Disusun Oleh:
Journal Reading 3
Kelas A
Anggota Kelompok:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Journal Reading yang berjudul “Tiroiditis” ini tanpa ada hambatan yang berarti.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun laporan ini, diantaranya:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan
laporan dengan baik
2. dr. IGP Winangun, Sp.PD FINASIM., selaku fasilitator dalam Journal Reading
Kelompok 3 atas segala masukan, bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi
keterbatasan kami.
3. Seluruh anggota Journal Reading Kelompok 3 yang telah membantu dan memberikan
masukan dalam penyusunan laporan ini.
Harapan kami semoga Laporan Journal Reading ini dapat bermanfaat, menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke depannya kami akan
memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan ini agar menjadi lebih baik lagi. Kami
menyadari bahwa pengetahuan kami sangatlah terbatas, sehingga kami tetap mengharapkan
masukan serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk laporan ini demi
terlaksananya penelitian dengan baik, sehingga tujuan disusunnya laporan ini juga bisa
tercapai.
Penyusun
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.5 Abstrak............................................................................................................................ 3
BAB II ............................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 4
PENUTUP .................................................................................................................................... 11
LAMPIRAN................................................................................................................................. 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, tiroiditis didefinisikan sebagai peradangan pada kelenjar tiroid. Ada
beberapa jenis tiroiditis, dan dapat dikaitkan dengan peningkatan, penurunan, atau
normalnya fungsi tiroid. Selain itu, penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai nyeri
atau tidak nyeri, bergantung pada etiologinya. Perbedaan antara jenis-jenis nyeri ini
bergantung pada kondisi klinis, riwayat kesehatan dan keluarga, seberapa cepat gejala
berkembang, dan yang paling penting, ada tidaknya nyeri leher.
Biasanya, tiroiditis yang menyakitkan disebabkan oleh radiasi, trauma, atau infeksi,
sedangkan tiroiditis tanpa rasa sakit disebabkan oleh penyakit autoimun atau obat-
obatan. Tiroiditis nyeri seperti tiroiditis granulomatosa subakut (de Quervain).
Tiroiditis tanpa rasa sakit dapat dibagi lagi menjadi tiroiditis Hashimoto, tiroiditis
postpartum, tiroiditis Graves.
Jurnal ini akan fokus pada tiroiditis granulomatosa subakut, juga dikenal sebagai
tiroiditis subakut, tiroiditis nyeri, tiroiditis nonsupuratif subakut, tiroiditis sel raksasa,
atau tiroiditis de Quervain. Ini adalah penyebab hipertiroidisme yang jarang terjadi.
Gejala umumnya adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di leher, nyeri tekan pada palpasi,
dan perjalanan penyakit hipertiroidisme yang dapat diprediksi, diikuti oleh
eutiroidisme, hipotiroidisme, dan kembali ke eutiroidisme.
1.2 Tujuan
1
6. Untuk mengetahui diagnosis tiroiditis de quervain
1.3 Manfaat
2
1.5 Abstrak
Thyroiditis is an inflammation that occurs in the thyroid gland and can affect the
functioning of the thyroid gland. Based on its etiology, thyroiditis is distinguished into
2, namely thyroiditis which in its clinical manifestations causes pain and does not cause
pain in the neck. De Quervain's thyroiditis is the most frequent cause of neck pain. Based
on research, this disease is more common in women, which is about 3-4 times more than
men. The clinical manifestations that arise vary, ranging from neck pain, symptoms such
as hyperthyroidism, to symptoms of thyrotoxicosis. The diagnosis of De Quervain’s
thyroiditis can be clinically established based on the results of physical examination and
laboratory findings. The findings of laboratory examination results generally occurred
an increase in LEDs, CRP, FT3, FT4, and a decrease in TSH levels. The management
of this disease is divided into 3, namely supportive therapy, pharmacological, and
monitoring.
3
BAB II
ISI
5
mengindikasikan terjadinya tumpang tindih pada distribusi infeksi tiroiditis De Quervain
dengan enterovirus. (Tabassom et al., 2023)
2.4 Patofisiologi Tiroiditis De Quervain
Tioriditis merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel
folikel tiroid. Dimana dengan adanya kerusakan tersebut, maka mengakibatkan
berhentinya produksi hormon tiroid baru, dan pelepasan berlebihan triiodotironin (T3)
dan tiroksin (T4) dalam jumlah besar. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab
terjadinya hipertiroidisme. Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun,
karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan–bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH.
