BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut Black & Hawks (2014) gagal jantung adalah suatu kondisi
fisiologis ketika jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (ditentukan sebagai konsumsi
oksigen). Sedangkan menurut Dosen Keperawatan Medikal-Bedah
Indonesia (2017) menyebutkan bahwa gagal jantung terjadi saat jantung
tidak mampu memompa darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Sumber : https://pustakasehatku.blogspot.com/2015/09/penyakit-pada-
sistem-peredaran-darah.html
a. Jantung
Jantung merupakan organ vital di tubuh manusia yang bertugas
sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh. Organ ini terletak di antara
paru-paru, di tengah dada, tepatnya di bagian belakang sisi kiri tulang
dada. Jantung memiliki ukuran yang sedikit lebih besar dari kepalan
tangan.
Di dalam jantung terdapat empat ruangan yang terbagi menjadi dua
bilik (ventrikel) dan dua serambi (atrium). Serambi dan bilik kiri
jantung berisi darah bersih yang kaya akan oksigen, sedangkan bilik
dan serambi kanan berisi darah kotor. Selain memiliki empat ruangan,
jantung juga mempunyai empat katup yang berguna untuk menjaga
supaya darah tetap mengalir ke arah yang benar. Detak jantung orang
normal berkisar antara 60-100 kali per menit. Namun ada
9
Sumber : https://pustakasehatku.blogspot.com/2015/09/penyakit-
pada-sistem-peredaran-darah.html
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah merupakan sistem peredaran darah berbentuk tabung
otot elastis atau pipa yang berfungsi membawa darah dari jantung ke
bagian tubuh lain, ataupun sebaliknya. Pembuluh darah bisa
dibedakan menjadi dua, yaitu pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh
balik (vena).
1) Pembuluh Darah Arteri.
Merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa darah keluar
dari jantung, baik ke seluruh tubuh maupun ke paru-paru. Darah
yang dialirkan pembuluh arteri mengandung banyak oksigen,
kecuali pada arteri pulmonalis, yang khusus membawa darah kotor
untuk dialirkan ke paru. Darah bersih yang dipompa keluar dari
jantung akan melalui pembuluh darah utama (aorta) dari bilik kiri
jantung. Aorta ini kemudian bercabang menjadi pembuluh darah
yang lebih kecil (arteri), yang menyebar ke seluruh bagian tubuh.
Sistem peredaran darah manusia dapat terbagi menjadi tiga, yakni sirkulasi
sistemik, sirkulasi pulmonal, dan sirkulasi koroner. Ketiga sirkulasi ini
saling bekerja sama untuk memastikan kelangsungan hidup manusia.
a. Sirkulasi Sistemik
b. Sirkulasi Pulmonal
c. Sirkulasi Koroner
Sumber : https://www.softilmu.com/2014/11/sistem-peredaran-darah-
manusia.html
13
8. Etiologi
Menurut Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia (2017). Disfungsi
otot jantung paling sering disebabkan oleh :
a. Penyakit arteri koroner. Aterosklerosis arteri koroner merupakan
penyebab utama gagal jantung. Penyakit arteri koroner ini ditemukan
pada lebih dari 60% pasien gagal jantung.
b. Iskemia/infark miokard. Iskemia menyebabkan disfungsi miokardial
akibat hipoksia dan asidosis akibat akumulasi asam laktat. Sedangkan
infark miokard menyebabkan nekrosis atau kematian sel otot jantung.
