga pertama berakhir
pada tepi bawah muskulus terres mayor, dan selanjutnya menjadi arteri brakialis.
(3) Arteri brakialis
Mulai pada tepi bawah muskulus terres mayor yang merupakan arteri utama lengan atas
dan berakhir di depan kolumna radii. Pembuluh darah ini berlanjut menjadi artei ulnaris
dan radialis.
(4) Arteri ulnaris
Berjalan ke bawah melekat pada muskulus pronator terres, muskulus pleksor karpi
radialis dan muskulus palmaris longus. Pembuluh darah ini berjalan ke distal dan
melekat pada muskulus fleksor karpi ulnaris, lalu memasuki telapak tangan pada sisi
lateral.
(5) Arteri radialis
Berasal dari fossa kubiti setinggi kolumna radii dan berjalan ke bawah muskulus
brakialis. Arteri radialis meninggalkan lengan bawah, membelok di sekitar bagian lateral
ke pergelangan tangan mencapai permukaan posterior tangan membentuk arkus
palmaris superfisialis.
(6) Arteri arkus palmaris
Merupakan lanjutan dari arteri ulnaris yang memasuki telapak tangan melintasi tepi
distal ibu jari dan radialis.
(7) Arteri arkus palmaris profundus
Merupakan lanjutan arteri radialis membelok ke medial di bawah tendo otot fleksor dan
memberikan cabangnya ke superior anastomosis pergelangan tangan.
(8) Arteri digitis
Berasal dari arkus yang berjalan masing-masing menyuplai darah ke jari-jari tangan.
(9) Aorta abdominalis
Bagian dari aorta desendens yang merupakan lanjutan dari aorta torakalis. Pembuluh ini
terletak mulai dari vertebra torakalis ke-12 sampai dengan lumbalis ke-4 dan terdapat
dalam rongga abdomen.
c) Arteri Rongga Perut
(1) Arteri siliaka : arterinya sangat pendek berasal dari aorta abdominalis, terletak di
belakang bursa omentalis, dan mempunyai tiga cabang yaitu arteri gastrika sinistra,
arteri lienalis, dan arteri hepatika.
(2) Arteri splenika (lienalis) : memperdarahi pankreas, duodenum superior dan inferior.
Pembuluh darah ini berjalan berkelok-kelok sepanjang pankreas lalu masuk ke limpa
dan hilus limpa.
(3) Arteri mesenterika superior : memperdarahi bagian distal duodenum, ileum, sekum,
apendiks, kolon transversum .
(4) Arteri renalis : merupakan cabang dari aorta abdominalis, masing-masing arteri renalis
menjadi arteri segmentalis dan masuk ke dalam hilus ginjal, kemudian tersebar ke
segmen ginjal menjadi artei lobaris.
(5) Spermatika ovarika : pada laki-laki arteri spermatika memperdarahi testis dan pada
wanita arteri ovarika memperdarahi ovarium.
(6) Arteri mesenterika inferior : memperdarahi sepertiga distal kolon transversum, fleksura
kolika sinistra, kolon desendens , kolon sigmoid, rektum, dan setengah bagian atas
anus. Arteri mesenterika inferior berasal dari aorta abdominalis dan bercabang menjadi
arteri iliaka kommunis kemudian berubah menjadi arteri rektalis superior.
(7) Arteri marginalis : cabang arteri mesenterika superior dan beranastomosa dengan arteri
rektalis superior. Pembuluh arteri ini memperdarahi daerah rektum.
d) Arteri Dinding Abdomen Depan dan Belakang
(1) Arteri subkostalis : memperdarahi otot iga melayang
(2) Arteri epigastrika superior : masuk ke dalam muskulus rektus abdominus berjalan turun
ke belakang beranastomosis dengan arteri epigastrika inferior.
(3) Arteri lumbalis : memperdarahi kulit dan otot punggung sumsum tulang belakang.
e) Arteri Rongga Panggul
Arteri iliaka kommunis berawal dari aorta desendens ketika sampai pada vertebra
lumbalis IV akan bercabang menjadi arteri iliaka kommunis dekstra dan arteri iliaka
kommunis sinistra, serta masing-masing bercabang menjadi arteri iliaka interna dan
arteri iliaka eksterna, berjalan ke bawah latel sepanjang tepi medial muskulus psoas.
d. Sirkulasi Darah Vena
Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh darah arteri yang
berfungsi untuk membawa darah dari alat tubuh kembali masuk ke dalam jantung.
Bentuk dan susunannya hampir sama dengan arteri. Katup pada vena terdapat di
sepanjang pembuluh darah. Katup tersebut berfungsi untuk mencegah darah tidak
kembali lagi ke sel atau jaringan. Vena yang terbesar adalah vena pulmonalis,
bercabang menjadi vena, lalu venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
1) Vena yang masuk ke jantung
a) Vena kava superior
Vena besar yang menerima darah dari bagian atas leher dan kepala yang dibentuk oleh
persatuan dua vena brakiosepalika yang masuk ke atrium dekstra. Vena azigos bersatu
pada permukaan posterior vena kava superior sebelum masuk ke pericardium.
b) Vena kava inferior
Merupakan vena besar yang menerima darah dari alat tubuh bagian bawah, menembus
sentrum tendinium setinggi vertebra tarakalis dan masuk ke bagian terbawah atrium
dekstra.
c) Vena pulmonalis
Dua vena pulmonalis yang meninggalkan paru-paru membawa darah beroksigen
(banyak mengandung oksigen) dan masuk ke atrium sinistra.
Vena yang berawal tepat dibelakang angulus mandibulare dan menyatu dengan vena
aurikularisa posterior lalu lalu turun melintasi muskulus sternokleidomastoideus tepat
diatas klavikula dan menembus fasia servikalis profunda dan mencurahkan isinya ke
vena subklavikula. Vena ini memiliki cabang-cabang sebagai berikut.
(1) Vena aurikularis posrerior : turun melintasi muskulus sternokleidomastoideus tepat di
atas klavikula menembus fasia servikalis profunda.