Bahan–bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel,dengan hasil akhirnya
adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsang yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior (Arul
Prakash, 2022).
Adapun fase hipertiroidisme itu hanya berlangsung selama 2 sampai 8 minggu saja,
hal ini disebabkan terjadinya pelepasan hormon hormon tiroid yang telah tersimpan dan
tidak terdapat lagi produksi hormon tiroid yang baru. Selama fase awal peradangan,
kelenjar tiroid sedikit membesar, dan terasa nyeri ketika disentuh. Setelah peradangan
mulai mereda, sel-sel tiroid baru terbentuk, dan melanjutkan sintesis hormon tiroidnya
kembali. Seluruh proses ini membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 8 minggu, di mana
pasien mengalami periode singkat eutiroidisme (keseimbangan hormon tiroid) dan
hipotiroidisme sebelum kembali ke fungsi tiroid normal. Adapun pada Tiroiditis de
Quervain biasanya mempunyai proses alami yang berlangsung selama beberapa bulan.
Selama proses penyembuhan, peradangan mereda, dan fungsi tiroid akan pulih secara
bertahap.Oleh karena itu penderita akan kembali mengalami fungsi tiroid yang normal
(Tabassom et al., 2023).
6
Gambar 1. Tabel Fase Tiroiditis De Quervain
Dari tabel diatas dapat diketahuu, sebagian besar kasus tiroiditis ini terbagi menjadi
4 fase. Sekitar 50% pasien mengalami fase tirotoksik yang bertahan selama 3 hingga 6
minggu. Gejala yang dialami umumnya sedang, disertai diaforesis, intoleransi panas,
tremor, palpitasi, dan penurunan berat badan. Selain itu, sepertiga dari pasien mengalami
hipotiroidisme yang dapat bertahan lebih dari 6 bulan, tanpa disertai rasa nyeri. Sebagian
besar pasien mengalami eutiroidisme pada 12 bulan setelah onset penyakit. Penelitian
lain juga menunjukkan bahwa pasien mungkin mengalami hipotiroidisme secara
permanen setelah terkena trioiditis De Quarvein (sekitar 5% - 15% kasus) (Arul Prakash,
2022; Braga M et al., 2021).
2.5 Manifestasi Klinis Tiroiditis De Quervain
Tiroiditis De Quervain adalah penyakit radang subakut pada kelenjar tiroid. Tiroiditis
De Quervain adalah penyebab nyeri leher akibat penyakit tiroid paling sering. Pasien
umumnya mengalami nyeri leher anterior yang bisa Tiroiditis De Quervain adalah
penyebab nyeri leher akibat penyakit tiroid paling sering. Pasien umumnya mengalami
nyeri leher anterior yang bisa menjalar ke rahang atau telinga. Penyakit ini Biasanya
terjadi pada wanita paruh baya dengan gejala non-spesifik seperti sakit tenggorokan
berulang disertai dengan nyeri leher. Nyeri ini juga bisa terjadi secara bilateral atau
unilateral dan semakin parah jika pasien menggerakkan kepala, batuk, dan menelan
Selain itu, beberapa pasien sering menderita demam dan malaise. Peningkatan hormon
tiroid tingkat T3 dan T4 tidak jarang terjadi (Paskarani, 2020).
7
Selain itu, gejala penyerta lain yang mungkin dialami oleh pasien adalah kelelahan,
mialgia, athralgia, disfagia, penurunan berat badan, dan demam ringan hingga sedang.
Pada beberapa kasus tiroiditis De Quervain atipikal, pasien mungkin hanya
mengeluhkan gejala demam bahkan tanpa mengalami nyeri leher atau tirotoksikosis.
Pasien juga dapat mengalami gejala hipertiroidisme seperti takikardia, berkeringat, dan
gelisah, dengan nyeri leher adalah keluhan utamanya (Tabassom et al., 2023).
2.6 Diagnosis Tiroiditis De Quervain
Pada penyakit ini untuk melakukan diagnosis, biasanya dokter akan memulai proses
dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang gejala yang pasien rasakan ataupun
dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya. Pada diagnosis tiroiditis De Quervain
dapat ditegakkan secara klinis berdasarkan temuan pemeriksaan fisik dan hasil
laboratorium. Pada anamnesis pasien tiroiditis de quervain biasanya datang dengan
keluhan nyeri pada daerah leher yang dapat menjalar ke rahang, dada bagian atas, dan
tenggokan. Pasien juga bisa mengalami keluhan lain seperti demam, malaise, nyeri
tubuh, kelelahan, dan anoreksia (Tabassom et al., 2023).