Hal ini menyebabkan otot jantung kehilangan kontraktilitasnya
sehingga menurunkan daya pemompaan jantung. Luasnya daerah infark
berhubungan langsung dengan berat ringannya gagal jantung.
c. Kardiomipati. Merupakan penyakit pada otot jantung dan dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu dilatasi, hipertrofi, dan restriktif.
d. Hipertensi. Hipertensi sistemik maupun pulmonar meningkatkan
afterload (tahanan terhadap ejeksi jantung). Kondisi ini dapat
meningkatkan beban jantung dan memicu terjadinya hipertrofi tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas sehingga dapat melewati
tingginya afterload, namun hal tersebut justru mengganggu saat
pengisian ventrikel selama diastole. Akibatnya, curah jantung semakin
turun dan menyebabkan gagal jantung.
e. Penyakit katup jantung. Katup jantung berfungsi untuk memastikan
bahwa darah mengalir dalam satu arah dan mencegah terjadinya aliran
balik. Disfungsi katup jantung membuat aliran darah ke arah depan
terhambat, meningkatnya tekanan dalam ruang jantung, dan
meningkatnya beban jantung. Beberapa kondisi tersebut memicu
terjadinya gagal jantung diastolik.
20
6) Eliminasi
Gejala seperti penurunan berkemih, nokturia, dan diare atau
konstipasi. Contohnya nokturia, berkemih lebih dari satu kali
pada malam hari, terjadi saat cairan edema dari jaringan yang
tergantung direabsorpsi saat pasien telentang.
7) Gangguan kebutuhan rasa aman
Timbul perasaan cemas akan penyakit yang diderita dan
ancaman kematian. Adanya rasa nyeri kuadran kanan atas pada
abdomen dapat terjadi akibat pembesaran hati mengakibatkan
terjadinya gangguan rasa nyaman.
8) Gangguan pemenuhan kebutuhan harga diri
Perasaan tidak berharga karena tidak bisa melakukan peran dan
fungsinya akibat adanya sakit.
5) Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang
kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen
yang normal, disamping menurunnya pembuangan sisa katabolisme.
6) Kegelisahan akibat gangguan oksigenisasi jaringan, stres akibat
munculnya rasa sesak saat bernafas dan karena si penderita
mengetahui bahwa jantngnya tidak berfungsi dengan baik.
7) Disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan dengan tanda
dan gejala sebagai berikut :
a) Edema ekstremitas bawah.
b) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas batas
abdomen.
c) Anoreksia dan mual, yang terjadi akibat pembesaran vena dan
status vena dalam rongga abdomen.
d) Rasa ingin kencing pada malam hari, yang terjadi karena perfusi
renal dan didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
e) Badan lemah, yang di akibatkan oleh menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.
c) Edema
d) Disritmia
e) Suara jantung ketiga dan suara jantung keempat ventrikel kanan
f) Hipersonor pada perkusi
g) Imobilisasi diafragma rendah
h) Peningkatan diameter pada antero posterial
11. Komplikasi
Komplikasi akibat gagal jantung menurut Lemone,dkk. (2018)
menyatakan bahwa :
Mekanisme kompensasi yang dimula pada gagal jantung dapat
menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain. Hepatomegali
kongestif dan splenomegali kongestif yang disebabkan oleh
pembengkakan sistem vena porta menimbulkan peningkatan tekanan
abdomen, asites, dan masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah
kanan yang lama, fungsi hati dapat terganggu. Distensi miokardium dapat
memicu disritmia, mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura
dan masalah paru lain dapat terjadi. Komplikasi mayor gagal jantung
berat adalah syok kardiogenik dan edema paru akut.
1) Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel
kiri. Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada perfusi jaringan
dan penghantaran oksigen ke jaringan. Gejala ini merupakan gejala
yang khas terjadi pada kasus syok kardiogenik yang disebabkan oleh
infark miokardium akut. Gangguan ini disebabkan oleh hilangnya
40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di
seluruh ventrikel, karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
persediaan oksigen miokardium.
2) Edema paru – paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang
muncul dibagian tubuh mana saja, termasuk factor apapun yang
menyebabkan cairan interstitial paru-paru meningkat dari batas
28
2. Keperawatan
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan
pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna
perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup,
morbiditas dan prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat
didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk
menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat
memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal
jantung.
Terapi Nonfarmakologis:
a. Diit rendah garam.
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.
b. Membatasi cairan.
Mengurangi beban jantung dan menghindari kelebihan volume
cairan dalam tubuh.
e. Mengurangi berat badan .
f. Menghindari alkohol.
g. Manajemen stres.
