Anda di halaman 1dari 32

PENANGGULANGAN KLB

DIFTERI

Dinas Kesehatan Kab. Aceh Selatan


APA ITU
DIFTERI?
Difteri adalah penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi
Penyebab : Kuman Corynebacterium Diphtheriae
GEJALA KLINIS DIFTERI

Demam atau Munculnya Sakit waktu Leher Sesak


tanpa demam pseudomembran menelan
membengk nafas

putih keabuan, ak disertai
KOMPLIKASI sulit lepas dan
Sebanyak
94% kasus bunyi
DIFTERI mudah berdarah Difteri
mengenai
jika tonsil dan
dilepas/dimanip faring
ulasi
CARA PENULARAN DIFTERI
Difteri menular dari manusia ke manusia bila terjadi kontak dengan pe
melalui droplet (percikan ludah) dari dari batuk, bersin, muntah,
melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit.

SIAPA YANG BISA


SemuaTERTULAR
kelompok usia DIFTERI?
dapat tertular
penyakit ini, terutama yang belum
mendapatkan imunisasi lengkap
MASA INKUBASI KEMATIA
 antaraDIFTERI
1 – 10 hari, rata-rata 2 – N
kelumpuhan otot
5 hari jantung atau sumbatan
 Kasus dapat menularkan jalan nafas.
penyakit keLUAR
KEJADIAN orang lain 2- 4 (KLB)
BIASA Bila tidak diobati dengan
minggu sejak masa inkubasi
DIFTERI tepat angka kematian 5 –
 Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri
jika ditemukan 1 (satu) kasus positif 10 % pada anak usia <5
Corynebacterium Diphteriae melalui tahun dan pada dewasa
pemeriksaan kultur (diatas 40 tahun) dapat
 dilaporkan dalam 24 jam ke
APAKAH DIFTERI DAPAT
DISEMBUHKAN?
Difteri dapat disembuhkan apabila
orang yang terjangkit tidak terlambat
dalam mendapatkan pertolongan

CARA PENCEGAHAN PENULARAN


DIFTERI
 Pencegahan: Imunisasi Lengkap sesuai Usia
Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus
difteri maka dilakukan ORI (Outbreak Response
Immunization) pada wilayah dan kelompok usia yang
tepat dengan cakupan yang tinggi dan merata
 Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat)
 Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
 Tatalaksana kasus dengan pemberian antibiotika dan
Anti Difteri Serum (ADS)
Definisi Operasional Suspek Difteri
Kasus Observasi Difteri : Seseorang dengan gejala
infeksi saluran pernafasan bagian atas dan
pseudomenbran

Suspek Difteri adalah seseorang dengan gejala :


• Faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau
kombinasinya
• Disertai demam atau tanpa demam
• Adanya pseudomembran putih keabu-abuan yang
sulit lepas, mudah berdarah apabila dilepas atau
dilakukan manipulasi.
SUSPEK DIFTERI
• Deteksi dini kasus observasi difteri :
suspek difteri yang ditemukan oleh tenaga
kesehatan melalui penemuan kasus di fasilitas
kesehatan.
• Setiap kasus observasi difteri :
dilakukan skrining oleh klinisi untuk ditetapkan
sebagai suspek difteri atau bukan (bisa secara
langsung atau secara online)
• Klinisi / konsultan :
spesialis Anak/ Penyakit Dalam/ THT yang
05/11/2019
menjadi anggota Komite Ahli Difteri dan
KEBIJAKAN SURVEILANS DIFTERI
 Setiap Kejadian Luar Biasa (KLB) harus dilakukan penyelidikan dan
penanggulangan sesegera mungkin untuk menghentikan penularan
dan mencegah komplikasi dan kematian.
 Dilakukan tatalaksana kasus di Rumah Sakit dengan menerapkan
prinsip kewaspadaan seperti menjaga kebersihan tangan,
penempatan kasus di ruang tersendiri /isolasi, dan mengurangi
kontak erat kasus dengan orang lain.
 Setiap suspek Difteri dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
klasifikasi kasus.
 Setiap kontak erat diberi profilaksis.
 Kontak erat diberikan imunisasi pada saat penyelidikan
epidemiologi.
 Pengambilan spesimen pada kontak erat dapat dilakukan jika
diperlukan sesuai dengan kajian epidemiologi.
 Setiap KLB Difteri dilakukan ORI (respon pemberian imunisasi pada
KLB) sesegera mungkin, pada lokasi kejadian dengan sasaran sesuai
kajian epidemiologi.
 ORI dilanjutkan sampai selesai walaupun status KLB Difteri di
Prinsip Pengobatan Kasus Difteri