Kemudian setelah dilakukan diagnosis, dokter akan menyarankan beberapa
pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan USG tiroid. Pada
pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh mencakup pemeriksaan HEENT (head,
eye, ear, nose, and throat) untuk menyingkirkan penyebab leher lainnya. Pada
pemeriksaan fisik, kelenjar tiroid mengalami pembesaran dan terasa nyeri saat
dipalpasi.Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan ultrasonografi tiroid, pencitraan radionulida tiroid dan
pemeriksaan sitologi (biopsy aspirasi jarum halus). Setelah tiroiditis subakut
didiagnosis, dilakukan tes fungsi tiroid serial harus dilakukan setiap 2 sampai 8 minggu
untuk mengkonfirmasi perbaikan hipertiroidisme dan mengikuti perjalanan alami
penyakit sampai normal. Namun, tes fungsi hati bisa menjadi abnormal selama fase
hipertiroid awal dan kembali normal setelah 2 hingga 3 bulan (Paskarani, 2020).
2.7 Metode
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur, yang berarti peneliti mengakses
berbagai referensi yang relevan tentang tiroiditis de Quervain. Referensi dikumpulkan
8
melalui situs seperti PubMed, ScienceDirect, Google Scholar, dan Proquest dengan
menggunakan kata kunci tertentu seperti "de Quervain's thyroiditis," "neck pain,"
"thyrotoxicosis," "diagnosis," dan "management." Fokus penelitian adalah pada
publikasi dalam bahasa Indonesia dan Inggris yang dapat diakses secara gratis dan
diterbitkan dalam periode tahun 2013 hingga 2023. Sejumlah 10 artikel dipilih sebagai
sumber utama informasi dalam penelitian ini (Komang et al., 2023).
2.8 Tataklasana Tiroiditis De Quervain
Pengobatan tiroiditis subakut memiliki beberapa tujuan: (Komang et al., 2023)
1. Menghilangkan rasa sakit dan mengontrol gejala.
2. Meredakan nyeri leher yang disebabkan oleh penyakit ini.
Pengobatan untuk tiroiditis De Quervain, salah satu bentuk tiroiditis subakut,
melibatkan langkah-langkah berikut: (Komang et al., 2023)
a. Untuk nyeri ringan hingga sedang, pasien biasanya diobati dengan istirahat dan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti asam salisilat, naproxen, atau ibuprofen.
b. Untuk nyeri leher yang lebih parah, kortikosteroid oral (Prednison) dapat diberikan
dengan dosis awal sekitar 40 mg per hari. Jika tidak ada perbaikan setelah 2-3 hari
dengan OAINS, maka prednison dimulai. Steroid ini dapat meredakan nyeri dalam 1-
2 hari.
c. Dosis prednison kemudian dapat diturunkan secara bertahap seiring perbaikan gejala.
Kadang-kadang, kursus steroid berlangsung selama dua bulan atau lebih.
d. Setelah rasa sakit berkurang, upaya dilakukan untuk mengurangi dosis steroid sesuai
kebutuhan. Dosis bisa ditingkatkan jika nyeri kambuh.
e. Penting untuk dicatat bahwa penggunaan prednison tidak mencegah disfungsi tiroid
yang mungkin terjadi selama penyakit ini.
Selain itu, gejala hipertiroidisme ringan dan sementara yang mungkin terjadi dalam
tiroiditis subakut tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, jika ada gejala seperti
palpitasi, kecemasan, dan tremor, mereka dapat diobati dengan beta-blocker seperti
propranolol atau atenolol (Komang et al., 2023).
Tiroiditis subakut biasanya sembuh dengan sendirinya, dan pasien kembali ke status
tiroid normal dalam beberapa bulan. Jarang sekali pasien mengalami hipotiroidisme
9
sementara atau permanen. Jika hipotiroidisme terjadi dan berat, pasien mungkin
memerlukan pengobatan dengan levothyroxine (Komang et al., 2023).
Setelah diagnosis tiroiditis subakut, tes fungsi tiroid secara berkala akan dilakukan
untuk memantau perubahan dan memastikan pemulihan dari hipertiroidisme serta
mengikuti perkembangan penyakit sampai ke kondisi normal (Komang et al., 2023).
2.9 Prognosis
Tiroiditis dengan atau tanpa disfungsi tiroid memiliki prognosis secara umum bonam,
namun prognosis pada tiroiditis yang sudah berlangsung lama dapat menjadi buruk yang
lebih sering terjadi pada populasi lanjut usia dan memiliki angka kematian yang tinggi.