Respon psikologi dapat mempengaruhi peningkatan kerja jantung.
h. Mengurangi aktifitas fisik.
Kelebihan aktifitas fisik mengakibatkan peningkatan kerja jantung
sehingga perlu dibatasi.
f) Edema pulmonal
g) Bunyi nafas : adanya krakels banner dan mengi (Wijaya & Yessi,
2013).
8) Jantung
a) Adanya jaringan parut pada dada.
b) Bunyi jantung tambahan (ditemukan jika penyebab CHF kelainan
Katup)
c) Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertrofi jantung (Kardiomegali)
d) Adanya bunyi jantung S3 atau S4.
e) Takikardia
9) Abdomen
a) Adanya pembesaran hati (hepatomegali)
b) Adanya pembesaran kelenjar limpa (splenomegali)
c) Adanya penumpukan cairan di rongga perut (asites)
10) Eliminasi
a) penurunan frekuensi kemih
b) urine berwarna gelap
c) nokturia (berkemih pada malam hari)
d) diare/konstipasi
11) Ekstremitas
a) terdapat edema dan CRT kembali > 2 detik
b) adanya edema
c) sianosis perifer (Smeltzer & Bare, 2013).
f) Asites abdomen.
2) Palpasi :
a) Jantung, PMI bergeser ke kiri, inferior karena dilatasi atau
hipertrofi ventrikel.
b) Pulsasi perifer menurun.
c) Hati teraba.
d) Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta sistemik
meningkat
e) Edema menyebabkan piting.
3) Auskultasi :
a) Suara paru menurun,
b) Suara jantung dengan S1, S2 menurun. Kontraksi miokard
menurun. S3 meningkat, volume sisa meningkat, murmur
terkadang juga terjadi.
4) Pemeriksaan fisik pada sistem tubuh
c) Aktivitas dan istirahat
- Adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat
- Sakit dada, dispnea pada saat istirahat atau saat beraktivitas
d) Sirkulasi
- Riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung,
endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, asites,
takikardia.
- Disritmia, fibrilasi atrial (AF), kontraksi ventrikel prematur.
- Bunyi S3 gallop, adanya sistolik atau diastolik, murmur,
peningkatan JVP.
- Adanya nyeri dada, sianosis, pucat, ronchi, hepatomegali.
e) Status mental
- Cemas, ketakutan, gelisah, marah, peka.
- Stres berhubungan dengan penyakitnya, sosial, finansial.
f) Eliminasi
- Penurunan volume urine, urine yang pekat.
- Nokturia, diare dan konstipasi.
34
f) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Dosen keperawatan Medikal-Bedah (2017) adalah :
1) Laboratorium; Immunoassay peptida natriuretik tipe B meningkat.
2) Pencitraan; Foto thoraks menunjukkan peningkatan tanda vaskular
pulmoner, edema interstisial, atau efusi pleura dan kardiomegali.
3) Prosedur diagnostik; - Elektrokardiografi memperlihatkan
regangan atau pembesaran atau iskemia jantung. Pemeriksaan ini
juga dapat memperlihatkan pembesaran atrium, takikardia,
ekstrasistole, atau fibrilasi atrial (AF). – Pemantauan tekanan arteri
pulmonal biasanya menunjukkan peningkatan arteri pulmonal dan
tekanan baju arteri pulmoner, tekanan akhir diastole ventrikel kiri
pada gagal jantung kiri, dan peningkatan atrium kanan atau vena
sentral pada gagal jantung kanan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gagal
jantung (CHF) menurut Black & Hawks (2014) adalah :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gagal jantung atau
disritmia atau keduanya ditandai dengan takikardia, aritmia,
penurunan nadi perifer, ortopnea, oliguria, suara jantung S3 atau S4.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan filtrasi
glomerulus, penurunan curah jantung, peningkatan produksi hormon
antidiuretik (ADH) dan aldosteron serta retensi air serta natrium
ditandai dengan oliguria, edema, penambahan berat badan dalam
periode waktu yang singkat, kongesti pulmonal, suara napas
tambahan.
