Anda di halaman 1dari 43

7

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Gagal Jantung


1. Definisi Gagal Jantung
Dekompensasi kordis (gagal jantung) merupakan keadaan abnormal
dimana terdapat gangguan fungsi jantung yang mengakibatkan
ketidakmampuan jantung dalam memompa darah keluar untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh dalam kondisi istirahat maupun aktivitas
normal (Murwani, 2009). Definisi lain disampaikan oleh Nugroho (2011)
gagal jantung dapat diartikan sebagai kondisi dimana jantung tidak
mampu memompa darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme dan oksigen.

Menurut Black & Hawks (2014) gagal jantung adalah suatu kondisi
fisiologis ketika jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (ditentukan sebagai konsumsi
oksigen). Sedangkan menurut Dosen Keperawatan Medikal-Bedah
Indonesia (2017) menyebutkan bahwa gagal jantung terjadi saat jantung
tidak mampu memompa darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah


suatu keadaan dimana otot jantung tidak dapat memompa atau
mengalami disfungsi yang mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan tubuh dalam kondisi istirahat maupun
beraktivias.
8

2. Organ dalam Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem peredaran darah manusia tersusun atas organ-organ yang berperan


dalam pengangkutan darah di dalam tubuh. Adapun organ penyusun sistem
peredaran darah pada manusia, meliputi:

Gambar 2.1 Anatomi Jantung

Sumber : https://pustakasehatku.blogspot.com/2015/09/penyakit-pada-
sistem-peredaran-darah.html

a. Jantung
Jantung merupakan organ vital di tubuh manusia yang bertugas
sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh. Organ ini terletak di antara
paru-paru, di tengah dada, tepatnya di bagian belakang sisi kiri tulang
dada. Jantung memiliki ukuran yang sedikit lebih besar dari kepalan
tangan.
Di dalam jantung terdapat empat ruangan yang terbagi menjadi dua
bilik (ventrikel) dan dua serambi (atrium). Serambi dan bilik kiri
jantung berisi darah bersih yang kaya akan oksigen, sedangkan bilik
dan serambi kanan berisi darah kotor. Selain memiliki empat ruangan,
jantung juga mempunyai empat katup yang berguna untuk menjaga
supaya darah tetap mengalir ke arah yang benar. Detak jantung orang
normal berkisar antara 60-100 kali per menit. Namun ada
9

pengecualian, misalnya pada atlet yang bugar, detak jantungnya bisa


di bawah 60 kali per menit.
Gambar 2.2 Pembuluh Darah

Sumber : https://pustakasehatku.blogspot.com/2015/09/penyakit-
pada-sistem-peredaran-darah.html

b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah merupakan sistem peredaran darah berbentuk tabung
otot elastis atau pipa yang berfungsi membawa darah dari jantung ke
bagian tubuh lain, ataupun sebaliknya. Pembuluh darah bisa
dibedakan menjadi dua, yaitu pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh
balik (vena).
1) Pembuluh Darah Arteri.
Merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa darah keluar
dari jantung, baik ke seluruh tubuh maupun ke paru-paru. Darah
yang dialirkan pembuluh arteri mengandung banyak oksigen,
kecuali pada arteri pulmonalis, yang khusus membawa darah kotor
untuk dialirkan ke paru. Darah bersih yang dipompa keluar dari
jantung akan melalui pembuluh darah utama (aorta) dari bilik kiri
jantung. Aorta ini kemudian bercabang menjadi pembuluh darah
yang lebih kecil (arteri), yang menyebar ke seluruh bagian tubuh.

Berikut adalah ciri ciri pembuluh darah arteri :


a) Tempat mengalirnya darah yang dipompa dari bilik kiri.
10

b) Merupakan pembuluh yang liat dan elastic.


c) Tekanan pembuluh lebih kuat dari pembuluh balik.
d) Memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat
di luar jantung.
e) Terdiri dari, aorta, arteriol dan kapiler.
f) Dindingnya terdiri dari, lapisan dalam (endothelium), lapisan
tengah (otot polos), lapisan luar (jaringan ikat).
2) Pembuluh Darah Vena.

Merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa darah


kembali ke jantung, dari seluruh tubuh atau dari paru-paru. Vena
cava membawa darah kotor yang mengandung karbon dioksida dari
seluruh tubuh, yang kemudian akan dialirkan ke paru-paru untuk
ditukar dengan oksigen melalui proses pernapasan. Sedangkan vena
pulmonalis (vena paru) membawa darah bersih yang kaya oksigen
dari paru-paru menuju jantung.

Berikut adalah ciri-ciri pembuluh darah vena :


a. Terletak di dekat permukaan kulit sehingga mudah dikenali.
b. Dinding pembuluh lebih tipis dan tidak elastic dibandingkan
arteri.
c. Tekanan pembuluh lebih lemah dibandingkan arteri.
d. Terdapat katup yang berbentuk seperti bulan sabit (valvula
semilunaris).
e. Pembuluh vena terdiri dari Vena cava superior, Vena cava
interior dan vena cava pulmonalis.
c. Darah
Darah adalah komponen terpenting dari sistem peredaran darah. Darah
memiliki fungsi sebagai pembawa nutrisi, oksigen, hormon, antibodi,
serta berbagai zat lainnya, dari dan ke seluruh tubuh. Darah manusia
terdiri dari beberapa bagian, yang meliputi plasma darah dan sel-sel
darah.
11

a. Plasma darah, merupakan cairan berwarna kekuningan pada darah


yang bertugas membawa zat-zat penting, seperti hormon, protein,
dan faktor pembekuan darah.
b. Sel darah merah (eritosit), sebagai pembawa oksigen dan karbon
dioksida.
c. Sel darah putih (leukosit), membantu mempertahankan tubuh dari
infeksi virus, kuman, jamur, dan parasit.
d. Keping darah (trombosit), dibutuhkan tubuh untuk membantu
proses pembekuan darah.

3. Mekanisme Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem peredaran darah manusia dapat terbagi menjadi tiga, yakni sirkulasi
sistemik, sirkulasi pulmonal, dan sirkulasi koroner. Ketiga sirkulasi ini
saling bekerja sama untuk memastikan kelangsungan hidup manusia.

a. Sirkulasi Sistemik

Sirkulasi sistemik merupakan sirlukasi darah yang mencakup seluruh


tubuh. Sirkulasi ini berlangsung ketika darah yang mengandung oksigen
mengisi serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis, usai melakukan
pelepasan karbon dioksida di paru-paru. Kemudian, darah yang sudah
berada di serambi kiri diteruskan ke bilik kiri, untuk selanjutnya
disalurkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah utama (aorta).
Darah yang dipompa melewati aorta akan terus mengalir hingga ke
bagian paling tepi di seluruh area tubuh. Setelah menyalurkan berbagai
zat yang dibawanya ke sel-sel tubuh, darah akan mengalir kembali
menuju serambi kanan jantung untuk mengalami proses pembersihan
darah.

b. Sirkulasi Pulmonal

Sirkulasi pulmonal (paru), ini merupakan sirkulasi darah dari jantung


menuju paru-paru, dan sebaliknya. Sirkulasi ini berlangsung saat darah
yang mengandung karbon dioksida dari sisa metabolisme tubuh
12

kembali ke jantung melalui pembuluh vena besar (vena cava). Lalu,


memasuki serambi kanan dan diteruskan ke bilik kanan jantung.
Selanjutnya, darah yang sudah berada di bilik kanan akan dialirkan ke
paru-paru melalui arteri pulmonalis, untuk melakukan pertukaran gas
karbon dioksida dengan oksigen. Setelah itu, darah bersih yang kaya
oksigen akan memasuki serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis.

c. Sirkulasi Koroner

Sama seperti organ tubuh lain, jantung juga membutuhkan asupan


oksigen dan nutrisi supaya dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Darah yang menutrisi jantung akan dialirkan melalui arteri koroner ke
otot-otot jantung. Maka dari itu, sumbatan pada arteri koroner bisa
mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke otot jantung, sehingga
meningkatkan risiko terkena serangan jantung.

