DISUSUN OLEH
RIRI ARGIATRI
I. I Latar Belakang
Mahluk hidup khususnya manusia memiliki bermacam-macam sistem jaringan dan organ
dalam tubuhnya. Sistem tersebut memiliki fungsi dan peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk
hidup. Salah satu sistem yang ada pada mahluk hidup yaitu sistem kardiovaskuler. Fungsi utama
dari sistem kardiovaskuler adalah untuk memberi oksigen ke setiap sel tubuh. Sistem
kardioskuler terdiri dari jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan
darah itu sendiri. Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak di tengah toraks, dan
jantung menempati rongga antara paru-paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 g. Berat jantung
di pengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan. Selain itu kebiasaan latihan fisik dan penyakit
jantung juga mempengaruhi berat dari jantung. Fungsi jantung adalah untuk memompa darah ke
jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah
hasil metabolisme.
Pada umumnya terdapat dua pompa jantung, yang terletak disebelah kanan dan kiri.
Keluaran jantung kanan didistribusikan seluruhnya ke paru melalui arteri pulmonali, dan
keluaran jantung kiri seluruhnya didistribusikan kebagian tubuh lain melalui aorta. Kedua pompa
itu menyemburkan darah secara bersamaan dengan kecepatan keluaran yang sama. Kerja
pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot. Selama
kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih kecil karena darah disemburkan keluar.
Selama relaksasi otot dinding jantung (diastolik), kamar jantung akan terisi darah sebagai
persiapan untuk penyemburan berikutnya. Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60-80 kali per
menit, menyemburkan sekitar 70mL darah dari kedua ventrikel per detakan, dan keluaran
totalnya sekitar 5 L/menit.
1.2 Rumusan masalah
‘’Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler pada tubuh manusia ?’’
I.3 Tujuan
Tujuan Umum
“ Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler pada tubuh manusia”
Tujuan Khusus
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler pada tubuh manusia.
Mengidentifikasi anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler pada tubuh
manusia
2. Menganalisis anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler pada tubuh manusia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ berongga, berotot yang terletak ditengah torax, dan menempati rongga anta
ra paru dan diafragma. Letak spesifik jantung ini di dalam rongga dada sebelah depan (kavum m
ediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pan
gkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada te
mpat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya kurang lebih sebe
sar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram, meskipun begitu beratnya dip
engaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan dan kebiasaan fisik (Brunner & S
uddart, 2006).
1. Atrium dextra
Terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh jaringan kecuali
paru.
2. Ventrikel dextra
Terletak dibagian inferior kanan pada apeks jantung, darah meninggalkan vetrikel dextra melalui
trunkus pulmonal dan mengalir melewati jarak pendek ke paru-paru
3. Atrium sinistra
Terletak dibagian superior kiri jantung berukuran lebih kecil dari atrium dextra tetapi
dindingnya lebih tebal, menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah yang
kaya oksigen dari paru-paru.
4. Ventrikel sinistra
Terletak dibagian inferior kiri pada apeks jantung tebalnya tiga kali tebal dinding
ventrikel dextra. Darah meninggalkan vrntrikel sinistra melalui aorta dan mengalir keseluruh
tubuh kecuali paru-paru.
5. Katup trikuspidalis
Terletak antara atrium dextra dan ventrikel dextra, memiliki tiga daun katup (kuspis)
jaringan ikat fibrosa irreguler yang dilapisi endokardium.
7. Katup aortik
Terletak diantara ventrikel sinistra dan aorta.
2. Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil yang berhubungan dengan pembuluh kapiler.
Pembuluh kapiler Pembuluh ini bukan pembuluh nadi sesungguhnya. Di sinilah terjadinya
pertukaran zat yang menjadi fungsi utama sistem sirkulasi. Pembuluh kapiler adalah pembuluh
yang menghubungkan cabang-cabang pembuluh nadi dan cabang-cabang pembuluh balik yang
terkecil dengan sel-sel tubuh. Pembuluh nadi dan pembuluh balik itu bercabang-cabang, dan
ukuran cabang-cabang pembuluh itu semakin jauh dari jantung semakin kecil. Pembuluh kapiler
sangat halus dan berdinding tipis
b. Pembuluh Balik (Vena)
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung.
Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan
tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut
jantungnya tidak terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini
berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap
mengalir menuju jantung. Jika vena terluka, darah tidak memancar tetapi merembes. Dari
seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu pembuluh darah balik besar, yang
disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui serambi kanan. Setelah terjadi
pertukaran gas di paru-paru, darah mengalir ke jantung lagi melalui vena paru-paru. Pembuluh
vena ini membawa darah yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam semua pembuluh vena banyak
mengandung karbon dioksida kecuali vena pulmonalis. Vena diselubungi oleh otot rangka dan
memiliki sebuah katup yaitu Valvula Semilunaris. Pembuluh balik yang masuk ke jantung adalah
sebagai berikut :
1. Vena Kava
Vena kava bercabang-cabang menjadi pembulu yang lebih kecil yaitu vena. Ada dua
macam vena kava, yaitu vena kava superior dan vena kava inferior.
2. Vena kava superior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian atas tubuh ( kepala, leher,
keserambi kanan jantung).
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian tubuh lainnya dan anggota badan
bawah tubuh keserambi kanan jantung.
3. Vena Pulmonalis
Vena ini membawa darah yang mengandung O2 dari paru-paru keserambi kiri jantung. Salah
satu penyakit yang menyerang pembuluh balik adalah varises.
c. Jantung
Sistem organ Kardiovaskular Jantung adalah sebuah rongga, rongga organ berotot yang
memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak
berarti berhubungan dengan jantung, dari kata Yunani cardia untuk jantung. Jantung adalah salah
satu organ manusia yang berperan dalam sistem peredaran darah. Permukaan Jantung. Jantung
terletak dalam rongga dada agak sebelah kiri, di antara paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Massanya kurang lebih 300 gram, besarnya sebesar kepalan tangan.
Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium. Jantung terletak di
dalam rongga torakik, di balik tulang dada. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke
arah kiri. Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup oleh selaput
ganda yang bernama perikardium, yang tertempel pada diafragma. Lapisan pertama menempel
sangat erat kepada jantung, sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair, untuk
menghindari gesekan antar organ dalam tubuh yang terjadi karena gerakan memompa konstan
jantung. Jantung dijaga di tempatnya oleh pembuluh-pembuluh darah yang meliputi daerah
jantung yang merata/datar, seperti di dasar dan di samping. Dua garis pembelah (terbentuk dari
otot) pada lapisan luar jantung menunjukkan di mana dinding pemisah di antara serambi & bilik
jantung.
Serabut sino-atrial sedikit berbeda dari sebagian terbesar serabut otot jantung lainnya, yaitu
hnya mempunyai potensial membrane istiraha dari -55 milivolt sampai -60
milivolt,dibandingkan dengan -85 sampai -95milivolt pada sebagian terbesar serabut lainnya.
Potensial istirahat yang rendah ini disebabkan oleh sifat membrane yang mudah ditembus ion
natrium. Kebocoran natrium ini menyebabkan eksitasi-sendiri dari serabut S-A.
Ujung serabut simpul S-A bersatu serabut otot atrium yang ada disekitarnya, dan
pontensial yang berasal dari simpul S-A berjalan ke luar, masuk tersebut. Dengan jalan ini,
pontensial aksi menyebar ke seluruh masa otot dan akhirnya juga ke simpul A-V. Kecepatan
penghataran dalam otot atrium sekitar 0,3 meter per detik. Tetapi, penghatar dalam otot atrium,
sebagian diantaranya sedikit lebih cepat dalam beberapa berkas kecil serabut otot atrium
sebagian diantarnnya berjalan langsung dari simpul S-A ke simpul A-V dan menghantarkan
implus jantung dengan kecepatan sekitar 0,45 sampai 0,6 meter perdetik.Llintasan ini, yang
dinamakan lintasan inernodal.
Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah
dan pada SA Node yaitu : 40 – 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls
lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node
rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch ). Setelah melewati kedua cabang ini,
impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
b. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel
ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di
ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls
dengan frekuensi 20 – 40 kali permenit.
Jantung merupakan sistem elektromekanikal dimana signal untuk kontraksi otot jantung timbul
akibat penyebaran arus listrik di sepanjang otot jantung.