(2) Vena retro mandibularis : menerima dari darah mandibularis
(3) Vena subklavikula : cabang dari vena aurikularis posterior
(4) Vena jugularis eksterna posterior : bergabung dengan vena jugularis eksterna untuk
mengurus bagian kulit dan kepala pada leher.
(5) Vena supraskapularis : menerima darah dari otot bahu bagian atas.
(6) Vena jugularis anterior : berawal tepat di bawah dagu, menyatu turun ke leher di atas
jugularis lalu berjalanke bawah muskulus sternokleidomastoedeus dan mencurahkan
isinya ke vena jugularis eksterna.
2) Vena Kepala dan Leher
a) Vena kulit kepala. Vena kulit kepala bebas beranastomosa dengan sinus vena-vena
intracranial.
(1) Vena troklearis dan vena supraorbitalis: menyatu pada tepi medial orbita membentuk
vena fasialis.
(2) Vena temporalis superfisialis: bercabang dengan vena maksilaris dalam substansi
glandula parotis membentuk vena retromandibularis.
(3) Vena aurikularis posterior : bergabung dengan vena retromandibularis di bawah
glandula parotis membentuk vena jugularis eksterna.
(4) Vena oksipitalis: bermuara pada pleksus venosus suboksipitalis dan mencurahkan
isinya kedapam vena vertebralis, vena oksipitalis dan vena jugularis interna.
b) Vena wajah
(1) Vena fasialis: terbentuk pada sudut mata. Pemembuluh darah ini menyatu dengan vena
supraorbitalis dan vena toklearis berhubungan dengan vena oftalmika superior melalui
vena supraorbitalis dengan perantaraan vena oftalmika superior, sedangkan vena
fasialis dihubungkan dengan sinus karvenosus. Vena ini menyilang di glandula
submandibularis dan bermuara ke dalam vena jugularis.
(2) Vena fropunda fasialis: bergabung dengan sinus karvenosus melalui vena oftalmika
superior.
(3) Vena tranversa fasialis: bergabung dengan vena temporalis fisialis di dalam glandula
parotis.
(4) Vena pterigoideus merupakan vena yang mengelilingi muskulus pterigoideus dan
menampung vena-vena sesuai dengan cabang-cabang arteri maksilaris yang bermuara
ke vena maksilaris, vena fasiali, vena lingualis, vena oftalmika superior.
(1) Vena maksilari
(2) Vena fasialis
(3) Vena lingualis
(4) Vena oftalmika superior
c) Vena tonsil palatinum
Vena palatinum turun dari palatum molle bergabung dengan pleksus venosus faringeus
menembus muskulus konstriktor faringeus superior bergabung dengan vena faring dan
vena fasialis, bermuara ke pleksus venosus faringeus kemudian bermuara ke vena
jugularis interna.
d) Vena Punggung
Vena pada punggung mengembalikan darah ke dari struktur punggung membentuk
pleksus majemuk yang menyebar sepanjang kolumna vertebralis sampai ke koksigis.
e) Pleksus venosus vertebralis eksternus
f) Pleksus venosus vertebralis internus
Ke dua pleksus ini saling berhubungan dengan leher-leher, torak, pelvis dan abdomen.
Pada bagian atas berhubungan dengan sinus oksipitalis dan basilaris dalam kavum
krani. Pleksus internus bermuara pada vena vertebralis interkostalis, lumbalis dan
sakralis.
3) Vena yang Bermuara ke Vena Kava Inferior
a) Vena torasika interna : bersatu membentuk pembuluh darah tunggal dan mengalirkan
darah ke vena brakiosepalika.
b) Vena dinding anterior dan lateral abdomen : darah yang berasal dari pembuluh ini
dikumpulkan ke jalinan vena-vena, dari umbilikus dialirkan ke vena aksilaris melalui
vena torakalis dan ke bawah vena femoralis melalui vena epigastrika superfisialis.
c) Vena lambung : vena yang mengalirkan darah ke sirkulasi portal vena gastrika sinistra
dan vena gastrika dekstra langsung ke vena porta, vena gastroepiploika sinistra
bermuara ke vena lienalis dan bermuara ke vena mesenterika superior.
d) Vena dinding posterior abdomen : vena ini dibentuk oleh vena iliaka kommunis berjalan
ke atas sisi kanan aorta dan menembus sentrum tendinium diafragma setinggi vertebra
torasika VIII, memasukkan darahnya ke atrium kanan jantung dan menerima cabang
dari vena mesenterika inferior, vena mesenterika superior, vena lienalis, dan vena porta.
e) Anastomosis portal sistemik : pada keadaan normal , vena porta melewati hati dan
masuk ke vena kava inferior. Sirkulasi portal merupakan sirkulasi sistemik melewati
vena hepatika .
f) Vena dinding pelvis :
(1) Vena iliaka eksterna : mulai dari belakang ligamentum inguinal lanjutan vena femoralis
dan bersatu dengan vena iliaka interna membentuk vena iliaka kommunis.
(2) Vena iliaka interna : terbentuk dari penggabungan cabang vena iliaka interna, vena
vaginalis, dan vena pudenda interna yang berjalan ke atas dan bersatu dengan vena
iliaka eksterna membentuk vena iliaka kommunis.
(3) Vena sakralis media : bermuara pada vena iliaka kommunis sinistra.
g) Vena anggota gerak atas
(1) Jalinan vena superfisialis : ditemukan pada dorsum manus, mengalir masuk ke atas
bagian lateral vena safalika, sedangkan bagian medial masuk ke vena basilika. Vena ini
menuju permukaan anterior lengan bawah kemudian berjalan ke atas menuju lengan
atas.
(2) Vena sefalika : berakir dengan menembus fasia profunda pada trigonum deltoid
pektorale dan bermuara pada vena aksilaris.
(3) Vena basilika : dari dorsum manus sisi medial lengan bawah menembus fasia
profunda. Pada pertengahan lengan atas bercabang menjadi vena kubitis medialis,
vena basilika, dan vena sefalika, lalu bermuara ke vena aksilaris.
e. Sirkulasi kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil disebut juga pembuluh rambut. Pada
umumnya, kapiler meliputi sel-sel jaringan karena secara langsung berhubungan
dengan sel . Pembuluh kapiler terdiri atas kapiler arteri dan kapiler vena.