Gambar 2.3 Peredaran Darah pada Manusia

Sumber : https://www.softilmu.com/2014/11/sistem-peredaran-darah-
manusia.html
13

4. Macam-macam Peredaran Darah Manusia

Peredaran darah manusia termasuk peredaran darah tertutup, artinya


peredaran darah selalu beredar di dalam pembuluh darah. Peredaran darah
manusia adalah peredaran darah ganda, karena darah melewati jantung dua
kali yang terdiri dari :

a. Peredaran darah besar


Peredaran darah besar adalah peredaran darah yang mengalirkan darah
yang kaya oksigen dari ventrikel kiri yang diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan karbondioksida di jaringan
tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena
menuju atrium kanan.

Peredaran darah besar : Ventrikel kiri → Aorta → Pembuluh arteri →


Pembuluh kapiler → Pembuluh vena → Atrium kanan.

b. Peredaran darah kecil


Peredaran darah kecil adalah peredaran darah yang mengalirkan darah
dari jantung ke paru paru dan kembali ke jantung. Darah yang kaya
karbondioksida dari ventrikel kanan dialirkan ke paru paru melalui
arteri pulmonalis, di alveolus paru paru darah tersebut bertukar dengan
darah yang kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke
atrium kiri jantung melalui vena pulmonalis.

Peredaran darah kecil : Ventrikel kanan → Paru paru → Atrium kiri.

5. Patofisiologi pada Gagal Jantung


Ketika jantung mulai gagal, mekanisme diaktifkan untuk mengkompensasi
kerusakan fungsi dan mempertahankan curah jantung. Mekanisme
kompensasi utama adalah mekanisme Frank-Starling, respon
neuroendokrin termasuk sktivasi sistem saraf simpatis dan RAAS, dan
hipertrofi miokardium.

Penurunan curah jantung pada awalnya menstimulasi baroreseptor aorta,


yang pada gilirannya menstimulasi sistem saraf simpatis (SNS). Stimulasi
14

SNS menghasilkan respons jantung dan vaskular lewat pelepasan


norepinefrin. Norepinefrin meningkatkan frekuensi jantung dan
kontraktilitas dengan menstimulasi reseptor beta jantung. Curah jantung
membaik saat frekuensi jantung dan volume sekuncup meningkat.
Norepinefrin juga menyebabkan vasokontriksi arteri dan vena, meningkat
aliran balik vena ke jantung. Peningkatan aliran balik vena maningkatkan
pengisian ventrikel dan peregangan miokardium, meningkatkan tenaga
kontraksi (mekanisme Frank-Starling). Peregangan berlebihan serabut otot
yang melebihi batasan fisiologisnya menghasilkan kontraksi yang tidak
efektif.

Aliran darah direstribusikan ke otak dan jantung untuk mempertahankan


perfusi ke organ vital ini. Penurunan perfusi ginjal menyebabkan renin
dilepaskan dari ginjal. Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron
menghasilkan vasokontriksi tambahan dan menstimulasi korteks adrenal
untuk menghasilkan aldosteron (RAAS) dan hipofisis posterior untuk
melepaskan hormon antidiuretik (ADH). Aldosteron menstimulasi
reabsorpsi antrium pada tubulu ginjal, meningkatkan retensi air. ADH
bekerja di tubulus ginjal untuk menghambat eksresi air dan menyebabkan
vasokontriksi. Efek hormon ini adalah vasokontriksi signifikan dan retensi
garam dan air, dengan hasil peningkatan volume vaskular. Peningkatan
pengisian ventrikel meningkatkan tenaga kontriksi, yang memperbaiki
curah jantung. Peningkatan volume vaskular dan aliran balik vena juga
meningkatkan tenaga atrium, menstimulasi pelepasan hormon tambahan,
faktor natriuretik atrium (atrial natriuretic factor, ANF) atau atriopeptin.
Faktor natriuretik atrium menyeimbangkan efek hormon lain hingga
derajat tertentu, meningkatkan eksresi natrium dan air dan menghambat
pelepasan norepinefrin, renin, dan ADH. Hormon ini dianggap sebagai
cara pencegahan alamiah yang menghambat dekompensasi jantung berat.

Remodeling vaskular terjadi saat ruang jantung dan miokardium


beradaptasi dengan volume cairan dan tekanan meningkat. Ruang tersebut
berdilatasi untuk mengakomodasi kelebihan cairan yang dihasilkan oleh
peningkatan volume cairan dan pengisian yang tidak komplet. Pada
15

awalnya, regangan tambahan ini menyebabkan kontraksi yang lebih


efektif. Hipertrofi ventrikel terjadi saat sel serabut otot jantung yang ada
membesar, meningkatkan elemen kontraktilnya (aktin dan miosin) dan
memaksa kontraksi.

Meskipun respons ini dapat membantu dalam pengaturan jangka pendek


curah jantung, kini dikenali bahwa respons ini mempercepat perburukan
fungsi jantung. Awitan gagal jantung ditandai dengan dekompensasi,
hilangkan kompensasi yang efektif. Gagal jantung memburuk akibat
mekanisme berlebihan yang pada awalnya mempertahankan stabilitas
sirkulasi.

Frekuensi jantung yang cepat memperpendek waktu pengisian diastolik,


mengganggu perfusi arteri koroner, dan meningkatkan kebutuhan oksigen
miokardium. Iskemia yang terjadi lebih lanjut mengganggu curah jantung.
Reseptor-beta di jantung menjadi kurang sensitif terhadap stimulasi SNS,
menurunkan frekuensi jantung dan kontraktilitas. Ketika reseptor-beta
menjadi kurang sensitif, cadangan norepinefrin dalam otot jantung menjadi
berkurang. Sebaliknya, reseptor-alfa dalam pembuluh darah perifer
menjadi sangat sensitif terhadap stimulasi persistem, meningkatkan
vasokontriksi dan meningkatkan afterload dan kerja jantung.

Pada awalnya, hipertrofi dan dilatasi ventrikel meningkatkan curah


jantung, tetapi distensi kronik menyebabkan dinding ventrikel akhirnya
menipis dan memburuk. Dengan demikian tujuan hipertrofi terkalahkan.
Selain itu, kelebihan beban kronik pada ventrikel yang berdilatasi akhirnya
meregangkan serabut melebihi titik optimal untuk kontraksi efektif.
Ventrikel terus berdilatasi untuk mengakomodasi kelebihan cairan, tetapi
jantung kehilangan kemampuan untuk berkontraksi secara kuat. Otot
jantung akhirnya dapat menjadi sangat lebar sehingga suplai darah koroner
menjadi tidak adekuat, menyebabkan iskemia

Distensi kronik menghabiskan cadangan ANF atrium. Efek norepinefrin,


renin, dan ADH muncul dan jalur renin-angiotensin terus menerus
distimulasi. Mekanisme ini akhirnya meningkatkan tekanan hemodinamik
16

pada jantung dengan meningkatkan preload maupun afterload. Ketika


fungsi jantung menurun, sedikit darah dikirimkan ke jaringan dan ke
jantung itu sendiri. Iskmia dan nekrosis miokardium lebih lanjut
melemahkan jantung yang sudah gagal dan siklus tersebut berulang.

Pada jantung normal, cadangan jantung memungkinkan jantung untuk


menyesuaikan curahnya untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, dan
meningkatkan curah jantung hingga 5 kali kadar basal selama latihan fisik.
Pasien gagal jantung mempunyai cadangan jantung minimal hingga tidak
ada. Pada saat istirahat, mereka mungkin tidak terpengaruh, namun bila
ada stresor menurunkan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi. Manifestasi intoleransi aktivitas pada saat pasien
istirahat mengindikasikan tingkat dekompensasi jantung berat.

