Anda di halaman 1dari 31

TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN

DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Manajemen Kasus Penyakit Menular Potensial


KLB dan Wabah

Disajikan Oleh :

Irwan Muryanto
Pada Pelatihan Penanggulangan KLB dan
Wabah Untuk TGC di Puskesmas
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

HASIL BELAJAR

Setelah Mengikuti Pembelajaran

Peserta Mampu Melakukan Managemen


Kasus Penyakit Menular Potensial KLB
Dan Wabah Di Masyarakat Dan Sistem
Rujukan Penyakit Menular Potensial KLB
Dan Wabah
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

INDIKATOR HASIL BELAJAR

Setelah Mempelajari Materi, Peserta


Dapat :

1. Melakukan Manajemen Kasus


Penyakit Menular Potensial KLB
Dan Wabah Di Masyarakat

2. Melakukan Sistim Rujukan


Penyakit Menular Potensial KLB
Dan Wabah
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

PB 1

Manajemen Kasus Penyakit Menular


Potensial KLB dan Wabah di Masyarakat
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Ruang Lingkup
(Mengacu Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010)

1. Pemeriksaan dan Penegakan Diagnosis

2. Pengobatan Kasus

3. Perawatan dan Isolasi Penderita

4. Tindakan Kekarantinaan
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Prinsip Dasar

Isolasi
Setelah Proses :
• Pemeriksaan
• Penegakan Diagnosis
• Pengobatan
Karantina
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

TAHUKAH BEDANYA???
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Beda Isolasi & Karantina


(UU No. 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan)

Isolasi Karantina

Proses Mengurangi Risiko Penularan Melalui Proses Mengurangi Risiko Penularan Dan
Upaya Memisahkan Individu Yang Sakit Baik Identifikasi Dini Penyakit Menular Melalui Upaya
Yang Sudah Dikonfirmasi Laboratorium Atau Memisahkan Individu Yang Sehat Atau
Memiliki Gejala (Suspek/Probable) Dengan Belum Memiliki Gejala Tetapi Memiliki Riwayat
Masyarakat Luas Kontak Dengan Pasien Konfirmasi Atau Memiliki
Riwayat Bepergian Ke Wilayah Yang Sudah
Terjadi Transmisi Lokal

Tujuan : Untuk Dilakukan Pengobatan Intensif Tujuan : Untuk Mencegah Kemungkinan Adanya
Dan Pemantauan Perkembangan Kesakitannya Penyebaran Penyakit Ke Orang Lain Di Sekitarnya
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Isolasi & Karantina


 SANGAT PENTING Dalam Memutus Rantai Penularan Penyakit

Kontak Erat

Tanpa Karantina/Isolasi Penularan Akan Terus Berlanjut

Isolasi

Kasus

Karantina

Dengan Karantina/Isolasi Penularan Akan Berhenti

 Lamanya Masa Isolasi/Karantina Bergantung Pada Masa Inkubasi Penyakitnya

 Petugas WAJIB Melakukan Pemantauan Harian Terhadap Gejala Yang Muncul Selama
Karantina Kontak Erat, Dan Perkembangan Penyakit Pada Kasus
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Pelaksanaan Karantina Kontak Erat


1. Dilakukan Pada Orang Yang Memiliki Riwayat
Kontak Erat Dengan Kasus Konfirmasi / Probable
Dan Belum Menunjukkan Gejala

2. Kriteria Kontak Erat Pada Umumnya Ditetapkan


Berdasarkan Cara Penularan Penyakitnya

3. Terhitung Sejak Orang Melakukan Kontak Erat


Terakhir Dengan Kasus Konfirmasi Atau Probable
(Terpapar)

4. Lamanya Waktu Karantina Biasanya Disesuaikan


Dengan Masa Inkubasi Penyakit

5. Tempat Karantina Dapat Dilakukan Secara Mandiri


Di Rumah Masing-masing Atau Di Fasilitas Khusus
Yang Disiapkan Oleh Pemerintah
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Karantina Oleh Puskesmas/FKTP


 Karantina Mandiri Berbasis Komunitas

Hal-hal Yang Harus Diperhatikan :

1. Petugas FKTP/Puskesmas Melakukan Pemantauan Harian Suhu Tubuh,


Perkembangan Gejala Yang Mungkin Muncul. Apabila Muncul
Gejala/Memenuhi Kriteria Suspek, Segera Lakukan Tatalaksana Suspek