1) Kapiler arteri
Kapiler arteri merupakan tempat berakhirnya arteri. Semakin kecil arteri maka akan
semakin hilang lapisan dinding arteri sehingga kapiler hanya mempunyai satu lapisan
yaitu lapisan endotelium. Lapisan ini sangat tipis sehingga memungkinkan cairan
darah/limfe merembes keluar jaringan membawa air, mineral, dan zat makanan. Proses
pertukaran gas antara pembuluh kapiler dengan jaringan sel kapiler arteri bertujuan
menyediakan oksigen dan menyingkirkan karbon dioksida.
2) Kapiler vena
Lapisan kapiler vena hampir sama dengan kapiler arteri. Fungsi kapiler vena adalah
membawa zat sisa yang tidak terpakai oleh jaringan berupa zat ekskresi dan karbon
dioksida. Zat sisa tersebut dibawa keluar dari tubuh melalui venolus, vena , dan
akhirnya keluar tubuh melalui tiga proses yaitu pernapasan, keringat, dan feses.
Fungsi kapiler adalah sebagai berikut :
a) Sebagai penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
b) Tempat terjadinya pertukaran zat antara darah dan cairan jaringan
c) Mengambil hasil dari kelenjar
d) Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus
e) Menyaring darah pada ginjal.
4. Pembuluh Limfe
Sistem limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat mengalir dari
ruangan interstisial kedalama darah. Pembuluh limfe dapat mengeluarkan protein dan
zat partikel besar yang tidak dapat dikeluarkan dengan absorpsi secara langsung keluar
jaringan masuk ke dalam kapiler darah. Sistem limfe berhubungan erat dengan sirkulasi
darah karena mengandung cairan yang berasal dari darah dan mempunyai jaringan
pembuluh limfe. Sistem limfe berfungsi untuk absorpsi zat-zat makanan dari trakus
gastrointestinal, bertanggung jawab untuk absorpsi lemak, dan salah satunya
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi.
a. Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe berukuran lebih besar karena dibentuk oleh
bersatunya kapiler limfatik. Pembuluh limfatik memiliki dinding
yang transparan dan mempunyai banyak katup sehingga
terlihat seperti manik-manik. Pembuluh limfe yang terletak
superfisial berfungsi untuk mengaliri kulit, sedangkan pembuluh
limfe yang lebih dalam berfungsi mengaliri struktur tubuh lalu
masuk ke nodus limfe membawa sel limfosit. limfosit.
Kecepatan aliran limfe sangat dipengaruhi oleh aktivitas otot.
kecepatannya akan bertambah akibat pengaruh peristaltik pada
pergerakan pernapasan, aktivitas jantung, massage dan denyut
arteri sekelilingnya. Dinding pembuluh limfe bersifat sangat
permeabel sehingga partikel yang ukurannya sangat besar
dapat masuk kedalam jaringan. Pembuluh eferen terdapat didalam simpai dan trabekula
yang besar. Sebagian pembuluh darah limfe eferen yang dalam mengikuti arteri yang
dapat ditemukan dalam pulpa putih. Fungsi pembuluh limfe :
1) Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2) Mengangkut limfosit dan kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3) Membuat lemak yang sudah diemulsi dari susu ke sirkulasi darah (lakteal).
4) Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme.
5) Menghasilkan zat antibodi untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi.
b. Katup-katup pembuluh limfe
Pembuluh limfe yang kecil menyatu menjadi besar. Pembuluh limfe banyak mempunyai
katup sehingga aliran cairan limfe menjadi satu arah yaitu ke vena subklavia. Pembuluh
limfe akan berkontraksi setiap kali mengembung karena terisi penuh oleh cairan dari
jaringan pembuluh limfe, sehingga cairan limfe terdorong melewati katup yang terbuka.
Proses ini akan terjadi 10 detik sekali secara dinamik. Cairan interstisial secara terus
menerus bergerak datang dan kembali ke pembuluh darah. Pembuluh limfe dibagi
menjadi 2 yaitu :
1) Duktus limfatikus dekstra
Trunkus limfatikus jugularis dekstra, subklavia dan bronkomediastinalis mengalirkan
cairan limfe sisi kepala dan leher kanan. Sisi kanan toraks dapat bersatu membentuk
duktus limfatikus dekstra yang panjangnya 1,3 cm dan bermuara ke brakiosepalika
dekstra kemudian bermuara secara tidak bebas ke dalam vena-vena besar di leher.
2) Duktus torasikus
Duktus torasikus (duktus limfatikus sinistra) mulai terlihat dalam abdomen sebagai
kantong abdomen yang memanjang pada syaterna chili yang terletak tepat di bawah
diafragma depan vertebra lumbalis sebelah kanan aorta. Duktus torasikus menerima
limfe dari trunkus interstinalis, trunkus lumbalis kanan dan kiri. Beberapa pembuluh kecil
yang turun dari bawah toraks masuk ke rongga toraks melalui hiatus akustikus, lalu
pada diafragma naik melalui mediatinum posterior dan berangsur condong ke kiri.
Setelah sampai mediastinum superior, duktus ini berjalan ke atas sepanjang tepi kiri
esofagus sampai setinggi prossesus transfersus. Setelah dari sini berbelok ke lateral di
depan arteri atau vena vertebralis. Sampai di tepi medial muskulus sklaneus anterior,
berbalik ke bawah depan n. brakhiosepalika sinistra dan dapat juga berakhir pada
bagian terminal vena subklavikula atau vena jugularis interna.