Dalam melakukan pengkajian dengan baik, maka diperlukan pemahaman, latihan dan
ketrampilan mengenal tanda dan gejala yang ditampilkan oleh pasien. Proses ini dilaksanakan
melalui interaksi perawatan dari klien, observasi, dan pengukuran.
Tujuan melakukan pengkajian
1. Mengkaji fungsi kardiovaskuler
2. Mengenal secara dini adanya gangguan nyata maupun potensial
3. Mengidentifikasi penyebab gangguan
4. Merencanakan cara mengatasi permasalahan yang ada serta menghindari masalah yang akan
terjadi
Tekhnik pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan minimal sekali, tetapi dapat dilakukan beberapa kali secara teratur,
misal setiap jam pada pasien kritis. Tekhnik pengkajian meliputi :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Wawancara :
1. Keluhan utama
Tanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien sehingga ia perlu pertolongan.
Keluhan yang harus diperhatikan antara lain sesak napas, nyeri dada menjalar ke arah lengan,
cepat lelah, batuk lendir atau berdarah, pingsan, berdebar-debar, dan lainnya sesuai dengan
patologi penyakitnya.
2. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
Tanyakan tentang perjalanan penyakit sejak keluhan hingga klien meminta
pertolongan. Misal :
1. Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan
2. Berapa kali keluhan terjadi, bagaimana sifat keluhan
3. Kapan dan apa penyebab keluhan
4. Keadaan apa yang memperburuk dan memperingan keluhan
5. Bagaimana usaha untuk mengatasi keluhan sebelum meminta pertolongan, berhasilkan
tindakan tersebut
3. Riwayat penyakit terdahulu (RPD)
Tanyakan tentang penyakit yang pernah dialami sebelumnya :
tanyakan apakah klien pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit apa, pernahkah mengalami
sakit yang berat
Thoraks :
Inspeksi : Lihat adanya jejas, lihat gerak dada dan pengembangan dada, adakah kelainan,
lihat adanya retraksi dada, sesuaikan dengan alasan masuk
Palpasi : Kaji pengembangan dada, rasakan adakah perbedaan antara dada kanan dan kiri
Perkusi : Lakukan perkusi pada semua area paru
Auskultasi : Lakukan auskultasi pada semua area paru dan jantung
Pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Secara topografik jantung berada di bagian depan rongga mediastinum
Bagian dada yang ditempati oleh proyeksi jantung yang seperti terlukis di atas itu
dinamakan prekordium
ALAT YANG DIPERLUKAN : Double Lumen-Stetoskop dan Timer
Pertimbangan umum :
1. Pakaian atas pasien harus disiapkan dalam keadaan terbuka.
2. Ruang pemeriksaan harus tenang untuk menampilkan auskultasi yang adekuat.
3. Tetap selalu menjaga privacy pasien
4. Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda kegawatan.
Inspeksi Jantung
Tanda-tanda yang diamati :
1. Bentuk prekordium
2. Denyut pada apeks jantung
3. Denyut nadi pada dada
4. Denyut vena
Bentuk prekordium :
1. Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris
2. Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis
paru, scoliosis atau kifoskoliosis
3. Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi epikardium,
efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum
Denyut apeks jantung
1. Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus terlihat di
dalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis sinistra
2. Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV
3. Sifat iktus :
a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya local. Pada
pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.
b. Iktus hanya terjadi selama systole. Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita adakan
juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya
dari systole.
Denyutan nadi pada dada
1. Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan pada aorta
2. Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan,
sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a.
pulmonalis dan aneurisma aorta descenden
Denyut vena
1. Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan
2. Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna
Palpasi jantung
Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan iktus cordis
2. Pemeriksaan getaran / thrill
3. Pemeriksaan gerakan trachea
Pemeriksaan iktus cordis
1. Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai kuat angkat atau
tidak
2. Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus
3. Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke medial
(2 cm) dari linea midklavikularis kiri.
Pemeriksaan getaran/thrill
1. Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan atau penyakit
jantung congenital.