2. Pemantauan Dapat Dilakukan Melalui Telepon Atau Kunjungan Berkala/


Harian Dan Dicatat Pada Formulir Pemantauan Yang Sudah Ditentukan

3. Memastikan Ketersediaan Masker Medis Di Tempat Isolasi Mandiri Selama


Minimal Untuk 14 Hari (2-3 Masker Per-hari) Atau Lamanya Masa Inkubasi
Yang Telah Ditentukan

4. Memastikan Kepatuhan Melaksanakan PPI Selama Karantina 


Berkoordinasi Dengan Tokoh Setempat Untuk Saling Mengingatkan

5. Karantina Dapat Dihentikan Apabila Selama Masa Karantina Yang


Ditentukan Tidak Menunjukkan Gejala Penyakit Potensial KLB/Wabah,
Selanjutnya Dapat Diberikan Surat Pernyataan Selesai Masa Karantina
Yang Diterbitkan Oleh FKTP/Puskesmas Atau Dinas Kesehatan Setempat
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Pelaksanaan Isolasi Kasus

1. Dilakukan pada kasus suspek/Konfirmasi


berdasarkan hasil laboratorium

2. Kasus Sedang – Berat  Isolasi di RS


Rujukan/RS yang sudah memenuhi
persyaratan
3. Kasus Tanpa Gejala - Ringan  Isolasi
Mandiri di rumah/Fasilitas Yang
disediakan pemerintah
4. Kasus diberikan bekal obat-obatan
simptomatik dan harus menjalankan
aturan-aturan terkait PPI
5. Petugas FKTP memantau harian
perkembangan kondisi kasus dan
mempersiapkan rujukan
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Isolasi Kasus Oleh Puskesmas/FKTP


Isolasi Mandiri Berbasis Komunitas

Isolasi Mandiri di Isolasi Mandiri


Tempat Tinggal Kasus di Fasilitas Khusus
Your Text Here Your Text Here
• Proses isolasi dilakukan secara mandiri di • Fasilitas isolasi disiapkan oleh
pemerintah/swadaya untuk orang yang tidak
rumah atau tempat tinggal kasus
mungkin menyelenggarakan upaya isolasi di
dengan tetap mengikuti arahan dari
rumah sendiri baik di gedung permanen atau
petugas setempat non permanen
• Sasaran : Kasus konfirmasi tanpa gejala • Sasaran : Kasus konfirmasi tanpa gejala atau
atau suspek bergejalaringan-sedang, dan suspek bergejala ringan-sedang yang dinilai
orang yang tidak memiliki penyakit tidak mampu melakukan isolasi mandiri di
penyerta/komorbid tempat tinggalnya/tidak layak dan tidak
• Kamar tidur terpisah dengan penghuni memenuhi persyaratan rawat di RS
lainnya • Sebaiknya kamar tidur terpisah satu sama lain,
terutama pria dan wanita Jika tidak
memungkinkan, maka jarak antar tempat tidur
minimal 2 meter dan pemisahan ruangan untuk
pria dan wanita.
Perhatian: kasus konfirmasi tidak boleh
digabung dengan kasus suspek (konsultasi
dengan dinas kesehatan setempat)
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Isolasi Kasus Oleh Puskesmas/FKTP


 Isolasi Mandiri Berbasis Komunitas

Hal-hal Yang Harus Diperhatikan :

Petugas FKTP/Puskesmas Melakukan Pemantauan Harian Suhu


Tubuh, Gejala Dan Tanda Perburukan (Perkembangan Gejala)

 Pemantauan Dapat Dilakukan Melalui Telepon Atau Kunjungan


Berkala/Harian Dan Dicatat Pada Formulir Pemantauan Yang
Sudah Ditentukan

 Memastikan Ketersediaan Masker Medis Di Tempat Isolasi Mandiri


Selama Minimal Untuk 14 Hari (2-3 Masker Per-hari) Atau
Lamanya Masa Inkubasi Yang Telah Ditentukan

 Jika Sudah Selesai Masa Isolasi / Waktu Pemantauan Maka Dapat


Diberikan Surat Pernyataan Selesai Isolasi Atau Sembuh Yang
Diterbitkan Oleh FKTP/Puskesmas Atau Dinas Kesehatan Setempat
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Penyiapan Fasilitas
Isolasi & Karantina Berbasis Komunitas
• Jaga jarak
• Ventilasi (aliran udara)
• Jarak antar tempat tidur
yang baik
• Pencahayaan yg baik & min 1 meter
• Pisahkan kasus konfirmasi
cukup
• Tersedia ruang terbuka – suspek dan laki -
perempuan

• Tempat CTPS
• Alat makan sendiri • Disinfeksi / bersihkan
• Atur penggunaan permukaan dengan
fasilitas MCK – physical disinfektan berkala
distancing,
• Alat mandi sendiri • Bantu pemantauan harian gejala
• Logistik kebutuhan • Selalu berkoordinasi dengan
makan dan minum faskes dan dinkes setempat
• Edukasi keluarga dan kerabat
• Siapkan akses evakuasi/rujukan
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

PB 2

Sistem Rujukan Kasus


TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Definisi Sistem Rujukan Yankes


(Permenkes No. 001 Tahun 2012)

Suatu Sistem Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Yang
Melaksanakan Pelimpahan
Wewenang Dan Tanggung Jawab
Atas Kasus Penyakit Atau Masalah
Kesehatan Yang Diselenggarakan
Secara Timbal Balik, Baik Vertikal
Dalam Arti Dari Satu Strata
Sarana Yankes Ke Strata Yankes
Lainnya, Maupun Horizontal
Dalam Arti Antara Strata Sarana
Yankes Yang Sama
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Definisi Sistem Rujukan Yankes


(Permenkes No. 001 Tahun 2012)

KEWENANGAN KLINIS Pelayanan Kesehatan Sub Spesialistik oleh


PPK I  FKTP dokter sub spesialis di Faskes Tingkat lanjutan
PPK II Tersier (RS Kelas A dan kelas B)
PPK III

PNPK, CP DAN PPK


SUMBER DAYA MANUSIA
INA CBGs

SARANA PENUNJANG DAN ALKES Pelayanan Kesehatan Spesialistik oleh


Sekunder dokter spesialis di Faskes Tingkat lanjutan
(RS Kelas C dan D, Klinik Utama)
Penunjang Diagnosa

Obat-obat
KAPITASI

Primer Pelayanan Kesehatan Dasar oleh


Faskes Tingkat pertama
(Puskesmas, RS Kelas D Pratama)
FOKUS PELAYANAN PRIMER
Promotif dan Preventif
Pengecualian: Gawat darurat, bencana, geografis, kekhususan masalah kesehatan pasien
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Sistem Rujukan Berjenjang Yankes


(Permenkes No. 001 Tahun 2012)

RS RUJUKAN NASIONAL (1)


Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP)
RS PROVINSI (20) &
RUJUKAN REGIONAL (110) JKN :
Pola INA
CBGs
RS KAB/KOTA (561)

PUSKESMAS (9.729) Upaya Kesehatan


Masyarakat & UKP
PUSTU (1.450) JKN :
Pola Kapitasi
POLINDES/POSKESDES (17.605)
Catatan:
Ketentuan jumlah RS rujukan ini dapat
POSYANDU (124.249)/ berubah sesuai perkembangan kapasitas
POSBINDU (7.225) RS di setiap daerah dan sesuai kebutuhan
situasi saat itu.
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Definisi Sistem Rujukan Yankes


(Modifikasi Saat Terjadi KLB/Wabah)

RS RUJUKAN NASIONAL

RS PROVINSI, RUJUKAN REGIONAL &


KAB/KOTA

RS SWASTA / RS JEJARING

ISOLASI RS DARURAT

PUSKESMAS DAN JEJARING YANKES

KARANTINA KES. DI FASILITAS


KHUSUS

KARANTINA MANDIRI DI RUMAH


TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

BAGAIMANA CARA MELAKUKAN RUJUKAN ??


TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

TAHAPAN MELAKUKAN RUJUKAN


Perhatikan Hal-hal berikut !!!

Koordinasi

Transportasi/
Evakuasi

Pembiayaan
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Prosedur Koordinasi
Rujukan Kasus
Hal-hal Yang Harus Diperhatikan :

1. Lengkapi Data Pasien Yang Akan Dirujuk (Identitas, Gejala


Penyakit Dan Riwayat Perjalanan Penyakit)

2. Lampirkan Surat Informed Consent Pasien/Keluarga Bersama


Surat Rujukan

3. Komunikasikan Rujukan Oleh Dokter Perujuk Kepada Dokter Di


RS Rujukan Tujuan Tentang Kondisi Klinis Penderita, Alasan
Merujuk, Kelayakan Kirim/Transportable & Kondisi Alat
Transportasi Yang Dipakai

4. Lampirkan Fotokopi Dokumen Medik Penderita, Termasuk Hasil-


hasil Pemeriksaan Penunjang Yang Telah Dilakukan

5.
Petugas Pengantar Penderita Termasuk Pengemudi Harus
Menggunakan APD Yang Sesuai Dengan Jenis Penyakit
Penderita. APD Dilepaskan & Dibuang Di RS Rujukan Sesuai PPI
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Prosedur Evakuasi dan Transportasi


Rujukan Kasus

ALAT TRANSPORTASI JALUR MOBILISASI


 Disarankan menggunakan ambulans  Untuk penderita yang transmisi penyakitnya
gawat darurat/mobil puskesmas keli melalui vehicle, vektor maupun kontak tidak
ling yang dilengkapi dengan minimal memerlukan jalur khusus saat menurunkan
penderita dari ambulans di IGD sampai ke
tabung oksigen yang dilengkapi ruang perawatan/ruang isolasi.
peralatan lainnya yang mendukung,  Untuk penderita yang transmisi
seperti pulse oksimetri, emergensi penyakitnya melalui airborne atau droplet
kit, radio komunikasi. (seperti COVID-19, Ebola dan AI), untuk
 Selama proses merujuk, penderita pintu masuknya di IGD adalah melalui
didampingi oleh dokter dan/atau pintu masuk yang berbeda dari jalur
perawat yang kompeten. penderita umum lainnya, langsung dibawa
 Prosedur desinfeksi kendaraan ke ruang isolasi, seminimal mungkin
kontak dengan penderita lainnya.
setelah merujuk penderita
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Prosedur Evakuasi dan Transportasi


Rujukan Kasus

Peraturan pemerintah mengenai pendanaan yang timbul dalam upaya


penanggulangan KLB/Wabah (termasuk rujukan) dibebankan pada anggaran
Pemerintahan Daerah. Bila pemerintah daerah tidak mampu maka dimungkinkan
mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah atau pemerintah daerah
lainnya sesuai Permenkes No. 1501 tahun 2010

Contoh Peraturan mengenai Pembiayaan Perawatan Penyakit Potensial


KLB/Wabah :
Permenkes No. 59 Tahun 2016 Tentang Pembebasan Biaya Pasien Penyakit Infeksi
Emerging Tertentu
Kepmenkes HK.01.07/MENKES/446/2021 Tentang Petunjuk Teknis Penggantian
Biaya Pelayanan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang
Menyelenggarakan Pelayanan COVID-19
ANY QUESTIONS
?
Penugasan
DISKUSI KELOMPOK
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

DISKUSI KELOMPOK

Peserta dibagi menjadi 3 kelompok

Pembagian Kelompok:
Kelompok 1 : Demam Berdarah Dengue
Kelompok 2 : COVID-19
Kelompok 3 : Difteri
Poin Diskusi:
 Tata laksana dan pemantauan harian kasus yang
sedang diisolasi di rumah dan fasilitas khusus
 Tata laksana kontak erat kasus yang dilakukan
karantina rumah dan fasilitas khusus
 Tahapan system rujukan (koordinasi dengan RS
rujukan, evakuasi dan transportasi kasus)

Hasil Diskusi Sajikan di kelas diupload ke link


yang disiapkan Panitia
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

Kesimpulan

 Prinsip Dasar yang harus diketahui bagi petugas


puskesmas dalam melakukan manajemen kasus penyakit
potensial KLB/Wabah adalah bagaimana melakukan
isolasi terhadap kasus dan melaksanakan kekarantinaan
terhadap kontak erat.

 Rujukan pasien penyakit potensial KLB/Wabah harus


memperhatikan sistem rujukan yang berlaku dan cara
koordinasi, evakuasi/transportasi pasien dengan
meminimalisir potensi paparan ke sekitarnya.
“Jauh lebih sulit untuk membuat orang sehat
dari pada membuat mereka sakit.” 
– DeForest Clinton Jarvis
TIM EPIDEMIOLOG KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PROVINSI RIAU

#PantangPulangSebelumTumbang
#GuntingEpidemiologi
#SepatuBolong

TERIMA KASIH
See You Next Session

Anda mungkin juga menyukai