Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN

MALARIA

Kelompok II

Ciska Oktavianti

Karmila Musa

Tessa Ayu Koropit

Nurafni Arsyad

Inka Usman

Nasrul Tahane

Farman Lakamutu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES

MUHAMMADIYAH MANADO

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Penderita MALARIA” dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka
maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus
penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan judul makalah ini.

Manado,22-12-2018

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar ....................................................................................................
Daftar isi ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ....................................................................................................
2. Rumusan masalah ..............................................................................................
3. Tujuan ...............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
1. definisi dengan MALARIA ..........................................................................
2. jenis-Jenis penyakit MALARIA ....................................................................
3. patofisiologi penyakit MALARIA ..................................................................
4. pathway penyakit MALARIA.........................................................................
5. etiologi MALARIA ........................................................................................
6. manifestasi klinis MALARIA ........................................................................
7. komplikasi MALARIA ...................................................................................
8. penatalaksanaan MALARIA ..........................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan ....................................................................................................
2. Saran ..............................................................................................................

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium antara
lain plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium ovale
yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang ditularkan oleh nyamuk malaia (anopheles)/,
penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua
golongan umur (dari bayi, anak-anak, sampai dewasa), apapun pekerjaannya, penyakit malaria
biasanya menyerang yang tinggal didaerah yang mempunyai banyak genangan air yang sesuai
untuk tempat perkembangbiakan nyamuk malaria seperti persawahan, pantai, perbukitan dan
pinggiran hutan (Depkes RI, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia dan penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina. Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang menular, penyakit parasit
yang hidap dalam sel darah manusia yang ditularkan melelui nyamuk malaria dari penderita
malaria kepada orang lain, penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis
kelamin.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan kepada manusia
melalui vector nyamuk anopheles. (Harijanto, 2000)

Malaria adalah suatu penyakit yang ditandai oleh rasa dingin dan badan menggigil, suhu badan
meningkat dan denyut nadi cepat (Nadesul, 1995)
Untuk itu, pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai penyakit Malaria. Dengan
mengetahui penyakit Malaria diharapkan kita semua dapat berpartisipasi dalam mencegah
timbulnya penyakit ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. definisi dengan MALARIA?
2. Sebutkan jenis-Jenis penyakit MALARIA ?
3. patofisiologi penyakit MALARIA?
4. pathway penyakit MALARIA?
5. etiologi MALARIA ?
6. manifestasi klinis MALARIA ?
7. komplikasi MALARIA?
8. penatalaksanaan MALARIA ?
9. Askep MALARIA ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit MALARIA lebih memahami
apa itu penyakit MALARIA.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Malaria merupakan penyakit akut dan kronik yang disebabkan oleh protozoa (genus
Plasmodium), yang ditandai oleh demam paroksismal yang diawali dengan kedinginan dan
menggigil kemudian berkeringat, disertai dengan lemah lesu, anemia dan
hepatosplenomegali (Soegeng Soegijanto, 2004).
2. Jenis-jenis
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya
antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum) : Malaria tropika/ falciparum malaria
tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa
inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh
Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter
1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung
parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding
kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali
lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral,
gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax,
lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai
granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk
pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti
kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax
tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala
dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang
terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal
lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria,
hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae,
skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah.
Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang
terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale
merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium
ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan
terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang
diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium
Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi
amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit
ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi
seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara
periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala
4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh,
malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang
ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.
3. Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
a. Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh
nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam
eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina.
Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles
betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan
dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan
berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang
memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit
membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit.
Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi
bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit
dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi
intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai
timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi
parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “
ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel
parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan
(proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon
masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan
“ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam
sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat
mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon
eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana
proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel
eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus
halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang
di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain
limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam
waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan
dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah,
penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan
protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium
memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia
(aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.
4. Pathway Malaria

5. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa intraseluler dari genus Plasmodium. Spesies
Plasmodium bervariasi dalam bentuk dan mempunyai siklus hidup yang kompleks. Hal ini
memungkinkan untuk dapat hidup di lingkungan sel yang berbeda, yaitu di dalam hospes
manusia (fase aseksual) dan di dalam tubuh nyamuk sebagai vektor (fase seksual).
Pada manusia Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae. Keempat spesies
Plasmodium terdapat di Indonesia, yaitu P.falciparum menyebabkan malaria tropika
(tertiana maligna), P.vivax menyebabkan malaria tertiana benigna, P,ovale menyebabkan
malaria ovale, P.malariae menyebabkan malaria kuartana. Plasmodium falciparum
merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulkan kematian. Seseorang dapat
terinfeksi lebih dari satu jenis Plasmodium, dikenal sebaga infeksi campuran (mixed
infection). Pada umunya paling banyak dijumpai yaitu campuran antara Plasmodium
falciparum atau Plasmodium malariae.
6. Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi).
Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae)
pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di
tandai dengan beberapa serangan demam periodik. Gejala umum (gejala klasik) yaitu
terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
 Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan
bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
 Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi
sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital,
muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium
sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat
sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
 Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila
penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena
timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal.
571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3
kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior.
Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan
jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat
umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah
anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang
berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum
tulang. (Mansjoer. dkk, Hal. 411).
d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah
merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
 Ikterus hemolitik : Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang
berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang
berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan.
 Ikterus hepatoseluler : Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati
terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
 Ikterus Obstruktif : Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau
melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal.
571).
7. Komplikasi
a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%)
bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara
lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan
gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<>
3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%.
Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal,
yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada
glomerulus.
c. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan.
Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang
menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult
Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

Komplikasi dari malaria bisa menyerang siapapun, termasuk ibu hamil. Jika Anda
sedang hamil dan mengalami malaria, Anda berpotensi mengalami komplikasi serius
seperti kelahiran prematur, pertumbuhan bayi di dalam kandungan terganggu, berat badan
bayi di bawah normal, keguguran, dan yang paling parah menyebabkan kematian pada sang
ibu dan bayi.

8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan malaria mempunyai daya kerja selektif atas fase-fase yang berbeda dari
siklus hidup parasit :
1. Skizontisidal darah : membunuh parasit aseksual (fase eritrositik) dalam eritrosit.
 Klorokuin ; 25 mg/kg selama 3 hari (hari I 10 mg/dl, hari II 10 mg/dl, hari III 5
mg/kg+ primakuin 1 hari), amodiakuin (=klorokuin).
 Kuinin ; meflokuin 15 mg/kg dibagi dalam 2 dosis dengan interval pemberian
12 jam.
 Pirimetamn ; pada umumnya digunakan kombinasi pirimitamin-sulfadoksin
(pirimitamin 1-1,5 mg/kg/hari sufadoksin 20-30 mg/kg/hari).
 Tetrasiklin HCl 50 mg/kg/kali ; 1 hari 4 x selama 7 hari.
 Sulfonamid
2. Skizontisidal jaringan : daya kerja terhadap parasit fase eksoeritrositik, tujuannya
mencegah relaps pada P. Vivax dan P. Oval.
 Primakuin, 0,3 mg/kg/hari selama 14 hari (maksimal 26,3 mg/hari).
 Pirimetamin
3. Gametosidal : membunuh parasit bentuk seksual
 6Pirimakuin, klorokuin
4. Sporonitisidal : menghambat pertumbuhan oocyst di dinding lambungnyamuk.
 Pirimakuin
5. Profilaksis kausal : bekerja terhadap parasit stadium di jaringan, tujuannya
mencegah timbulnya infeksi yang ada (relaps) dan manifestasi klinis.
6. Supresif atau profilaksis klinis : mencegah gejala klinis dengan cara membunuh
parasit yang masuk ke dalam sirkulasi darah, semua obat golongan skizontisidal
darah bersifat profilaksis klinis.
b. Pencegahan
1. Perorangan
 Menghindar dari gigitan nyamuk (biasanya menjelng matahari terbenam hingga
menjelang fajar ), dengan :
Ø Menggunakan kelambu atau kasa anti nyamuk
Ø Penggunaan repellent
Ø Memakai pakaian yang menutupi lengan dan kaki
b. Obat profilaksis bila memasuki daerah endemis malaria bagi para
pengunjung atau turis domestik atau mancanegara (2 minggu sebelumnya-
4 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria)
Ø Klorokuin 5 mg/kg, 1x setiap minggu
Ø Pirimetamin 0,5-0,75 mg/kg atau sulfadoksin 10-15 mg/kg, 1X setiap
minggu (untuk umur >6bulan)
 Mencegah atau membasmi tempat perindukan nyamuk.
2. Komunitas
 Meningkatkan pelayanan kesehatan .
 Penanggulangan penularan malaria secara berkesinambungan.
 Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengetahuan malaria.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Dasar data pengkajian :
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun.
b. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena
vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
d. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.
Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
e. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
f. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.
2. 11 POLA FUNGSI GORDON