3) Nodus limfatisi (nl)
kelenjar limfatisi yang bentuknya lonjong seperti buah kacang terdapat di sepanjang
pembuluh limfe saluran yang masuk ke dalam nodus limfatisi ada beberapa buah, tetapi
saluran keluar hanya satu. Jaringan ini sangat padat berisi sel-sel limfosit ditunjang oleh
sel retikuler, serabut kolagen, serat elastis dan otot polos. Biasanya nodus limfatisi
berkelompok pada satu daerah.
c. Kelompok nodus limfatisi kepala dan leher
Kelenjar limfe dikepala dan leher disusun oleh sejumlah kelompok regional dan satu
kelompok terminal yaitu ;
1) nl. Oksipitalis
Terletak diatas os oksipital pada aspek trigonium servikal posterior. Nodus limfe ini
menampung limfe dari kulit kepala bagian belakang dan mencurahkan isinya ke dalam
nl. servikalis profundi.
2) nl. Mastoidea
Terletak diatas permukaan lateral prosesus mastoideus.Nodus limfe ini menampung
limfe dari kulit kepala bagian ata, aurikula dinding posterior meatus akustikus eksternus
dan bagian lateral palbebra. Pembuluh eferen mencurahkan isinya ke dalam nl.
Servukalis profundi
3) nl. Parotidea
Terletak di dalam grandula parotis dari kulit kepala diatas glandula parotis, permukaan
lateral aurikula dan dinding anterior meatus auktikus eksternus dan bagian lateral
palbebra. Pembuluh limfe eferen mencurahkan isinya ke nl. Servikal profundi.
4) nl. Buksinatorius
Terletak diatas muskulus buksinator dekat vena fasialis sepanjang pembuluh limfe
buksinator dan bermuara ke dalam nl. Submandibularis.
5) nl. Submandibularis
Terletak pada permukaan atas glandula submandibularis. Nodus ini dapat diraba tepat
dibawah margo inferior korpus mandibula yang menampung limfe dari kulit kepala
depan, hidung, pipi, bibir atas dan bawah, sinus frontalis, maksilaris, etmoidalis, gigi ats
dan bawah, lidah bagian depan, dasar mulut dan vestibulum serta gusi. Pembuluh limfe
ini mencurahkan isinya kedalam nl. Servikalis profundi.
6) nl. Submentalis
Terletak dalam trigonum mentalis muskulus disgastrik kiri dan kanan. Nodus ini
menampung limfe dari ujung lidah, dasar lidah, gigi, gusi dan bibir bawah. Setelah itu,
nodus ini mengalirkan isinya kedalam nl. Mandibularis dan nl. servikalis profundi.
7) nl. Servikale anterior
Terletak sepanjang vena jugularis anterior. Nodus ini menampung limfe dari kulit dan
jaringan superfisial leher bagian depan lalu mencurahkan isinya ke dalam nl. Servikalis
profundi.
8) nl. Servikal supervisial
Terletak sepanjang jugularis eksterna. Nodus ini menampung limfe dari kulit diatas
sudut rahang, glandula parotis dan lobus telinga lalu mencurahkan isinya ke nl.
Servikalis profundi.
9) nl. Retrovaringeal
Terletak diantara dinding faring lamina (lembaran tipis) tiap vertebralis. Nodus ini
menampung limfe dari paranasalis faring, pembuluh limfe eferen, tuba auditiva dan
kolumna vertebralis lalu mencurahkan isinya ke nl. Servikalis profundi.
10) nl. Laringale
Terletak di depan laring pada ligamentum krikotiroideum. Nodus ini menampung limfe
dari struktur yang berdekatan lalu mencurahkan isinya ke nl. Servikalis profundi.
11) nl. Trokleare
Terdapat didepan trakea. Nodus ini menampung limfe dari struktur yang berdekatan
termasuk glandula tiroidea. Pembuluh limfe eferen mencurahkan isinya ke nl. Servikalis
profundi.
d. Nodus limfatisi servikalis profundi
Nodus ini membentuk rantai sepanjang vena jugularis interna dari kranium ke pangkal
leher dan tertanam dalam fasia vagina karotia adventisia vena jugularis interna. Nodus
ini berhubungan dengan pembuluh limfe dari tonsil dan lidah, sekaligus menampung
dari nl. Regional lain dari kepala dan leher. Pembuluh limfe ini bersatu membentuk
trunkus jugularis. Trunkus ini bermuara ke duktus torasikus dan mencurahkan isinya ke
trunkus subklavius ke dalam vena brakiosefalika.
e. Kapiler limfe
Cairan yang kembali ke sirkulasi pembuluh limfe jumlahnya sedikit karena zat dengan
berat molekul tinggi seperti protein tidak dapat melewati pori-pori kapiler vena, tetapi
dapat melalui kapiler limfe. Suatu struktur khusus kapiler limfe memperlihatkan sel-sel
endotel kapiler tersebut didekatkan oleh serabut-serabut yang besar antara jaringan
sekitarnya. Sel endotel berdekatan memiliki hubungan sangat longgar diantara sel-sel
tersebut. Akan tetapi, satu sel endotel hanya dapat menutupi tepi sel yang berdekatan
sehingga tepi sel bebas untuk bergerak ke dalam membentuk suatu katup kecil yang
membuka bagian dalam kapiler tersebut.
f. Parenkim limfe
Parenkim limfe terdiri dari pulpa putih dan pulpa merah.
1) Pulpa putih
Merupakan jaringan limfatik yang mengelilingi dan mengikuti ateri. Pada tempat tertentu
akan menebal dan berbentuk massa yang lonjong disebut nodus limfe (korpus malfigi).
Pulpa ini membentuk selubung limfosit parietal sekitar arteri yang sebagian besar
diganti oleh jaringan retikular dan membentuk daerah-daerah jaringan limfatik. Sel-sel
yang yang terdapat dalam jaringan limfoid berupa limfosit kecil, tetapi juga ditemukan
limfosit besar, monosit dan sel plasma.
reaksi jaringan limfoid tetap sama bila terjadi rangsangan. Nodus limfe merupakan
tempat pengumpulan limfosit yang lebih padat sepanjang pulpa putih. Dalam limfe,
nodulus tersusun atas pembuluh darah arteri sentrali dalam bentuk arteriol. Diantara
pulpa putih dan pulpa merah terdapat batas yang jelas yaitu zona marginal. Daerah ini
menangkap antigen yang penting untuk imunologi limfe.