Banyak pasien tiroiditis mungkin terus mengalami gejala meskipun telah menjalani
pengobatan, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup (Giuffrida et al., 2020).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tiroiditis adalah peradangan pada
kelenjar tiroid yang dapat memengaruhi kinerja tiroid. Terdapat berbagai jenis tiroiditis
seperti Tiroiditis Hashimoto, Tiroiditis Graves, Tiroiditis De Quervain, dan Tiroiditis
Postpartum, masing-masing memiliki gejala dan penyebabnya sendiri. Tiroiditis De
Quervain, yang juga dikenal sebagai tiroiditis subakut, adalah jenis tiroiditis yang sering
kali menyebabkan nyeri di leher. Biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan dapat
menghasilkan gejala hipertiroidisme seperti detak jantung cepat, kecemasan, penurunan
berat badan, gemetaran, dan peningkatan keringat. Fase hipertiroidisme biasanya
berlangsung selama beberapa minggu sebelum pulih secara perlahan. Diagnosis tiroiditis
De Quervain dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan pencitraan
tiroid. Pengobatan umumnya melibatkan istirahat, penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) untuk mengurangi nyeri, dan dalam kasus yang parah, kortikosteroid
oral. Gejala hipertiroidisme ringan juga bisa diatasi dengan beta-blocker. Prognosis tiroiditis
De Quervain umumnya baik, dengan sebagian besar pasien pulih dalam beberapa bulan.
Jarang sekali terjadi hipotiroidisme sementara atau permanen, dan jika itu terjadi,
pengobatan dengan levothyroxine mungkin diperlukan. Pemantauan rutin penting untuk
memastikan pemulihan dan perubahan dalam fungsi tiroid. Tiroiditis De Quervain dapat
menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan, tetapi dengan pengobatan yang tepat,
prognosisnya umumnya positif.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arul Prakash, R. (2022). An Interesting Case of DeQuervain’s Thyroiditis. International
Archives of Endocrinology Clinical Research, 8(1). https://doi.org/10.23937/2572-
407x.1510029
Braga M, Brito JP, Lewiński A, & PłaczkiewiczJankowska E. (2021). Subacute Painful
Thyroiditis ( de Quervain Thyroiditis ). McMaster Textbook of Internal Medicine
[Internet]. https://empendium.com/mcmtextbooksae/chapter/B78.II.9.3.3.?rfmcm
Giuffrida G, Bagnato G, Campennì A, Giovinazzo S, Keller KP, Alibrandi A, Roberts WN,
Trimarchi F, Ruggeri RM. Manifestasi rematik non-spesifik pada pasien dengan
tiroiditis Hashimoto: studi percontohan cross-sectional. J Investasi Endokrinol.
2020 Januari; 43 (1):87-94
Komang, S. D. D. N., Rifansha, M. G., Candra, P. S., Kuta, P. C. R., & Triani, E. (2023).
Tiroiditis De Quervain: Pemeriksaan, Diagnosis, dan Tatalaksana. Lombok Medical
Journal, 2(2), 81-85.
Lanzo, N., Patera, B., Fazzino, G., Gallo, D., Lai, A., Piantanida, E., Ippolito, S., & Tanda,
M. (2022). The Old and the New in Subacute Thyroiditis: An Integrative Review.
Endocrines, 3(3), 391–410. https://doi.org/10.3390/endocrines3030031
Pangaribuan, J. P., & Syafril, S. (2021). Postpartum Thyroiditis: A Case Report. Journal of
Endocrinology, Tropical Medicine, and Infectious Disease (JETROMI), 3(2), 42-
47.
Paskarani, P. E. (2020). Recognizing de quervain thyroiditis. Udayana Networking
Tabassom, A., Chippa, V., & Edens, M. A. (2023). De Quervain Thyroiditis (StatPearls).
Treasure Island (FL). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK5260 66/
Yen, L. D., Silviany, C., Djiady, A., Benezia, D., Gunawan, E. A., Herman, I. W., ... &
Wahyudi, T. R. (2023). RISIKO TERJADINYA EKIMOSIS PADA PENYAKIT
GRAVES: SEBUAH KAJIAN LITERATUR. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan:
Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 10(1), 61-66.
Yoshara, R. (2022). Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tiroiditis Hashimoto
Menggunakan Naïve Bayes. JEKIN-Jurnal Teknik Informatika, 2(1), 35-47.
12
LAMPIRAN
13
14
15
16
17