Mengeluarkan
Bakteri: Corynebacterium diphtheriae Toksin

Antibiotik
Darah

ADS Menyebabkan
(Anti Difteri Serum)
• Miokarditis
• Susunan
syaraf &
Kematian Pusat 
lumpuh
• Gagal ginjal

05/11/2019
STRATEGI DAN PENANGGULANGAN (1)
1) Semua suspek difteri harus dilakukan penyelidikan
epidemiologi utk :
a. Konfirmasi kasus secara klinis dan laboratorium
b. Mencari kasus tambahan dalam radius 50 m
c. Menelusuri kontak erat
d. Memutus penularan melalui pemberian obat profilaksis kpd kontak
erat
e. Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan
menghentikan penularan ORI
2) Tatalaksana kontak erat (contact tracing)
3) Tatalaksana kasus difteri sesuai dengan protokol
pengobatan difteri
1)  Semua kasus difteri dirujuk ke rumah sakit dan dirawat di ruang
isolasi.
4) Pengambilan specimen kasus
5) Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cakupan
STRATEGI DAN PENANGGULANGAN (2)

6) Upaya menutup kesenjangan kekebalan


(immunity gap) melalui imunisasi rutin, baik
pada bayi, baduta, dan anak sekolah, serta
mempertimbangkan pemberian imunisasi
pada usia remaja dan dewasa.
7) Penguatan imunisasi difteri dengan cakupan
minimal 95 % di setiap kabupaten/kota,
dosis valid, manajemen rantai dingin sesuai
standard.
8) Sistem Surveilans Difteri yang bisa
menyediakan data lengkap, berkualitas dan
KONTAK ERAT
• Kontak erat adalah semua orang yang pernah
kontak erat dengan kasus suspek difteri sejak 10
hari sebelum timbul gejala sakit menelan sampai
2 hari setelah pengobatan (masa penularan).

• Yang termasuk dalam kategori kontak erat


adalah:
Kontak erat satu rumah: tidur satu atap
Kontak erat satu kamar di asrama
Kontak erat teman satu kelas, guru, teman bermain
Kontak erat satu ruang kerja
Apa yang dilakukan untuk kontak Erat Penderita Difteri