2) Pulpa merah
Jumlah pulpa merah lebih banyak membentuk lempeng korda splenika yang bergabung
dengan banyak eritrosit. Susunannya lebih longgar dan menempati ruang yang tidak
terisi oleh tuberkula dan pulpa putih.
Pulpa merah banyak mengandung sinus venosus. Diantara sinus-sinus pulpa tampak
korda seluler membentuk jalinan jaringan limfatik yang mengalami modifikasi dan
menyatu dengan pulpa putih. Dalam anyaman ini terdapat limfosit makrofag bebas dan
semua unsur darah yang beredar.
Berbagai jenis limfosit yang timbul dalam pulpa putih menyebar ke pulpa merah dengan
gerakan amuba, monosit sebagian terbawa oleh aliran darah dan sebagian timbul dalam
limfe karena proliferasi sel-sel yang ada dan berkembang dari hemositoblas.
g. Kerangka limfe
Simpai dan trabekula limfe terdiri dari jaringan ikat pada kolagen dengan sedikit elastin
dan serabut otot polos. Pada hilus, simpai paling tebal mengelilingi pembuluh darah
besar. Permukaan luar simpai diliputi selapis sel mesotel yang pipih bagian peritoneum
Trabekula berjalan dari permukaan dalam hilus sampai kedalam parenkim limfe yang
bercabang dan saling beranastomosis membentuk kerangka yang rumit. Unsur-unsur
otot polos dalam simpai dan trabekula memungkinkan limfe mengatur isinya dengan
lambat dan rumit. Pulpa limfe disokong oleh jalinan halus serat-serat retikular yang
menyatu dengan simpai, trabekula dan dinding pembuluh darah.
h. Pembuluh darah limfe
Arteri memasuki limfe melalui hilus dan bercabang menjadi arteri trabekularis yang
berjalan sepanjang trabekula dan memasuki parenkim limfe. Tunika adventisia sebagai
jaringan retikular oleh limfosit. Arteri sentralis dalam korpus malpigi memperdarahi pulpa
putih lalu ke pulpa merah.
Sinus venous merupakan suatu sistem saluran yang tidak teratur dan beranastomi
diseluruh pulpa merah bermuara, menempati bagian yang lebih besar dari korda limfe.
Dinding sinus terdiri atas sel endotel khusus berbentuk batang dan memanjang dalam
dindingpembuluh darah, sedangkan badan sel menonjol ke dalam lumen usus. Sinus
venous bermuara ke vena pulpa pembuluh besar yang berdinding tipis membentuk vena
yang lebih besar memasuki trabekula sebagai vena trabeularis atau vena interbolularis
berjalan menuju hilus kemudian bermuara ke vena lienalis.
i. Persarafan
Serat saraf tidak bermielin mengikuti arteri dan berakhir pada otot polos. Dalam simpai
dan trabekula, beberapa cabang saraf memasuki pulpa merah dan pulpa putih. Serat
bermielin yang befungsi sensorik terkadang dapat ditemukan.
B. FISIOLOGI
1. Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah alirah darah dari
cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Tekanan yang
bertanggung jawab terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh
kontraksi otot ventrikel . ketika otot berkontraksi, darah terdorong dari ventrikel ke aorta
selama periode dimana tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua
tekanan menjadi seimbang, katup aorta akan menutup dan keluarand ari ventrikel kiri
terhenti. Darah yang telah memasuki aorta akan menaikkan tekanan dalam pembuluh
darah tersebut. Akibatnya terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah
secara progresif ke arteri, kapiler dank e vena. Darah kemudian kembali ke atrium
kanan karena tekanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan vena. Perbedaan
tekanan juga bertanggung jawab terhadap aliran darah dari arteri pulmonalis ke paru
dan kembali ke atrium kiri. Perbedaan tekanan dalam sirkulasi pulmonal secara
bermakna lebih rendah dari tekanan sirkulasi sistemikkarena tahanan aliran di
pembuluh darah pulmonal lebih rendah.
Siklus jantung. Selama diastolic, katup atrioventrikularis terbuka, dan darah yang
kembali ke vena mengalir ke atrium dan kemudian ke ventrikel. Mendekati akhir periode
diastolik tersebut, otot atrium akan berkontraksi sebagai respon terhadap sinyal yang
ditimbulkan oleh nodus SA. Kontraksi kemudian meningkatkan tekanan di dalam atrium
dan mendorong sejumlah darah ke ventrikel. Darah yang masuk tadi akan
meningkatkan volume ventrikel sebanyak 15%sampai 25%. Pada titik ini, ventrikel itu
sendiri mulai berkontraksi (sistolik) sebagai respon terhadap propagasi impuls listrik
yang dimulai dari nodus SA beberapa milidetik sebelumnya.
Selama sistolik, tekanan di dalam ventrikel dengan cepat meningkat, mendorong
katup AV untuk menutup. Konsekuensinya tidak ada lagi pengisian ventrikel dari atrium,
dan darah yang disemburkan dari ventrikel tidak dapat mengalir balik ke atrium.
Peningkatan tekanan secara cepat di dalam ventrikel akan mendorong katup pulmonalis
dan aorta terbuka, dan darah kemudian disemburkan ke arteri pulmonalis dan ke aorta.
Keluarnya darah mula – mula cepat, dan kemudian, ketika tekanan masing – masing
ventrikel dan arteri yang bersangkutan mendekati keseimbangan aliran darah secara
bertahap melambat.
Pada saat berakhir sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan tekanan dalam kamar
menurun dengan cepat. Penurunan tekanan ini cenderung mengakibatkan darah
mengalir balik dari arteri ke ventrikel, yang mendorong katup semiluner untuk menutup.
Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam ventrikel menurun drastis sampai di bawah
tekanan atrium, nodus AV akan membuka, ventrikel mulai terisi, dan urutan kejadian
terulang kembali.
Penting diingat bahwa kejadian mekanis yang berhubungan dengan pengisiaan
dan penyemburan oleh jantung sangat berhubungan erat dengan kejadian listrik yang
mengakibatkan kontraksi dan relaksasi jantung.
