Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertian kanker nasofaring


Nasofaring merupakan suatu ruangan yang berbentuk mirip kubus yang
terletak di belakang rongga hidung diatas tepi bebas palatum molle yang
berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga melalui koana dan tuba
eustasius. (Brunner & Suddarth.2015)
Kanker nasofaring merupakan suatu keganasan yang terjadi di nasofaring
berasal dari epitel mulkosa nasofaring atau kelenjar pada nasofaring.
( Mansjoer, Arief.2020)
B. Etiologi kanker nasofaring
a) Kontak dengan zat karsinogenik
Kontak denga zat karsinogenik yag terlalu sering dapat mengakibatkan
munculnya kanker, antara lain:gas kimia, asap industri
b) Keturunan
Kejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras mongoloid
dibandimgkan dengan ras lainnya.
c) Radang kronis di daerah nasofaring
Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat mukosa
nasofaring menjadi lebih rentan terhadap mikroorganisme.
d) Faktor lingkungan
Aanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka dapat
memberikan efek mutagenic bagi masyarakat
e) Keadaan social ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk
Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang dapat
tercermin dari ventilasi yang kurang baik, sehingga sirkulasi udara menjadi
terhambat.
f) Genetik
g) umur
lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.
h) daya tahan tubuh pasien yang menurun
i) kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan asin(Brunner &
Suddarth.2015)
C. Manifestasi klinis kanker nasofaring
Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada penderita kanker nasofaring,
antaralain:
a) Gelaja telinga
 Sumbatan pada tuba eustachius atau kataralis
Pasien sering mengeluh rasa penuh ditelinga, rasa kadang-kadang
berdengung disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala ini
merupakan gejala awal.
b) Gejala hidung
 Sumbatan hidung
Sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor
ke dalam rongga hidung dan menutupi koana.gejala menyerupai
pilek kronis,kadang-kadang disertai dengan ganggguan penciuman
dan ingus kental.
c) Gejala lanjutan
 Pemberasaran kelenjar limfe leher
Sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan
mengenai otot dibawahnya. Kelenjar yang terus melekat pada otot
dan sulit untuk digerakan. Gejala ini dapat menjadi gejala yag lebih
lanjut.( Corwin, Elizabeth J. 2019)
D. Patofisiologi kanker nasofaring
Kanker nasofaring dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satu dari
penyebab dari kanker nasofaring ini adalah adanya virus eipstein yang dapat
menyebabkan ca nasofering. Sel yang terinfeksi noleh sel EBV akan dapat
menghasilkan sel-sel tertentu yang berfungsi untuk mengadakan proliferasi
dan mempertahankan kelangsungan virus dalam sel host. Protein tersebut
dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1, dan LPM-1,
LPM-2A dan LPM-2B. EBV dapat mengaktifkan dan memmapakan zat
kasinogenik yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang
tidak terkontrol sehingga tejadilah defeensiasi dan polifeasi potein laten,
sehingga memicu petumbuhan sel kanker pada nasofaring terutama pada fossa
rossenmuller. Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan
sentuhan dapat terjadi perdarahan hidung yang ditunjukan dengan keluarnya
darah secara berulang-ulang dengan jumlah yang sedikit dan kadang-kadang
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan. Sumbatan hidung
yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung dan
menutupi koana.gejala menyerupai pilek kronis,kadang-kadang disertai
dengan ganggguan penciuman dan ingus kental. Sel-sel kanker dapat
berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot dibawahnya.
Kelenjar yang terus melekat pada otot dan sulit untuk digerakan.
Nasofaring berhubunga dengan rongga terngkorak melalui beberapa
lubang, maka gangguan syaraf dapat juga terganggu. Jika tumor menjalar
melalui foramen laserum akan memgenai syaraf otak ke III,IV,VI dan dapat
mengenai syaraf tak ke V, sehingga dapat terjadi penglihatan ganda
(diplopia). Proses karsinima lebih lanjut akan mengenai syaraf otak IX,X,XI
jika menjalar melalui foramen jugular dan menyebabkan syndrome
Jackson.bila sudah mengenai seluruh syaraf otak disebut sindrom unilateral
dapat juga disertai dengan destruksi tulang tengkorak. Sel-sel kanker dapat
ikut bersama aliran darah dan mengenai bagian organ tubuh yang jauh dari
nasofaring.Organ yang paling sering terkena adalah tulang, hati dan paru.
(Brunner & Suddarth.2015)
E. pathway