6. Peredarah darah pada gagal jantung


Kerja pompa mekanik otot jantung mendorong darah dikirim ke sistem
pembuluh paru dan sistemik untuk reoksigenasi dan pengiriman ke
jaringan. Curah Jantung (CO) adalah jumlah darah yang dipompa dari
ventrikel dalam 1 menit. Curah jantung digunakan untuk mengkaji kinerja
jantung, khususnya fungsi ventrikel kiri. Curah jantung efektif bergantung
pada massa otot fungsional yang adekuat dan kemampuan ventrikel untuk
bekerja sama. Curah jantung secara normal diatur oleh kebutuhan oksigen
tubuh. Ketika pemakaian oksigen meningkat, curah jantung meningkat
untuk mempertahankan fungsi selular. Cadangan jantung adalah
kemampuan jantung untuk meningkatkan CO guna meningkatkan
kebutuhan metabolik. Kerusakan ventrikel mengurangi cadangan jantug.

Curah jantung adalah hasil frekuensi jantung dan volume sekuncup.


Frekuensi jantung mempengaruhi curah jantung dengan mengendalikan
jumlah kontraksi ventrikel per menit. Ini dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom, katekolamin, dan hormon tiroid. Aktivasi respons stres
menstimulasi sistem saraf simpatis, meningkatkan frekuensi dan
kontraktilitas jantung. Kenaikan frekuensi jantung meningkatkan curah
jantung. Namun, frekuensi jantung yang sangat cepat memperpendek
17

waktu pengisian ventrikel (diastol), menurunkan volume sekuncup dan


curah jantung. Di sisi lain, frekuensi jantung yang lambat menurunkan
curah jantung semata karena sikulus jantung yang lebih sedikit.

Volume sekuncup, volume darah yang dikeluarkan setiap kali denyut


jantung, ditentukan oleh preload, afterload, dan kontraktilitas miokardium.
Preload adalah volume darah ventrikel pada distol akhir. Darah dalam
ventrikel mengeluarkan tekanan ke dinding ventrikel, meregangkan
serabut otot. Semakin besar volume darah semakin besar tenaga kontraksi
ventrikel untuk mengeluarkan darah. Volume diastolik akhir bergantung
pada jumlah darah yang kembali ke ventrikel (aliran balik vena) dan daya
distensi atau kekakuan ventrikel.

Afterload adalah tenaga yang diperlukan untuk mengeluarkan darah ke


dalam sirkulasi. Tenaga ini harus cukup kuat untuk melawan tekanan arteri
dalam sistem pembuluh darah paru dan sistemik. Ventrikel kanan harus
menghasilkan tenaga cukup untuk membuka katup pulmonaris dan
mengeluarkan darah kedalam arteri pulmonaris. Ventrikel kiri
mengeluarkan darah ke dalam sirkulasi sistemik dengan melawan
resistensi arteri dibelakang katup aorta. Peningkatan resistensi vaskular
sistemik meningkatkan afterload, merusak volume sekuncup dan
meningkatkan kerja miokardium.

Kontraktilitas adalah kemampuan alamiah serabut otot jantung untuk


memendek selama sistol. Kontraktilitas diperlukan untuk melawan tekanan
arteri dan mengeluarkan darah selama sistol. Kerusakan kontraktilitas
mempengaruhi curah jantung dengan menurunkan volume sekuncup.
Freksi ejeksi adalah presentase darah dalam ventrikel yang dikeluarkan
selama sistol. Freksi ejeksi normal adalah sekitar 60%.

7. Klasifikasi Gagal Jantung


Klasifikasi gagal jantung menurut Dosen Keperawatan Medikal-Bedah
Indonesia (2017) adalah :
18

a. Gagal Jantung Kiri


Gagal jantung kiri merupakan kondisi ketika terjadi penurunan curah
jantung akibat dari kelemahan ventrikel kiri. Saat terdapat kelemahan
ventrikel kiri maka semakin banyak darah yang tersisa di akhir setiap
sistole. Sisa darah ini skan semakin bertambah pada fase diastole. Hal
ini membuat tekanan akhir sistole semakin tinggi dan dapat
menghambat aliran darah dari atrium.
b. Gagal Jantung Kanan
Gagal jantung kanan merupakan kondisi ketika ventrikel kanan tidak
mampu lagi memompa darah keluar, sehingga tekanan akhir diastole
ventrikel kanan semakin meninggi. Kondisi ini menyebabkan tekanan
di atrium kanan naik dan menghambat pengisian atrium.
c. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif merupakan kondisi ketika seseorang
mengalami gagal jantung kanan dan kiri. Kondisi yang berawal dari
gagal jantung kiri atau kanan terlebih dahulu. Namun, biasanya gagal
jantung kongestif diawali oleh gagal jantung kiri. Tanda dan gejala
yang ditimbulkannya pun meruapakan kombinasi antara gagal jantung
kanan dan kiri.

Menurut Aspiani (2017), New York Heart Association (NYHA)


membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas yaitu :

Tabel 2.1 Klasifiksi gagal jantung berdasarkan berat ringannya aktivitas.


Kelas
NYHA Batasan Karakteristik
Kelas I Tidak ada batasan; aktivitas fisik yang biasa tidak
menyebabkan dispnea napas, palpasi atau keletihan.
Kelas II Gangguan aktivitas ringan; merasa nyaman ketika
beristirahat, tetapi aktivitas biasa menimbulkan keletihan
dan palpasi.
Kelas III Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata; merasa nyaman
ketika beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dan biasa
dapat menimbulkan gejala.
Kelas IV Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apa pun tanpa merasa
19

tidak nyaman; gejala gagal jantung kongestif ditemukan


bahkan pada saat istirahat dan ketidaknyamanan semakin
bertambah ketika melakukan aktivitas apa pun.

8. Etiologi
Menurut Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia (2017). Disfungsi
otot jantung paling sering disebabkan oleh :
a. Penyakit arteri koroner. Aterosklerosis arteri koroner merupakan
penyebab utama gagal jantung. Penyakit arteri koroner ini ditemukan
pada lebih dari 60% pasien gagal jantung.
b. Iskemia/infark miokard. Iskemia menyebabkan disfungsi miokardial
akibat hipoksia dan asidosis akibat akumulasi asam laktat. Sedangkan
infark miokard menyebabkan nekrosis atau kematian sel otot jantung.
Hal ini menyebabkan otot jantung kehilangan kontraktilitasnya
sehingga menurunkan daya pemompaan jantung. Luasnya daerah infark
berhubungan langsung dengan berat ringannya gagal jantung.
c. Kardiomipati. Merupakan penyakit pada otot jantung dan dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu dilatasi, hipertrofi, dan restriktif.
d. Hipertensi. Hipertensi sistemik maupun pulmonar meningkatkan
afterload (tahanan terhadap ejeksi jantung). Kondisi ini dapat
meningkatkan beban jantung dan memicu terjadinya hipertrofi tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas sehingga dapat melewati
tingginya afterload, namun hal tersebut justru mengganggu saat
pengisian ventrikel selama diastole. Akibatnya, curah jantung semakin
turun dan menyebabkan gagal jantung.
e. Penyakit katup jantung. Katup jantung berfungsi untuk memastikan
bahwa darah mengalir dalam satu arah dan mencegah terjadinya aliran
balik. Disfungsi katup jantung membuat aliran darah ke arah depan
terhambat, meningkatnya tekanan dalam ruang jantung, dan
meningkatnya beban jantung. Beberapa kondisi tersebut memicu
terjadinya gagal jantung diastolik.
20

Menurut Asikin, Nuralamsyah & Susaldi (2016) penyebab gagal


jantung berdasarkan jenisnya, yaitu :

Tabel 2.2 Penyebab gagal jantung berdasarkan jenisnya.


Jenis Gagal Jantung Penyebab
Gagal Jantung Gagal jantung -
Diabetes melitus
sistolik -
Hipertensi
Kiri
-
Penyakit katup jantung
-
Aritmia
-
Infeksi dan inflamasi
(miokarditis)
- Kardiomiopati
peripartum/idiopatik
- Penyakit jantung koroner
(PJK)
- Penyakit jantung kongenital
- Kelainan endokrin, kondisi
neuromuskular, dan penyakit
reumatologi
Gagal jantung - Penyakit jantung koroner
diastolik (PJK)
- Diabetes melitus
- Hipertensi
- Penyakit katup jantung
(stenosis aorta)
- Kardiomiopati
restriktif/hipertrofi
- Perikarditis konstriktif
Gagal Jantung Kanan - Gagal ventrikel kiri
- Penyakit jantung koroner
- Hipertensi pulmonal
- Stenosis katup pulmonalis
- Emboli paru
- Penyakit jantung kronis
- Penyakit neuromuskular
Sumber : M. Asikin, M. Nuralamsyah, Susaldi (2016).