2. Elektrofisiologi Jantung
Aktivitas listrik jantung merupakan akibat dari perubahan permeabilitas membran
sel yang memungkinkan pergerakan ion – ion melalui membran tersebut. Dengan
masukkan ion – ion maka muatan listrik sepanjang membran ini mengalami perubahan
yang relative. Terdapat tiga macam ion yang mempunyai fungsi penting dalam
elektrofisiologi sel yaitu kalium (K), natrium (Na) dan kalsium (Ca). kalium lebih banyak
terdapat di dalam sel, sedangkan kalsium dan kalium lebih banyak terdapat di luar sel.
Dalam keadaan istirahat, sel – sel otot jantung mempunyai muatan postifi di luar
sel dan muatan negative pada bagian dalam sel. Ini dapat dibuktikan dengan
galvanometer. Perbedaan muatan bagian luar dan bagian dalam sel disebut resting
membrane potensial. Bila sel dirangsang akan sering terjadi perubahan muatan dalam
sel menjadi positif, sedangkan diluar sel menjadi negatif. Proses terjadinya perubahan
muatan akibat rangsangan dinamakan depolarisasi. Setelah rangsangan sel berusaha
kembali pada keadaan muatan semula proses ini dinamakan repolarisasi. Seluruh
proses tersebut dinamakan aksi potensial.
Aksi potensial terjadi disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanik, dan
termis. Aksi potensial dibagi menjadi 5 fase:
a. Fase istirahat: bagian luar sel jantung bermuatan positif dan bagian dalam bermuatan
negates (polarisasi). Membran sel lebih permeabel terhadap kalium daripada natrium
sehingga sebagian kecil kalium merembes ke luar sel. Dengan hilangnya kalium maka
bagian dalam sel menjadi relative negatif.
b. Fase deoplarisasi (cepat): disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membran
terhadap natrium, sehingga natrium mengalir dari luar ke dalam. Akibatnya, muatan di
dalam sel menjadi positif sedangkan di luar sel menjadi negatif.
c. Fase polarisasi parsial: segera setelah terjadi depolarisasi terdapat sedikit perubahan
akibat masuknya kalium kedalam sel, sehingga muatan positif di dalam sel menjadi
berkurang.
d. Fase plato (keadaan stabil): fase depolarisasi diikuti keadaan stabil yang agak lama
sesuai dengan masa refraktor absolut dari miokard. Selama fase ini tidak terjadi
perubahan muatan listrik. Terdapat keseimbangan antara ion positif yang masuk dan
yang ke luar. aliran kalsium dan natrium ke dalam sel perlahan – lahan diimbangi
dengan keluarnya kalium dari dalam sel.
e. Fase repolarisasi (cepat): pada fase ini muatan kalsium dan natrium secara berangsur
– angsur tidak mengalir lagi dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat
sehingga kalium keluar dari sel dengan cepat. Akibatnya, muatan positif dalam sel
menjadi sangat berkurang sehingga pada akhir muatan di dalam sel menjadi relatif
negatif dan muatan di luar sel relatif positif.
4. Sistem Konduksi
Umumnya jantung berkontraksi
secara ritmik sekitar 70-90 denyut per
menit orang dewasa dalam keadaan istirahat.
a. Nodus Sinoatrial
Terletak pada dinding atrium dextrum di bagian atas sulkus terminalis, tepat
disebelah kanan muara vena cava superior. Merupakan asal impuls ritmik elektronik
yang secara spontan disebarkan ke seluruh otot-otot jantung atrium dan menyebabkan
otot-otot ini berkontraksi.
b. Nodus Atrioventicular
Terletak pada bagian bawah septum interatriale tepat di atas tempat pelekatan
cuspisvalve tricuspidalis. Dari sini impuls jantung di kirim ke ventrikel oleh fasciculus
atrioventricular. AV node distimulasi oleh gelombang eksitasi pada waktu gelombang ini
melalui myocardium atrium. Kecepatan konduksinya sekitar 0,11 detik, memberikan
waktu yang cukup untuk atrium mengosongkan darahnya ke dalam ventrikel sebelum
ventrikel kembali berkontraksi.
c. Fasciculus Atrioventricularis (Berkas His)
Merupakan satu-satunya jalur serabut otot jantung yang menghubungkan
myocardium atrium dan myocardium ventriculus, oleh karena itu fasciculus ini
merupakan satu-satunya jalan yang dipergunakan oleh impuls jantung dari atrium ke
ventrikel. Berkas his berjalan turun melalui rangkaian fibrosa jantung. Kemudian
berjalan turun dibelakang cuspis septalis valve tricuspidalis untuk mencapai pnggir
inferior pars membracea septum interventricular. Pada pinggir pars muscularis septum,
berkas his terbelah menjadi dua cabang, satu cabang untuk setiap ventrikel. Cabang
berkas kanan berjalan turun pada sisi kanan septum interventriculare untuk mencapai
trabecula septomarginalis, tempat cabnag ini menyilang dinding anterior ventriculus
dexter. Disini cabang tersebut berlanjut sebagai plexus Purkinje. Cabang berkas kiri
menembus septum dan berjalan turun pada sisi kiri di bawah andocardium. Biasanya
cabang ini bercabang dua (anterior dan posterior), yang akhirnya melanjutkan diri
sebagai serabut-sserabut plexus Purkinje ventriculus sinister. Aktivitas sistem
konduksi/penghantar dapat dipengaruhi oleh saraf otonom yang mensyarafi jantung.