(Brunner & Suddarth.2015)


F. Pemeriksaan Penunjang
a) pemeriksaan penunjang pada kanker nasofaring ada beberapa, yaitu:
b) pemeriksaan CT Scan pada daerah kepala dan leher untuk menhetagui
keberadaan kanker yang berrsembunyi
c) pemeriksaan serologi igA anti EA dan igA anti VCA untuk mengetahui
infeksi virus E-B
d) biopsy nasofaring dapat dulakukan dengan dua cara, taitu: dari hidung dan
mulut dengan anastesi topical dengan xylocain 10%.
e) pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narcosis
(Mansjoer, Arief.2020)
1. Penatalaksanaan
a) radioterapi merupakan pengobatan utama
b) pemberian adjuvant kemoterapi yaitu: Cis-Platinum, bleomycin dan 5-
fluororauncil
c) kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis platinum.
( Hudak, Carolyn.2016)
2. Komplikasi dan Prognosis
a) komplikasi akut
1) mukositis
inflamasi pada mukosa mulut berupa eitema dan adanya ulser yang
biasanya ditemukan opada pasien yang mendapatkan terapi kanker.
pasien akan mengeluhkan rasa sakit pada mulut dan dapat
mempengaruhi nutrisi dan kualitas hidup pasien.
2) kandidiasis
infeksi opurtunitik berupa kandidiasis pada mukosa mulut yang
disebabkan oleh jamu candida albicans.
3) dysgeusia
respon awal berupa hilangnya salah satu indra pengecapan oleh terapi
radiasi.
b) komplikasi kronis
1) karies gigi
merupakan akibat dari terapi radiasi berupa gigi yang mengalami
destruktif dan mengalami kerusakan.
2) gagal napas
gagal napas terjadi dikarenakan adanya metastase darri tumor
nasofaring sampai pada trachea sehingga terjadi penyumbatan total
pada trachea.
3) peningkatan tekanan intakanial
hal ini dapat tejadi rjika tumor sudah menyebar sampai lapisan otak
dan menekan duramater otak. (Mansjoer, Arief.2020)
G. Konsep asuhan keperawatan
Pengkajian pada diabetes mellitus meliputi, antara lain:
1) Biodata
a) Nama klien: untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
b) Umur: untuk mengetahui apakah pasien mempuyai faktor resiko
c) Agama: untuk menentukan bagaimana perawat memberikan fdukungan
kepada pasien selama persalinan
d) Suku: untuk mengetahui adat istiadat/ budaya pasien
e) pendidikan: untuk menentukan bagaimana perawat memberikan konseling
kepada pasien
f) Pekerjaan : untuk mengetahui status ocial dan ekonomi pasien
g) Alamat: untuk mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggal pasien
h) Nama penanggung jawab :untuk mengetahui orang yang
bertanggungjawab membiayai pengobatan pasien dan juga menjadi
perantara perawat untuk menyetujui inform konsen untuk tindakansyang
akan dilakukan kepada pasien
2) Keluhan utama/Alasan masuk rumah sakit
a. Keluhan utama
Pasien biasanya dibawa ke rumah sakit dengan keluhan lemas, nyeri dan
muncul benjolan di pipi dan leher
b. keluhan saat pengkajian
pasien mengeluh sakit kepala dan pandangan kabur
c. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan lemas, nyeri dan muncul benjolan di pipi dan leher.
pasien juga mengeluh mual muntah dan nafsu makan berkurang.
d. Riwayat sebelumnya
apakah pasien pernah mengidap penyakit kanker nasofaring dan radang
tengggorokan sebelumnya
e. riwayat kesehatan keluarga
ada/tidak keluarga pasien yang pernah mengidap penyakit kanker
nasofaring dan penyakit menurun seperti: DM, hipertensi, dan lainnya.
3) Riwayat psikososial dan status spiritual
a. riwayat psikologis
menggambarkan respon psikologis pasien dalam menghadapi keadaannya
sekarang.
b. aspek sosial
menggambarkan cara interaksi pasien kepada orang sekitarnya dan peran
sosial di keluarga
c. aspek spiritual
menggambarkan tentang cara pasien menganggap penyakitnya dan cara