Tabel 2.3 Penyebab gagal jantung berdasarkan kelainannya.


Penyebab gagal jantung Deskripsi
Kelainan mekanik Peningkatan beban tekanan :
- Sentral (stenosis aorta, dan lain-
lain)
- Perifer (hipertensi sistemik, dan
lain-lain)
21

Peningkatan beban volume


(regurgitasi katup, pirau, peningkatan
beban awal, dan lain-lain)
Obstruksi terhadap pengisian ventrikel
(stenosis mitral atau trikuspid)
Tamponade perikardium
Pembatasan miokardium atau
endokardium
Aneurisma ventrikel
Disnergi ventrikel
Kelainan miokardium Primer
- Kardiomiopati
- Miokarditis
- Kelainan metabolik
- Toksisitas (alkohol dan kobalt)
- Presbikardia
Kelainan disdinamik sekunder (akibat
kelainan mekanik)

- Deprivasi oksigen (penyakit jantung


koroner)
- Kelainan metabolik
- Peradangan
- Penyakit sistemik
- Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
Perubahan irama jantung atau - Terjadi fibrilasi
urutan hantaran. - Takikardia atau bradikardia ekstrem
- Arus listrik yang tidak sinkron
(gangguan konduksi)

Sumber : M. Asikin, M. Nuralamsyah, Susaldi (2016).

9. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham maslow dalam
teori hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima
kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri
dan aktualisasi diri (Hidayat, 2009).
22

a. Konsep dasar manusia


Menurut Hidayat (2009) Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang
dikemukakan Abraham Maslow dapat dikembangkan untuk
menjelaskan kebutuhan dasar manusia yaitu :
1) Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar dan
memiliki prioritas tertinggi dalam kebutuhan Maslow. Kebutuhan
fisiologis merupakan hal yang mutlak harus terpenuhi oleh manusia
untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut terdiri dari pemenuhan
oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi
(makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan
suhu tubuh, dan kebutuhan seksual.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi
perlindungan fisik dan perlindungan psikologis
a) Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh atu hidup. Ancaman tersebut dapat berupa
penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.
b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang
dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena
merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan
orang lain.
3) Kebutuhan rasa cinta serta memiliki dan dimiliki, antara lain
memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan
keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan
sebaginya.
4) Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang
lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan
diri. Selain iti, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5) Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang
lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
23

Pemenuhan kebutuhan dasar manusia, bagi penderita Gagal


Jantung (CHF) akan mengalami perubahan dan gangguan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu :
1) Oksigenasi
Pada gagal jantung kiri, darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri
mengalami hambatan, sehingga atrium kiri dilatasi dan
hipertrofi. Aliran darah dari paru ke atrium kiri terbedung.
Akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis, kapiler paru dan
arteri pulmonalis meninggi. Bendungan terjadi juga di paru
yang akan mengakibatkan edema paru, sesak waktu bekerja
atau waktu istirahat.
2) Cairan
Penurunan curah jantung mengaktifkan mekanisme yang
menyebabkan peningkatan retensi garam dan air. Sehingga
menyebabkan kenaikan berat badan dan meningkatkan tekanan
lebih lanjut dalam kapiler yang menyebabkan edema.
3) Nutrisi
Penimbunan darah di hepatika menyebabkan hepatomegali dan
kemudian menyebabkan terjadinya asites. Kongesti pada
pembuluh saluran pencernaan menyebabkan anoreksia dan
mual.
4) Pola aktivitas
Penurunan suplai oksigen ke jaringan dapat menimbulkan
kelemahan, sehingga aktivitas sehari-hari tidak terpenuhi,
termasuk dalam memenuhi aktivitas perawatan diri.
5) Istirahat dan tidur
Pasien dapat mengalami ortopnea (sulit bernapas saat berbaring
terlentang), yang membutuhkan pemakaian dua atau tiga bantal
atau sandaran bila tidur. Dan terdapat kerusakan pada
penukaran gas yang dapat merangsang Retikulo Activity
Sistem (RAS) sehingga penderita akan selalu terjaga.
24

6) Eliminasi
Gejala seperti penurunan berkemih, nokturia, dan diare atau
konstipasi. Contohnya nokturia, berkemih lebih dari satu kali
pada malam hari, terjadi saat cairan edema dari jaringan yang
tergantung direabsorpsi saat pasien telentang.
7) Gangguan kebutuhan rasa aman
Timbul perasaan cemas akan penyakit yang diderita dan
ancaman kematian. Adanya rasa nyeri kuadran kanan atas pada
abdomen dapat terjadi akibat pembesaran hati mengakibatkan
terjadinya gangguan rasa nyaman.
8) Gangguan pemenuhan kebutuhan harga diri
Perasaan tidak berharga karena tidak bisa melakukan peran dan
fungsinya akibat adanya sakit.

10. Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis gagal jantung harus dipertimbangkan terhadap derajat
latihan fisik yang dapat menyebabkan timbulnya gejala. Pada awalnya,
secara khas gejala hanya muncul saat melakukan aktivitas fisik. Namun,
semakin berat kondisi gagal jantung, semakin menurun toleransi terhadap
latihan, dan gejala muncul lebih awal dengan aktivitas yang lebih ringan.
(Asikin, Nuralamsyah, &Susaldi. 2016).

Menurut Ardiansyah (2012) menyebutkan tanda dan gejala sebagai


berikut :
1) Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas.
2) Ortopnea, yakni kesulitan bernafas saat penderita berbaring.
3) Paroximal, yakni noktura dispnea. Gejala ini biasnya terjadi setelah
pasien duduk lama dengan posisi kaki dan tangan dibawah atau
setelah pergi berbaring ke tempat tidur.
4) Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan
dahak/lendir (sputum) berbusa dalam jumlah banyak, kadang disertai
darah dalam jumlah banyak.
25

5) Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang
kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen
yang normal, disamping menurunnya pembuangan sisa katabolisme.
6) Kegelisahan akibat gangguan oksigenisasi jaringan, stres akibat
munculnya rasa sesak saat bernafas dan karena si penderita
mengetahui bahwa jantngnya tidak berfungsi dengan baik.
7) Disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan dengan tanda
dan gejala sebagai berikut :
a) Edema ekstremitas bawah.
b) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas batas
abdomen.
c) Anoreksia dan mual, yang terjadi akibat pembesaran vena dan
status vena dalam rongga abdomen.
d) Rasa ingin kencing pada malam hari, yang terjadi karena perfusi
renal dan didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
e) Badan lemah, yang di akibatkan oleh menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.