36
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Kepeawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx
1. 1. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Kaji tekanan darah untuk 1. Hipotensi dapat mengindikasikan penurunan
jantung berhubungan tindaka keperawatan mengetahui hipotensi atau curah jantung dan dapat menyebabkan
penurunan perfusi arteri koroner. Hipertensi
dengan gagal kepada ... selama ... hipertensi dan laju
dapat disebabkan vasokontriksi kronis dan
jantung ataudisritmia diharapkan efektivitas pernapasan untuk dapat mengindikasikan ketakutan atau
ataukeduanya. pompa jantung dengan takipnea. kecemasan dan peningkatan laju pernapasan
dapat mengindikasikan keletihan atau
KH :
peningkatan kongesti pulmonal.
klien akan mengalami
peningkatan curah
jantung yang
dibuktikan dengan
irama jantung reguler,
denyut jantung,
tekanan darah,
pernapasan, dan
keluaran urine
2. Kaji denyut jantung dan 2. Takikardia dapat meningkatkan kebutuhan
iramanya, amati adanya oksigen dan miokardium dan dapat menjadi
suatu mekanisme kompensasi terkait dengan
takikardia. Secara kantinu,
penurunan keluaran jantung (peningkatan
amati adanya disritmia. denyut jantung untuk kompensasi penurunan
38
profil lipid.
6. Auskultasi denyut 6. waktu pengisian yang terlambat, ejeksi yang
jantungdan amatiadakah tidak sempurna dan perubahan struktural di
suara jantung seperti dalam jantung dapat dan kelebihan cairan
murmur, S3 atau S4. dapat menyebabkan suara jantung abnormal
yang terdeteksi pada auskultasi. S3 dapat
mengindikasikan ventrikel yang nonkomplian
atau kaku, dan S4 dapat mengindikasikan
ventrikel yang mengalami distensi berlebihan
lemah.
7.Monitor suara paru untuk 7. peningkatan tekanan intraventrikular
mngetahui suara ronchi ditransmisikan kembali ke sirkulasi pulmonal,
dan amati adanya batuk. meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler
pulmonal dan melebihi tekanan onkotik cairan
yang bergerak di dalam septum interalveolar;
yang ditandai dengan hasil auskultasi
menunjukkan ronchi, peningkatan napas
pendek dan produksi psutum. Hal ini
mengindikasikan penurunan lanjut curah
jantung dan kemungkinan terjadinya edema
paru. Batuk dapat diakibatkan peningkatan
cairan di paru atau akibat obat inhibitor ACE.
8. Monitor asupan dan 8. Jika asupan lebih banyak dari keluaran, klien
keluaran dan analisa berisiko mengalami kelebihan cairan dan tidak
temuan dan jika mengekskresikan cairan karena dekompensasi
diperlukan. Amati warna jantung. Urine gelap dan pekat dan oliguria
dan jumlah urine jika menunjukkan penurunan perfusi ginjal.
perlu. Diuresis diharapkan terjadi pada klien yang
mendapatkan terapi diuretik.
40
kongesti pulmonal
pada pemeriksaan
auskultasi.
2. Berikan oksigen sesuai 2. Terapi oksigen akan memperbaiki oksigenasi
resep. Monitor kondisi dengan meningkatkan jumlah oksigen yang
mukosa nasal apakah tersedia untuk dihantarkan. Pemberian oksigen
terjadi kekeringan dan yang tidak mengalami humidifikasi dapat
cedera kulit karena mengeringkan dan mencederai mukosa hidung.
saluran oksigen. Saluran yang diletakkan kuat akan
menyebabkan ulkus akibat tekanan pada wajah
dan telinga.
3. Kaji laju pernapasan dan 3. Peningkatan laju pernapasan mengindikasikan
irama pernapasan oksigenasi yang terganggu dan penurunan laju
pernapasan dapat mengindikasikan ancaman
gagal napas.