1.Kurangi kontak dengan penderita difteri


2.Memakai masker dan lakukan cuci tangan pakai sabun
3.Ambil Sampel kontak erat penderita difteri
4.Setiap yang kontak dengan penderita harus diberi profilaksis/ minum
obat antibiotik.
5.Profilaksis/obat antibiotik yang diminum adalah erithromicin 4 x 500
mg/hari untuk orang dewasa dan anak-anak 50mg/kgBB/hari selama 7
hari secara teratur dan dihabiskan.
6.Lakukan pemantauan minum obat dengan menunjuk satu orang
sebagai pemantau minum obat (PMO)
7.Minum Obat erithromicin bagi sebagian orang dapat menimbulkan rasa
mual, diare, pusing, dll, oleh sebab itu obat harus diminum setelah
makan dan tidak boleh dalam keadaan perut kosong.
8. Pemberian Imunisasi difteri toksoid kepada kontak erat sesuai umur
BAGAN PENANGGULANGAN KLB DIFTERI
Manajemen Kasus Pengawasan minum obat
Deteksi Kasus dilaporkan
(dg Format W1)
(Rujuk ke RS) (PMO) thdp ESO dan pencegahan
Dini Ambil spesimen,
Kasus DO
Pengobatan
(AB & ADS), dan
imunisasi setelah 1 bln Membunu
Penyelidik ADS Kontak Erat h kuman
an Kasus menghenti
Epidemiolo Penelusur
Profilaksis dan kan
gi an Imunisasi penularan
(Form PE) !!
Identifikasi Faktor
Resiko:
Deteksi -Status imunisasi kasus &
kasus kontak
tambahan -Cakupan imunisasi di
secara dini wilayah terjangkit,
di berdasarkan laporan rutin
komunitas Melindungi Kelompok Rentan  memberi
maupun survei.
dan -Manajemen kekebalan
cold chain populasi !!
fasilitas
kesehatan. Outbreak Response SEGERA , jenis vaksin sesuai umur
sasaran, minimal satu wilayah
Immunization (ORI) kecamatan, sampai usia tertinggi
kasus , 3 putaran
(tergantung kajian epidemiologi)
Membran menempel jaringan,
bila diambil menimbulkan perdarahan
HAL YANG WAJIB DIKETAHUI TENTANG
PENYAKIT DIFTERI (1)
Kuman Penyebab Corynebacterium diphtheriae

Sumber dan masa • Penderita difteri, 2 – 4 minggu


penularan • Carrier difteri sampai 6 bulan
Cara penularan Melalui pernafasan (droplet
infection, vomite, luka di kulit

Masa Inkubasi 2 – 5 hari


Dapat dicegah melalui Pemberian imunisasi DPT
minimal 3x
HAL YANG WAJIB DIKETAHUI TENTANG
PENYAKIT DIFTERI (2)

• Difteri dapat menyerang semua umur yang


tidak mempunyai kekebalan
• Setiap orang yang terinfeksi difteri :
– Menjadi sakit
– Menjadi carier
• Difteri toksigenik, jika bacteri Corynebacterium
diphtheriae tersebut mengeluarkan toksin (Jika
terinfeksi atau recombinan dengan virus
pembawa tox gen)
• Difteri adalah penyakit menular yang tercantum
dalam lampiran UU Wabah, harus ada tindakan.
• Setiap kasus difteri yang dilaporkan, dinyatakan
sebagai KLB, maka ditangani sebagai KLB.
• Jika dilaporkan adanya kasus difteri maka
dilakukan :
– Tatalaksana kasus
– Pengendalian lapangan
Jika dilaporkan kasus difteri, hal
utama yang dilakukan :
Segera infokan kepada keluarga,
teman kasus, bahwa difteri
menular

Segera ISOLASI, batasi


kontak dg orang
TATA LAKSANA KASUS
DIFTERI DI RS
Tatalaksana kasus di RS
• Jika penderita di Rujuk ke RS dan didiagnosa suspe
kDifteri di RS, Pastikan penderita diisolasi ketat untuk
mencegah penularan terhadap kontak sekitar.
Penderita difteria diisolasi sampai tidak menular yaitu
48 jam setelah pemberian antibiotik
• Ambil spesimen swab tenggorokan/hidung
• Berikan Pripilaksis (Eritromisin)
• Persiapkan ADS, Untuk pemberian ADS kepada
penderita maka perlu di konsultasikan dengan Dokter
Spesialis (Anak, THT, Penyakit Dalam)., setelah
melakukan tes hipersensitivitas terhadap
• Jika telah diberi ADS , imunisasi penderita harus
dilengkapi dengan jarak s4 s.d 6 Minggu kemudian
PEMULANGAN PENDERITA
Pemulangan Penderita Beberapa hal harus diperhatikan untuk
pemulangan Penderita difteri klinik, yaitu:

• Apabila klinis Penderita setelah terapi baik (selesai masa


pengobatan 10 hari), maka dapat pulang tanpa menunggu hasil
kultur laboratorium.
• Sebelum pulang penderita diberi penyuluhan komunikasi risiko dan
pencegahan penularan oleh petugas.
• Setelah pulang, Penderita tetap dipantau oleh Dinas Kesehatan
setempat sampai mengetahui hasil kultur terakhir negatif.
• Semua Penderita setelah pulang harus melengkapi imunisasi nya
sesuai usia.
• Penderita yg mendapat ADS harus diimunisasi lengkap 3x setelah
4-6 minggu dari saat ADS diberikan.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI DALAM PERAWATAN
PENDERITA DIFTERI
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dalam Perawatan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi dalam Perawatan . Cara penularan Difteri adalah melalui
droplet dan kontak. Dalam memeriksa/ merawat penderita difteri klinik`,
direkomendasikan sebagai berikut:
PERHATIAN

a) Tenaga kesehatan yang memeriksa/ merawat Penderita Difteri harus sudah


memiliki imunisasi lengkap.
b) Bila penderita dirawat, tempatkan dalam ruang isolasi (single room/
kohorting), tidak perlu ruangan dengan tekanan negatif.
c) Lakukan prinsip kewaspadaan standar, gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
sebagai kewaspadaan isolasi
d) Mendapatkan Profilaksis
- Pada saat memeriksa tenggorok penderita baru gunakan
masker bedah, pelindung mata, dan topi. Apabila dalam kontak
erat dengan penderita (jarak 1 meter), menggunakan
masker,sarung tangan, gaun dan pelindung mata.

- Pada saat pengambilan spesimen menggunakan masker bedah,


pelindung mata,topi,baju pelindung dan sarung tangan.

- Apabila melakukan tindakan yang menimbulkan aerosolisasi


(misal: saat intubasi, bronkoskopi, dll) dianjurkan untuk
menggunakan masker N95.
d) Pembersihan permukaan lingkungan dengan
desinfektan(chlorine, quaternary ammonium compound, dll)
e)Terapkan etika batuk, baik pada tenaga kesehatan maupun
masyarakat.
f) Apabila terdapat tanda dan gejala infeksi respiratori atas untuk
menggunakan masker, termasuk di tempat tempat umum.
g) Bagi penderita yang harus didampingi keluarga, maka penunggu
penderita harus menggunakan APD (masker bedah dan gaun) serta
melakukan kebersihan tangan.
PENGAMBILAN & PENGIRIMAN SPESIMEN
Jgn dimasukkan
lemari es, kirim
 Tidak semua gejala klinis nampak jelas,
ke BLK pd suhu
biasa maka untuk memastikan penderita atau
bukan penderita perlu konfirmasi
laboratoris
 Pengambilan spesimen : Spesimen diambil
dari penderita Difteri/tersangka/kontak
berupa hapus tenggorok & hapus hidung
atau hapus luka di kulit yang diduga Difteri
kulit.
 Media transport : gunakan media amis.
 Kirim Isolat ke laboratorium pada suhu
kamar.
 Specimen segera diperiksa di laboratorium
atau disimpan di lemari es dlm suhu 4 – 6
derajat C paling lama 4 jam.
Penatalaksanaan Kontak
(PROPHILAKSIS)
* Diberikan ERITROMISIN secepatnya
• dosis : 50 mg/kg BB/hari
• waktu pemberian : 4xsehari
• lama pemberian : 7 hari
• cara pemberian : sehabis makan
• anak-anak : 250 mg x 4 /hari
• balita : sirup
• dewasa : 500 mg x /hari
• pantauan : pengawasan minum obat
• side efek : mual dan diare
TINDAK LANJUT Imunisasi:

Intensifikasi cakupan imm rutin :