Menurut Aspiani (2017) tanda dan gejalanya sebagai berikut :


1) Gagal Jantung Kiri
Keluhan berupa perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar,
sesak nafas, batuk, anoreksia, dan keringat dingin, batuk dan/atau
batuk berdarah, fungsi ginjal menurun. Tanda dan gejala kegagalan
ventrikel kiri:
a) Kongesti vaskuler pulmonal atau terjadinya bendungan darah
pada jantung dan patu.
b) Dispnea, nyeri dada dan syok.
Dispnea adalah istilah kedokteran untuk kondisi sesak, sesak
napas diartikan sebagai kondisi dimana dibutuhkan usaha
berlebih untuk bernapas dan aktivitas bernapas menjadi aktivitas
sadar. Syok kardiogenik adalah kondisi di mana jantung
mengalami gangguan secara mendadak, sehingga tidak mampu
26

mencukupi pasokan darah yang dibutuhkan oleh tubuh hal ini


yang menyebabkan nyeri pada dada.
c) Ortopnea, dispnea noktural paroksismal
Serangan mendadak distres pernafasan berat pada malam hari.
d) Batuk iritasi, edema pulmonal akut
Edema paru adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gejala
sulit bernapas akibat terjadinya penumpukan cairan di dalam
kantong paru-paru (alveoli).
e) Penurunan curah jantung
Penurunan curah jantung adalah ketidak adekuatan pompa darah
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
f) Gallop atrial, gallop ventrikel
Bunyi jantung IV (atrial gallop) disebabkan kontraksi atrium yang
mengalirkan darah ke ventrikel yang kompliansnya menurun.
g) Crakles paru
Crackles merefleksikan kongesti pulmonal dapat terbentuk
karena depresi fungsi miokardium.
h) Distrimia pulsus alternans
Pulsus Alternans adalah nadi yang mempunyai denyutan yang
kuat dan lemah berganti-ganti. Hal ini menandakan adanya
kerusakan pada otot jantung. Disritmia adalah suatu kelainan
ireguler dari denyut jantung yang disebabkan oleh pembentukan
impuls yang abnormal dan kelainan konduksi impuls atau
keduanya.
i) Peningkatan berat badan
j) Pernapasan chyne stokes
k) Bukti radiografi tentang kongesti vaskuler pulmonal
2) Gagal Jantung Kanan
Edema, anoreksia, mual, asites, sakit daerah perut. Tanda dan gejala
kegagalan ventrikel kanan:
a) Curah jantung rendah
b) Distensi vena jugularis
27

c) Edema
d) Disritmia
e) Suara jantung ketiga dan suara jantung keempat ventrikel kanan
f) Hipersonor pada perkusi
g) Imobilisasi diafragma rendah
h) Peningkatan diameter pada antero posterial

11. Komplikasi
Komplikasi akibat gagal jantung menurut Lemone,dkk. (2018)
menyatakan bahwa :
Mekanisme kompensasi yang dimula pada gagal jantung dapat
menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain. Hepatomegali
kongestif dan splenomegali kongestif yang disebabkan oleh
pembengkakan sistem vena porta menimbulkan peningkatan tekanan
abdomen, asites, dan masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah
kanan yang lama, fungsi hati dapat terganggu. Distensi miokardium dapat
memicu disritmia, mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura
dan masalah paru lain dapat terjadi. Komplikasi mayor gagal jantung
berat adalah syok kardiogenik dan edema paru akut.
1) Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel
kiri. Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada perfusi jaringan
dan penghantaran oksigen ke jaringan. Gejala ini merupakan gejala
yang khas terjadi pada kasus syok kardiogenik yang disebabkan oleh
infark miokardium akut. Gangguan ini disebabkan oleh hilangnya
40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di
seluruh ventrikel, karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
persediaan oksigen miokardium.
2) Edema paru – paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang
muncul dibagian tubuh mana saja, termasuk factor apapun yang
menyebabkan cairan interstitial paru-paru meningkat dari batas
28

negative menjadi batas positif. Penyebab kelainan paru-paru yang


paling umum adalah:
a. Gagal jantung sisi kiri (penyakit katub mitral) yang
mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler paru-paru, sehingga
membanjiri ruang intersisisal dan alveoli.
b. Kerusakan pada membrane kapiler paru-paru yang disebabkan
oleh infeksi seperti pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan
berbahaya (misalnya gas klorinatau gas sulfur dioksida), masing–
masing infeksi tersebut menyebabkan kebocoran protein plasma,
sehingga dengan cepat cairan keluar dari kapiler.

12. Penatalaksanaan dan Therapi


Penatalaksanaan gagal jantung menurut Oktavianus & Febriana (2014)
dibagi menjadi dua penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi :
1. Medis
Tindakan preventif dan pencegahan perburukan penyakit jantung tetap
merupakan bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung. Terapi
Farmakologi pada gagal jantung, yaitu sebagai berikut :
a. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilakan:
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah, peningkatan diuresis, dan mengurangi edema.
b. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu sekresi natrium dan air melalui ginjal
penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia
dan hipokalemia.
c. Terapi vasodilator
Obat-obatan fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi
tekanan terhadap penyembuhan darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas
vena sehingga tekanan pengisian ventrkel kiri dapat diturunkan.
29

2. Keperawatan
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan
pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna
perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup,
morbiditas dan prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat
didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk
menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat
memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal
jantung.
Terapi Nonfarmakologis:
a. Diit rendah garam.
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.
b. Membatasi cairan.
Mengurangi beban jantung dan menghindari kelebihan volume
cairan dalam tubuh.
e. Mengurangi berat badan .
f. Menghindari alkohol.
g. Manajemen stres.
Respon psikologi dapat mempengaruhi peningkatan kerja jantung.
h. Mengurangi aktifitas fisik.
Kelebihan aktifitas fisik mengakibatkan peningkatan kerja jantung
sehingga perlu dibatasi.

Penatalaksanaan berdasarkan kelas New York Heart Association (NYHA)


menurut kasron (2012), adalah sebagai berikut :
a. Kelas I : Non farmakologi, meliputi diit rendah garam, batasi cairan,
menurunkan berat badan, menghindari alkohol dan rokok,
aktifitas fisik manajemen stres.
b. Kelas II dan III : Terapi pengobatan, meliputi : diuretik, vasodilator,
ace inhibitor, digitalis, dopamineroik, oksigen.
c. Kelas IV : Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor, seumur hidup.
30

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, No. RM, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit
yang mendukung munculnya penyakit saat ini. Pada pasien CHF
biasanya sebelumnya pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia
miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
Dan juga memiliki riwayat penggunaan obat-obatan pada masa yang
lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi
obat diuretik, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya
efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi
yang timbul. Sering kali pasien menafsirkan suatu alergi sebagai efek
samping obat.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Aspiani (2017), riwayat kesehatan pada klien dengan gagal
jantung yaitu :
1) Menurunnya kontraktilitas miokard, MCI, kardiomiopati, gangguan
konduksi, obat seperti penyekat beta.
2) Meningkatnya beban miokard, penyakit katup jantung, anemia,
hipertermia.
Keluhannya :
1) sesak saat bekerja, dispnea noktural proksismal, ortopnea.
2) Lelah, pusing.
3) Nyeri dada.
4) Bengkak pada kaki.
5) Nafsu makan menurun, nausea, distensi abdomen.
6) Urine menurun.
31

Biasanya pasien CHF mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat


beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dispnea pada saat beraktivitas
(Wijaya & Yessi, 2013).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia
produktif, dan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada
keturunannya (Muttaqin, 2012).
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dinilai mulai dari head to toe adalah :
1) Keadaan umum
Kesadaran pasien dengan CHF biasanya baik atau composmentis
(GCS 14-15) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi
sistem saraf pusat.
2) Mata
a) Kunjungtiva biasanya anemis, sklera biasanya an-ikterik
b) Palpebra biasanya bengkak
3) Hidung
Biasanya bernafas dengan cuping hidung serta hidung sianosis
4) Mulut
Bibir biasanya terlihat pucat
5) Wajah
Wajah terlihat lelah dan pucat
6) Leher
Terjadi pembengkakan pada vena jugularis (JVP)
7) Sistem pernafasan
a) Dispnea saat beraktivitas atau tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal.
b) Batuk dengan atau tanpa sputum.
c) Penggunaan bantuan pernafasan, misal oksigenasi atau medikasi.
d) Pernafasan takipnea, nafas dangkal, penggunaan otot aksesori.
e) Sputum mungkin becampur darah, merah muda/berbuih
32

f) Edema pulmonal
g) Bunyi nafas : adanya krakels banner dan mengi (Wijaya & Yessi,
2013).
8) Jantung
a) Adanya jaringan parut pada dada.
b) Bunyi jantung tambahan (ditemukan jika penyebab CHF kelainan
Katup)
c) Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertrofi jantung (Kardiomegali)
d) Adanya bunyi jantung S3 atau S4.
e) Takikardia
9) Abdomen
a) Adanya pembesaran hati (hepatomegali)
b) Adanya pembesaran kelenjar limpa (splenomegali)
c) Adanya penumpukan cairan di rongga perut (asites)
10) Eliminasi
a) penurunan frekuensi kemih
b) urine berwarna gelap
c) nokturia (berkemih pada malam hari)
d) diare/konstipasi
11) Ekstremitas
a) terdapat edema dan CRT kembali > 2 detik
b) adanya edema
c) sianosis perifer (Smeltzer & Bare, 2013).