4. Kaji sianosis. 4. Sianosis sirkumoral atau sianosis pada ujung
jari atau ujung hidung mengindikasikan
hipoksia karena kekurangan oksigen di
jaringan perifer. Sianosis adalah tanda lanjut
dari oksigenasi yang buruk.
5. Posisikan klien untuk 5. Posisi fowler dan penempatan klien pada
memfasilitasi posisi ortopnea/tegak lurus memfasilitasi
pernapasan dan amati pergerakan diafragma. Dispnea nokturna
adanya dispnea peroksismal dapat terjadi karena pada klien
nokturnal paroksimal. yang berada pada posisi berbering terlentang.
Aliran balik vena ke jantung
bertambah.Peningkatan ini akan meningkatkan
preload dan akan meningkatkan tekanan
hidrostatik kapiler pulmonal dan menyebabkan
44
edema paru
6. Monitor pulsasi/denyut 6. SaO2 yang rendah menandakan hipoksia.
oksimitri. Gerakkan
probbe untuk
meyakinkan kontak yang
baik dengan kulit atau
telinga.
7. Lakukan analisis gas 7. Analisis gas darah arterial menandakan apakah
darah. klien mengalami hipoksia, asidosis, atau
keduanya.
8. Berikan diuretik sesuai 8. Diuretik meningkatkan kehilangan cairan di
resep, dan monitor dalam alveoli dan sistemik.
efektivitasnya.
4. Keidakefektifan perfusi Setelah dilakukan 1. Amati warna dan suhu 1. Kulit yang pucat dan dingin menandakan
jaringan b.d penurunan tindaka keperawatan kulit. penurunan perfusi jaringan.
curah jantung kepada ... selama ...
diharapkan perfusi
jaringan teratasi
dengan KH :
- Klien akan
memiliki perfusi
jaringan yang
adekuat yang di
buktikan dengan
kulit yang hangat
dan kering, pulsasi
perifer dan keluaran
urine yang adekuat.
45
5. Risiko intoleransi Setelah dilakukan 1. Beri jarak tindakan / 1. Periode istirahat membantu menghilangkan
activitas b.d penurunan tindaka keperawatan aktivitas keperawatan. kelelahan dan penurunan beban kerja jantung.
curah jantung kepada ... selama ...
diharapkan toleransi
aktivitas dengan KH :
- Klien akan
mengalami
peningkatan tingkat
aktivitas tanpa
dipsnea.
2. Menjadawalkan periode 2. Periode istirahat membantu menghilangkan
istirahat. kelelahan dan penurunan beban kerja jantung
3. Monitor respons klien 3. Dispnea, kakikardia, angina, diaforesis, dan
terhadap aktivitas. hipotensi semuanya menandakan aktivitas
tersebut meningkatkan kebutuhan miokardium
46
kekhawatirannya.
2. Jelaskan sebelumnya 2. Dengan memberikan informasi yang lengkap,
mengenai prosedur dan klien tidak akan merasakan cemas mengenal
regimen rutin. perawatan rutin yang diberikan.
3. Berikan dukungan 3. Dengan memberikan klien dengan
emosional pada klien pendukungnya untuk mengeluarkan kecemasan
dan orang lain dan rasa takut, perawat membantu mereka
yangpenting. mengurangi kecemasan.
4. Anjurkan klien untuk 4. Dengan klien bertanya, perawat memberikan
bertanya. forum diskusi terbuka dengan klien
5. Berikam klien sistem 5. Dukungan orang tambahan seperti pemimpin
dukungan tambahan. agama, pekerja sosial, konselor, dan perawat
klinis spesialis dapat meningkatkan sistem
dukungan klien dengan mengurangi
kecemasan.
49
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan yang telah
disusun untuk mencapai tujuan yang diinginkan meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping.
Implementasi keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila
klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan. Selama tahap implementasi keperawatan, perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling
sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah hasil perkembangan berdasarkan tujuan
keperawatan yang hendak dicapai sebelumnya (Mitayani, 2010). Evaluasi
yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evalusi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan terus menerus terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi keperawatan pada studi kasus ini disesuaikan dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan prioritas.