pasien beribadah
4) pola kebiasaan sehari-hari
a. pola nutrisi
menggambarkan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi
pasien sebelum dan sesudah di rawat dirumah sakit
b. pola eliminasi
menggambarkan pola BAK dan BAB pasien sebelum dan sesudah
dirawat di rumah sakit.
c. pola kebersihan diri
menggambarkan cara pasien untuk membersihkan diri sebelum dan
sesudah dirawat di rumah sakit
d. pola aktivitas, latihan, dan bermain
mnggambarkan tentang aktivitas yang dilakukan oleh pasien saat
pasien sebelum dam sesudah di rawat di rumah sakit
e. pola istirahat dan tidur
menggambarkan tentang durasi, kualita istirahat tidur pasien.
5) pemeriksaan fisik
keadaan umum
a. keadaan sakit
menggambarkan keparahan sakit yang dirasakan oleh pesien dan
kesadaran pasien
b. tanda-tanda vital
yang meliputi tekanan darah,suhu, BB, RR, nadi,TB
c. Head to toe
1) kepala dan rambut
Distribusi rambut merata, tidak terdapat lesi dan benjolan, rambut
tampak bau dan kotor.
2) hidung
ada pendarahan hidung, tidak ada lesi, ada pernafasan cuping
hidung,
3) telinga
gangguan pendengaran, serumen, tidak ada lesi, dan telinga kanan
dan kiri simetris.
4) mata
mata kanan dan kiri simetris, konjungtivis anemis, sclera tidak
ikterik, pupil isokor, dan reflek cahaya.
5) mulut, lidah, tonsil, dan faring
 mulut:
mulut kering, kebersihan mulut bersih, caries gigi, tidak ada
pembengkakan gusi, dan bau mulut
 gigi:
gigi berjumlah 32 buah, caries gigi
 tonsil:
tidak ada pembesaran tonsil
 faring:
terdapat sumbatan sekret
6) leher dan tenggorokan
 leher
peningkatan JVP
warna kulit leher merata
pembesaran kelenjar tyroid dan limfe
 tenggorokan
reflek menelan
7) dada/thorax
a) pemeriksaan paru
 inspeksi
gerakan dada simetris, retraksi dada, warna kulit merata,
sesak napas, RR: >20x/menit, bentuk dada normal
 palpasi
akral hangat
 perkusi
suara perkusi paru sonor
 auskultasi
suara napas ronkie
b) pemeriksaan jantung
 inspeksi
warna kulit merata, tidak ada lesi , bentuk dada normal
 palpasi
terdapat kardiomegali
 perkusi
suara perkusi redup
 auskultasi
suara mur-mur
c) pemeriksaan payudara
 inspeksi
rabas, warna kulit merata, putting menonjol, payudara kiri
lebih besar daripada payudara kanan.
 palpasi
tidak ada massa, tida ada lesi dan rabas, akral hangat, tidak
ada pembesaran limfe di axilla
8) Abdomen dan Pelvis
 inspeksi
tidak ada asites, warna kulit merata, tidak ada lesi dan
jaringan parut, pelvis tampak kotor
 palpasi
peristeltik >35x/menit
 perkusi
tidak ada hepatomegali dan splenomegali
 auskultasi
suara abdomen timpani
9) ekstermitas, kuku, kekuatan otot
 ektermitas
terpasang infuse di tangan kiri, terpasang sensor tekanan
darah di tangan kanan, CRT< 2 detik
 kuku
clubbing finger, kuku sianosis, sianosis
 kekuatan otot lemah
33
33
10) genetalia dan anus
kebersihan genetalia dan anus terjaga, tidak terpasang poli kateter
urine, tidak ada lesi
11) pemeriksaan neurologis
 kesadaran GCS komposmentis
 respon AVPU : alert
 reflek pupil isokor
 reflek cahaya (Brunner & Suddarth.20015)
3. Diagnosa Keperawatan
a) nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan dan kekakuan
otot leher
b) perubahan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan kemampuan
menelan terganggu
c) gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan pertumbuhan sel
kanker menjalar ke otak.
d) bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pembengkakan
jaringan dan menurunnya reflek menelan(Brunner & Suddarth.20015)
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa kriteria hasil dan Intervensi Rasionlisasi
keperawatan tujuan