Sarf parasimpatis memperlambat irama dan menggunakan kecepatan pengantaran
impuls saraf simpatis mempunyai efek yang berlawanan.
d. Jalur Konduksi Internodus
Jalur internodus anterior berjalan meninggalkan ujung anterior nodus anterior
sinuatrialis dan berjalan ke anterior menuju ke muara vena cava superior. Jalur ini
berjalan turun pada septum atrium dan berakhir pada nodus atrioventricularis. Jalur
internodus medius meninggalkan ujung posterior SA node dan berjalan ke posterior
menuju muara vena cava superior. Jalur ini turun ke bawah pada septum atrium menuju
ke AV node. Jalur internodus posterior meninggalkan bagian posterior SA node dan
turun melalui crista terminalis dan valve cava inferior menuju ke AV node.
b. Sistem regulasi
Jantung dapat bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kerja jantung dipengaruhi oleh faktor mekanik, persarafan dan suhu. Regulasi jantung
meliputi regulasi terhadap heart rate, stroke volume, cardiac output dan blood pressure.
1) Regulasi Heart Rate
Heart rate dipengaruhi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis
dengan epinefrin dan norepnefrin sebagai neurotrasmiternya menyebabkan peningkatan
heart rate. Sedangkan sistem saraf parasimpatis melalui nervus vagus menyebabkan
perlambatan heart rate. Heart rate juga dipengaruhi oleh kemoreseptor dan
baroreseptor. Aktivitas kemoreseptor bertujuan menjaga kecukupan sirkulasi serebral
(otak).
2) Regulasi Stroke Volume
Volume sekuncup diatur dengan Mekanisme (hukum) Starling.
3) Regulasi Cardiac Output
Determinan utama dari curah jantung adalah kebutuhan oksigen jaringan dengan cara
autoregulasi intrinsik yang mengubah preload dan stroke volume dan autoregulasi
ekstrinsik atas pengaruh hormon epinefrin.
4) Regulasi Tekanan Darah
Tekanan darah dipengaruhi oleh kemoresptor, tahanan perifer dan volume darah
C. BIOFISIKA
1. Listrik Jantung
Jantung sebenarnya tergantung dalam suatu medium konduktif. Bila satu bagian
ventrikel menjadi elekronegatif bila dibandingkan dengan sisanya, arus listrik mengalir
dari daerah berdepolarisasi ke daerah berpolarisasi dalam jalur memutar besar.
Selama sisa siklus depolarisasi arus listrik terus mengalir dalam arah dari basis
jantung menuju ke apeks, sewaktu impuls menyebar dari permukaan endokarnial ke
luar melalui otot ventrikel.
Dalam membuat perekaman elektrokardiografik, digunakan bermacam-macam
posisi standar untuk penempatan elekktroda dan positif atau negatifnya polaritas
rekaman selama setiap siklus jantung ditentukan oleh orientasi elektroda dengan
mengingat aliran arus di dalam jantung, beberapa system elektroda konvensional yang
biasanya disebut sandapan elektrokardiografik.
a. Aliran arus listrik dari masa sinsitium otot jantung
Sebelum masa sisitium otot jantung terangsang semua bagian luar sel otot itu
bermuatan positif dan bagian dalam bermuatan negatif. Begitu suatu daerah sinsitium
jantung terdepolarisasi, muatan negative akan bocor keluar dari serabut otot yang
mengalami depolarisasi sehingga daerah permukaan ini menjadi elektronegatif. Karena
proses depolarisasi menyebar kesegala arah melalui jantung, perbedaan potensial yang
tampak hanya menetap selama seperbeberapa ribu detik,dan perhitungan voltase yang
sebenarnya hanya dapat dilakukan dengan alat perekam yang berkecepatan tinggi.
b. Aliran arus listrik yang mengelilingi jantung pada dada (paru)
Walaupun sebagian besar paru terisi oleh udara tapi dapat juga menghantarkan arus
listrik yang cukup besar dan cairan yang terdapat dalam jaringan lain yang terletak di
sekeliling jantung juga dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Oleh karena
itu,sebenarnya jantung terendam did lam media yang konduktif. Bila satu bagian
ventrikal mengalami depolarisasi maka daerah itu akan menjadi elektronegatif di
bandingkan bagian lainnya. Aliran listrik akan mengalir dari daerah yang terdepolarisasi
menuju ke daerah yang terpolarisasi melalui jalur melingkar yang besar.
Impuls jantung mula-mula akan sampai di bagian septum ventrikal dan selanjutnya
segera menyebar ke permukaan dalam dari sisa ventrikel lainnya. Keadaan ini akan
menyebabkan kenegatifan di bagian dalam ventrikel, sedangkan di bagian luar dinding
ventrikel akan mengalami kepositifan, dengan arus listrik akan mengalir melalui cairan
yang terdapat di sekeliling ventrikael menurut jalur elips. Dengan kata lain arus listik
rata-rata dengan kenegatifan akan mengalir kebasal jantung dan arus listrik rata-rata
dengan kepositifan akan mengalir ke bagian apeks.
Selama berlangsungnya sebagian besar sisa proses depolarisasi, arus juga tetap
mengalir menurut arah penyebaran yang sama, sementara depolarisasi menyebar dari
permukaan endokardium keluar melalui masa otot ventrikel. Kemudian, sesaat sebelum
proses depolarisasi selesai melintasi ventrikel, selama kira-kira 0,01 detik, rata-rata
aliran arus listrik ini akan terbalik, yakni akan mengalir dari apeks ventrikel menuju ke
bagian basal, sebab bagian ja ntung yang paling akhir terdepolarisasi adalah dinding
bagian luar ventrikel yang dekat dengan basal jantung.
Jadi pada ventrikel jantung yang normal, selama hampir seluruh siklus depolarisasi,
arus mengalir dari negative ke positif, terutama dari arah basal jantung menuju ke apeks
kecuali pada bagian akhir dari proses depolarisasi.
2. Konduksi Jantung
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik.
Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus, yaitu:
1) Otomatisasi, kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2) Irama, kemampuan membentuk impuls yang teratur.
3) Daya konduksi, kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4) Daya rangsang,kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas, maka secara spontan dan teratur jantung
akan menghasilkan impuls-impuls yang di salurkan melalui system hantaran untuk
merangsang otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls di
mulai dari nodus SA ke nodus AV,sampai ke serabut purkinje.