Menurut Aspiani (2017) pemeriksaan fisik pada gagal jantung meliputi


:
1) Inspeksi :
a) Respirasi meningkat, dispnea
b) Batuk kering, sputum pekat, bercampur darah.
c) Vena leher, dengan JVP meningkat.
d) Kulit bersisik, pucat
e) Edema kaki, skrotum.
33

f) Asites abdomen.
2) Palpasi :
a) Jantung, PMI bergeser ke kiri, inferior karena dilatasi atau
hipertrofi ventrikel.
b) Pulsasi perifer menurun.
c) Hati teraba.
d) Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta sistemik
meningkat
e) Edema menyebabkan piting.
3) Auskultasi :
a) Suara paru menurun,
b) Suara jantung dengan S1, S2 menurun. Kontraksi miokard
menurun. S3 meningkat, volume sisa meningkat, murmur
terkadang juga terjadi.
4) Pemeriksaan fisik pada sistem tubuh
c) Aktivitas dan istirahat
- Adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat
- Sakit dada, dispnea pada saat istirahat atau saat beraktivitas
d) Sirkulasi
- Riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung,
endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, asites,
takikardia.
- Disritmia, fibrilasi atrial (AF), kontraksi ventrikel prematur.
- Bunyi S3 gallop, adanya sistolik atau diastolik, murmur,
peningkatan JVP.
- Adanya nyeri dada, sianosis, pucat, ronchi, hepatomegali.
e) Status mental
- Cemas, ketakutan, gelisah, marah, peka.
- Stres berhubungan dengan penyakitnya, sosial, finansial.
f) Eliminasi
- Penurunan volume urine, urine yang pekat.
- Nokturia, diare dan konstipasi.
34

g) Makanan dan cairan


- Hilang nafsu makan, mual dan muntah.
- Edema di ektremitas bawah, asites.
h) Neurologi
- Pusing, pingsan, kesakitan.
- Letarg, bingung, disorientasi, peka.
i) Rasa nyaman
- Sakit dada, kronik/akut angina.
j) Respirasi
- Dispnea pada waktu aktivitas, takipnea.
- Tidur dan duduk, riwayat penyakit paru.
k) Rasa aman
- Perubahan status mental
- Gangguan pada kulit.
l) Interaksi sosial
- Aktivitas sosial berkurang.

f) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Dosen keperawatan Medikal-Bedah (2017) adalah :
1) Laboratorium; Immunoassay peptida natriuretik tipe B meningkat.
2) Pencitraan; Foto thoraks menunjukkan peningkatan tanda vaskular
pulmoner, edema interstisial, atau efusi pleura dan kardiomegali.
3) Prosedur diagnostik; - Elektrokardiografi memperlihatkan
regangan atau pembesaran atau iskemia jantung. Pemeriksaan ini
juga dapat memperlihatkan pembesaran atrium, takikardia,
ekstrasistole, atau fibrilasi atrial (AF). – Pemantauan tekanan arteri
pulmonal biasanya menunjukkan peningkatan arteri pulmonal dan
tekanan baju arteri pulmoner, tekanan akhir diastole ventrikel kiri
pada gagal jantung kiri, dan peningkatan atrium kanan atau vena
sentral pada gagal jantung kanan.

Menurut Udjianti, Wajan J (2010) studi diagnostik chf adalah :


1) Hitung sel darah lengkap : anemia berat atau anemia gravis
35

2) Hitung sel darah putih : Leukositosis atau keadaan infeksi lain


3) Analisa Gas Darah (AGD) : menilai derajat gangguan
keseimbangan asam basa baik metabolik maupun respiratorik
4) Fraksi lemak : peningkatan kadar kolesterol, trigeliserida, LDL
yang merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5) Serum katekolamin : Pemeriksaan untuk mengesampingkan
penyakit adrenal
6) Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut
7) Tes fungsi ginjal dan hati : menilai efek yang terjadi akibat CHF
terhadap fungsi hepar atau ginjal
8) Tiroid : menilai peningkatan aktivitas tiroid
9) Echocardiogram : menilai senosis/inkompetensi, pembesaran
ruang jantung, hipertropi ventrikel
10) Cardiac scan : menilai underperfusion otot jantung, yang
menunjang penurunan kemampuan kontraksi
11) Rontgen toraks : untuk menilai pembesaran jantung dan edema
paru
12) Katerisasi jantung : menilai fraksi ejeksi ventrikel
13) EKG : menilai hipertropi atrium/ventrikel, iskemia, infark, dan
disritmia

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gagal
jantung (CHF) menurut Black & Hawks (2014) adalah :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gagal jantung atau
disritmia atau keduanya ditandai dengan takikardia, aritmia,
penurunan nadi perifer, ortopnea, oliguria, suara jantung S3 atau S4.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan filtrasi
glomerulus, penurunan curah jantung, peningkatan produksi hormon
antidiuretik (ADH) dan aldosteron serta retensi air serta natrium
ditandai dengan oliguria, edema, penambahan berat badan dalam
periode waktu yang singkat, kongesti pulmonal, suara napas
tambahan.
36

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cairan di alveoli


ditandai dengan perubahan membran alveolar-kapiler.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
curah jantung.
5. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah
jantung ditandai dengan frekuensi jantung atau tekanan darah tidak
normal sebagai respons terhadap aktivitas, perubahan EKG yang
menunjukkan aritmia atau iskemia.
6. Risiko integritas kulit berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan
dan aktivitas ditandai dengan gangguan sirkulasi.
7. Risiko kecemasan berhubungan dengan penurunan curah jantung,
hipoksia, diagnosis gagal jantung, dan ketakutan terhadap kematian
dan cacat ditandai dengan sikap ketakutan, kecemasan, peningkatan
ketegangan, kegelisahan, fokus pada diri sendiri dan khawatir.
37

3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Kepeawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx
1. 1. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Kaji tekanan darah untuk 1. Hipotensi dapat mengindikasikan penurunan
jantung berhubungan tindaka keperawatan mengetahui hipotensi atau curah jantung dan dapat menyebabkan
penurunan perfusi arteri koroner. Hipertensi
dengan gagal kepada ... selama ... hipertensi dan laju
dapat disebabkan vasokontriksi kronis dan
jantung ataudisritmia diharapkan efektivitas pernapasan untuk dapat mengindikasikan ketakutan atau
ataukeduanya. pompa jantung dengan takipnea. kecemasan dan peningkatan laju pernapasan
dapat mengindikasikan keletihan atau
KH :
peningkatan kongesti pulmonal.
klien akan mengalami
peningkatan curah
jantung yang
dibuktikan dengan
irama jantung reguler,
denyut jantung,
tekanan darah,
pernapasan, dan
keluaran urine
2. Kaji denyut jantung dan 2. Takikardia dapat meningkatkan kebutuhan
iramanya, amati adanya oksigen dan miokardium dan dapat menjadi
suatu mekanisme kompensasi terkait dengan
takikardia. Secara kantinu,
penurunan keluaran jantung (peningkatan
amati adanya disritmia. denyut jantung untuk kompensasi penurunan
38