Kaji pasien mengenai :

1. Arti sehat dan sakit bagi pasien

2. Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini

3. Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke pusat pelayanan


ksehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi.

4. Pemeriksaan diri sendiri : pyudara, riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah
dilakukan.

5. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan.

6. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.

A. POLA METABOLIK – NUTRISI

Kaji pasien mengenai :

1. Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan

2. Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)

3. Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan

4. Kepuasan akan berat badan.

5. Persepsi akan kebutuhan metabolic


6. Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi, mukosa
mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan

7. Data pemeriksaan fisik yng berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS)

B. POLA ELIMINASI

Kaji pasien mengenai :

1. Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia,
kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain.

2. Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain.

3. Keyakinan budaya dan kesehatan.

4. Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan diri.

5. Penggunaan bantuan untuk ekskresi.

6. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia, rektum, prostat)

C. POLA AKTIVITAS – LATIHAN

Kaji pasien mengenai :

1. Aktivitas kehidupan sehari-hari.

2. Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas.


3. Aktivitas menyenangkan.

4. Keyakinan tenatng latihan dan olahraga.

5. Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi).

6. Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan.

7. Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga).

8. Data pemeriksaan fisik (pernapasa, kardiovaskular, muskuloskeletal, neurologi)

D. POLA ISTIRAHAT – TIDUR

Kaji pasien mengenai :

1. Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual
menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur).

2. Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik).

3. Jadwal istirahat dan relaksasi.

4. Gejala gangguan pola tidur.

5. Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll).

6. Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk)


E. POLA PERSEPSI – KOGNITIF

Kaji pasien mengenai :

1. Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman, pendengar, perasa,


peraba)

2. Penggunaan alat bantu indra

3. Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif)

4. Keyaknan budaya terhadap nyeri

5. Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol dan
mengatasi nyeri

6. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)

F. POLA KONSEP DIRI – PERSEPSI DIRI

Kaji pasien mengenai :

1. Keadaan sosial : peekrjaan, situasi keluarga, kelompok sosial

2. Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki

3. Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai dan tidak)

4. Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri

5. Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)

6. Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi


7. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak mau
berinteraksi)

G. POLA HUBUNGAN – PERAN

Kaji pasien mengenai :

1. Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja

2. Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran

3. Efek terhadap status kesehatan

4. Pentingnya keluarga

5. Struktur dan dkungan keluarga

6. Proses pengambilan keputusan keluarga

7. Pola membersarkan anak

8. Hubungan dengan orang lain

9. Orang terdekat dengan klien

10. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan

H. POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS

Kaji pasien mengenai :

1. Masalah atau perhatian seksual

2. Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri

3. Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman, pelukan, sentuhan dll)
4. Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi

5. Efek terhadap kesehatan

6. Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi

7. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rektum)

I. POLA TOLERANSI TERHADAP STRESS – KOPING

Kaji pasien mengenai :

1. Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini

2. Tingkat stress yang dirasakan

3. Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress

4. Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya

5. Strategi koping yang biasa digunakan

6. Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress

7. Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga

J. POLA KEYAKINAN – NILAI

Kaji pasien mengenai :