1 nyeri Setelah dilakukan 1. kaji TTV 1. untuk


berhubungan asuhan pasien mengetahui
dengan keperawatan keadaan umum
pembengkakan selama 1x6 jam pasien
jaringan dan jam diharapkan
2. Kaji skala 2. untuk
kekakuan otot nyeri pasien
nyeri pasien mengetahui
leher berkurang bahkan
tingkat nyeri
hilang dengan
pasien
criteria hasil
Dengan kriteria : 3. Kaji 3. untuk
 Pasien penyebab menentukan
melaporkan nyeri pasien tindakan yang
keluhan nyeri akan dilakukan
hilang atau
4. untuk
berkurang
mengurangi
 Skala nyeri
4. latih pasien rasa nyeri
berkurang
untuk
 ekspresi wajah
melakukan
tenang
latihan napas
 klien mampu 5. untuk
dalam
istirahat dan 5. kolaborasoka menurunkan

tidur rasa nyeri


n dengan

 TTV normal dokter untuk


pemberian 6. Untukmemenu
a) TD 120/80 analgesic hi kebutuhan
mmHg 6. Pasang IV cairan dan
line dan oksigen dalam
b) Suhu 36,6-
oksigen tubuh
37oC

c) Nadi 60-
100x/menit

d) RR 16-
20x/menit

2 perubahan Setelah dilakukan 1. kaji 1. untuk


nutrisi kurang keperawatan kemampuan menentukan
dari tubuh selama 1x24 jam menelan cara pemberian
berhubungan diharapkan pasien nutrisi kepada
dengan pemenuhan pasien
kemampuan kebutuhan nutrisi
2. kaji TTV 2. untuk
menelan pasien dapat
pasien mengetahui
terganggu terpenuhi dengan
keadaan umum
criteria hasil ,
pasien
yaitu:
3. kaji pola 3. untuk
 TTV normal
makan pasien mengatahui
e) TD 120/80 untuk
mmHg melakukan
tindakan
f) Suhu 36,6-
37oC 4. kaji makanan 4. untuk
kesukaan meningkatkan
g) Nadi 60-
pasien nafsu makan
100x/menit
pasien
h) RR 16- 5. untuk
20x/menit 5. kolaborasikan memenuhi
dengan ahli kebutuhan
 Menunjukan
gizi untuk protein pasien
status nutrisi
menentukan
yang baik
kebutuhan
 Mempertahank protein
an berat badan
6. berikan oral 6. untuk
 Nilai higieni membersihkan
laboratorium mulut pasien
yang dalam
batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.20015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Corwin, Elizabeth J. 2019. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta:
EGC
Hudak, Carolyn.2016.Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief.2020.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aeusculapius

Anda mungkin juga menyukai