2. Disini harus diperhatikan :
a. Lokalisasi dari getaran
b. Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
c. Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut melakukan
pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan mengalir lebih cepat.
d. Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar bising jantung
Pemeriksaan gerakan trakhea
1. Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena anatomi trachea
berhubungan dengan arkus aorta
2. Pada aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat teraba
Perkusi jantung
1. Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung
a. Batas kiri jantung
b. Batas kanan jantung
2. Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu efusi pericardium
dan aneurisma aorta
Bising jantung
1. Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising systole), ataukah bising terdapat
antara BJ II dan BJ I (=bising diastole). Cara termudah untuk menentukan bising systole
atau diastole ialah dengan membandingkan terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus
atau pulsasi a. carotis, maka bising itu adalah bising systole.
2. Tentukan lokasi bising yang terkeras.
3. Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu dijalarkan ke semua
arah tetapi tulang merupakan penjalar bising yang baik, dan bising yang keras akan
dijalarkan lebih dulu.
5. Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising yang meniup,
bising yang melagu
Pemeriksaan pembuluh darah perifer
1. Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan adalah palpasi nadi.
2. Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi dari a.radialis.
3. Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal di bawah ini :
a. Frekuensi nadi
b. Tegangan nadi
c. Irama nadi
d. Macam denyut nadi
e. Isi nadi
f. Bandingkan nadi a. radialis ka & ki
g. Keadaan dinding arteri
4. Pemeriksaan JVP, posisikan pasien 30o, kemudian hitung peninggian JVP, normalnya 2,5
s.d. 5 cm
Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Alat Diagnostik
1. Gas Darah Arteri atau ABG (Arterial Blood Gas) ; dapat diindikasikan dan memonitor
level oksigenasi dalam darah.
2. Rontgen Dada ; untuk memeriksa struktur jantung dan ukuran, dilatasi arteri
pulmonalis utama, kongesti paru, efusi pleura atau efusi jantung, ada atau tidaknya pacu
jantung serta posisi pacu jantung, kateter intrakardia, dan kateter arteri pulmonalis.
3. EKG (Elektrokardiogram), EKG 12 lead direkomendasikan dan sangat berarti dalam
menyediakan informasi untuk diagnosis jantung.
4. Ekokardiogram, pemeriksaan yang menggunakan gelombang ultrasonic untuk
mendapatkan dan menampilkan gambaran struktur jantung, gerakan jantung, dan
abnormalitas seperti stenosis katub aorta dan katub mitral, prolapse katub mitral dan
regurgitasi , insufisiensi aorta, defek septum atrium dan efusi pericardial.
5. Ekokardiografi Transesofageal (TEE), pemeriksaan ini mengkombinasikan ultrasound dan
endoskopi. TEE adalah cara yang tepat untuk memonitor fungsi jantung selama bedah
jantung terbuka karena probe esophageal dapat dimasukkan dan ditinggal di posisi yang
sama selama operasi.
6. Tes Stres, tes ini dikenal sebagai elektrokardiografi latihan, dan untuk individu yang dapat
menoleransi latihan, tes yang dilakukan meliputi mengayuh sepeda stationer atau berjalan di
treadmill sambil dipasang mesin EKG.
7. Kateter arteri Pulmonalis (PAC/Pulmonary Artery Catheter), kateter invasif yang memiliki
ujung balon dimasukkan oleh dokter ke dasar kapiler paru melalui interna jugularis, femur,
atau vena subclavia. Kateter ini digunakan untuk mengukur tekanan vena pulmonalis dan
menyediakan data tekanan jantung kanan dan kiri, curah jantung, temperatur inti dan saturasi
oksigen halnya resistensi vascular paru. Kateter ini tetap membuka dengan tetesan IV yang
pelan dan membutuhkan bilas yang periodic dengan activator bilas manual. Kateter ini
memiliki tekanan transducer dekat dengan aktivator bilas, dimana mengubah energi mekanis
yang disalurkan melalui kateter dari jantung ke energy listrik yang dapat dilihat melalui
monitor jantung. Transducer ini juga dapat memeriksa suhu inti tubuh pasien dengan
memasangkan konektor termistor dari PAC ke monitor jantung.
8. Kateterisasi Jantung (CC/Cardiac Catheterization), digunakan untuk mengukur tekanan di
jantung dan memberikan gambaran visual aliran darah melalui cairan yang diinjeksikan ke
ruang jantung atau arteri coroner. CC menunjukkan bagaimana fungsi jantung dan apakah
ada sumbatan arteri coroner.