Di dinding atrium kanan terdapat nodus sinoatrial (SA). Sel-sel dari nodus SA
memiliki otomatisasi. Karena nodus SA secara normal melepaskan impuls dengan
kecepatan lebih cepat dari pada sel jantung lain dengan otomatisasi 60-100
denyut/menit. Jaringan khusus ini bekerja sebagai pemacu jantung normal. Pada bagian
bawah septum interatrial terdapat nodus atrioventrikuler (AV). Jaringan ini bekerja untuk
menghantarkan, memperlambat, potensial aksi atrial sebelum ia mengirimnya ke
ventrikel. Potensial aksi mencapai nodus AV pada waktu yang berbeda. Nodus AV
memperlambat hantaran dari potensial aksi ini sampai semua potensial aksi telah di
keluarkan atrium dan memasuki nodus AV.
Setelah sedikit perlambatan ini, nodus AV melampau potensial aksi sekaligus, ke
jaringan konduksi ventrikular, memungkinkan kontraksi simultan semua sel ventrikel.
Pelambatan nodus AV ini juga memungkinkan waktu untuk atrium secara penuh
mengejeksi kelebihan darahnya ke dalam ventrikel, sebagai persiapan untuk sistole
ventrikel.
Dari nodus AV, impuls berjalan ke berkas his di septum interventrikular ke cabang
berkas kanan dan kiri, dan kemudian melalui satu dari beberapa serat purkinye ke
jaringan miokard ventrikel itu sendiri. Potensial aksi dapat melintasi jaringan penghantar
3-7 kali lebih cepat dari pada melalui miokard ventrikel. Maka berkas, cabang dan
serabut purkinye dapat mendekati kontraksi simultan dari semua bagian
ventrikel,sehingga memungkinkan terjadinya penyatuan kerja pompa maksimal.
D. BIOKIMIA
1. Struktur dan Fungsi Enzim
a. Struktur Enzim
Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya berkisar dari
hanya 62 asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase, sampai dengan
lebih dari 2.500 residu pada asam lemak sintase. Terdapat pula sejumlah kecil katalis
RNA, dengan yang paling umum merupakan ribosom; Jenis enzim ini dirujuk sebagai
RNA-enzim ataupun ribozim. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur tiga dimensinya
(struktur kuaterner). Walaupun struktur enzim menentukan fungsinya, prediksi aktivitas
enzim baru yang hanya dilihat dari strukturnya adalah hal yang sangat sulit.
Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya
sebagian kecil asam amino enzim (sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung
terlibat dalam katalisis. Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan mengikat
substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak aktif. Enzim juga
dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk katalisis.
Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering kali
merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi.
Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan
demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik.
Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino
yangmelipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-
sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul
bersama dan membentukkompleks protein. Kebanyakan enzim dapat
mengalami denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh
pemanasan ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim, denaturasi
dapat bersifat reversibel maupun ireversibel.
b. Fungsi Enzim
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Hampir
semua enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalis oleh enzim, molekul awal
reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi
molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat.
c. Adaptasi Sell
1) Adaptasi selular
Keadaan berada diposisi normal, sel yang tidak stres dan sel cedera yang stres
berlebihan.
2) Adaptasi fisiologi
Respon yang mewakili sel terhadap perangsangan normal oleh hormon atau mediator
kimiawi endogen.
Contohnya : Pembesaran payudara dan induksi laktasi oleh kehamilan.
3) Adaptasi patologik
Mekanisme dasar yang sama, sering berbagi tetapi memungkinkan sel untuk mengatur
lingkungannya, dan idealnya melepaskan diri dari cedera.
4) Perubahn adaptif sel
a) Atrofi
Pengerutan urutan sel dengan hilangnya substansi sel. Walaupun dapat menyebabkan
penuruna fungsinya tapi tetap sel atrofi tidak mati. Pada kondisi yang berlawanan
kematiannya terprogram ( apoptotik ) bisa juga diinduksi oleh sinyal yang sama, yang
menyebabkan atrofi sehingga dapat menyebabkan hilangnya sel pada atrofi seluruh
organ. Penyebab atropi :
(1) berkurangnya beban kerja
(2) hilangnya persarafan
(3) berkuranhnya perbekalan darah
(4) Nutrisi yang tidak adekuat
(5) Hilangnya rangsang endokrin
(6) Penuaan
b) Hipertrofi
Penambahan ukuran sel menyebabkan penambahan ukuran organ.
Disebabkan juga oleh peningkatan kebutuhan fungsional atau rangsang hormonal
spesifik.
(1) Hiperplasia
peningkatan jumlah sel dalam organ atau jaringan.Dibagi 2 :
(a) Hiperplasia hormonal ditunjukkan pada saat proliferasi epitel kelenjar payudara
perempuan, pubertas, dan pada saat kehamilan.
(b) Hiperplasia kompensatoris hiperplasia yang terjadi pada saat sebagian jaringan
dibuang atau sakit.
(2) Metaplasia
Perubahan reversible, yaitu perubahan dari satu jenis sel dewasa diganti oleh jenis sel
dewasa lainnya. Misalnya sel epitel gepeng yang terjadi pada saluran napas perokok
kretek selain itu epitel metaplastik adaptif juga mempunyai keuntungan dalam daya
tahan hidup mekanisme perlindungan yang penting hilang seperti pembersiahn mucus ,
sillia material berukuran partike. Oleh karena itu epitel metaplasia merupakan pedang
bermata dua. Selain itu jika menetap pengaruh pengindustri transformasi metaplasia
dapat menginduksi transformasi metaplastikkanker pada epitel yang metaplastik.
A. KESIMPULAN
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga
dada, di bawah perlindungan tulang costae, sedikit disebelah kiri sternum. Aktivitas
listrik dari jantung merupakan akibat dari perubahan pada permiabilitas membran sel,
yang memungkinkan pergerakan ion – ion. Jantung manusia berdenyut dimulai saat
listrik/impuls merambat sepanjang jalur konduksi jantung. Jantung bekerja sebagai
pompa dengan cara kontraksi (sistol) dan relaksasi (diastol)
B. SARAN
Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, masukan / saran yang baik sangat diharapkan guna
memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA