Anda di halaman 1dari 40

MPI.

4
MANAJEMEN KASUS
PENYAKIT MENULAR
POTENSIAL KLB DAN WABAH
PELATIHAN PENANGGULANGAN KLB DAN WABAH
UNTUK TIM GERAK CEPAT (TGC) DI PUSKESMAS
Ruang Lingkup
Bahasan Materi Manajemen Kasus Penyakit Menular Potensial KLB dan Wabah

Your Text Here Your Text Here Your Text Here


You can simply You can simply You can simply
impress your impress your impress your
audience and add audience and add audience and add
a unique zing. a unique zing. a unique zing.
Setelah mengikuti mata pelatihan ini,
peserta mampu melakukan managemen
kasus penyakit menular potensial KLB dan
wabah di masyarakat dan sistem rujukan
penyakit menular potensial KLB dan wabah.
Setelah mengikuti mata pelatihan ini,
peserta dapat :
INDIKATOR Melakukan manajemen
kasus penyakit menular
potensial KLB dan wabah
di masyarakat

Melakukan sistim rujukan


penyakit menular potensial
KLB dan wabah
MATERI POKOK & SUB MATERI
Materi Pokok 1.
Manajemen Kasus Penyakit Menular Potensial
KLB dan Wabah di Masyarakat

Sub Materi Pokok 1 :


a. Isolasi kasus
b. Karantina kontak erat

Materi Pokok 2.
Sistim Rujukan Penyakit Menular potensial KLB
dan Wabah
Sub Materi Pokok 2 :
Jumlah : 3 JPL
a. Koordinasi dengan RS rujukan
• Teori : 1 JPL b. Evakuasi dan transportasi kasus ke RS rujukan
• Penugasan : 2 JPL
REFERENSI BAHAN PEMBELAJARAN
• Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
• Undang-undang No. 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
• Peraturan Menteri Kesehatan No 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Terte
ntu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
• Peraturan Menteri Kesehatan No 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Ke
sehatan Perorangan.
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 86 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
DAK Non Fisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2020
• Keputusan Menteri Kesehatan No 414 Tahun 2007 tentang Penetapan Rumah Sakit Ruju
kan Penanggulangan Flu Burung (Avian Influenza).
• Keputusan Menteri Kesehatan No. 390 Tahun 2014 tentang Pedoman Penetapan RS Ruj
ukan Nasional.
• Keputusan Menteri Kesehatan No. 391 Tahun 2014 tentang Pedoman Penetapan RS Ruj
ukan Regional.
• Keputusan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.03/363/2015 tentang P
enetapan RS Rujukan Provinsi dan RS Rujukan Regional.
• Keputusan Menteri Kesehatan No. 169 Tahun 2020 tentang Penetapan Rumah Sakit Ruj
ukan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu.
• Keputusan Menteri Kesehatan No. 413 Tahun 2020 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian COVID-19.
• Pedoman Tatalaksana Klinis Flu Burung (H5N1) di Rumah Sakit (Kementerian Kesehata
n RI, Tahun 2010).
• Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Ebola (Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2015)
Metode Pembelajaran

Curah Simulasi
Pendapat Kasus

Ceramah
Interaktif
POKOK BAHASAN I

Manajemen Kasus Penyakit Menular


Potensial KLB dan Wabah
di Masyarakat
RUANG LINGKUP MANAJEMEN KASUS
PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH
(Mengacu Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010)

1 Pemeriksaan dan Penegakan Diagnosis

2 Pengobatan Kasus

3 Perawatan dan Isolasi Penderita

4 Tindakan Kekarantinaan
PRINSIP DASAR MANAJEMEN KASUS PENYAKIT
MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH

Isolasi kasus
Setelah proses:
• Pemeriksaan
• Penegakan Diagnosis
• Pengobatan
Karantina
Kontak Erat
TAHUKAH BEDANYA???
BEDA ISOLASI & KARANTINA
Mengacu UU No. 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan

ISOLASI KARANTINA
= Proses mengurangi risiko penularan melalui = Proses mengurangi risiko penularan dan identifikasi
dini penyakit menular melalui upaya memisahkan
upaya memisahkan individu yang sakit baik
individu yang sehat atau belum memiliki gejala
yang sudah dikonfirmasi laboratorium atau tetapi memiliki riwayat kontak dengan pasien
memiliki gejala (suspek/probable) dengan konfirmasi atau memiliki riwayat bepergian ke wilayah
masyarakat luas yang sudah terjadi transmisi lokal.

Tujuan: untuk dilakukan pengobatan intensif Tujuan: untuk mencegah kemungkinan adanya
dan pemantauan perkembangan kesakitannya penyebaran penyakit ke orang lain di sekitarnya
Karantina & Isolasi
→ SANGAT PENTING dalam memutus rantai penularan penyakit

Kontak Erat

Tanpa Karantina/Isolasi Penularan akan terus berlanjut

Isolasi

Kasus

Karantina

Dengan Karantina/Isolasi Penularan akan berhenti

• Lamanya masa isolasi/karantina bergantung pada masa inkubasi penyakitnya


• Petugas WAJIB melakukan pemantauan harian terhadap gejala yang muncul selama
karantina kontak erat, dan perkembangan penyakit pada kasus
PELAKSANAAN KARANTINA KONTAK ERAT
KASUS PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH

1 Dilakukan pada orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan


kasus konfirmasi / probable dan belum menunjukkan gejala

2 Kriteria kontak erat pada umumnya ditetapkan


berdasarkan cara penularan penyakitnya

3 Terhitung sejak orang melakukan kontak erat terakhir


dengan kasus konfirmasi atau probable (terpapar)

4 Lamanya waktu karantina biasanya disesuaikan


dengan masa inkubasi penyakit

5 Tempat karantina dapat dilakukan secara mandiri di rumah masing-


masing atau di fasilitas khusus yang disiapkan oleh pemerintah
KARANTINA OLEH PUSKESMAS / FKTP
→ KARANTINA MANDIRI BERBASIS KOMUNITAS
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• Petugas FKTP/Puskesmas melakukan pemantauan harian suhu tubuh,
perkembangan gejala yang mungkin muncul. Apabila muncul
gejala/memenuhi kriteria suspek, segera lakukan tatalaksana suspek.
• Pemantauan dapat dilakukan melalui telepon atau kunjungan
berkala/harian dan dicatat pada formulir pemantauan yang sudah
ditentukan.
• Memastikan ketersediaan masker medis di tempat isolasi mandiri selama
minimal untuk 14 hari (2-3 masker per-hari) atau lamanya masa inkubasi
yang telah ditentukan
• Memastikan kepatuhan melaksanakan PPI selama karantina →
berkoordinasi dengan tokoh setempat untuk saling mengingatkan
• Karantina dapat dihentikan apabila selama masa karantina yang ditentukan
tidak menunjukkan gejala penyakit potensial KLB/wabah, selanjutnya dapat
diberikan surat pernyataan selesai masa karantina yang diterbitkan oleh
FKTP/Puskesmas atau Dinas Kesehatan setempat.
PELAKSANAAN ISOLASI KASUS PENYAKIT
MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH

1 Dilakukan pada kasus suspek/konfirmasi


berdasarkan hasil laboratorium
Kasus Sedang – Berat ➔ Isolasi di RS Rujukan/RS
2 yang sudah memenuhi persyaratan

3 Kasus Tanpa Gejala - Ringan ➔ Isolasi Mandiri


di rumah/Fasilitas Yang disediakan pemerintah

4 Kasus diberikan bekal obat-obatan simptomatik


dan harus menjalankan aturan-aturan terkait PPI

5 Petugas FKTP memantau harian perkembangan


kondisi kasus dan mempersiapkan rujukan
ISOLASI KASUS OLEH PUSKESMAS / FKTP
→ ISOLASI MANDIRI BERBASIS KOMUNITAS
Isolasi Mandiri di Isolasi Mandiri
Tempat Tinggal Kasus di Fasilitas Khusus
Your Text Here Your Text Here
• Fasilitas isolasi disiapkan oleh pemerintah/
• Proses isolasi dilakukan secara mandiri
swadaya untuk orang yang tidak mungkin
di rumah atau tempat tinggal kasus menyelenggarakan upaya isolasi di rumah
dengan tetap mengikuti arahan dari sendiri baik di gedung permanen atau non
petugas setempat permanen
• Sasaran : Kasus konfirmasi tanpa gejala • Sasaran : Kasus konfirmasi tanpa gejala
atau suspek bergejalaringan-sedang, atau suspek bergejala ringan-sedang yang
dan orang yang tidak memiliki penyakit dinilai tidak mampu melakukan isolasi
penyerta/komorbid mandiri di tempat tinggalnya/tidak layak dan
• Kamar tidur terpisah dengan penghuni tidak memenuhi persyaratan rawat di RS
lainnya • Sebaiknya kamar tidur terpisah satu sama
lain, terutama pria dan wanita Jika tidak me
mungkinkan, maka jarak antar tempat tidur
minimal 2 meter dan pemisahan ruangan
untuk pria dan wanita.
Perhatian: kasus konfirmasi tidak boleh
digabung dengan kasus suspek (konsultasi
dengan dinas kesehatan setempat)
ISOLASI KASUS OLEH PUSKESMAS / FKTP
→ ISOLASI MANDIRI BERBASIS KOMUNITAS

Hal-hal yang harus diperhatikan:


• Petugas FKTP/Puskesmas melakukan pemantauan harian suhu
tubuh, gejala dan tanda perburukan (perkembangan gejala)
• Pemantauan dapat dilakukan melalui telepon atau kunjungan
berkala/harian dan dicatat pada formulir pemantauan yang sudah
ditentukan.
• Memastikan ketersediaan masker medis di tempat isolasi mandiri
selama minimal untuk 14 hari (2-3 masker per-hari) atau lamanya
masa inkubasi yang telah ditentukan
• Jika sudah selesai masa isolasi / waktu pemantauan maka dapat
diberikan surat pernyataan selesai isolasi atau sembuh yang
diterbitkan oleh FKTP/Puskesmas atau Dinas Kesehatan
setempat.
PENYIAPAN FASILITAS
ISOLASI & KARANTINA BERBASIS KOMUNITAS
• Jaga jarak
• Ventilasi (aliran udara) • Jarak antar tempat tidur
yang baik min 1 meter
• Pencahayaan yg baik • Pisahkan kasus konfirm
& cukup asi – suspek dan laki -
• Tersedia ruang terbuka perempuan

• Tempat CTPS
• Disinfeksi / bersihkan
• Alat makan sendiri
permukaan dengan di
• Atur penggunaan fasi
sinfektan berkala
litas MCK – physical
distancing,
• Alat mandi sendiri • Bantu pemantauan harian gejala
• Logistik kebutuhan • Selalu berkoordinasi dengan faskes
makan dan minum dan dinkes setempat
• Edukasi keluarga dan kerabat
• Siapkan akses evakuasi/rujukan
TimeLine Layout
POKOK BAHASAN II

SISTEM RUJUKAN
KASUS
DEFINISI SISTEM RUJUKAN YANKES
(Mengacu Permenkes No. 001 Tahun 2012)

Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan


yang melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggu
ng jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan
yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertikal
dalam arti dari satu strata sarana yankes ke strata yan
kes lainnya, maupun horizontal dalam arti antara strata
sarana yankes yang sama
SISTEM RUJUKAN BERJENJANG YANKES
Permenkes No. 001 Tahun 2012
KEWENANGAN KLINIS
Pelayanan Kesehatan Sub Spesialistik oleh
PPK I → FKTP
PPK II dokter sub spesialis di Faskes Tingkat
PPK III Tersier lanjutan (RS Kelas A dan kelas B)

SUMBER DAYA MANUSIA

SARANA PENUNJANG DAN ALKES Pelayanan Kesehatan Spesialistik


oleh dokter spesialis di Faskes
Penunjang Diagnosa
Sekunder Tingkat lanjutan (RS Kelas C dan
D, Klinik Utama)
Obat-obat

Pelayanan Kesehatan Dasar


oleh Faskes Tingkat
Primer pertama (Puskesmas, RS
Kelas D Pratama)
FOKUS PELAYANAN PRIMER
Promotif dan Preventif
Pengecualian: Gawat darurat, bencana, geografis, kekhususan masalah kesehatan pasien
SISTEM RUJUKAN BERJENJANG YANKES
Kepmenkes No. 390-391 Tahun 2014
RS RUJUKAN NASIONAL (1)
Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP)
RS PROVINSI (20) &
RUJUKAN REGIONAL (110)
JKN :
Pola INA CBGs
RS KAB/KOTA (561)

PUSKESMAS (9.729) Upaya Kesehatan Masyarakat


& UKP

PUSTU (1.450)
JKN :
Pola Kapitasi
POLINDES/POSKESDES (17.605)
Catatan:
Ketentuan jumlah RS rujukan ini dapat berubah
POSYANDU (124.249)/ sesuai perkembangan kapasitas RS di setiap
POSBINDU (7.225) daerah dan sesuai kebutuhan situasi saat itu.
SISTEM RUJUKAN BERJENJANG YANKES
(Modifikasi Saat Terjadi KLB/Wabah)
RS RUJUKAN NASIONAL

RS PROVINSI, RUJUKAN REGIONAL & KAB/KOTA

RS SWASTA / RS JEJARING

ISOLASI RS DARURAT

PUSKESMAS DAN JEJARING YANKES

KARANTINA KES. DI FASILITAS KHUSUS

KARANTINA MANDIRI DI RUMAH


BAGAIMANA CARA MELAKUKAN RUJUKAN ??
TAHAPAN MELAKUKAN RUJUKAN
Perhatikan Hal-hal berikut!!

Koordinasi

Transportasi/
Evakuasi

Pembiayaan
PROSEDUR KOORDINASI
RUJUKAN KASUS

1 Lengkapi Data Pasien yang akan dirujuk (identitas,


gejala penyakit dan riwayat perjalanan penyakit)

2 Lampirkan surat informed consent pasien/keluarga


bersama surat rujukan

3
Komunikasikan rujukan oleh dokter perujuk kepada dokter di RS rujukan
tujuan tentang kondisi klinis penderita, alasan merujuk, kelayakan kirim/
transportable, dan kondisi alat transportasi yang dipakai

4 Lampirkan fotokopi dokumen medik penderita, termasuk hasil-


hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan

Petugas pengantar penderita termasuk pengemudi harus

5 menggunakan APD yang sesuai dengan jenis penyakit penderita.


APD dilepaskan dan dibuang di RS rujukan sesuai PPI
PROSEDUR EVAKUASI & TRANSPORTASI
RUJUKAN KASUS
ALAT TRANSPORTASI JALUR MOBILISASI

✓ Disarankan menggunakan am ✓ Untuk penderita yang transmisi pen


bulans gawat darurat/mobil yakitnya melalui vehicle, vektor mau
pun kontak tidak memerlukan jalur
puskesmas keliling yang dileng
khusus saat menurunkan penderita
kapi dengan minimal tabung dari ambulans di IGD sampai ke
oksigen yang dilengkapi perala ruang perawatan/ruang isolasi.
tan lainnya yang mendukung, ✓ Untuk penderita yang transmisi
seperti pulse oksimetri, emer penyakitnya melalui airborne atau
gensi kit, radio komunikasi. droplet (seperti COVID-19, Ebola
✓ Selama proses merujuk, pende dan AI), untuk pintu masuknya di
IGD adalah melalui pintu masuk
rita didampingi oleh dokter dan
yang berbeda dari jalur penderita
/atau perawat yang kompeten. umum lainnya, langsung dibawa ke
✓ Prosedur desinfeksi kendaraan ruang isolasi, seminimal mungkin
setelah merujuk penderita kontak dengan penderita lainnya.
PROSEDUR PEMBIAYAAN
RUJUKAN KASUS
Peraturan pemerintah mengenai pendanaan yang timbul
dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah (termasuk rujukan)
dibebankan pada anggaran Pemerintahan Daerah. Bila
pemerintah daerah tidak mampu maka dimungkinkan
mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah atau
pemerintah daerah lainnya sesuai Permenkes No. 1501 tahun
2010.

Contoh Peraturan mengenai Pembiayaan Perawatan


Penyakit Potensial KLB/Wabah:
• Permenkes No. 59 Tahun 2016 Tentang Pembebasan Biaya Pasien
Penyakit Infeksi Emerging Tertentu
• Kepmenkes HK.01.07/MENKES/446/2021 Tentang Petunjuk Teknis
Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Penyakit Infeksi Emerging
Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan Pelayanan
COVID-19
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 86 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan DAK Non Fisik Bidang Kesehatan Tahun
Anggaran 2020
ANY QUESTIONS
?
Penugasan
SIMULASI KASUS
TUGAS SIMULASI KASUS

Peserta dibagi menjadi 3 kelompok

Pembagian Kelompok:
❑Kelompok 1 : Manajemen Isolasi Kasus
❑Kelompok 2 : Manajemen Karantina Kontak Erat
❑Kelompok 3 : Manajemen Rujukan Kasus

Skenario kasus sudah disiapkan fasilitator.


Peserta berbagi peran sesuai skenario.

Simulasi kasus diperagakan di BBPK Ciloto


TUGAS KELOMPOK I
Tn. A, umur 45 tahun, pada tanggal 2 Maret 2021 menjalani pemeriksaan RDT Anti
gen di Puskesmas, hasilnya positif COVID-19, sehingga dia dinyatakan sebagai ka
sus konfirmasi, dan selanjutnya perlu dilakukan isolasi sesuai ketentuan. Tn A me
mpunyai gejala ringan saat pemeriksaan dan memilih untuk dilakukan isolasi di ru
mah, namun saat petugas melakukan peninjauan ke rumah Tn. A untuk memastika
n rumahnya layak atau tidak untuk menjadi tempat isolasi, ternyata tidak layak unt
uk dilakukan isolasi mandiri di rumah.

Penugasan:

1) Hal-hal apa yang perlu disampaikan oleh dokter pemeriksa kepada Tn. A terkait
dengan adanya gejala ringan saat pemeriksaan?
2) Sehubungan dengan Tn. A memilih untuk dilakukan isolasi mandiri di rumahnya,
hal-hal apa yang perlu disampaikan kepada Tn.A, seluruh keluarganya, dan tok
oh yang terkait dengan kasus yang menimpa Tn.A yang ada dilingkungan tempa
t tinggalnya ?
3) Buat skenario dan simulasikan oleh kelompok untuk menjawab pertanyaan no.1
dan no.2 di atas.
TUGAS KELOMPOK II
Tn. B, umur 30 tahun, pada tanggal 4 Maret 2021 baru saja diidentifikasi oleh petugas puskes
mas sebagai kontak erat (tanpa gejala) dari kasus Tn. A. Dia diminta oleh petugas untuk diperi
ksa menggunakan RDT-Antigen, dan hasilnya negative, sehingga dia diminta melakukan kara
ntina sesuai ketentuan (KMK No. 3602 Tahun 2021). Tn. B tidak bergejala, sehingga dia memi
lih dikarantina di rumah. Namun sayang ternyata rumahnya kurang layak menjadi tempat kara
ntina, karena rumahnya kecil dan penghuninya cukup banyak, petugas puskesmas pun berkoo
rdinasi dengan pejabat wilayah (RT/RW/Lurah) terkait rumah karantina.
Keesokan harinya, Ny. X yang merupakan kader dari puskesmas tersebut ditugaskan melakuk
an pemantauan harian terhadap kontak erat yang sedang menjalani karantina di rumah karanti
na.

Penugasan
1) Hal-hal apa yang perlu disampaikan oleh petugas puskesmas kepada Tn. B terkait keharus
an menjalani karantina?
2) Sehubungan dengan rumah Tn. B tidak layak menjadi tempat karantina baginya, bagaiman
a cara koordinasi petugas puskesmas dengan tokoh terkait? Hal-hal apa yang perlu disamp
aikan kepada keluarga dan Tn. B sebagai kontak erat?
3) Bagaimana kader melakukan pemantauan kontak erat di rumah karantina tanpa menimbulk
an risiko?
4) Buat skenario dan simulasikan oleh kelompok untuk menjawab pertanyaan no.1-3 di atas.
TUGAS KELOMPOK III
Tn. A yang sedang diisolasi (pada kasus A) tiba-tiba mengeluhkan napasn
ya semakin berat pada hari ke 5 setelah dinyatakan positif. Keluarga yang
melihatnya bermapas terengah-engah di pagi hari tanpa aktivitas apa-apa,
merasa panik dan menghubungi petugas puskesmas, yang kemudian seg
era datang bersama bersama dokter. Setelah dokter memeriksa kasus, dik
atakan bahwa kasus perlu dirujuk ke rumah sakit. Semua hal dipersiapkan
untuk proses rujukan ini.

Penugasan:

1) Terkait Tn. A harus dirujuk, apa yang perlu disampaikan kepada keluarg
a kasus?
2) Bagaimana persiapan rujukan yang harus dilakukan oleh petugas puske
smas, dokter perujuk dan RS tujuan?
3) Buat skenario dan simulasikan oleh kelompok untuk menjawab pertany
aan no.1 dan no.2 di atas.
❑ Prinsip Dasar yang harus diketahui bagi
petugas puskesmas dalam melakukan
manajemen kasus penyakit potensial
KLB/Wabah adalah bagaimana melakukan
isolasi terhadap kasus dan melaksanakan
kekarantinaan terhadap kontak erat.

❑ Rujukan pasien penyakit potensial


Kesimpulan
KLB/Wabah harus memperhatikan sistem
rujukan yang berlaku dan cara koordinasi,
evakuasi/transportasi pasien dengan
meminimalisir potensi paparan ke sekitarnya.
“Jauh lebih sulit untuk membuat orang
sehat dari pada membuat mereka sakit.”
– DeForest Clinton Jarvis
TERIMA KASIH
infeksiemerging.kemkes.go.id

Master PIE Channel


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan @masterpie29
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan
@infeksiemerging

Anda mungkin juga menyukai