Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Analisis Masalah

C. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
D. Analisis Hambatan dan Kelemahan

E. Manfaat Program
BAB II

RENCANA OPERASIONAL KERJA

A. Gambaran Umum
Tianyar Barat, merupakan salah satu desa di kecamatan kubu, Karangasem, yang
mempunyai presentase rumah tangga miskin cukup tinggi (52,5%). Muntigunung
adalah salah satu dusun di Tianyar Barat dengan kondisi miskin dan dikenal sebagai
daerah asal gelandangan dan pengemis (gepeng) di seputaran kota di Bali.
Muntigunung mempunyai jumlah penduduk besar 1.154 KK, sekitar 6319 jiwa per
Juli 2008, dan juga merupakan daerah kering dengan geografis berbukit (Kepala
Dusun Muntigunung, 2008). Dusun ini terbagi menjadi 35 kelompok rumah tangga,
12 kelompok di daerah sulit dijangkau dan sisanya lebih mudah dijangkau.
Berdasarkan pada pengamatan kesehatan ibu dan anak, di temukan bahwa daerah
muntigunung terdapat jumlah anak yang cukup banyak, termasuk juga fenomena
persalinan yang dilakukan di rumah, serta angka kejadian kematian bayi yang cukup
tinggi. Untuk analisa status gizi dan anemia hanya terdapat 210 data lengkap. Status
gizi ibu diukur dengan menggunakan ukuran lingkar lengan atas (LILA), didapatkan
rata-rata LILA sebesar 25,4 cm. sebanyak 19% ibu mengalami kekurangan energy
kronis (KEK). Daerah ini lebih banyak ditemukan di daerah sulit dijangkau (28,8%)
dibandingkan daerah mudah dijangkau (10,4%). Kondisi ini lebih tinggi
dibandingkan angka nasional (13,6%) dan Bali (8,6%), (Riskesdas, 2007) .

Disamping itu juga ada permasalahn lainnya seperti masalah pendidikan, social
ekonomi, akses jalan dan akses air bersih. Dari sudut pelayanan kesehatan ,
Muntigunung merupakan wilayah kerja Puskesmas Kubu II, dan terdapat 1 buah
Pustu di Muntigunung serta 10 buah posyandu. Namun pelayanan ini belum optimal
karena pustu hanya buka 3 hari sekali dan posyandu tidak bisa dilaksanakan rutin
karena keterbatasan jumlah kader dan rendahnya partisipasi masyarakat . Dari sini
semakin jelas terlihat tingginya kebutuhan akan program pencegahan pelayanan
kesehatan yang komprehensif, sehingga perlu dikembangkan program sesuai dengan
kebutuhan dan potensi masyarakat, salah satunya mengaktifkan kembali posyandu
serta memberdayakan masyarakat Muntigunung untuk aktif dalam program posyandu

B. Tujuan operasional

 Terjadi penurunan prevalensi Kurang Energi Kronis sampai 10% dalam kurun
waktu 3 tahun pada ibu hamil di desa Muntigunung, Kecamatan Tianyar,
Kabupaten Karangasem
 Terjadi penurunan prevalensi Kurang Energi Kronis sampai 10% dalam kurun
waktu 3 tahun pada Wanita usia subur (WUS) di desa Muntigunung,
Kecamatan Tianyar, Kabupaten Karangasem.