1. Latar belakang budaya/etnik

2. Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya/etnik

3. Tujuan kehidupan bagi pasien


4. Pentingnya agama/spiritualitas

5. Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas

6. Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang dapat


mempengaruhi kesehatan

3. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang
timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan
yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh;
prosedur tindakan invasive
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung
sirkulasi kuman pada hipotalamus.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
4. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan
yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
Tindakan/ Intervensi :
 Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat
masukan makanan klien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi
makanan.
 Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat
setelah periode anoreksia.
 Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi.
 Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/
control.
 Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ.
 Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi
Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan
nutrisi.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh
(pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif.
Tindakan/ Intervensi :
1. Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan
hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status
syok/ penurunan perfusi jaringan.
2. Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi
umum.
3. Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki
selama masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan
dari organisme.
4. Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi
umum
5. Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung
sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tindakan/ intervensi :
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam
menunjukkan diagnosis.
2. Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin
menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
4. Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.
5. Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh
Tindakan/ intervensi :
1. Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.
Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen,
memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
2. Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi
dan perubahan pada tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang
menyerang darah.
3. Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.
Rasional : Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung, nadi
dapat lemah atau lambat karena hipotensi yang terus menerus, penurunan curah
jantung dan vaso kontriksi perifer.
4. Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.
Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek
langsung dari kuman pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila
terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.
5. Berikan cairan parenteral.
Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan
mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.

5. IMPLEMENTASI
1.
a. Melakukan pemberian makanan yang disukai oleh pasien

b. Mengukur TTV

TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

2.
a. Mengukur TTV

TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

b. Memberikan obat sesuai terapi


c. Mengukur TTV

TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

d. Memberikan kompres mandi hangat


e. Mengatur posisi pasien dengan nyaman(tirah baring)
Mengukur TTV

TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

Respon

1. Tggl/jam : 15-11-2015
DS: -
DO: TD: 120/70 mmHg

SB : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit
2. Tggl/jam : 15-11-2015

DS: -

DO: TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

3. Tggl/jam : 15-11-2015

DS: -

DO: TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

4. Tggl/jam : 15-11-2015

DS: -

DO: TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit
Evaluasi

1. Tgl/jam:15-11-2015

S:-

O:: TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

A:masalah teratasi

P:hentikan intervensi

2. Tgl/jam:15-11-2015

S:-

O: TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

A:masalah teratasi

P:hentikan intervensi

3. Tgl/jam:15-11-2015

S:-

O:: TD: 120/70 mmHg


S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

A:masalah teratasi

P:hentikan intervensi

4. Tgl/jam:15-11-2015

S:-

O:: TD: 120/70 mmHg

S : 37˚c

n : 80x/mnit

r : 24x/mnit

A:masalah teratasi

P:hentikan intervensi
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan kepada
manusia melalui vector nyamuk anopheles.
Malaria adalah suatu penyakit yang ditandai oleh rasa dingin dan badan menggigil,
suhu badan meningkat dan denyut nadi cepat.
Malaria disebabkan oleh protozoa intraseluler dari genus Plasmodium.
2. Saran
Menjaga kebersihan lingkungan , Menghindar dari gigitan nyamuk (biasanya
menjelng matahari terbenam hingga menjelang fajar ), dengan :
Ø Menggunakan kelambu atau kasa anti nyamuk
Ø Penggunaan repellent
Ø Memakai pakaian yang menutupi lengan dan kaki
Daftar Pustaka

Barnwell JW, Cytoaderence and sequestration in falciparum malaria. Exp Parasit


69:407, 1989
Ockenhouse CF, klotz FW, Tandon NN, Jamieson GA: Sequestrin, a CD36
recognition protein on Plasmodium Falciparum malaria-infected eryth-rocytes identified
by anti-idiotype antibodies. Proc Natl Acad Sci USA 88:3175-3179, 1991
Rudolph, Abrahamm.dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph.edisi20.volume 1. Jakarta:
EGC.
Soegijanto Soegeng. 2004. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesia. Jilid 1. Surabaya. Airlangga University Press.
Soegijanto Soegeng. 2006. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesia. Jilid V. Surabaya. Airlangga University Press.
Taverne J, Bate CA, Sarkar DA, Meager A, Rook GA, Playfair JH: Human and
murine macropages profuce TNF in response to soluble antigens of Plasmodium
Falciparum. Parasit Immunol 12:33-34, 1990

Anda mungkin juga menyukai