volume sekuncup). Pembesaran ventrikel


menurunkan konduksi impuls jantung dan
dapat menyebabkan disritmia. Disritmia
selanjutkan akan melemahkan curah jantung
dengan mengurangi waktu pengisian ventrikel
dan kontraktilitas miokardial dan dengan
meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium.
3. Dokumentasi irama 3. Disritmia yang sering meliputi kontraksi
jantung dan jika terjadi prematur atrium, kontraksi prematur ventrikel,
disritmia. Ukur dan catat dan takikardia paroksimal atrial. Perubahan
denyut jantung, tiap strip pada segmen ST dapat mengindikasikan
interval QRS, PR, dan iskemia miokardium, yang dapat terjadi karena
QT dan segmen ST dan penurunan perfusi arteri koroner.
catat adakah deviasi dari
kondisi semula.
4. Laporkan disritmia 4. Disritmia dapat mengurangi curah jantung.
kepada dokter, atau ikuti Perhatian tambahan harus diberikan pada
protokol untuk tindakan disritmia ventrikular karena dapat
emergensi meningkatkan kemungkinan kematian
mendadak.
5. Monitor hail laboratorium 5.Nilai laboratorium ini dapat mengindikasikan
untuk mengetahui nilai infark miokardium, gagal jantung berat, gagal
isoenzim, peptida atrial, ginjal, atau gagal hati. Penyakit tiroid dapat
CK, LDH, AST, BUN, mencetuskan gagal jantung.
kreatinin, uji fungsi hati,
pemeriksaan darah
lengkap, elektrolit,
glukosa, fungsi tiroid,
39

profil lipid.
6. Auskultasi denyut 6. waktu pengisian yang terlambat, ejeksi yang
jantungdan amatiadakah tidak sempurna dan perubahan struktural di
suara jantung seperti dalam jantung dapat dan kelebihan cairan
murmur, S3 atau S4. dapat menyebabkan suara jantung abnormal
yang terdeteksi pada auskultasi. S3 dapat
mengindikasikan ventrikel yang nonkomplian
atau kaku, dan S4 dapat mengindikasikan
ventrikel yang mengalami distensi berlebihan
lemah.
7.Monitor suara paru untuk 7. peningkatan tekanan intraventrikular
mngetahui suara ronchi ditransmisikan kembali ke sirkulasi pulmonal,
dan amati adanya batuk. meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler
pulmonal dan melebihi tekanan onkotik cairan
yang bergerak di dalam septum interalveolar;
yang ditandai dengan hasil auskultasi
menunjukkan ronchi, peningkatan napas
pendek dan produksi psutum. Hal ini
mengindikasikan penurunan lanjut curah
jantung dan kemungkinan terjadinya edema
paru. Batuk dapat diakibatkan peningkatan
cairan di paru atau akibat obat inhibitor ACE.
8. Monitor asupan dan 8. Jika asupan lebih banyak dari keluaran, klien
keluaran dan analisa berisiko mengalami kelebihan cairan dan tidak
temuan dan jika mengekskresikan cairan karena dekompensasi
diperlukan. Amati warna jantung. Urine gelap dan pekat dan oliguria
dan jumlah urine jika menunjukkan penurunan perfusi ginjal.
perlu. Diuresis diharapkan terjadi pada klien yang
mendapatkan terapi diuretik.
40

9. Kaji perubahan status 9. Perubahan status mental dapat


mental. mengindikasikan penurunan perfusi serebri
atau hipoksia.
10. Kaji pulsasi perifer dan 10. Penurunan kekuatan denyut perifer sering
amati kekuatan kualitas ditemukan pada klien dengan penurunan
nadi, dan adanya pulsus curah jantung dan penurunan lanjutan pada
alternans. denyut nadi dari angka awal dapat
menunjukkan adanya gagal jantung yang
lebih parah. Pulsus alternans dapat dideteksi
dan mengindikasikan gagal jantung berat.
11. Berikan obat yang telah 11. Obat yang diresepkan digunakan untuk
diresepkan dan evaluasi meningkatkan respons kontraktilitas dan
respons klien terhadap menurunkan preload atau afterload dan
efek yang diinginkan efeknya harus dievaluasi. Kadar terapentik
(sebutkan). dan efek samping harus dimonitor.
2. Kelebihan volume Setelah dilakukan 1. Monitor asupan dan 1. Keseimbangan asupab dan keluaran
cairan b.d penurunan tindaka keperawatan keluaran (lebih atau mencerminkan status cairan (bergantung pada
filtrasi glomerulus, kepada ... selama ... kurang). status klien).
penurunan curah diharapkan
jantung, peningkatan keseimbangan cairan
produksi hormon dengan KH :
antidiuretik (ADH) dan - Klien akan
aldosteron serta retensi menunjukkan
air serta natrium. keseimbangan cairan
yang adekuat yang
dibuktikan dengan
keluaran yang
seimbang atau lebih
banyak dari asupan,
41

suara pernapasan yang


jernih, dan edema
yang berkurang.
2. Timbang berat badan 2. Berat badan adalah indikator sensitif dan
klien setiap hari dan peningkatan berat badan mengindikasikan
bandingkan dengan berat kelebihan volume cairan.
badan sebelumnya.
3. Auskultasi suara napas 3. Jika tekan hidrostatik kapiler pulmonal
tiap 2 jam dan jika perlu, melebihi tekanan onkotik, cairan bergerak di
amati adanya ronchi dan dalam septum interalveolar dan ditandai
monitor produksi dengan suara ronchi pada auskultasi. Septum
sputum berbusa. berbusa, berwarna merah muda merupakan
suatu indikator klien mengalami edema paru.
4. Kaji adanya edema 4. Gagal jantung menyebabkan kongesti vena,
perifer, jangan yang mengakibatkan peningkatan tekanan
mengangkat tungkai jika kapiler. Jika tekanan hidrostatik melebihi
klien sesak napas. tekanan interstisial, cairan akan bocor keluar
kapiler dan muncul sebagai edema di tungkai,
sakrum, dan skrotum. Pengangkatan tungkai
meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
5. Kaji distensi vena 5. Peningkatan volume pada vena cava terjadi
jugularis, hepatomegali, akibat pengosongan atrium kanan yang tidak
dan nyeri abdomen. adekuat. Kelebihan cairan ditarnsmisikan ke
vena jugularis, hati dan abdomen serta dapat
diamati sebagai distensi.
6. Anjurkan pembatasan 6. Penurunan tekanan darah sistemik dapat
cairan dan/atau diet menyebabkan stimulasi aldosteron yang akan
rendah natrium. menyebabkan peningkatan absorpsi natrium
42

tubulus ginjal, diet rendah natrium membantu


mencegah peningkatan retensi natrium yang
akan menurunkan retensi natrium. Pembatasan
cairan dapat digunakan untuk mengurangi
kelebihan volume.
7. Berikan terapi diuretik 7. Diuretik sering diresepkan untuk
setiap resep dan evaluasi meningkatkan diuresis cairan yang
efektivitas terapi. terakumulasi. Perawat sebaiknya menemukan
Kosongkan kantong peningkatan keluaran urine, perbaikan
kateter urine sebelum pernapasan dan penurunan berat badan setelah
pemberian diuretik lien mendapatkan terapi diuretik.
untuk mencatat volume
urine yang dikeluarkan.
3. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Auskultasi suara 1. Auskultasi menunjukkan adanya ronchi yang
gas b.d cairan di alveoli tindaka keperawatan pernapasan. mengindikasikan kongesti pulmonal.
kepada ... selama ...
diharapkan pertukaran
gas kembali normal
dengan KH :
- Klienakan
mengalami
perbaikan
pertukaran gas yang
dibuktikan denagn
penurunan dispnea,
tidak ada sianosis,
analisis gas darah
arteri yang normal
dan penurunan
43

kongesti pulmonal
pada pemeriksaan
auskultasi.
2. Berikan oksigen sesuai 2. Terapi oksigen akan memperbaiki oksigenasi
resep. Monitor kondisi dengan meningkatkan jumlah oksigen yang
mukosa nasal apakah tersedia untuk dihantarkan. Pemberian oksigen
terjadi kekeringan dan yang tidak mengalami humidifikasi dapat
cedera kulit karena mengeringkan dan mencederai mukosa hidung.
saluran oksigen. Saluran yang diletakkan kuat akan
menyebabkan ulkus akibat tekanan pada wajah
dan telinga.
3. Kaji laju pernapasan dan 3. Peningkatan laju pernapasan mengindikasikan
irama pernapasan oksigenasi yang terganggu dan penurunan laju
pernapasan dapat mengindikasikan ancaman
gagal napas.
4. Kaji sianosis. 4. Sianosis sirkumoral atau sianosis pada ujung
jari atau ujung hidung mengindikasikan
hipoksia karena kekurangan oksigen di
jaringan perifer. Sianosis adalah tanda lanjut
dari oksigenasi yang buruk.
5. Posisikan klien untuk 5. Posisi fowler dan penempatan klien pada
memfasilitasi posisi ortopnea/tegak lurus memfasilitasi
pernapasan dan amati pergerakan diafragma. Dispnea nokturna
adanya dispnea peroksismal dapat terjadi karena pada klien
nokturnal paroksimal. yang berada pada posisi berbering terlentang.
Aliran balik vena ke jantung
bertambah.Peningkatan ini akan meningkatkan
preload dan akan meningkatkan tekanan
hidrostatik kapiler pulmonal dan menyebabkan
44

