DIFTERI
Mengeluarkan
Bakteri: Corynebacterium diphtheriae Toksin
Antibiotik
Darah
ADS Menyebabkan
(Anti Difteri Serum)
• Miokarditis
• Susunan
syaraf &
Kematian Pusat
lumpuh
• Gagal ginjal
05/11/2019
STRATEGI DAN PENANGGULANGAN (1)
1) Semua suspek difteri harus dilakukan penyelidikan
epidemiologi utk :
a. Konfirmasi kasus secara klinis dan laboratorium
b. Mencari kasus tambahan dalam radius 50 m
c. Menelusuri kontak erat
d. Memutus penularan melalui pemberian obat profilaksis kpd kontak
erat
e. Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan
menghentikan penularan ORI
2) Tatalaksana kontak erat (contact tracing)
3) Tatalaksana kasus difteri sesuai dengan protokol
pengobatan difteri
1) Semua kasus difteri dirujuk ke rumah sakit dan dirawat di ruang
isolasi.
4) Pengambilan specimen kasus
5) Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cakupan
STRATEGI DAN PENANGGULANGAN (2)
-Perbaiki pencatatan/pelaporan
1 Ladang Tuha 0 0 2 0
2 Durian Kawan 1 0 0 0
3 Bukit gadeng 1 0 0 0
4 Kluet Selatan 1 0 0 0
3 Tapaktuan 1 0 0 0
Jumlah 4 0 2 0
100
120
0
20
40
60
80
Kluet Utara
23
Lhok Bengkuang
Sawang
14 11
Seubadeh
Samadua
Blang Kejeren
9 8 7 7
Ladang Tuha
Kluet Selatan
Kuala Ba'u
Drien Jalo
Tapaktuan
Ujung Padang Rasian
Krueng Luas
Labuhan Haji
Trumon
Bakongan
Buket Gadeng
Meukek
Ladang Rimba
Peulumat
Menggamat
Kampung Paya
Durian Kawan
4 4 4 4 4 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kluet Timur
JUMLAH KASUS CAMPAK THN 2019
DINKES
104
JUMLAH KASUS PD3i DI KAB.ACEH SELATAN
tahun 2019
120 108
100
80
60
40
20
6 1
0
CAMPAK RUBELLA DIFTERI TETANUS
Rekomendasi Penanggulangan KLB
Surveilans
1. Menunjuk kontak person di lokasi KLB yang memberikan laporan seminggu
sekali ada tidaknya penambahan kasus baru sampai satu bulan dari kasus
terakhir.
2. Monitoring pengobatan dan profilaksis agar tidak dropout minum obat.
3. Selesai pengobatan dilakukan pengambilan spesimen ulang bagi kasus
dengan hasil lab positif untuk follow up efektifitas pengobatan.
4. Advocacy dan sosialisasi terhadap klinisi RS dan Puskesmas di Provinsi Aceh
agar kasus dengan “nyeri tenggorok dengan pseudomembran” diwaspadai
kemungkinan suspek difteri dan segera dilaporkan ke Dinkes Kab/Kota untuk
ditindak lanjuti dengan pengambilan swab tenggorok guna pemeriksaan
laboratorium.
5. Bila ditemukan kasus probable difteri (“nyeri tenggorok dengan
pseudomembran” ) harus segera PE termasuk pengambilan spesimen kasus
dan 20 kontak erat (serumah, sepermainan, satu sekolah, satu tempat kerja).
Rekomendasi Pengendalian
1. Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata serta terjangkau melalui
kegiatan :
Sweeping dan Drop-out Follow Up (DOFU)
Backlog Fighting (BLF)
2. Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi melalui :
Petugas yang kompeten
Peralatan & logistik yang memenuhi standar
3. Penggerakan masyarakat agar Mau dan Mampu menjangkau pelayanan
imunisasi dan mengenali penyakit PD3I Pemberdayaan organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi & lintas sektor-lintas program.
4. Unit Surveilans dan imunisasi bekerjasama dengan Promkes untuk memberikan
penyuluhan tentang Penyakit PD3I di sekolah-sekolah termasuk sekolah informal.
5. Menjaga kesinambungan laporan cepat dan tepat melalui kewaspadaan dini
terhadap gejala PD3I dan segera dilakukan verifikasi dalam waktu 1x24 jam
pertama.
6. Memberikan umpan balik pelaporan Cakupan Imunisasi dan Surveilans PD3I
secara regular secara berjenjang ke Kab/Kota dan Puskesmas & RS.
7. Penyediaan logistik (Obat, Vaksin, dan alat laboratorium) sesuai kebutuhan
berdasarkan analisa situasi.