Jantung pasien dikaji masuk lewat tusukan femur. Jika pasien melakukan kateterisasi
jantung kanan, vena femur yang tusuk, dan jika kateterisasi jantung kiri, femur arteri yang
ditususk. Saat tekanan sudah didapatkan, cairan marker diinjeksikan untuk melihat fungsi
ruang jantung dan memberi gambaran visual arteri coroner ( untuk kateterisasi jantung kiri
saja).
Tes Laboratorium
1. Tes Laboratorium : Elektrolit terdiri dari Kalium, Kalsium, Magnesium, Natrium
2. Tes Laboratorium : Hematologi terdiri dari Sel Darah Merah (RBC), Sel Darah Putih (WBC)
3. Tes Laboratorium : Level Kolesterol terdiri dari Kolesterol, HDL dan LDL, Trigliserida
4. Tes Laboratorium :
a. Enzim Jantung (Marker) terdiri diri Isoenzim yaitu
1) Kreatin fosfokinase (CPK/creatine phosphokinase) atau lebih dikenal CK (creatine
kinase) atau keratin kinase. CPK disusun oleh tiga isoenzim atau subunit yang
ditemukan bervariasi di jaringan otak dan otot.
2) CK – BB mengindikasi konsentrasi kreatinin kinase yang ditemukan di paru-paru,
kandung kemih, otak dan gastrointestinal. Hasil ini akan meningkat setelah
kecelakaan serebrovaskular (CVA/ cerebral vascular accident) atau stroke otak.
Nilai normalnya adalah 0 – 1%.
3) CK – MM isoenzim ini ditemukan dalam otot rangka dan miokardium. Nilai
normalnya 95-100%.
4) CK – MB isoenzim ini secara khusus ditemukan dalam sel miokardium. Serum ini
dianggap indicator yang paling specifik atau “gold standard” untuk mendiagnosis
infark miokard dalam 24 jam pertama dari gejala dan onset. Isoenzim ini akan
meningkat dari 4 – 8 jam setelah infark miokard puncaknya antara 15 – 24 jam,
tetap meningkat selama 48 – 72 jam dan kembali normal setelah 3 hari jika tidak
ada kerusakan jantung yang lebih lanjut. Nilai normalnya 0 – 6% total CK.
b. Laktat Dehidrogenase (LDH), enzim ini berkontribusi untuk metabolisme korbohidrat
dan ditemukan di jantung, ginjal dan sel darah merah. LDH sangat berguna untuk
diagnosis lanjutan MI setelah CK – Mbkembali normal.
c. Troponin, adalah protein yang sangat spesifik pada otot jantung dan akan meningkat
secara cepat di aliran darah seperti halnya CK – MB setelah MI. Troponin tidak dapat
dideteksi pada orang sehat dan setiap cedera otot kecuali cedera otot jantung
d. Mioglobin, enzim jantung lain yang penting yang dapat digunakan pada deteksi paling
awal untuk MI.
e. Peptide natriuretic Tipe B (BNP), adalah neurohormon yang disekresi oleh ventrikel
jantung dalam respon regangan ventrikel dan overload. Ini adalah indikator yang terbaik
untuk diagnosis dan prognosis gagal jantung (HF). Dengan menggunakan tes darah ini,
pasien dapat ditangani dengan cepat untuk gagal jantung.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Penyebab
a) Perubahan irama jantung
b) Perubahan frekuensi jantung
c) Perubahan kontraktilitas
d) Perubahan preload
e) Perubahan afterload
f) Gejala dan Tanda Mayor
2) Subjektif
a) Perubahan irama jantung : Palpitasi
b) Perubahan preload : Lelah
c) Perubahan afterload : Dipsnea
d) Perubahan kontraktilitas
• Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
• Ortopnea
• Batuk
Objektif
Perubahan irama jantung
• Bradikardia/takikardi
• Gambaran EKG aritmia
3) Subjektif
• Mengeluh nyeri
4) Objektif
• Tampak meringis
• Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri)
• Gelisah
• Frekuensi nadi meningkat
• Sulit tidur
• Gejala dan Tanda Minor
• Tirah baring
• Kelemahan
• Imobilitas
• Gaya hidup monoton
• Gejala dan Tanda Mayor
• Subjektif
2) Subjektif
• Mengeluh lelah
3) Objektif
• Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
• Gejala dan Tanda Minor
INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung
1) Tujuan
Menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektivitas pompa jantung, status
sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung serebral, selular, perifer, dan pulmonal); dan
status tanda-tanda vital
2) Criteria hasil
a. Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
b. Mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea nitrogen (BUN) dan keratin plasma
dalam batas normal
c. Mempunyai warna kulit yang normal
d. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (mis. Tidak mengalami dispnea,
nyeri dada, atau sinkope)
e. Menjelaskan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang diperlukan (mis.Untuk penyakit jantung)
f. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat dilaporkan
3) Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
a. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernapasan, dan status ment
al
b. Pantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema dependen, kenaikan berat badan)
c. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memerhatikan adanya awitan napas pendek, nyeri, pal
pitasi, atau limbung
d. Evaluasi respon psien terhadap terapi oksigen
e. Kaji kerusakan kognitif
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau sungkup
b. Intruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran
c. Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping obat
d. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan nyeri,faktor pencetus,