edema paru
6. Monitor pulsasi/denyut 6. SaO2 yang rendah menandakan hipoksia.
oksimitri. Gerakkan
probbe untuk
meyakinkan kontak yang
baik dengan kulit atau
telinga.
7. Lakukan analisis gas 7. Analisis gas darah arterial menandakan apakah
darah. klien mengalami hipoksia, asidosis, atau
keduanya.
8. Berikan diuretik sesuai 8. Diuretik meningkatkan kehilangan cairan di
resep, dan monitor dalam alveoli dan sistemik.
efektivitasnya.
4. Keidakefektifan perfusi Setelah dilakukan 1. Amati warna dan suhu 1. Kulit yang pucat dan dingin menandakan
jaringan b.d penurunan tindaka keperawatan kulit. penurunan perfusi jaringan.
curah jantung kepada ... selama ...
diharapkan perfusi
jaringan teratasi
dengan KH :
- Klien akan
memiliki perfusi
jaringan yang
adekuat yang di
buktikan dengan
kulit yang hangat
dan kering, pulsasi
perifer dan keluaran
urine yang adekuat.
45

2. Monitor pulsasi / denyut 2. Penurunan pulsasi / denyut nadi menandakan


nadi perifer penurunan perfusi jaringan akibat
vasokonstriksi pembuluh darah
3. Berikan lingkungan 3. Lingkungan yang hangat meningkatkan
yang hangat. vasodilatasi yang akan menurunkan preload
dan meningkatkan perfusi jaringan
4. Monitor keluaran urine. 4. Penurunan perfusi ke ginjal dapat
menyebabkan oliguria.
5. Lindungi kulit dari 5. Kulit yang tidak mendapatkan perfusi yang
trauma dengan baik akan lebih lama sembuh jika mengalami
memberikan kaos kaki cedera.
katun atau bot bulu
domba.

5. Risiko intoleransi Setelah dilakukan 1. Beri jarak tindakan / 1. Periode istirahat membantu menghilangkan
activitas b.d penurunan tindaka keperawatan aktivitas keperawatan. kelelahan dan penurunan beban kerja jantung.
curah jantung kepada ... selama ...
diharapkan toleransi
aktivitas dengan KH :
- Klien akan
mengalami
peningkatan tingkat
aktivitas tanpa
dipsnea.
2. Menjadawalkan periode 2. Periode istirahat membantu menghilangkan
istirahat. kelelahan dan penurunan beban kerja jantung
3. Monitor respons klien 3. Dispnea, kakikardia, angina, diaforesis, dan
terhadap aktivitas. hipotensi semuanya menandakan aktivitas
tersebut meningkatkan kebutuhan miokardium
46

lebih banyak daripada yang di sediakan oleh


jantung. Waktu yang di perlukan untuk tanda
vital kembali ketingkat semula
mengindikasikan derajat penurunan kondisi
jantung.
4. Tingkatkan aktivitas 4. Aktivitas fisik yang meningkat secara bertahap
sesuai perintah dokter dan tepat dapat membantu kliaen mendapatkan
berdasarkan arahan kondisi jantung yang optimal dan memperbaiki
rehabilitas keperawatan. toleransi aktivitas.
5. Instruksikan klien untuk 5. Aktivitas seperti naik tangga, bekerja dengan
menghindari aktivitas lengan diatas kepala atau gerakan lengan
yang meningkatkan berkelanjutan dapat menyebabkan kelelahan
beban jantung. berlebihan dan membutuhkan curah jantung
lebih banyak daripada yang dapat di suplai
oleh tubuh.
6. Risiko gangguan Setelah dilakukan 1. Posisikan ulang klien 1. Mengubah posisi lebih sering mengurangi
integritas kulit b.d tindaka keperawatan tiap 2 jam jika klien pembentukan ulkus karena tekanan dengan
penurunan perfusi kepada ... selama ... dapat bergerak sendiri. mengurangi jumlah waktu paparan tekanan
jaringan dan aktivitas diharapkan integritas Geser dari sisi ke sisi pada daerah tertentu.
kulit baik dengan KH : tiap 2 jam jika klien
- Klien akan tidak dapat bergerak.
mengalami risiko
gangguan kulit
lebih rendah.
2. Berikan kasur atau 2. Matras dan kasus dapat meredistribusikan
matras terapeutik jika tekanan dapat mengurangi tekanan pada
klien berada di tempat sakrum jika klien duduk ditempat tidur.
tidur.
3. Kaji kulit, terutama 3. Kemerahan menandakan peningkatan tekanan
47

penonjolan tulang. Cari pda suatu daerah dan merupakan tanda


adanya kemerahan pada pertama luka pada kulit. Daerah yang berisiko
tiap sif jaga dan jika antara lain sakrum, koksik, tumit, siku, dan
diperlukan. Gunakan alat bagian belakang kepala.
pelindung jika terdapat
kemerahan pada kulit.
Inspeksi juga pada tiap
lipatan kulit pada klien
yang obes.
4. Angkat tumit dari tempat 4. Prominensia posterior pada tumit sangat
tidur jika klien berisiko mengalami cedera pada klien dengan
mengalami gerakan posisi fowler.
spontan halus pada
tungkai.
5. Bantu klien untuk 5. Klien dapat mengalami kesulitan merawat kulit
perawatan pagi hari dan mereka sendiri dan perawat harus memastikan
lumasi kulit. kulit bersih dan memiliki kelembapan yang pas
untuk mencegah kulit yang peah-pecah.
7. Risiko kecemasan b.d Setelah dilakukan 1. Berikan lingkungan 1. Lingkungan yang tenang mengurangi
penurunan curah tindaka keperawatan yang tenang. kecemasan tambahan.
jantung, hipoksia, kepada ... selama ...
dianosis gagal jantung diharapkan cemas
dan ketakutan terhadap teratasi dengan KH :
kematian dan cacat - Klien tidak akan
mengalami
manifestasi
kecemasan dan
dapat
mengekspresikan
48

kekhawatirannya.
2. Jelaskan sebelumnya 2. Dengan memberikan informasi yang lengkap,
mengenai prosedur dan klien tidak akan merasakan cemas mengenal
regimen rutin. perawatan rutin yang diberikan.
3. Berikan dukungan 3. Dengan memberikan klien dengan
emosional pada klien pendukungnya untuk mengeluarkan kecemasan
dan orang lain dan rasa takut, perawat membantu mereka
yangpenting. mengurangi kecemasan.
4. Anjurkan klien untuk 4. Dengan klien bertanya, perawat memberikan
bertanya. forum diskusi terbuka dengan klien
5. Berikam klien sistem 5. Dukungan orang tambahan seperti pemimpin
dukungan tambahan. agama, pekerja sosial, konselor, dan perawat
klinis spesialis dapat meningkatkan sistem
dukungan klien dengan mengurangi
kecemasan.
49

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan yang telah
disusun untuk mencapai tujuan yang diinginkan meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping.
Implementasi keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila
klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan. Selama tahap implementasi keperawatan, perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling
sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah hasil perkembangan berdasarkan tujuan
keperawatan yang hendak dicapai sebelumnya (Mitayani, 2010). Evaluasi
yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evalusi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang
dilaksanakan terus menerus terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi keperawatan pada studi kasus ini disesuaikan dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan prioritas.

Anda mungkin juga menyukai