C. Kegiatan Program

1. Pembinaan posyandu yang tidak aktif


1.1 Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan angka keaktifan posyandu di Desa Munti gunung,
Karang asem sebesar 80% dalam kurun waktu 1 tahun (Januari – Desember
2015).
1.2 Pendataan dan Pemetaan Sasaran
Pendataan diperoleh dari catatan bulanan yang ada di Puskesmas. Data dasar
yang digunakan tersebut meliputi jumlah dan keaktifan posyandu, jumlah
dan keaktifan kader posyandu, jadual buka posyandu, sarana dan prasarana,
kegiatan diposyandu, dan jumlah sasaran. Selain itu digunakan data cakupan
K/S, D/S, N/D, BMG, 2T, vitamin A, Fe3, ASI Eksklusif, dan garam
beriodium dari laporan PWS gizi.
Berdasarkan uraian sebelumnya, diketahui bahwa di desa Muntigunung
sendiri terdapat 10 posyandu yang berstatus tidak aktif. Setelah semua
posyandu terdata, kemudian dibuat peta lokasi masing-masing posyandu
yang dapat menggambarkan letak geografis, kepadatan penduduk, status
social ekonomi masyarakat, fasilitas umum, dan sarana transportasi.
1.3 Analisis Masalah
Data dasar posyandu yang sudah dipetakan dianalisis untuk menentukan
prioritas masalah. Penentuan masalah dapat di lakukan dengan Focus Group
Discussion (FGD) bersama para kader posyandu , tokoh masyarakat serta
pihak terkait. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Putu Ayu Swandewi
Astuti, dkk), analisis masalah yang diperoleh meliputi,
a. Jumlah dan keaktifan kader posyandu
Kecukupan jumlah posyandu di satu wilayah dapat dilihat dari
perbandingan antara jumlah balita dengan jumlah posyandu. Satu
posyandu diharapkan dapat melayani tidak lebih dari 100 balita,
dan dianjurkan sekitar 50 balita. Keaktifan posyandu dapat dilihat
dari frekuensi buka posyandu selama 1 tahun. Posyandu dikatakan
aktif apabila posyandu melaksanakan kegiatan penimbangan setiap
bulan. Untuk di Muntigunung sendiri, dari 10 posyandu yang ada
berstatus tidak aktif, karena belum mampu memberikan pelayanan
rutin sebulan sekali.
Terkait ketersediaan kader, jumlah kader minimal yang ada
di posyandu sebanyak 5 orang agar kegiatan 5 langkah di posyandu
dapat dilaksanakan dengan baik. Kader dikatakan aktif apabila ikut
berpartisipasi dalam kegiatan posyandu minimal selama 8 kali
dalam setahun.
b. Sarana dan prasarana
Posyandu dikatakan memiliki sarana dan prasarana lengkap apabila
memiliki kelengkapan sebagai berikut:
1) Alat ukur (Dacin dan sarung, pita LiLA)
2) Persediaan buku KIA/KMS
3) Kartu bantu pencatatan
4) Alat bantu penyuluhan
5) Obat gizi (kapsul vitamin A dan tablet tambah darah)
6) Tempat/lokasi pelaksanaan posyandu yang tetap
7) Meja kursi untuk pendaftaran, pencatatan, penyuluhan,
dan pelayanan kesehatan KB.
8) Buku panduan kader posyandu
9) Buku pencatatan dan pelaporan
10) Papan data untuk menampilkan hasil kegiatan seperti
balok SKDN, cakupan program gizi, cakupan
imunisasi, dan lain-lain.
c. Pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu
Pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu dapat dilihat dari
seluruh pelaksanaan kegiatan di posyandu. Kekeliruan yang sering
terjadi antara lain:
a. Ketepatan menentukan umur balita
b. Ketepatan dan ketelitian cara menggunakan alat
timbang dan alat ukur.
c. Ketepatan dan ketelitian cara membaca hasil
penimbangan
d. Pengisian buku KIA/KMS
e. Pencatatan hasil penimbangan
f. Penyuluhan gizi
d. Cakupan Program Gizi
Cakupan program gizi yang rendah, dapat dilihat dari kesenjangan
target dengan pencapaian masing-masing indicator, misalnya
indicator K/S, D/S, N/D,BGM,2T, cakupan ASI eksklusif, cakupan
vitamin A balita, dan cakupan distribusi TTD pada ibu hamil.
e. Dukungan pemangku kepentingan (Stakeholder)
Dukungan stakeholder dapat dilihat dari keterlibatan RT/RW,
aparat desa/kelurahan, TP-PKK desa/ kelurahan, tokoh masyarakat,
tokoh agama dalam kegiatan posyandu baik yang berupa
pendanaan maupun penggeraan masyarakat untuk datang ke
posyandu.
f. Peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat dapat dilihat dari perbandingan natara
jumlah kunjungan balita (D) dengan jumlah sasaran. Peran serta
masyarakat diharapkan mencapai 85%
g. Dana operasional posyandu
Dana operasional posyandu dapat dilihat dari ketersediaan dana
baik yang berasal dari masyarakat, swasta, maupun dari
pemerintah. Penyediaan dana tersebut sesuai kebutuhan dan
digunakan secara tepat.