daerah, kualitas, dan intesita
e. Intruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan dirumah, meliputi pem
batasan aktivitas, pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik
f. Berikan informasi tentang teknik penurunan stress seperti biofeed-back,relaksasi otot progre
sif, meditsi dan latihan fisik
g. Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap hari
Aktivitas kolaboratif
a. Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau penghentian obat tekan
an darah
b. Berikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin,dan vasodilator untuk mempe
rtahankan kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai dengan program medis atau protocol
c. Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan thrombus perifer,
d. sesuai dengan program atau protocol (Wilkinson, 2016, pp. 65-66)
2. Nyeri akut
a) Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
tidak oernah, jarang, kadang-kandang, sering, atau selalu).
a. Mengenali awitan nyeri
b. Menggunakan tindakan pencegahan
c. Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan
b) Criteria hasil
a. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
b. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
c. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
d. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor tersebut
e. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
f. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non analgesic secara teapat
g. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung, atau tekanan darah
h. Mempertahankan selera makan yang baik
i. Melaporkan pola tidur yang baik
j. Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan interpersona
l
c) Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
a. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informas
i pengkajian.
b. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0= tidak ad
a nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)
c. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efek sampingnya
d. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri respon pasien
e. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan pasie
n
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi pem
berian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
b. interksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan aktivit
as fisik, pembatasan diet)l dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri mem
bandel
c. Intruksikan oasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai
d. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang disarankan
e. Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (mis, risiko ketergantung
an atau overdosis)
Aktivitas kolaboratif
a. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap 4 jam se
lam 36 jam) atau PCA
b. Manajemen nyeri NIC
c. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
d. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan pe
rubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
(Wilkinson, 2016, pp. 297-298)
3.Intoleransi aktivitas
1) Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energy, tingkat kelelahan, energy psikomotorik, istirahat, dan
perawatan diri : ASK (dan AKSI)
2) Criteria hasil
a. Mengidentifikasi aktivitass atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat mengakib
atkan intoleran aktivitas
b. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan denyut jantung, fre
kuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal
c. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang diharapkan dari
daftar pada saran penggunaan)
d. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat dan atau peralat
an yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
e. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan beberapa bantuan (mis, eliminasi
dengan bantuan ambulasi tuntuk kekamar mandi)
f. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan bantuan (mis, membutuhkan bantua
n untuk kebersihan setiap minggu)
3) Intervensi NIC
Aktifitas keperawatan
a. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan mel
akukan AKS dan AKSI
b. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
c. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
PENUTUP
Kesimpulan
Perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan meliputi kamar yang sunyi
untuk mempertajam auskultasi, penerangan yang baik dan dada pasien terbuka untuk inspeksi
prekordium, kamar dan tangan pemeriksa yang hangat agar palpasi menyenangkan dan stetoskop
dengan bel dan diafragma.
Selain itu, dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa yang kami tulis masih
banyak kesalahan, baik dari isi materi dan cara penulisan. Oleh karena itu, penulis
mengharapankan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat menjadi wawasan pengetahuan bagi pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan klien gangguan Sistim Kardiovaskuler,
Jakarta: Salemba Medika
Terry, C.L., Weaver, A., 2013. Keperawatan Kritis Demystified. Penerbit ANDI ; Yogjakarta
Watson, R.2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.