Usia < 3th : DPT
Usia 3 – 6 th : DT
Usia > 7 th : gunakan dTP

-Perbaiki pencatatan/pelaporan

- Jaga kualitas imunisasi termasuk cold


chain
Data Susp/Kasus Difteri Di Kab. Aceh Selatan Januari – Oktober TAHUN 2019

No Kab/Kota Jlh susp/kss Meninggal Positif CFR (%)

1 Ladang Tuha 0 0 2 0
2 Durian Kawan 1 0 0 0
3 Bukit gadeng 1 0 0 0
4 Kluet Selatan 1 0 0 0
3 Tapaktuan 1 0 0 0

Jumlah 4 0 2 0
100
120

0
20
40
60
80
Kluet Utara

23
Lhok Bengkuang
Sawang

14 11
Seubadeh
Samadua
Blang Kejeren

9 8 7 7
Ladang Tuha
Kluet Selatan
Kuala Ba'u
Drien Jalo
Tapaktuan
Ujung Padang Rasian
Krueng Luas
Labuhan Haji
Trumon
Bakongan
Buket Gadeng
Meukek
Ladang Rimba
Peulumat
Menggamat
Kampung Paya
Durian Kawan
4 4 4 4 4 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kluet Timur
JUMLAH KASUS CAMPAK THN 2019

DINKES
104
JUMLAH KASUS PD3i DI KAB.ACEH SELATAN
tahun 2019

120 108
100

80

60

40

20
6 1
0
CAMPAK RUBELLA DIFTERI TETANUS
Rekomendasi Penanggulangan KLB
Surveilans
1. Menunjuk kontak person di lokasi KLB yang memberikan laporan seminggu
sekali ada tidaknya penambahan kasus baru sampai satu bulan dari kasus
terakhir.
2. Monitoring pengobatan dan profilaksis agar tidak dropout minum obat.
3. Selesai pengobatan dilakukan pengambilan spesimen ulang bagi kasus
dengan hasil lab positif untuk follow up efektifitas pengobatan.
4. Advocacy dan sosialisasi terhadap klinisi RS dan Puskesmas di Provinsi Aceh
agar kasus dengan “nyeri tenggorok dengan pseudomembran” diwaspadai
kemungkinan suspek difteri dan segera dilaporkan ke Dinkes Kab/Kota untuk
ditindak lanjuti dengan pengambilan swab tenggorok guna pemeriksaan
laboratorium.
5. Bila ditemukan kasus probable difteri (“nyeri tenggorok dengan
pseudomembran” ) harus segera PE termasuk pengambilan spesimen kasus
dan 20 kontak erat (serumah, sepermainan, satu sekolah, satu tempat kerja).
Rekomendasi Pengendalian
1. Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata serta terjangkau melalui
kegiatan :
 Sweeping dan Drop-out Follow Up (DOFU)
 Backlog Fighting (BLF)
2. Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi melalui :
 Petugas yang kompeten
 Peralatan & logistik yang memenuhi standar
3. Penggerakan masyarakat agar Mau dan Mampu menjangkau pelayanan
imunisasi dan mengenali penyakit PD3I  Pemberdayaan organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi & lintas sektor-lintas program.
4. Unit Surveilans dan imunisasi bekerjasama dengan Promkes untuk memberikan
penyuluhan tentang Penyakit PD3I di sekolah-sekolah termasuk sekolah informal.
5. Menjaga kesinambungan laporan cepat dan tepat melalui kewaspadaan dini
terhadap gejala PD3I dan segera dilakukan verifikasi dalam waktu 1x24 jam
pertama.
6. Memberikan umpan balik pelaporan Cakupan Imunisasi dan Surveilans PD3I
secara regular secara berjenjang ke Kab/Kota dan Puskesmas & RS.
7. Penyediaan logistik (Obat, Vaksin, dan alat laboratorium) sesuai kebutuhan
berdasarkan analisa situasi.

Anda mungkin juga menyukai