1.4 Pelaksanaan Pembinaan posyandu yang tidak aktif


Setelah mencari penyebab ketidak aktifan posyandu bersama para kader,
selanjutnya adalah bersama kader berkoordinasi bersama tokoh masyarakat
dan RT/RW setempat mengenai masalah posyandu untuk mendapatkan jalan
keluar secara bersama-sama, antara lain:
a. Kader
Mengupayakan penambahan jumlah kader dengan berkoordinasi
dengan kepala desa/lurah/RW/RT setempat untuk membicarakan
permasalahan mengenai jumlah kader yang kurang. Setelah itu kita
turut membantu mencari calon kader baru sesuai kriteria yang
berasal dari anggota masyarakat setempat, berminat dan bersedia
menjadi kader, bersedia bekerja sukarela, memiliki kemampuan
dan waktu luang, dapat membaca dan menulis. Pihak RT/RW juga
dapat mengajukan usulan calon kader untuk disahkan menjadi
kader melalui SK Kepala Desa/Lurah setempat. Dan setelah
mendapatkan kader baru, diberikan pembinaan mengenai kegiatan
posyandu khususnya dalam pencegahan dan penanganan kasus
KEK pada ibu hamil. Dalam mempertahankan jumlah kader serta
untuk bisa meningkatkan kinerjanya, dapat dilakukan upaya-upaya
sebagai berikut :
 Memotivasi kader agar lebih aktif antara lain dengan
memberi pujian atas hasil yang telah dilakukan
 Melatih kader secara khusus
 Kecamatan dan desa/kelurahan dapat memberikan
penghargaan berupa pemberian kartu kader yang dapat
digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
secara gratis, pemberian baju seragam, pemberian pin dn
sertifikat kader, dan lain-lain.
b. Melengkapi sarana dan prasarana
Untuk melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang, maka
bersama-sama dengan kader melakukan inventarisasi kebutuhan
dan ketersediaan alat, setelah itu melaporkan kepada puskesmas
terkait sarana dan prasarana yang belum dimiliki atau perlu
diperbaiki untuk segera ditindak lanjuti, kemudian berkoordinasi
dengan kepala desa/ Lurah/ RW/RT setempat untuk mengupayakan
ketersediaan sarana dan prasarana secara swadaya. Kemungkinan
dalam membina kemitraan dengan pihak swasta juga dapat
ditingkatkan dalam mendukung kinerja posyandu dalam melayani
masyarakat di desa Muntigunung.
c. Meningkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan Kader
Upaya peningkatan dan pelatihan kader dilakukan dengan melakukan
pembinaan kader posyandu. Pengetahuan yang di berikan mengenai
berbagai program posyandu termasuk ketrampilan umum yang harus
dimiliki oleh seorang kader posyandu, salah satunya dalam mencegah
dan mengatasi permasalahan KEK pada ibu hamil dan WUS.
d. Peningkatan peran serta masyarakat dan stakeholder terkait
Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan menggerakkan kader
untuk berkoordinasi dengan RT/RW, tokoh masyarakat setempat, dan
Pokja Posyandu untuk membicarakan
 Kegiatan posyandu (jadwal, PMT penyuluhan, penemuan
BGM dan atau 2T, dll)
 Seumber dana dan operasional posyandu
Dalam menghimpun dana dapat juga dilakukan secara
swadaya dengan pihak masyarakat (LSM, CSR, ataupun
donator setempat).
 Ketersediaan sarana dan prasarana posyandu
 Serta ketersediaan kader posyandu.

D. Waktu Pelaksanaan
Upaya Pengaktifan dan Pembinaan Posyandu dilakukan mulai bulan Januari –
Desember 2014. Bertempat di wilayah Desa Munti gunung, Karangasem.
E. Evaluasi
Dari hasil kerja selama setahun, dilakukan pendataan berapa jumlah posyandu yang
telah aktif (minimal memberikan pelayanan sekali dalam sebulan) ataupun telah
memiliki sumber daya yang memenuhi untuk berjalannya program posyandu
kedepan, untuk nanti akan dilakukan pembinaan secara khusus pada kader – kader
posyandu yang telah/akan aktif kembali.

2. Pembinaan Kader Posyandu


2.1 Pelatihan I : penimbangan dan pengukuran LILA ibu hamil/WUS pada
kader posyandu
2.1.1 Tujuan Pelatihan I
2.1.2 Setting/Tempat Pelaksanaan
2.1.3 Alat/Bahan
2.1.4 Metode
2.1.5 Materi yang di sampaikan
2.1.6 Evaluasi dan dokumentasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Input
 Evaluasi proses
 Evaluasi output
b. Dokumentasi

2.2 Pelatihan II : pemanfaatan buku KIA pada kader posyandu


2.2.1 Tujuan Pelatihan I
2.2.2 Setting/Tempat Pelaksanaan
2.2.3 Alat/Bahan
2.2.4 Metode
2.2.5 Materi yang di sampaikan
2.2.6 Evaluasi dan dokumentasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Input
 Evaluasi proses
 Evaluasi output
b. Dokumentasi

2.3 Pelatihan III: Teknik penyuluhan dan Konseling pada kader posyandu
2.3.1 Tujuan Pelatihan I
2.3.2 Setting/Tempat Pelaksanaan
2.3.3 Alat/Bahan
2.3.4 Metode
2.3.5 Materi yang di sampaikan
2.3.6 Evaluasi dan dokumentasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Input
 Evaluasi proses
 Evaluasi output
b. Dokumentasi

2.4 Pelatihan IV: Pembuatan PMT Penyuluhan dan PMT pemulihan dengan
menggunakan bahan makanan local pada kader posyandu
2.4.1 Tujuan Pelatihan I
2.4.2 Setting/Tempat Pelaksanaan
2.4.3 Alat/Bahan
2.4.4 Metode
2.4.5 Materi yang di sampaikan
2.4.6 Evaluasi dan dokumentasi

a.Evaluasi
 Evaluasi Input
 Evaluasi proses
 Evaluasi output
b. Dokumentasi

F. Sumber Daya Pendukung


G. Pelaksana Dan Sasaran Kegiatan
H. Tempat dan Waktu Kegiatan

BAB III
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring Program
B. Evaluasi Program
 Evaluasi Input
 Evaluasi Proses
 Evaluasi Output

Anda mungkin juga menyukai